Chapter 9

What if love

Irene memasuki ruang rawat Wendy dengan ragu, namun nyonya Son meminta Irene untuk menemui Wendy sesuai permintaan anaknya.

“Hai,” Wendy hanya tersenyum, ia tidak berusaha bicara lebih banyak karena memang kondisi yang tidak memungkinkan. Wendy meraih wajah Irene dengan tangan kirinya. Kali ini Irene tidak menggunakan riasana tebal, sehingga tampak beberapa lebam di wajahnya.

“Ini pasti sakit,” ujar Wendy pelan.

“Aku takut Wendy,” hanya itu yang keluar dari mulut Irene. Wendy meraih tubuh Irene dan memeluknya. Rasa itu masih sama, kehangatan itu masih di sana.

 

Seulgi akhirnya mendapat kan hukumuna beberapa bulan penjara dan harus mengganti kerugian rumah sakit dan penyembuhan Wendy dan juga membayar denda. Ia tidak punya pilihan lain karena tidak ada yang membelanya. Ia termenung di ruang penjara atas apa yang sudah ia lakukan baik pada Irene maupun pada Wendy.

 

“Jadi, bagaimana bisa sampai Seulgi menyikiti mu seperti ini Irene, bukankah ia sangat mencintaimu,”. Irene menarik nafas panjang, kepalanya masiih tertunduk, ia masih malu dengan apa yang telah ia lakukan pada Wendy, namun yang dilakukan gadis itu malah sebaliknya, ia memperlakukan Irene dengan sangat baik.

“Awalnya Seulgi memperlakukan ku dengan baik, sampai suatu saat ia mendapati aku melihat fotomu, karena aku sangat merindukan dirimu. Sejak saat itu, ia berubah sangat acuh kepadaku. Aku sudah meminta maaf padanya tidak akan melakukan hal itu lagi. Namun, sepertinya ia tidak begitu percaya lagi kepadaku. Aku berusaha setiap hari untuk memperbaiki hubungan kami, dan menurutku semua telah kembali seperti semula. Namun 2 bulan setelah kami bersama, kabar mengenai ibu Seulgi meninggal dunia, dunianya seperti sangat hancur. Aku selalu berusaha menjadi pendengar yang baik baginya, berusaha menjaganya dengan baik. Namun aku rasa itu tidak cukup baginya. Ia mulai pulang dalam keadaan mabuk, hampir setiap malam Wendy.” Irene menghentikam ceritanya karena hal itu cukup menyakitkan baginya.

“Kalau kau tak sanggup menceritakannya sekarang kau bisa menceritakan semuanya jika sudah siap Irene,” Wendy meraih tangan Irene untuk memastikan bahwa ia memiliki waktu untuk semua ini. Namun Irene menggeleng, ia menghapus air matanya.

“Ia pulang dalam keadaan mabuk dan mengatakan banyak hal yang tidak ingin aku dengar. Terkadang aku menuggunya di loby apartemen kami, aku terkejut saat melihat ia turun dari taxi dan mencium seorang gadis. Aku menemaninya sampai masuk ke apartemen, di sana aku meminta penjelasan padanya dan ia mulai kehilangan akal sehatnya, ia meneriakiku dan mengatakan jika selama ini, aku hanya menjadi beban baginya. Ia pikir jika bersamaku ia tidak harus bekerja sekeras itu karena apa yang aku miliki, namun ia tidak pernah menyangkan jika ayah mengusir ku begitu saja dan sama sekali tidak memberikan sepeser uangpun untukku. Aku berusaha mengerti dirinya wandy, namun apa yang keluar dari mulutnya sangat menyakitkan. Dan kondisinya semakin diperburuk saat kami harus diusir dari apartemen karena Seulgi tidak bisa membayarnya untuk beberapa bulan. Akhirnya kami pindah ke rumah ibu Seulgi yang tak pernah ia datangi. Aku pikir aku harus tetap di sana bersamanya di saat ia terpuruk seperti itu, namun aku salah, setiap hari ia akan pulang dalam ke adaan mabuk dan mulai marah-marah dan sampai akhirnya ia mulai memukul ku dengan tangannya. Aku ingin pergi dari sana Wendy, tapi aku tidak tahu harus ke mana dan harus melakukan apa, karena selama ini aku tidak punya keahlian apapun.Bagiku hanya bersama Seulgi lah aku bisa bertahan meskipun apa yang ia lakukan sangat menyakitkan bagiku. Namun setelah mendengar berita tentang appa, aku berusaha keluar dari tempat itu. Aku tidak kembali ke sana, namun entah bagaimana Seulgi menemukanku dan membawaku kembali. Aku takut Wendy, aku takut tidak bisa lari darinya.”

