Epilogue

Freeze the Moment

Notes:  let's pretend that Xiaoting is good at drawing in this story J

 

 

 

Senyuman terus menghiasi wajah cantik seorang Shen Xiaoting, dengan kepala yang masih tertunduk dan tangan kanannya yang masih sibuk mengguratkan goresan-goresan yang membentuk wajah mirip kekasihnya. Sesekali Xiaoting melihat ke arah samping kirinya dimana Yujin-nya sedang tertidur, suara hujan seolah membuat tidurnya makin lelap. Ia kembali dengan gambarnya, wajah cantik kekasihnya kini sudah terbentuk sempurna di atas kertas putihnya.

Hari ini merupakan anniversary mereka, waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa sudah 1 tahun sejak mereka akhirnya kembali bersama. Mereka baru saja melewati malam yang indah, satu dari ratusan malam dimana tubuh mereka menjadi satu, dimana hangat mereka  membaur dan dimana kata cinta tak perlu terucap untuk Xiaoting tahu bahwa Yujin adalah dunia-nya dan begitupula ia adalah dunia bagi Yujin-nya.

“Mine..” bisiknya kepada sketsa wajah kekasihnya.

Pandangannya kembali tertuju kepada Yujin yang kini sudah mengganti posisi tidurnya.

“Sepertinya kamu lelah sekali sayang..” bisiknya lagi seraya tersenyum mengingat aktivitas yang baru saja mereka lakukan.

Xiaoting kemudian menarik laci mejanya, mengambil sebuah benda berbentuk kubus, ia kemudian membuka benda berbentuk kubus tersebut, ketika ia membukanya ia bisa melihat kilau cahaya terpancar dari benda yang ada di dalamnya.

“Sebentar lagi, tunggu aku sebentar lagi sayang…” bisiknya lagi.

Perhatiannya kemudian tertuju pada ponselnya yang bergetar menandakan ada pesan yang masuk.

“Eomma?”

Pesan masuk dari Ibu dari gadis yang dicintainya, Choi Kang Hee meminta Xiaoting memanggilnya ‘Eomma’ sejak ia tahu Xiaoting sudah kembali menjalin hubungan dengan putrinya.

Xiaoting, maaf aku harus mengirimkan pesan malam-malam. Aku akan menemani Jisung untuk urusan bisnisnya ke Edinburgh minggu depan, aku tadi diskusi dengan suamiku itu, kami berpikir untuk mengajak kalian ke sana. Aku teringat oleh pesan dari Tiffany, bahwa salah satu cara Yujin bisa benar-benar mengatasi traumanya adalah dengan menghadapi penyebab trauma terbesarnya tersebut. Kami pikir dia sudah siap dan sekaranglah waktunya. Tolong bicarakan ini dengan putriku. Dan tolong kabari kami sehingga kami bisa segera memesan tiket kalian. Maaf merepotkanmu Xiaoting dan Happy Anniversary, Eomma sayang kalian <3”

Xiaoting kemudian menghela napasnya setelah membaca pesan dari ibu kekasihnya itu. Apakah Yujin sudah benar-benar siap? Ia akan mendiskusikannya dengan kekasihnya dan bila kekasihnya itu belum siap, ia tidak akan memaksanya. Xiaoting pun kemudian mengetikan balasannya.

Eomma, aku akan mendiskusikannya dengan Yujin eonnie besok, setelah itu aku akan langsung mengabarimu. Terima kasih Eomma, We love you too <3

Xiaoting kemudian meletakan kembali ponselnya, ia kembali melihat ke cincin berlian yang ia beli dengan tabungannya.

“Sepertinya aku benar-benar harus menunggu waktu yang tepat..” ucapnya pada cincin yang sedang dipegangnya. Ia kemudian kembali meletakan cincin tersebut di tempatnya lalu menyimpan kembali di laci meja kerjanya yang tak pernah disentuh oleh pacar cantiknya itu.

Xiaoting kemudian memutuskan untuk kembali tidur, ia berjalan menuju ranjangnya tempat di mana kekasihnya itu sedang terlelap tidur. Ia kemudian berbaring di samping kekasihnya, memandang wajah cantik Yujin Eonnie-nya, ia lalu membelai pipi gadis yang paling ia cintai di dunia itu dengan perlahan karena tak ingin membangunkannya.

“Aku harap setelah ini hanya kebahagiaan yang akan mengiringimu. Aku janji akan selalu ada di setiap kamu melangkahkan kakimu. I love you, Eonnie..” bisiknya sebelum mengecupkan bibirnya di pipi kekasihnya itu. Xiaoting kemudian mendekatkan tubuhnya ke tubuh kekasihnya, memeluk kekasihnya dalam tidurnya berharap kehangatannya bisa membuat tidur gadisnya lebih terlelap.

***

 

Kini Yujin sedang berdiri di salah satu dermaga di salah satu pantai di Skotlandia, di sinilah tempat abu dari sahabatnya disebar mengikuti angin Laut Utara dan menyatu dengan alam. Yujin kemudian memejamkan matanya, mencoba merasakan hempasan angin laut sambil dalam hati memanjatkan doa untuk sahabat tercintanya, berdoa dimanapun ia berada, sahabatnya itu akan lebih bahagia di sana.

“Putriku itu sangat menyukai laut…”

Suara seorang wanita itu sontak mengagetkan Yujin yang sedang khusyuk berdoa. Dan ia semakin kaget saat ia membuka matanya dan melihat wanita yang sudah ada di sebelahnya itu tak lain adalah ibunda dari sahabat yang dirindukannya. Yujin tak mampu mengeluarkan sepatah katapun. Ia kemudian menundukan pandangannya, rasa bersalah kembali menghampirinya.

“Yujin, apa kabar?” Tanya wanita itu, dan yang mengherankan untuk Yujin, nada suaranya ramah berbeda sekali dengan saat terakhir mereka bertemu. Yujin pun perlahan mengangkat kepalanya, mencoba memandang ke wajah wanita yang mirip sekali dengan sahabatnya itu.

“Aku baik-baik saja, auntie. Bagaimana denganmu?”

“Syukurlah. Aku pun baik-baik saja.” Jawabnya sambil melontarkan senyumnya untuk Yujin.

Wanita itu kembali melihat ke arah lautan, matanya seketika berubah sendu.

“Putriku sejak kecil selalu menyukai laut, dia akan merengek kepadaku atau mendiang suamiku untuk diajak ke pantai, makanya aku memutuskan untuk menyebarkan abunya di sini, tempat favoritnya..”

