When She Loved Me

Freeze the Moment

Tiga tahun berlalu semenjak kepergian orang paling penting dalam hidupnya. Entah sampai kapan ia memegang keyakinannnya bahwa orang itu akan pulang untuk kembali padanya. Namun mau bagaimana lagi, keyakinan itulah yang membuat seorang Xiaoting masih bisa berdiri tegak dan terus melangkah maju.

Sudah beberapa bulan Xiaoting bekerja di salah satu perusahaan arsitektur terbaik di Korea, tentu mudah untuk seorang Shen Xiaoting yang merupakan lulusan terbaik di universitasnya. Hari-hari ia lalui dengan bekerja dan bekerja, suatu etos yang sangat disukai oleh atasannya namun tak sedikit yang iri atas segala pencapaian yang ia raih dalam waktu singkat. Xiaoting doesn’t care, setiap harinya ia hanya ingin memberikan yang terbaik untuk pekerjaannya lalu pulang ke rumah merebahkan diri di tempat tidurnya sambil melihat potret-potret dari kamera tua milik orang yang pernah berkata bahwa ia adalah belahan jiwanya. Ia bersyukur bahwa dari sekian banyak barang yang ditinggalkan oleh Yujin, kameranya adalah salah satunya. Hasil jepretan sang fotografer cantik itu seolah menjadi bukti bahwa seorang Choi Yujin itu nyata bukan hanya sekelibat mimpi yang hadir di hidupnya.

Terlalu banyak potret dirinya dalam memori kamera tua itu, namun yang ia lakukan setiap harinya bukan untuk memandangi wajahnya melainkan untuk mengenang cerita di setiap potret yang diambil oleh orang yang masih sangat ia cintai itu. Lebih dari 1000 hari namun rutinitas itu tidak pernah absen ia lakukan sebelum tidur, orang yang hidup dalam kenangan, mungkin julukan itu sangat pas untuknya. Freeze the Moment, Ingatan Xiaoting kembali ke masa lalu.

flashback

“ Entah memang karena saljunya atau memang karena kamu yang sangat cantik, hasil fotonya bagus sekali, magical..” ucap Yujin masih sambil memerhatikan foto Xiaoting yang ia ambil.

“ Bukannya secara tidak langsung kamu memuji dirimu sendiri, eonni? Karena kamu yang mengambil gambarnya.” Jawab Xiaoting

“Ahh.. ternyata karena fotografernya..” ucap Yujin sambil mengeluarkan suara tawanya.

“Ckckck.. tuh kan, apa aku bilang.” Xiaoting menggelengkan kepalanya.

“Mmm.. Xiaoting apakah kamu senang?”

Xiaoting menganggukan kepalanya. “Terima kasih Eonnie untuk hadiahnya, tapi kamu jadi harus menghabiskan uang tabunganmu untuk ke sini..”

“Tidak semua, uang tabunganku masih banyak. Kapan lagi kita bisa bermain-main seperti ini? Walaupun aku sudah agak lupa cara memainkan snow board ..”

“Tenang aku akan mengajarimu lagi..” ucap Xiaoting mencoba meyakinkan Eonnie-nya.

Yujin hanya menganggukan kepalanya.

“Eonnie, jika kamu diberi kekuatan super, kamu ingin memiliki kekuatan super apa?”

“Kenapa tiba-tiba?” Tanya Yujin bingung.

“ Jawab saja..”

“Umm.. aku sudah punya kekuatan super.” Jawab Yujin sambil mengangkat kedua bahunya.

“Oh really? Apa itu?” Tantang Xiaoting.

“Freeze the moment.” Jawab Yujin.

“Freeze the moment?” Tanya Xiaoting bingung

“Dengan kameraku ini aku bisa membekukan waktu, aku bisa membekukan sebuah kenangan, sebuah momen. Jika kamu rindu momen kita sekarang ini, kamu tinggal melhat hasil jepretanku.”

Xiaoting tersenyum mendengar jawaban Yujin.

“Aku berharap aku tidak akan pernah merindukan momen ini.” Jawab Xiaoting kemudian.

“Loh? Kenapa?”

“karena aku ingin kita terus membuat momen-momen baru yang membuat kita tidak perlu kembali ke momen ini.” Jawab Xiaoting.

“Sesekali menengok ke belakang juga tidak apa-apa.” Jawab Yujin. “ Jika semua orang berpikir sepertimu, nanti jasa fotografiku tidak akan laku lagi..” Sambungnya.

“Hahaha… kamu benar. Kalau begitu sana, ambil foto sebanyak mungkin, bekukan momen sebanyak-banyaknya, siapa tahu aku tiba-tiba ingin menengok kembali momen ini.”

Yujin pun kembali beraksi dengan kameranya.

End of Flashback

 

“Sepertinya aku yang salah, tidak seharusnya aku memintamu mengambil banyak foto. Kini aku hidup dari momen-momen bekumu.”

Xiaoting menghela napasnya, ia kemudian menyimpan kembali kamera milik Yujin ke tempatnya.

Matanya kemudian tertuju pada layar ponselnya yang menyala. Pesan masuk dari salah satu teman barunya yang ia kenal di tempat kerja. Rina.

Xiaoting, apakah besok kamu bisa menemaniku mencari buku?”

