Chapter 5

What if love

“Irene?” Wendy melihat Irene yang sedikit terisak di roof top sekolah.

“Jangan dekat,” ujarnya seperti kesal dengan Wendy.

“Semenjak appa kenal sama kamu, dia selalu bandingin aku sama kamu, Wendy bisa begini dan begitu, dan lebih parahnya ia selalu bandingin kamu sama Seulgi!!!” suara tangis Irene pecah. Meskipun sering dibuat kesal oleh Irene selama melakukan pekerjaan bersama, namun Wendy sudah mulai dekat dengan Irene. Wendy menganggap Irene adalah salah satu temannya, keduanya biasa berjanji di roof top hanya untuk ngobrol ringan, kadang juga keduanya hanya mendengar music sampai tertidur, setelah mendengar alarm barulah mereka akan kembali ke kelas masing-masing. Selain hubungannya dengan Irene yang cukup baik, hubungan Wendy dengan tuan Bae juga tak kalah baik, pria paruh baya itu sering mengundang Wendy ke kantornya hanya untuk bertukar pikiran. Menurut tuan Bae, Wendy adalah anak muda yang penuh dengan semangat dan penuh dengan visi-visi yang membuatnya kagum.

“Maaf kan aku Irene, aku sama sekali ngak maksud kayak gitu,”

“Aku tahu ini bukan salah kamu, tapi tetap saja appa selalu memuji kamu di depan aku dan Seulgi,”. Wendy meraih tubuh Irene dan berusaha menenangkan gadis itu di dalam pelukannya. Pelukan itu begitu hangat pikir Irene, ia juga merasakan bagai mana Wendy dapat menenangkan dirinya dalam sekejap, ia sudah tidak lagi memangis, seakan semua masalahnya terangkat begitu saja.

“Kamu mau aku bicara sama paman?”

“Memangnya kamu berani?”

“Kenapa ngak berani?” Irene melepas pelukan itu dan melihat kea rah Wendy.

“Janji ya kamu bakal bicara sama appa,” Wendy mengangguk dan ia menggiring Irene dari roof top menuju kelas gadis itu sambil berbincang ringan.

 

Wendy benar-benar menepati janjinya untuk bicara kepada tuan Bae.

“Paman tahu, apa yang paman lakukan itu akan melukai hati Irene, namun hanya itu yang bisa paman lakukan untuk menyadarkan anak manja seperti Irene. Selama ini aku memanjakan anak itu sampai-sampai aku lupa untuk mengajarkannya banyak hal, aku rasa aku terlambat,”

“Paman,”

“Paman tidak meminta banyak hal dari Irene Wendy, hanya tanggung jawab pada dirinya dan tidak bergantung pada orang lain, ia terlalu begantung kepada ku dan sekarang ia terlalu bergantung pada kekasihnya. Aku ingin Irene lebih dewasa dan lebih bertanggung jawab, hubungannya dengan Seulgi menurutku tidak sehat, mereka terlalu focus dengan urusan cinta mereka.” Wendy hanya menundukkan kepalanya, ia tidak tahu harus berkata apa, ia bisa melihat tuan Bae yang cukup frustasi dengan anak perempuannya.

 

“Kamu Wendy kan?”

“Iya aku Wendy,”

“Seulgi,” Gadis itu menjabat tangan Wendy.

“Bisa kita bicara?” Seulgi jalan lebih dulu ke sebuah taman yang tak jauh dari sekolah Wendy dan kebetulan hari itu Wendy ingin naik bus dari pada di jemput oleh supirnya.

“Kayaknya aku langsung saja,” ujar Seulgi sambil duduk di kursi taman disusul oleh Wendy yang duduk di samping Seulgi.

“Sepertinya ayah Irene lebih suka jika Irene lebih sering menghabiskan waktu bersamamu,” Wendy hanya diam mendengarkan apa yang ingin Seulgi sampaikan.

“Aku tahu, aku sama Irene kita beda status social, aku hanya seorang anak pemilik kedai pinggir jalan sementara Irene, ia anak konglomerat. Tuan Bae tentu saja akan lebih senang jika anak gadisnya lebih dekat denganmu,” tidak pikir Wendy, apa yang dikatan Seulgi sepertinya tidak benar, ia yakin Tuan Bae adalah pria terhormat yang tidak memandang status social siapapun.

“aku dan Irene saling mencintai, namun aku yakin suatu saat hubungan ini pasti tidak akan berlangsung lama karena status social kami yang berbeda, Irene bisa menerima ku apa adanya namun sepertinya tuan Bae tidak akan bisa melakukan itu, menerima ku apa adanya.” Seulgi menghela nafasnya.

“Apa kau pernah bertemu dengan tuan Bae secara langsung dan bicara padanya?” Seulgi tertawa.

“Tentu saja, namun ia menolakku mentah-mentah dan meminta ku untuk menjauh dari Irene.”Wendy yakin tuan Bae memiliki alasan lain, bukanhanya karena status mereka yang berbeda.