“Auntie.. maafkan aku…”

“Shhh..” wanita itu memotong ucapan Yujin. “Aku yang harus meminta maaf, ucapanku waktu itu pasti sangat menyakitimu..”

Yujin menggelengkan kepalanya.

“Tidak auntie, aku pantas mendapatkannya..”

“No..no.. Yujin, tidak ada yang pantas menerima ucapan menyakitkan seperti itu, padahal aku tahu, kamu sama sedihnya denganku. Aku hanya…” wanita itu kemudian menghela napasnya sesaat. ”aku hanya sangat sangat kehilangan saat itu..” lanjutnya lagi.

Yujin tidak tahu kapan awalnya, namun kini air mata sudah membanjiri matanya.

“Yujin.. Dear.. Maafkan auntie, sudah membuatmu menangis…”

Yujin buru-buru membasuh air matanya, mencoba menghentikan air matanya. Melihat keadaan Yujin yang seperti itu wanita itu kemudian memeluk gadis yang merupakan sahabat sekaligus gadis yang dicintai mendiang putrinya itu.

“Alice sangat mencintaimu, Nak. Saat aku sampai rumah sepulang dari prosesi pelepasan abu Putriku, aku langsung menyesal telah mengucapkan kata-kata itu padamu, karena aku langsung teringat putriku, ia pasti akan memarahiku jika ia tahu sikap ibunya terhadap gadis yang ia cintai. Yujin aku sudah mengikhlaskan kepergian putriku, aku yakin dia sudah bahagia dimanapun ia berada. Maka dari itu, ini waktunya kamu memaafkan dirimu, nak. Alice pasti akan sangat sedih jika melihatmu masih belum bisa memaafkan dirimu sendiri..”

Yujin pun mengangguk, masih di dalam pelukan wanita yang sebelumnya ia pikir  membencinya.

Setelah mereka melepaskan pelukan diantara mereka, mereka pun mengobrol sejenak, membicarakan tentang kebiasaan gadis yang sama-sama mereka rindukan, di saat itu mereka tahu bahwa akhirnya mereka bisa membicarakan hal tentang Alice tanpa harus merasa sedih, karena mereka tahu bahwa itu yang diinginkan Alice, dimanapun ia berada sekarang.

Tak lama mereka pun berpamitan, wanita yang merupakan ibu dari sahabatnya itu pamit pulang, dan sekarang Yujin kembali sendiri di dermaga itu. Ia kemudian mengarahkan pandangannya ke langit memberikan senyum terbaiknya kepada sahabatnya yang ia yakin sedang melihatnya sekarang.

“Alice, I love You, maybe not like your love for me but I Love You. You have to be happy there..”

“Yujin…”

Yujin kemudian membalikan tubuhnya ke arah suara. Ia kembali melontarkan senyumnya.

“Eomma..” ia kemudian berlari kecil menghampiri ibunya, ia kemudian memeluk wanita yang sangat disayanginya itu.

“Terima kasih, aku tahu pasti kamu yang meminta Ibunya Alice untuk menemuiku..”

Kang Hee kemudian membelai rambut panjang putrinya. “ini ide awal Appa-mu, dan syukurlah Ibunya Alice tidak berpindah alamat jadi kami tidak kesulitan menemukannya. Dan Yujin, kami akan melakukan apapun untuk putri kesayangan kami..”

Yujin mempererat pelukannya. “Sekali lagi terima kasih, Eomma, aku menyayangi kalian..”

“Aku dan Appa-mu juga sangat menyayangimu, Nak. Jika ia ada di sini pasti ia ingin dipeluk juga..”

“Appa masih belum selesai dengan urusan bisnisnya?”

Kang Hee kemudian melepaskan pelukannya. Ia kemudian menggelengkan kepalanya.

“Untung saja Kamu dan Xiaoting ikut, kalau tidak aku akan sangat kesepian di sini, Appa-mu dari saat baru menginjakan kaki di negara ini sudah langsung sibuk dengan urusan bisnisnya..”

Mendengar nama kekasihnya disebut membuat Yujin teringat kepada kekasihnya itu.

“Xiaoting dimana, Eomma? Bukannya tadi dia bersamamu?”

“Ohh tadi dia bilang mau membeli sesuatu. Kamu coba telepon dia..”

Yujin pun mengangguk, ia lalu mengambil ponsel yang ia simpan di dalam tasnya, ia pun lalu segera melakukan panggilan telepon kepada kekasihnya. Tak butuh lama Xiaoting langsung mengangkat teleponnya.

Hallo..” jawab Xiaoting di seberang sana.

“Sayang, kamu ada di mana?”

Ohh.. aku menemukan sesuatu yang menarik..” Jawab Xiaoting dengan nada antusias.

“Apa itu?”

Rahasia, aku akan menunjukannya langsung padamu..”

“Pasti kamu membeli benda yang aneh-aneh lagi..”

Ckckck.. kamu selalu berburuk sangka. Nanti saja kamu lihat, kamu pasti suka..”

“Baiklah. Sekarang kamu dimana? Aku dan Eomma akan menjemputmu..”

Bagaimana kalau kita bertemu di rumah saja? Aku masih ingin berkeliling…”

“Yaaah Xiaoting! mengapa kamu berkeliling tidak mengajakku?”

karena ini bagian dari kejutannya, Sayang. “

“Aku tidak suka kamu sudah mulai main rahasia begini..”

Sabar Sayang. Aku tahu kamu sudah mulai merindukanku..”

“Kata siapa?”

Kataku..”

“Ckckck.. Baik kalau begitu, aku dan Eomma akan pulang duluan, kamu jangan terlalu lama berkelilingnya yaa… Umm.. I miss you..”

hahaha.. Tuh Kan apa aku bilang? Iya sayang, aku tidak akan terlalu lama.. and I miss you too plus I love you.”

Yujin merasakan pipinya mulai memanas.

Sayang? Apakah kamu masih disitu?”

“Hmm sudah yah. Kasian Eomma jika terlalu lama di sini..”

Oke, kamu hati-hati menyetirnya yaa.. “

“Oke Sayang.. Bye. I love you..”

And I Love you too…”

Yujin pun menutup teleponnya.

“Kalian membuat Eomma iri saja..” Komentar Kang Hee setelah mendengar percakapan putrinya dengan kekasihnya itu.

“Eomma pasti dulu seperti itu juga..” Jawab Yujin.

“Nope, Appa-mu itu tidak seromantis Xiaoting.. ckckck… aku akan meminta tolong Xiaoting untuk mengajari Appa-mu..”

“Hahaha… tapi aku bisa melihat dari mata Appa bagaimana dia sangat mencintaimu, Eomma..”

