Chapter 6

What if love

Wendy menggandeng tangan Irene saat menuju meja yang sudah di pesan oleh Wendy malam itu. Setelah kepergian Seulgi, Irene dan Wendy semakin dekat, bahkan kedua orang tua mereka berharap Irene dan Wendy mempunyai hubungan yang lebih dari teman, namun seperti biasanya Wendy tidak setuju dengan sebuah hubungan yang serius.

“Wen, apa kamu sebaik ini pada seseorang?,” ujar Irene santai dan hal itu membuat Wendy tersedak.

“Kamu kan teman aku Irene,”

“Kalau kamu baik gini, aku bisa salah sangka sama kamu Wen”

"Kitakan teman Irene, udah seharusnya kamu aku perhatiin kan?" Irene menggeleng, ia menatap Wendy dengan serius.

"Aku takut kalau aku ngerasain sesuatu sama kamu, sedangkan kamu hanya anggap aku teman."

"Irene ... aku.." 

"Ngak usah di jawab Wen, kalau kamu memang belum siap namain hubungan kita ini sebagi apa," Wendy merasa canggung saat ini, ia benar-benar tidak mengerti.

“Kamu bisa kasih aku waktu untuk mikirin ini kan?”

“Jangan lama-lama ya,” Seungwan mengangguk dengan ragu kalau ia bisa mengambil keputusan itu dengan cepat.

 

“Wendy…” Yuri langsung memeluk Wendy erat, sudah lama mereka tidak saling bertemu.

“Aku merindukan unnie,”

“Aku juga Wen, oh ya kenalkan ini Jessica,”

“Senang bisa ketemu langsung dengan unnie,”

“Aku juga Wendy,”

“Sendirian Wen?”

“Jemput teman unnie,”

“Yang kamu ceritain kemaren?” Wendy mengangguk, meskipun keduanya jarang bertemu tapi komunikasi keduanya sangat baik. Dan untuk pertama kalinya Wendy menceritakan ceritanya pada seseorang, karena baginya selain Ji Eun, Yuri adalah orang yang juga cukup dekat dengannya.

“Good luck ya,”

“Makasih unnie,” sebelum pergi, Yuri mengecup dan mencubit pipi Wendy yang lucu di matanya.

“Kamu kayaknya senang banget dapat kecupan di pipi kayak gitu Wen, apa dia?” Wendy membalikkan tubuhnya dan melihat Irene yang baru saja keluar dari toilet.

“Bukan Irene, itu Yuri unnie, temannya Taeyoen unnie,”

“Tapi kayaknya kalian dekat,”

“Kami memang dekat, Yuri unnie juga tadi sama tunangannya,”

“Aku tahu kok Wen, kan kamu pernah cerita,” Irene tersenyum dan menggandeng tangan Wendy menuju mobil mereka. Namun langkah Irene tiba-tiba berhenti, ia melihat sosok Seulgi yang dari kejauhan seperti menatapnya, ia melepas gandengan tangan Wendy dan tanpa ia sadari langkahnya mendekat ke arah Seulgi dan langsung memeluk gadis itu, tanpa memperdulikan Wendy sedikitpun. Wendy menundukkan kepalanya, tanpa ia sadari, hatinya begitu sakit dan setetes air mata jatuh begitu saja dari mata coklatnya. Lama Wendy berdiri, ia berharap Irene menghampirinya, namun kenyataan begitu menyakitkan baginya, ia melihat bagaimana Seulgi dan Irene saling merayakan pertemuan mereka dengan lumatan-lumatan yang Seulgi berikan pada Irene. Kaki Wendy melangkah menjauh dari pemandangan itu, dan ia segera mengemudikan mobilnya.

 

Wendy kembali ke rumahnya, namun kali ini ia tidak langsung masuk, namun ia putuskan untuk ke taman belakang rumahnya. Ia memandang langit malam tanpa bintang itu. Begitulah keadaan hatinya saat ini kosong. Namun air matanya jatuh sejak tadi, entah mengapa, mungkin ia mengingat kejadian beberapa yang lalu, di mana orang yang ia anggap kekasihnya mencium seorang wanita di hadapannya, mereka seperti menikmati hal itu, namun yang tidak pria itu ketahui Wendy melihatnya. Di saat pria itu sadar Wendy melihatnya, pria itu justru mengatakan kalau Wendy tak bisa memberikan apa yang seharusnya seorang kekasih lakukan. Bagi pria itu Wendy sama sekali tak berharga karena tidak bisa memberi apa yang ia inginkan. Saat itu juga Wendy menampar pria itu, namun yang tidak Wendy ketahui, pria itu menyimpan dendam dan membuat Wendy membayar apa yang telah ia lakukan. Pria itu membuat hidup Wendy di sekolah mengerikan, sampai akhirnya Wendy tidak tahan dan harus melaporkan apa yang pria itu lakukan pada pihak sekolah dan akhirnya pria itu di keluarkan. Namun taruma yang dialami Wendy cukup dalam  itu sebabnya Wendy sulit untuk tertidur, dan itu juga mengapa ia selalu berusaha untuk menutup hatinya rapat-rapat, karena ia sama sekali tidak ingin luka itu kembali padanya, namun hari ini apa yang ia lihat sangat menyakitkan baginya, entah mengapa, Irene yang ia anggap selama ini seorang teman yang baik, bisa begitu menyakitkan melihatnya bersama wanita lain. Jika memang Irene hanyalah teman baginya, mengapa begitu sakit pikirnya, apakah ia juga menyayangi Irene?.