“Jika suatu saat, tuan Bae memintamu untuk menjadi kekasih Irene, aku harap kau bisa menjaganya dengan baik. Selamat malam Wendy.” Gadis itu pergi begitu saja dari Wendy. Tanpa Wendy sadari sebuah mobil sedan hitam sudah menunggunya sejak tadi, dan ternyata itu adalah tuan Bae yang menunggu nya selesai bicara dengan Seulgi.

“Paman,” Wendy memberikan hormat pada tuan Bae yang keluar dari mobil menuju ke arah Wendy.

“Aku yakin kau cukup lelah dan sedikit lapar?” Wendy mengangguk, pria paruh baya itu tersenyum dan meminta Wendy untuk ikut dengannya ke mobil dan mereka menuju sebuah restoran yang tidak terlalu ramai, agar mereka bisa bicara banyak.

“Sepertinya pembicaraan mu dan Seulgi cukup serius?”

“Apakah paman tidak merestui hubungan keduanya karena status social Seulgi yang berbeda dari paman?”

“Menurutmu apakah aku seperti itu Wendy?” Wendy menggelengkan kepalanya.

“Mungkin alasan mengapa aku menolak Seulgi, karena ia terlalu memanjakan Irene, tidak bisa tegas pada anak perempuanku itu dan memandang dirinya begitu rendah hanya untuk bersama anakku, aku tidak ingin anak gadis ku dekat dengan orang seperti itu Wendy,”

“Tapi paman, jika paman mengatakan hal itu pada Seulgi mungkin ia akan berubah dan menjadi lebih tegas pada Irene dan berusaha untuk memperbaiki dirinya.”

“Aku sudah memberikan kesempatan itu, namun sepertinya ia tidak bisa melakukannya,”

“Apa paman sudah yakin?”

“Ya Wendy,” Tuan Bae memberikan isyarat jika Wendy bisa dengan santai menikmati makanannya.

“Ibu Irene bukan lah seorang yang berstatus social seperti kami, namun ia mempunyai harga diri dan berusaha mayakinkan keluarga besarku, walaupun ia hanya seorang buruh tani, namun ia mempunyai nilai diri yang bisa keluarga ku lihat.”

“Menurut paman Seulgi tidak memiliki itu?”

“Mungkin aku mengharapkan hal yang terlalu tinngi pada Seulgi, karena ia masih berada di sekolah mengah atas, namun melihatmu, yang begitu percaya diri dan memiliki prinsip, aku yakin anak seusia kalianpun sudah bisa memiliki apa yang aku cari pada diri seseorang,” Wendy hanya tersenyum mendapatkan pujian seperti itu dari seorang Bae Kyung Soo.

“Wendy ah, paman senang mengenal anak muda seperti dirimu,”.

“Terima kasih paman,”. Keduanya makan dengan santai, dan banyak hal yang bisa Wendy dapat dari tuan Bae, begitu pun sebaliknya.

 

“Irene?” Irene hendak pergi karena kesal pada Wendy namun tangan gadis itu ditahan oleh Wendy.

“Lepas,”

“Ngak,” Wendy tetap menahan tangan Irene, mencegah gadis itu untuk pergi.

“Kamu kenapa sih Irene?, seminggu ini kita baik-baik aja?”

“Kamu ngomong apa sama Seulgi?”

“Aku ngak ada ngomong apa-apa sama Seulgi, tapi dia yang ngajak aku ketemuan,”

“Tapi kenapa dia tiba-tiba saja menghilang dari aku?” Wendy hanya diam melihat Irene yang menangis. Wendy menarik Irene ke dalam pelukannya, lagi-lagi Irene merasa begitu nyaman berada di pelukan Wendy.

“Kamu tenang ya, kamu bisa kan ketemu Seulgi di tempat ibunya kerja?”

“Seulgi ngak pernah izinin aku ke sana, ke rumah nya juga ngak, jadi aku ngak tahu harus kemana cari dia.” Irene kembali merengek di dalam pelukan Wendy.

“Sekolahnya?”

“Udah dari kemaren aku ke sana, tapi tetap aja aku ngak bisa ketemu sama dia,” mungkin ini yang dimaksud tuan Bae, mengapa ia tidak pernah mengizinkan Seulgi untuk dekat dengan Irene. Wendy semakin mendekap Irene ke dalam pelukannya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Dhedhe0788
Lega rasanya udah nyelesain ini..
Maaf ya kalau tidak begitu memuaskan kalian.
See u next

Comments

You must be logged in to comment
Favebolous #1
Chapter 11: Di tunggu karya selanjutnya
_SWenRene
#2
Chapter 11: Good!!! See you soon
Favebolous #3
Chapter 5: Duh Ddeulgi kemana lagi
Favebolous #4
Chapter 3: Di tunggu kelanjutannya
Favebolous #5
Chapter 2: Baru euy
_SWenRene
#6
Chapter 1: Yess new story from you!! Thank you so much!!