“Begitukah?” Tanya Kang Hee

Yujin pun mengangguk.

“Tetap saja aku iri pada kalian..”

Yujin hanya menjawabnya dengan senyuman.

“Umm Eomma, sepertinya kita harus segera pergi, udaranya sudah semakin dingin…”

“Kamu benar, kalau begitu Ayo..”

Ibu dan putrinya itu pun berjalan menuju mobil sambil berpegangan tangan.

 

***

Yujin dan kedua orang tuanya sedang mengobrol sambil menikmati teh mereka di pekarangan rumah yang Jisung beli beberapa tahun lalu. Meski udara sore itu terasa dingin namun kebersamaan mereka membuat Yujin merasa hangat.

“Yujin, kenapa Xiaoting sampai sekarang belum pulang?” Tanya Jisung.

Yujin menggelengkan kepalanya.

“Dia belum membalas pesanku, mungkin dia masih asik berkeliling..” Jawab Yujin santai.

“Kamu yakin dia berkeliling sendiri?Jangan-jangan dia punya pacar lain di sini..”

Yujin hanya menggelengkan kepalanya, ia tahu Appa-nya itu tidak serius.

“Kamu seperti baru mengenal Xiaoting kemarin saja..” ucap Kang Hee membela calon menantunya itu.

Jisung mengangkat bahunya. “Seungcheol yang baru beberapa bulan menjalani hubungan dengan pacarnya saja sudah melamar pacarnya, apa sih yang ditunggu Xiaoting?” Gumam Jisung.

“Mungkin saja dia menunggu waktu yang tepat…” Ucap Kang Hee mewakili putrinya.

Bohong jika Yujin tak pernah memikirkannya, apalagi seminggu yang lalu ia baru saja menerima undangan pernikahan Mashiro dan tunangannya. Namun Yujin berusaha untuk tetap berpikir positif, mungkin Xiaoting butuh waktu dan mungkin ia pun membutuhkan waktu. Tanpa disadari ia menghela napasnya panjang.

Ia kemudian merasakan Kang Hee menggenggam tangannya.

“ Ketika waktunya tiba Xiaoting pasti akan mengajukan pertanyaan yang kamu tunggu-tunggu..” ucap Kang Hee pada putrinya.

“Aku tidak menunggu-nunggu Kok..” Jawab Yujin mencoba untuk menyangkalnya.

Mendengar itu Kang Hee hanya tersenyum.

“Eomma akan selalu mendoakan kebahagianmu dan Xiaoting..”

“Terima Kasih Eomma..”

“Ngomong-ngomong soal Xiaoting, mengapa orang yang sedang berjalan ke sini mirip sekali dengan kekasihmu?” ucap Jisung sambil menatap ke arah gerbang pekarangan mereka.

Yujin sontak membalikan badannya, matanya spontan melebar ketika melihat penampilan kekasihnya.

“Xiaoting?”

Berjalan menuju Yujin dan kedua orang tuanya, Xiaoting kini mengenakan pakaian khas skotlandia, bukan hanya sekedar pakaian khas namun pakaian yang biasa dipakai para warrior Skotlandia di film-film, sambil menenteng gitar yang entah ia dapatkan dari mana.

(illustration)

“Wow.. Xiaoting? dalam rangka apa kamu mengenakan kostum itu? Sepertinya hari ini bukan Halloween?” Komentar Jisung saat Xiaoting sudah berdiri di dekat mereka. Yujin bisa melihat pipi kekasihnya itu sudah mulai memerah karena malu.

“Umm.. ahhh ini akan sangat memalukan, tapi aku mau menyanyikan sesuatu untuk putri kalian..” ucap Xiaoting masih dengan pipi merahnya.

Kang Hee memberikan senyum terbaiknya sambil menganggukan kepalanya kepada gadis yang dicintai putrinya itu.

Xiaoting kemudian mengarahkan pandangannya kepada gadis yang baginya adalah semestanya, menatap matanya dengan dalam. Xiaoting kemudian mulai memetikan gitarnya dan mulai bernyanyi.

https://www.youtube.com/watch?v=MfFrDLcLXRc

I Wanna Grow old with you – Acoustic version

Another day without your smile
Another day just passes by
And now I know
How much it means
For you to stay right here with me

The time we spent apart
Will make our love grow stronger
But it hurts so bad
I can't take it any longer

 

Jika harus mengingat perpisahannya dengan Yujin, Xiaoting sepertinya harus menepuk-nepuk bahunya sendiri karena bagaimana bisa ia melewatkan hari-hari tanpa melihat senyum kekasihnya? karena jika dipikirkan lagi, ia tak akan bisa melakukannya lagi sekarang. Ia tak akan mampu untuk dijauhkan lagi dengan kekasih yang sangat dicintainya itu, karena perpisahan baginya justru adalah penguat cintanya pada gadis yang sekarang sedang menatap matanya sambil berkaca-kaca, namun apakah dia ingin mengulanginya lagi? Tidak, Xiaoting tidak sanggup, ia ingin menghabiskan waktunya dan umurnya selalu bersama dengan wanita yang ia cintai.

I wanna grow old with you
I wanna die lying in your arms
I wanna grow old with you
I wanna be looking in your eyes
I wanna be there for you
Sharing in everything you do
I wanna grow old with you

………………………………………………….

 

Xiaoting menyanyikan lagunya sampai selesai disaksikan oleh gadis yang ia cintai dan kedua orang tuanya. Saat Xiaoting memetikan nada terakhirnya, Yujin kemudian beranjak dari tempat duduknya lalu berlari kecil untuk memeluk ‘warrior’-nya.

“Hello My Warrior..” ucapnya seraya melepaskan pelukannya namun tangannya masih melingkar di leher kekasihnya.

“Hi.. do you like my song?”

“I Love it..”

Xiaoting kemudian tersenyum mendengar jawaban gadisnya itu, ia kemudian mencium bibir gadisnya dengan ritme yang awalnya perlahan namun kemudian memanas.

“Ehem..” Suara Jisung menyadarkan mereka bahwa ada orang lain di dekat mereka.

Xiaoting kemudian menghadap ke arah orang tua dari kekasihnya itu, ia kemudian membungkukan badannya.

“Maafkan aku..” ucapnya.

“Ckckck.. ayo Sayang, kita tinggalkan mereka sebelum mata kita lebih tercemar, aku harus segera mencuci mataku segera..” ucap Jisung yang disambut oleh senyum istrinya.