 

Joy hanya memperhatikan Wendy tanpa berani bertanya apa yang terjadi pada Wendy, begitu juga Ji Eun yang hanya memakan makan siangnya dengan tenang.

“Minggu ini ke Jeju yuk,”

“Tiba-tiba banget Wen?” Tanya Ji Eun.

“Kepengen aja,”

“Aku ngak bisa unnie, soalnya minggu ini bos aku rewel banget,”

“Iya Wen, minggu ini ngak bisa, aku ada sifht pagi,” Ji Eun sekarang sudah menjadi seorang perawat di salah satu rumah sakit ternama di kota itu.

“Ajak Irene unnie aja,” celetuk Joy.

“Dia lagi sama Seulgi,”

“Seulgi?, mantan pacar Irene unnie?” Wendy mengangguk tidak bersemangat. Ji Eun dan Joy akhirnya mengerti. Walaupun Wendy hannya berfikir Irene adalah salah satu temannya seperti Ji Eun dan Joy, tapi mereka tahu Wendy tidak akan pernah memperlakukan keduanya seperti Wendy memperlakukan Irene.

“Udah ditanya belum unnie, siapa tau…...” Ji Eun meminta Joy untuk berhenti.

“Kayaknya aku ajak Yuri unnie aja deh, siapa tau dia mau, hitung-hitung hadiah tunagan mereka.” Dengan menyebut nama Yuri sepertinya membuat mood Wendy sedikit lebih baik.

Yuri unnie, minggu ini kosong?

Kenapa Wen

Kita ke Jeju yuk, ajak Jessica unnie sekalian

Maaf ya Wen, tapi aku sama Jessica lagi dibandara, nunggu Flight ke Miami

Unniiieeee

Oh, aku tutup ya Wen ini undah pengumuman buat naik pesawat

“Jadi giamana Wen,” Tanya Ji Eun

“Unnie ke Miami sama Jessica ,” Wendy kembali tidak begitu bersemangat.

“Kayaknya aku pergi sendirian deh,”. Ji Eun memberi isyarat pada Wendy kalau ada orang di belakangnya.

“Oh, Irene, duduk,” Wendy bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.

“Wen, bisa ngak kita bicara berdua sebentar di kantor kamu?”

“Tapi aku lagi makan siang, ini masih banyak lagi,”

“Nanti aku ganti makanannya ya, ini penting banget,”

“Pergi aja Wen,”

“Iya unnie, nanti makanannya biar aku yang habisin,” ujar Joy sambil tersenyum ke arah Wendy dan Irene.

 

Setibanya di ruang kantor Wendy, Irene duduk di hadapan Wendy.

“Maaf aku ninggalin kamu begitu aja tadi malam, Seulgi, minta aku balik sama dia Wen.”

“Terus, urusannya sama aku?”

“Kamu sayang ngak sih Wen sama aku?, aku butuh jawaban kamu,”

“Kamu udah lepasin tangan aku , ninggalin aku sendiri nyaksiin kalian melepas rindu, kamu masih perlu jawaban dari aku Irene?” Tanya Wendy dengan nada marah.

“Kamu tahu kenapa aku ngak jawab pertanyaan kamu , karena aku takut kalau Seulgi balik, kamu akan lepas tangan aku begitu saja . Karena aku tahu, Seulgi masih ada dipikiran dan hati kamu Irene.” Irene menundukkan kepalanya sambil menangis.

"Lebih baik kamu balik sama Seulgi,"

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Dhedhe0788
Lega rasanya udah nyelesain ini..
Maaf ya kalau tidak begitu memuaskan kalian.
See u next

Comments

You must be logged in to comment
Favebolous #1
Chapter 11: Di tunggu karya selanjutnya
_SWenRene
#2
Chapter 11: Good!!! See you soon
Favebolous #3
Chapter 5: Duh Ddeulgi kemana lagi
Favebolous #4
Chapter 3: Di tunggu kelanjutannya
Favebolous #5
Chapter 2: Baru euy
_SWenRene
#6
Chapter 1: Yess new story from you!! Thank you so much!!