 Hal ini telah diprediksi oleh Tuan Bae tentang kondisi anaknya suatu saat nanti jika ia masih tetap bersama Seulgi, namun tidak sampai separah ini, tuan Bae yakin suatu saat anak kesayangannya itu akan pergi dari Seulgi, karena tuan Bae tahu apa sebenarnya motif di balik kembalinya Seulgi.Tuan Bae sudah menyelidiki latar belakang Seulgi, ia tidak mempunyai pekerjaan tetap dan kebiasaan mabuk-mabuknya itu sudah diketahui oleh tuan Bae. Namun ia tidak memberi tahu semuanya pada Irene, karena ia yakin anak perempuan itu tidak akan mendengarnya  dan akan semakin membencinya, karena dianggap menghalangi kebahagiaannya. Ia menceritakan semuanya pada Wendy malam itu.

“Mungkin hanya dengan cara seperti ini, putriku akan mendapatkan pelajaran berharga dalam hidupnya Wendy. Aku merasa telah gagal menjadi ayah yang baik untuk Irene. Aku berharap semua yang aku pikirkan adalah salah, aku berharap, sangat berharap bahwa ia akan bahagia bersama Seulgi.” Wendy terdiam, ia hanya mendengarkan perkataan tuan Bae, karena lelaki itu membutuhkan Wendy untuk mendengar segala keluh kesahnya.

“Wendy ah, jika suatu saat semua yang ku khawatirkan terjadi, mau kah menjaga Irene untukku?”

“Paman, apa yang anda pikirkan,”

“Dokter mengatakan aku mengalami kanker di tulang belakangku Wendy dan mengatakan penyakit itu sudah hampir tidak bisa disembuhkan lagi, mengingat usiaku yang sudah tidak muda lagi, dan resikonya semakin besar jika harus dioperasi.”

“Tapi masih tetap ada harapan kan paman?” Tanya Wendy dengan nada khawatir.

“Aku sudah lelah Wendy, aku ingin tenang bersama istirku,”

“Paman, Irene akan sangat membutuhkan paman,”

“Kau salah Wendy, Irene telah memilih Seulgi, dan jika sesuatu terjadi padaku nanti, aku memiliki orang seperti dirimu untuk melanjutkan apa yang telah aku bangun selama ini,”.

“Paman,” Tuan Bae hanya tersenyum padanya. Ia bangkit dari tempat duduknya, menepuk pundak Wendy.

“Aku sudah menemukan orang dapat aku percayakan dengan semua ini dan itu kau Wendy. Aku bisa beristirahat dengan tenang nantinya” pria itu keluar dari ruangan kerjanya sementara Wendy masih termangu di tempatnya, memikirkan semua yang dikatan Tuan Bae padanya.

Ingatan akan malam itu pun kembali begitu saja saat melihat Irene yang masih terisak dan pundaknya bergetar, ia tidak tahu harus melakukan apa, yang ia tahu saat ini hanyalah ia meraih Irene ke dalam pelukannya.

“Apakah kau ingin menuntut Seulgi karena sudah melakukan kekerasan padamu?”

“Tidak, Wendy. Aku  takut jika haru melihatnya lagi.” Irene melihat ke arah Wendy dengan tatapan memohon.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Dhedhe0788
Lega rasanya udah nyelesain ini..
Maaf ya kalau tidak begitu memuaskan kalian.
See u next

Comments

You must be logged in to comment
Favebolous #1
Chapter 11: Di tunggu karya selanjutnya
_SWenRene
#2
Chapter 11: Good!!! See you soon
Favebolous #3
Chapter 5: Duh Ddeulgi kemana lagi
Favebolous #4
Chapter 3: Di tunggu kelanjutannya
Favebolous #5
Chapter 2: Baru euy
_SWenRene
#6
Chapter 1: Yess new story from you!! Thank you so much!!