“Hahaha.. berlebihan sekali..” komentar Kang Hee pada suaminya. Pandangannya kemudian berpindah kepada dua kekasih yang sedang dimabuk cinta itu. “Kami masuk dulu yaa dan Xiaoting, kamu sungguh menawan dengan kostum-mu itu..”

“Terima kasih eomma..”

Kang Hee kembali memberikan senyumnya sebelum ia masuk ke dalam rumah bersama suaminya.

“Ups..” ucap Xiaoting kepada wanita di hadapannya.

“Sungguh canggung sekali, gara-gara kamu, aku lupa orang tuaku sedang menonton kita tadi..”

Xiaoting tidak berkomentar apa-apa, dia hanya menggaruk leher belakangnya.

“Dalam rangka apa kamu berpakaian seperti ini?” Tanya Yujin.

“Apakah kamu suka? Aku hanya ingin menghibur gadis di hadapanku ini..”

“Aku sangat suka, kamu benar-benar seperti tokoh-tokoh yang ada di film. Seperti yang dikatakan Eomma, you are so charming..dan terima kasih, Xiaoting, aku tidak hanya terhibur tapi kamu benar-benar membuat hatiku penuh saat ini.. “

“Begitukah?” Tanya Xiaoting sambil membelai pipi kekasihnya itu. Yujin mengangguk sambil meraih tangan Xiaoting yang masih menempel di pipinya dan semakin mendekatkan pipinya ke tangan Xiaoting.

“I Love You..” bisiknya.

“I Love you too..” Jawab Xiaoting. “Umm.. ayo duduk , ada yang mau aku berikan kepadamu..”

Mereka berdua pun berjalan menuju kursi yang ada di pekarangan.

“Aku punya hadiah untukmu..” ucap Xiaoting sambil meraih sesuatu di dalam tas besarnya.

“Ta daaa…”

“Oh My God, Xiaoting, bukankah ini salah satu koleksi kamera klasik yang kemarin kita lihat di Fife? Aku kira barang-barang koleksi di sana tidak dijual?”

“Memang tidak dijual, namun si pemilik terharu ketika mendengar ceritaku, makanya dia mau melepaskan kamera ini dengan harga yang cukup terjangkau..”

Yujin memandang kamera yang kini ada di tangannya itu dengan mata berbinar.

“AKu tidak memaksamu untuk kembali, namun aku merindukan Yujinku yang memiliki kekuatan untuk membekukan moment..”

Yujin tersenyum mendengar ucapan kekasihnya itu.

“Kamu telah membuat kekuatanku kembali, Xiaoting…”

Kini Xiaoting yang memberikan senyum terlebarnya.

“Eonnie, foto aku, aku ingin menjadi objek pertamamu..”

“Kalau diingat-ingat, sepertinya kamu selalu menjadi objek pertamaku setiap aku membeli kamera baru..”

“Tentu saja, aku akan selalu menjadi yang pertama!”

Yujin membalasnya dengan senyumnya. Ia kemudian mengarahkan kamera klasiknya ke arah kekasihnya.

“Xiaoting, ready?”

Xiaoting kemudian mulai berpose.

“Kebetulan sekali kamu menggunakan kostum itu..” gumam Yujin sambil beberapa kali mengambil gambar gadis yang dicintainya.

Yujin feels grateful, because from then on she can creates and freeze the moments again with the woman she loves the most.

 

***

 

 

Yujin baru saja kembali dari toilet ketika ia melihat Xiaoting sedang asik mengobrol dan sesekali tertawa dengan koleganya di kantor. Yujin sangat mengenal wajah gadis yang sedang mengobrol dengan kekasihnya itu, Rina, gadis yang sudah lama menyimpan perasaannya kepada Xiaoting. Yujin tahu mengenai perasaan Rina kepada gadisnya itu ketika ia tidak sengaja mendengar obrolah Xiaoting dengan Mashiro, namun sampai sekarang ia tidak pernah membahasnya dengan Xiaoting, karena menurutnya itu bukanlan suatu hal yang penting.

Hari ini adalah hari paling bahagia untuk sahabat mereka, Mashiro. Sahabatnya itu akhirnya mengakhiri masa lajangnya dan menikah dengan orang yang dicintainya. Mashiro mengadakan pesta pernikahannya dengan cukup mewah, dia dan pasangannya mengundang banyak orang, termasuk Rina.

Yujin tahu, ia tidak sepatutnya cemburu, Xiaoting-nya sangat mencintainya, namun entah kenapa mood-nya beberapa hari ini sungguh tidak bagus. Maka dari itu, bukannya menghampiri kekasihnya, ia malah membalik arah.

“Eonnie, dimana Xiaoting?” Tanya Chaehyun yang sedang menggandeng tangan Dayeon.

“Tumben kamu sendiri..” ucap Dayeon.

Yujin hanya menghela napasnya.

“Aku tidak tahu dimana dia..” Jawabnya berbohong.

“Really?” Tanya Chaehyun lagi.

Yujin pun mengangguk.

“Aku tadi dari toilet dan setelah itu aku tidak melihat Xiaoting lagi..”

“Ohh begitu yah..” ucap Chaehyun.

“Sayang…” Terdengar suara Xiaoting memanggilnya, saat ia berbalik ia mendapati Xiaoting sedang berjalan bersama Rina di sampingnya.

Xiaoting kemudian meraih tangan Yujin.

“Kemana saja? Aku tadi mencarimu di toilet tapi kamu tidak ada..” tanya Xiaoting.

“Aku hanya berkeliling saja..”

“Ohh..” Jawab Xiaoting tidak tahu harus berkomentar apa lagi.

Tidak lama terdengar pengumuman bahwa sudah waktunya acaranya pelemparan bunga oleh kedua mempelai. Waktu yang ditunggu-tunggu oleh wanita-wanita yang belum menikah, momen ketika kedua mempelai melemparkan buket bunga ke arah hadirin yang berharap bucket tersebut jatuh ke tangannya.

“Eonnie, Ayok..” ajak Chaehyun

“Yaaah! Mengapa kamu ikutan?” Tanya Dayeon pada istrinya.

“Aku hanya mau menemani Yujin Eonnie, ckckck…” Chaehyun kembali menarik tangan Yujin. Xiaoting, Daeyeon, dan Rina mengikuti di belakangnya.

Saat mereka tiba di tempat pelemparan bunga, sudah banyak tamu undangan yang berkumpul, semua berharap bahwa bucket yang akan dilemparkan oleh mempelai untuk jatuh ke tangannya.

Walaupun tampak tak peduli, namun dalam hati kecilnya Yujin berharap bahwa bunga itu akan sampai ke tangannya dan Xiaoting bisa menangkap sinyalnya. Dia sudah tidak bisa membohongi dirinya, ia ingin Xiaoting segera melamarnya, ia ingin Xiaoting benar-benar menjadi miliknya, Officially.

Saat kedua mempelai melemparkan bucket bunganya, ia bisa melihat bucket bunga itu terbang ke arahnya, ia sudah siap mengembangkan senyumnya, namun ternyata bucket itu melewati kepalanya, otomatis ia langsung membalikan badannya, bucket bunga itu kini berada di tangan gadis yang beberapa waktu tadi membuatnya tak nyaman, Rina yang  tidak menduga bahwa bucket bunga itu akan sampai ke tangannya kemudian tersenyum lebar, seperti otomatis ia langsung menoleh ke sampingnya di mana Xiaoting berada, Xiaoting pun ikut tersenyum tanpa sadar ada mata sedih yang memperhatikannya.

Yujin kemudian membalikan badannya, tak mau melihat pemandangan di belakangnya. Ia tahu Xiaoting sangat mencintainya, dia tidak tahu apa yang terjadi di dalam dirinya, mengapa ia tiba-tiba merasa insecure seperti ini. ‘maybe my period will come soon, yeah.. yeah.. hormon’ pikirnya berusaha melawan rasa insecure-nya.

“Yujin…” panggil seseorang. Ia pun kemudian menoleh ke arah suara.

“Seunghee Eonnie..” panggilnya terhadap salah satu seniornya di kampusnya dulu.

Seunghee kemudian memeluknya. “Sudah lama sekali kita tidak bertemu.” Ucapnya.

“Kamu tampak lebih cantik, Eonnie..”

“Kamu bisa saja, Jin. Kamu juga jauh lebih cantik sekarang..” Giliran Seunghee yang memuji juniornya. Ia kemudian sedikit mengacak-acak rambut Yujin, kebiasaan yang sering ia lakukan waktu ia menjadi mentor Yujin saat ia baru masuk kuliah.

“Aku tidak tahu kamu mengenal mempelai juga..”

“Aku adalah salah satu teman dari Mashiro, Eonnie..”

“Oh yah? Kalau aku teman dari suaminya..”

“Ahh.. dunia begitu sempit..”

“Kamu benar, Oh yah, Yujin, kamu pergi dengan siapa?”

“Ohh aku pergi dengan…” Yujin langsung membalikan badannya mencari keberadaan Xiaoting.

“Kapan dia pergi?” gumamnya.

Yujin kemudian menggelengkan kepalanya. Ia kembali mengarahkan pandangannya kepada teman lamanya itu.

“Aku pergi dengan pacarku, tapi sepertinya dia  sedang berkeliling..”

“Oh begitu rupanya, aku pikir kamu masih sendiri..”

Yujin hanya membalasnya dengan senyuman.

“Eonnie sendiri? Pergi dengan siapa?”

I’m still single, hoping to find someone here, but it doesn't seem to work…” ucapnya sambil tertawa.

“Hahaha.. kalau begitu kamu harus lebih teliti mencari, aku lihat banyak gadis-gadis cantik di sini, mungkin salah satunya adalah jodohmu..”

Seunghee kemudian mengangkat bahu-nya. “Entahlah, tapi siapa tahu.. Umm kalau begitu aku juga akan berkelilng… dan sepertinya kamu juga harus segera mencari keberadaan pacarmu, jangan sampai ada orang sepertiku yang sedang mencari jodoh di tempat ini kemudian tertarik pada pacarmu..”

Yujin tahu perkataan Seunghee barusan ditujukan sebagai candaan, namun entah mengapa perasaan insecure kembali menghinggapinya.

Yujin menggelengkan kepalanya, buru-buru menghapus pikiran negative yang ada di otaknya.

“Kalau begitu aku pergi dulu yah, See you, Jin..”

“See you, Eonnie..”

Yujin kemudian mencari keberadaan kekasihnya itu, sambil bertanya-tanya mengapa Xiaoting pergi tanpa bilang padanya. Setelah berkeliling ia kemudian menemukan keberadaan kekasihnya yang lagi tampak sedang mengobrol seru dengan teman kantornya itu.

‘Mungkin jika waktu itu aku tidak kembali, tidak akan masalah bagimu karena kamu sudah punya seseorang yang mencintaimu di sini, mungkin jika dia orangnya, kamu tidak akan ragu untuk melamarnya.’ Kini otak Yujin benar-benar sudah dipenuhi hal-hal negative.

Karena tak ingin membuat masalah di hari bahagia Mashiro, Yujin memutuskan untuk pulang sendiri tanpa Xiaoting.

***

Malam itu langit cukup terang, Yujin masih bisa melihat beberapa bintang yang menghiasi langit. Di tangannya ada sekaleng soda yang sudah ia minum setengahnya, sesungguhnya ia ingin sekali meminum bir malam itu namun setelah dipikir lagi mabuk bukanlah jalan keluarnya. Ia benar-benar harus menjernihkan pikirannya yang dipenuhi oleh hal-hal negative.

Kini Yujin berada di Rooftop apartmen yang baru dibelinya bersama Xiaoting, sebenarnya rooftop ini merupakan area restricted untuk penghuni apartemen, namun Yujin yang memiliki hubungan baik dengan security akhirnya dapat mengaksesnya. Ia membutuhkan ketenangan dan tempat ini sangat cocok untuk tujuan tersebut.

Setelah ia merenungkan kejadian tadi, Yujin sadar bahwa tindakannya meninggalkan Xiaoting begitu saja di tempat pesta sungguh tak rasional, ia bertindak mengikuti emosinya, namun setidaknya itu lebih baik dibandingkan ia harus menghampiri Xiaoting dan melakukan hal bodoh di depan Xiaoting dan teman bicaranya.

“Apakah aku terlalu cemburu berlebihan? tidak sepatutnya aku mempertanyakan cinta Xiaoting setelah apa yang terjadi..”

Yujin kemudian menghela napasnya.

“Aku akan meminta maaf nanti. Tapi sekarang aku masih butuh waktu sendiri..”

Yujin kembali menengadahkan kepalanya memandang langit.

Dalam keheningan malam Yujin tiba-tiba bersenandung.

 

I just wanna live in this moment forever, 'Cause I'm afraid that living couldn't get any better, Started giving up on the word "forever", Until you gave up heaven so we could be together

You're my angel. Angel baby, angel. You're my angel, baby, Baby, you're my angel. Angel baby

 

Yujin kemudian tersenyum, ia teringat akan Xiaoting, malaikat-nya.

“Aku benar-benar harus meminta maaf..” ucapnya sebelum kembali meneguk sodanya.

Yujin hampir tertidur di rooftop itu ketika tiba-tiba terdengar pintu rooftop dibuka dengan kasar.

Yujin lalu membalikan badannya, berdiri di depan pintu, kekasih yang sangat dicintainya dengan muka khawatir.

“Syukurlah.. aku pikir kamu pergi jauh..”

Xiaoting kemudian berjalan menghampirinya dan lalu duduk di sampingnya.

“Apa yang kamu lakukan di sini?”

“Aku sedang mencari angin..”

“Angin? Mengapa angin harus dicari?”

“ Agar ia bisa membawa kecemasanku pergi bersamanya..”

Xiaoting kemudian menghela napasnya dalam-dalam.

“Apakah karena Rina? Maafkan aku tak peka, aku pikir kamu tidak masalah dengan kedekatan kami..”

“Apakah kalian memang sedekat itu?”

Xiaoting menggelengkan kepalanya.

“Jika yang kamu maksud adalah kedekatan antara dua orang kolega, yah kami sedekat itu, tapi tidak lebih. Aku tidak pernah menganggapnya lebih dari itu..”

“Xiaoting, aku mau mengakui kesalahan…”

“Apa itu?”

“Aku sudah tahu bahwa Rina mencintaimu, aku tak sengaja mendengar obrolanmu dengan Mashiro..”

“Oh..”

“Apakah dia pernah mengutarakan perasaannya padamu?”

Xiaoting mengangguk.

“ Sekarang adalah giliranku yang harus meminta maaf karena tidak pernah memberitahumu, Rina mengutarakan perasaannya beberapa kali sebelum aku kembali padamu. Tapi demi Tuhan aku selalu menolaknya, Rina selalu bilang bahwa ia akan berusaha untuk meluluhkan hatiku namun ketika aku bilang bahwa aku telah kembali padamu, pada saat itu juga dia berhenti.”

Xiaoting kemudian menggenggam tangan kekasihnya.

“Tadi aku terlalu terbawa suasana, ada banyak hal yang terjadi di kantor jadi aku tak sadar terlalu keasikan membahas semuanya dengan Rina, sehingga aku seperti mengabaikanmu..”

Yujin menganggukan kepalanya.

“ Sepertinya aku juga punya porsi salah karena langsung pergi meninggalkanmu begitu saja..”

Tiba-tiba Xiaoting menundukan kepalanya .

“Sebenarnya ada kesalahanku satu lagi..” ucap Xiaoting pelan.

“Hmm? Kesalahan apa?”

“ Disini bukan hanya kamu saja yang cemburu, tapi aku juga. Tadi aku melihat kamu mengobrol dengan Seunghee Eonnie dan aku masih sangat ingat bagaimana dulu dia sangat menyukaimu bahkan sempat mengutarakan perasaannya padamu. Pada saat itu aku sedikit terbakar cemburu, lalu dengan kekanakannya aku pergi bersama Rina, mungkin saat itu tanpa aku sadari aku sengaja membuatmu cemburu dengan kami..”

Mendengar itu Yujin bukannya marah namun malah tertawa kecil.

“Kenapa tertawa?” Tanya Xiaoting heran.

“Kita bertambah dewasa dan banyak sekali hal yang telah kita lewati namun kita tidak bisa pungkiri bahwa ada waktunya sikap kekanakan itu akan muncul. Seperti yang terjadi dengan kita berdua malam ini.”

Xiaoting pun mengangguk.

“Xiaoting, kedepannya kita akan sering dihadapkan dengan permasalahan dan kesalahpahaman. Aku hanya harap walaupun nantinya kita akan terus dihadapkan dengan ujian, perasaanmu padaku tidak akan pernah berubah..” Yujin kemudian merebahkan kepalanya di bahu gadis yang sangat ia cintai itu.

“Asal kamu janji untuk juga tidak pernah merubah perasaanmu padaku..”

Yujin kemudian memberikan jari kelingkingnya.

“Pinky promise” ucapnya.

“and now sikap kekanakanmu keluar..” ucap Xiaoting walaupun akhirnya ia menautkan jari kelingkingnya ke kelingking Yujin.

“Pinky promise.” Jawabnya.

“Xiaoting, aku merindukan Papa-mu, bagaimana kabarnya?”

“Dia baru saja mengungkap kasus besar dan sepertinya dia sudah kembali ke Seoul..”

“Syukurlah.. Appa-ku itu walaupun sering menjelekan Papa-mu di depan kita, namun diam-diam ia juga rindu untuk bermain catur dengan Papa-mu, katanya hanya Papa-mu yang punya skill sebanding dengannya..”

“Ckckck.. Ayah kita sungguh memiliki hubungan paling unik di dunia..”

“Aku setuju. Jika mengingat bagaimana hubungan mereka di masa lalu, Lagi-lagi kita tidak pernah tahu bagaimana hidup akan membawa kita..”

Mereka pun terdiam sejenak, masih sambil menikmati langit yang sudah mulai dipenuhi bintang.

“Xiaoting, apakah kamu ingat bahwa kamu pernah menyebutku sebagai konstelasi-mu?”

“Hmm.. aku ingat. Dan sampai sekarang kamu masih menjadi konstelasi-ku” Jawab Xiaoting. “Kenapa kamu menanyakan itu?” Tanya Xiaoting.

“Aku hanya ingin mendengar kata-kata itu keluar dari mulutmu lagi, my Star..”

Xiaoting tersenyum mendengar panggilan untuknya itu terlontar dari mulut kekasihnya.

“So I am your star?”

“Yes, You are my Star.. My Warrior.. My Love..”

Senyum Xiaoting makin terbuka lebar.

“Aku bangga padamu Eonnie, sifat flirty-ku sepertinya cepat menular padamu..”

Yujin kemudian meraih tangan Xiaoting, menyimpannya di dada kirinya, tepat di mana jantungnya kini  sedang berdegup kencang.

“I Love You, Xiaoting. Please be mine forever..”

“Always Eonnie.. always..” Jawab Xiaoting sebelum mendekatkan wajahnya ke wajah kekasihnya, ia lalu mencium bibir Yujin dengan lembut ia kemudian perlahan mengarahkannya untuk duduk di pangkuannya, setelah Yujin sudah duduk nyaman di pangkuannya, ia kembali mencium bibir indah Yujin. Xiaoting semakin memperdalam ciumannya, membuat Yujin kesulitan untuk mengatur napasnya.

“Xiaoting, take it easy..” ucap Yujin menginterupsi ciuman mereka.

“I cant. I want You..” ucap Xiaoting sebelum akhirnya mencium leher Yujin.

“Xiaoting, sepertinya kita harus kembali ke apartemen..”

“Oke.. “ ucap Xiaoting, namun ia masih belum menghentikan ciumannya yang kini sudah berpindah ke area paling sensitive yang ada di leher Yujin.

“Xiaoting, please, we need to move…… I need You..”

Mendengar itu Xiaoting dengan sigap menolong Yujin untuk berdiri dan mereka berlari dengan secepat kilat agar segera sampai ke apartemen mereka.

Yujin dan Xiaoting harus bersyukur karena dinding apartemen mereka yang kedap suara, karena sepanjang malam itu yang terdengar di dalam apartemen mereka hanyalah suara teriakan mereka yang menyerukan nama satu sama lain secara bergantian.

 

***

 

Yujin membuka matanya pada pagi itu dengan perasaan bahagia, Xiaoting-nya benar-benar pandai membuatnya jatuh cinta berulang-ulang kali kemarin malam.

“ Untung saja hari ini aku tidak perlu ke kantor, aku lelah sekali..”

Ia kemudian mencari keberadaan gadis yang telah membuat dirinya kelelahan pagi ini.

“Xiaoting.. Sayang..” panggilnya.

Ia kemudian dengan sigap mengenakan pakaiannya yang tercecer di lantai kamar, mencari keberadaan sang kekasih.

“Sayang.. Dimana kamu?” teriaknya.

Tidak ada tanda-tanda keberadaan kekasihnya itu.

Yujin kemudian masuk lagi ke dalam kamar untuk mengambil ponselnya, saat ia akan mengambil ponselnya di meja kecil di samping ranjangnya, ia kemudian melihat secarik kertas dengan tulisan yang sangat ia kenal, tulisan kekasihnya.

 

“ I Love You, Tolong temui aku di tempat semuanya berawal..”

 

“Di tempat semuanya berawal?” Gumam Yujin. “apa yang sedang kamu rencanakan, Xiaoting?”

Yujin yang langsung tahu tempat yang dimaksud Xiaoting kemudian segera mandi dan bersiap untuk menghampiri kekasihnya itu.

 

***

Yujin sudah sampai di tempat dimana ia tumbuh bersama dengan Xiaoting, tanpa pikir panjang ia langsung mendatangi pohon besar tempat favorit mereka, di sana ia langsung disambut oleh Mother Narae yang langsung menyambutnya dengan pelukan.

“Aku sangat merindukanmu, Nak..”

“Maafkan aku Mother, baru sempat mengunjungimu sekarang..”

“Tidak apa-apa, aku sudah dengar semuanya, kamu anak yang hebat Yujin..” ucapnya.

“Terima kasih Mother..”

Mother Narae tiba-tiba memberikan sebuah kain kepadanya.

“Aku mendapatkan sebuah misi dari orang yang mengaku sebagai belahan jiwamu, tolong kenakan ini untuk menutup matamu..”

“Apa yang direncanakan Xiaoting, Mother?”

“Rahasia, kejutan katanya..” ucap Mother Narae masih sambil tersenyum. “Sini aku bantu..” Mother Narae pun membantu Yujin untuk menutup matanya dengan kain yang sudah disiapkan. Ia kemudian menuntun Yujin untuk berjalan, cukup jauh sepertinya karena Yujin merasa ia sudah berjalan agak lama namun ia tak kunjung sampai ke tujuannya.

“Apakah masih jauh, Mother?”

“Sebentar lagi, Yujin..”

Benar saja tak lama Mother Narae menghentikan langkahnya.

“Sekarang aku akan membuka penutup matamu..” Mother Narae kemudian membantu  Yujin untuk membuka kain yang menutup matanya.

Yujin membuka matanya perlahan, di hadapannya kini adalah sebuah rumah besar berlantai 2 dengan desain yang begitu indah, rumah itu memiliki pekarangan yang begitu luas dengan dihiasi bunga-bunga berwarna-warni. di atas pintu gerbang menuju pekarangan tertera tulisan “Yujin’s Home”. Yujin tak bisa menggambarkan bagaimana perasaannya sekarang.

“Surprisee…”

Suara kekasihnya itu membuyarkannya dari ketertakjubannya.

“Xiaoting.. ini?”

Xiaoting kemudian memberikan senyum terbaiknya.

“Ini hadiah untukmu, apakah kamu ingat waktu pertama kali kita meninggalkan panti asuhan? Kamu bermimpi untuk memberikan rumah yang indah untuk anak-anak yang bernasib sama seperti kita. Waktu dulu mimpiku sekedar memberikan rumah yang indah untukmu, namun ternyata Tuhan begitu baik kepada kita, Ia memberikan kita berkah yang berlebih, oleh karena itu aku bukan hanya menciptakan rumah terindah untukmu namun rumah ini juga akan menjadi rumah anak-anak manis itu, mereka bukan anak-anak yang kurang beruntung, seperti kita mereka adalah anak-anak yang sedang mengejar mimpi-mimpi mereka.. Beruntung tanah ini tidak jadi dijual sehingga aku dengan bantuan Papa-ku dan Appa-mu bisa membelinya dan membangun rumah impian ini, untuk bangunan lama aku sudah bicara dengan Mother Narae, bangunan itu akan direnovasi menjadi fasilitas-fasilitas untuk mendukung pendidikan mereka”

Mendengar perkataan Xiaoting tersebut membuat Yujin tak kuasa menahan air matanya.

“Xiaoting, terima kasih…”

“Aku yang berterima kasih, dan anak-anak itu juga pasti akan berterima kasih padamu. Mimpi muliamu itu yang membuatku bersemangat untuk mewujudkannya..”

Yujin langsung memeluk erat kekasihnya itu.

“I Love You Xiaoting, I love you so much. Thank you for being you..”

“I Love you too, Eonnie. Terima kasih telah menjadikanku Xiaoting yang seperti ini. Semua hal baik yang terjadi sekarang adalah karenamu..”

Yujin semakin mengeratkan pelukannya. Mother Narae menyaksikan semuanya dengan senyum bangga.

Tidak lama mereka mendengar suara kaki anak-anak kecil berlari menghampiri mereka.

 

“Eonnieeee…”

Yujin dan Xiaoting kemudian melepaskan pelukannya ketika mendengar suara teriakan anak-anak itu. Yujin kemudian memberikan senyumnya kepada anak-anak manis itu. Tiba-tiba beberapa dari anak-anak itu mengangkat sebuah kertas. Yang bila disambungkan bertulisan..

“Yujin – Eonnie – Maukah – Kamu – menikah – denganku?”

Yujin yang kaget kemudian menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia kemudian menoleh ke sampingnya.

“Xiaoting…”  belum sempat ia melanjutkan kata-katanya, gadisnya itu sudah berlutut di hadapannya sambil memegang sebuah cincin.

“Aku tahu ini tampak berlebihan dan mungkin aku tampak seperti orang bodoh di hadapanmu, tapi aku tidak peduli. Yujin Eonnie-ku Sayang, apakah kamu mau menikah denganku?”

“Please say yes!!” Yujin kemudian menoleh ke arah teriakan dari  suara yang sangat ia kenal, suara kakak laki-lakinya,  Seungcheol bersama Jisung dan KangHee sudah berdiri di depan gerbang, di belakang mereka ada Shen Yichen, Papa Xiaoting.

“Xiaoting, apakah kamu sengaja mengundang mereka agar aku tidak menolakmu?”

“Hehe.. kamu ternyata bisa membaca rencana cerdasku..”

Orang-orang di sekitar mereka pun tertawa.

“So.. Nona Choi Yujin, Apakah anda sudi menerima proposal pernikahan dari seorang Shen Xiaoting? atau anda mau memintaku untuk merevisinya?” Yujin tersenyum mendengar perkataan dari kekasihnya itu.

“Hanya orang bodoh yang akan menolak proposal sesempurna ini. Nona Shen Xiaoting… Yes, I will marry you..”

“Yessss!!!!!” Xiaoting tak kuasa menahan rasa gembiranya, orang-orang disekitar mereka pun bertepuk tangan gembira.

Xiaoting kemudian menyematkan cincin yang sudah lama ia siapkan ke jemari gadis yang sangat dicintainya itu.

“Terima kasih, sayang.. I Love you..”

“I Love you too..”

“Kids, balikkan badan kalian semua..” ucap Xiaoting.

“Memangnya kenapa, Eonnie?” Protes salah satu anak.

“Pokoknya balikkan badan kalian, nanti aku akan belikan kalian Pizza..”

“Horeeee…” anak-anak itu pun kemudian membalikan badannya.

Tanpa pikir panjang, Xiaoting kemudian memberikan ciuman tulusnya kepada gadis yang sebentar lagi akan menjadi istrinya.

 

  • If I know What Love is,  It is Because of You –

Herman Hesse

***

THE END

*******************************************************************************************************

Freeze the Moment, Coz Nothing last forever

Thank You Guys... 

see you in my next story, Hopefully <3

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sclocksmith #1
Chapter 18: Udah lama nggak komen di sini. A great, beautiful story! Berasa naik turun pas baca tiap chapternya. Perjalanan dan perjuangan yang nggak mudah buat mereka. Epilognya merupakan penutup yang sempurna. Semoga setelah ini masih ada lagi cerita xiaojin yang lain. Terima kasih banyak buat ceritanya. I love you!
Dashi456 #2
Chapter 18: Epilogue-nya 🤧🤧🤧 makasih author 😊
Mollu_Yanz #3
Chapter 1: Can someone please translate it in English ಥ_ಥ
Antoowizone #4
Chapter 18: Benar2 luar biasa, aku ingin menangis membacanya, pesan yabg bisa aku ambil dari fiksi ini adalah hal baik akan selalu berputar di sekitar orang-orang baik. Yujin yg sejak kecil dengan tulus menjaga dan menyayangi Xiaoting menciptakan seorang Shen Xiaoting yang luar biasa, Xiaoting yang akhirnya membalas semua kebaikan dan cinta Yujin berkali-kali lipat. They really deserve each other. Aku tahu ini sudah di akhir cerita, namun aku masih merasa ingin terus menerus menyaksikan kisah Xiaojin versi Freeze The Moment mu ini,hehe. Terima kasih author, aku akan menunggu ceritamu selanjutnya.
Iamreader #5
Chapter 18: My heart is full.. Thank You Author-nim.. 💗
PLAPLE #6
Chapter 18: OMG!!!!
THIS WAS PURE PRRFECTION!!!!
This epilogue showed so much of their complicity and romance but also their relationship with family and the overcome of crisis and fears!
I loved it and I feel so attached to this story!!!
Your story made my days happier and I saw myself waiting for an update every week!!!
I am a huge fan 😂😂
Thank you so much for this and I hope you keep writing amazing xiaojin stories as you always do!!
Freeze the moment was an amazing journey and it's my favorite au of all times!
Thanks again
Dashi456 #7
Terima kasih authornim.. ending yg membahagiakan 🤧 aku akan sabar menunggu epilogue nya. Terimakasih
PLAPLE #8
Chapter 17: I am so emotional right now!
I've accompanied this story since the first chapter and come to the last one is so amazing for me. The development of the characters was so well done and I could really see the growth in them but still see their aura being preserved!
so happy xiaojin could end up together and that yujin is taking care of her mental health! I loved the ending!
Thank you so much for always being a diligent writer that writes with so much passion and care!!! I saw myself waiting EVERY WEEK for an update of your AU and I can proudly say I'm a huge fan of your work!
You write too well!
I'll be waiting for a new XiaoJin AU from you :))
thanks for this amazing story and I'll look forward to the Epilogue ♥️
Antoowizone #9
Chapter 17: Hii, aku selama ini adalh silent reader, ingin mengucapkan terima kasih atas karyanya.. aku sangat suka Xiaojin dan cerita author membuat kerinduanku pada mereka cukup terobati.. aku sangat suka alur ceritanya, aku iri dengan hubungan yang dimiliki oleh Xiaoting dan Yujin, hubungan mereka menurutku sangat pure, dari kecil tumbuh bersama dan kemudian menjadi dewasa bersama. Di awal cerita aku merasa kasihan karena Yujin dan Xiaoting dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya karena keadaan yang memaksa, tapi aku bangga pada mereka yang bisa jadi tumbuh menjadi manusia yang luar biasa. jadi akan sangat mengecewakan jika di akhir cerita mereka tidak bisa bersama, maka dari itu terima kasih author, telah menyatukan mereka di akhir cerita, karena memang sudah seharusnya mereka bersatu.. maaf komentarku kepanjangan karena aku sangat menikmati ceritamu. Aku akan terus menunggu karyamu selanjutnya. Dan ditunggu epilogue nya. Sekali lagi terima kasih Author 😊
Yme265 #10
Chapter 17: Nice ending! You the great writer, keep the good work. I will keep support your next story if you still writing. Hope your life be happy too. Thank you