Teman barunya itu sangat baik padanya, malah bisa dibilang terlalu baik. Mashiro yang juga kenal dengan Rina bahkan pernah mengatakan ada kemungkinan Rina menyukainya. Xiaoting tidak mau ambil pusing, ia menyukai Rina sebagai teman.

“Oke, kalau aku ajak Mashiro apakah tidak apa-apa?” ketiknya membalas pesan dari Rina.

Tidak apa-apa. Sampai ketemu besok Xiaoting..” Balas teman barunya itu.

Xiaoting kemudian menyimpan ponselnya di meja. Ia kembali membaringkan badannya.

 

“Goodnight Eonnie..” ucapnya sebelum memejamkan mata.

***

 

“ Relax sedikit, Ting. Ini hari sabtu, serius sekali kamu melihat tabletmu itu.” Mashiro hanya bisa menggelengkan kepalanya.

“Senin ini aku diajak untuk bertemu dengan klien  baru kami, aku harus mempelajari proposalnya dulu.” Jawab Xiaoting masih dengan muka seriusnya.

“Tapi kan masih ada besok, aku kira kamu mengajakku ke sini untuk mengobrol tapi ternyata kamu malah sibuk sendiri, tahu begitu aku tidak akan menemanimu..” Ucap Mashiro sambil mengerucutkan bibirnya.

Karena merasa bersalah degan ucapan Mashiro tersebut, Xiaoting lalu memasukan tabletnya ke dalam tas nya.

“Maafkan aku, tiba-tiba saja bos-ku mengirimiku proposal ini, aku jadi penasaran. Aku sudah menaruhnya, jadi kamu tidak usah marah..”

Lagi, Mashiro hanya bisa menggelengkan kepalanya.

“Ngomong-ngomong Rina kenapa lama sekali yah?” Tanya Mashiro.

“ Tadi dia mengirim pesan, katanya dia ada urusan terlebih dahulu.”

Mashiro kemudian mengangguk-anggukan kepalanya.

“She likes you, Ting..” ucapnya.

“Sshh, jangan bergosip dan bicara tidak-tidak.” Jawab Xiaoting.

“Aku hanya kasihan saja padanya, menyukai orang yang hatinya sudah membeku.”

“Shiro, kamu tahu kan aku masih menunggu….”

“I know.. I know..” Mashiro memotong ucapan Xiaoting. “ Tapi sampai kapan? Apakah kamu yakin Yujin Eonnie akan kembali? Bagaimana jika dia tidak pernah kembali? Atau bagaimana jika pada saat dia kembali dia sudah memiliki pasangan? Atau bahkan lebih parah sudah memiliki anak?”

Xiaoting memandang horror ke arah Mashiro.

“ What the… Shiro!!! “

“Hei, tapi itu semua kan mungkin saja terjadi. Xiaoting, aku hanya ingin kamu melangkah ke depan. Hidupmu hanya bekerja dan bekerja….. “ Mashiro menghela napasnya “… dan Rina adalah gadis yang baik.” Sambungnya lagi.

“Jadi sekarang kamu membuka usaha biro jodoh?”

“Bukan begitu. Ahh sudahlah, kamu benar-benar seperti batu.” Kini Mashiro menyilangkan kedua tangannya.

Suasana pun hening sejenak, Xiaoting menyeruput orange Juice di hadapannya.

“ Shiro, Eonnie pasti kembali. Aku yakin ia pasti kembali.” Nadanya serius saat ia mengucapkannya.

“Aku harap kamu benar. Aku tidak mau melihat kamu terluka.”

“I’m used to it..”

“Hei, jangan bicara seperti itu.Tidak ada manusia yang berhak untuk terus-terusan terluka…” Mashiro menghelas napasnya untuk kesekian kalinya. “Xiaoting, aku masih berpikir bahwa kamu butuh move on..” Mashiro memejamkan matanya sekejap, tak lama ia membukanya kembali.  “Ini akan terdengar kejam, tapi aku butuh kamu untuk bangun. Xiaoting, sudah berapa lama Eonnie pergi? 3 tahun! Dalam jangka waktu itu apakah ia pernah menghubungimu? Jika memang kalian masih dalam satu perahu yang sama, Eonnie pasti akan menghubungimu ketika ia sembuh 3 tahun yang lalu atau bahkan dia akan langsung terbang kembali ke Korea, Eonnie adalah orang dewasa yang bisa membuat keputusannya sendiri. Lalu kemana dia sekarang? “

Xiaoting terdiam mendengar semua ucapan yang ke luar dari mulut Mashiro, ia bukannya tidak pernah memikirkan itu, setiap hari ia bertanya-tanya mengapa Yujin sekalipun tidak pernah mencoba menghubunginya, but she lives in denial.

Hei.. maaf aku terlambat.”

Xiaoting bersyukur Rina datang di saat yang tepat, temannya itu baru saja menyelamatkannya dari topik obrolan yang selalu ia hindari.

“Tidak apa-apa..” Jawab Xiaoting sambil memberikan senyumnya.

Rina pun duduk di kursi sebelah Xiaoting.

“Apakah aku boleh memesan makan dulu sebelum kita pergi mencari buku? Aku sangat lapar..”

“Tentu saja..”

Rina pun kemudian memanggil pelayan untuk memesan makanannya. Setelah selesai perhatiannya kemudian tertuju pada gadis di sampingnya.

“Kamu sudah selesai makan?”

Xiaoting menganggukan kepalanya. “Maaf aku makan duluan, sesampainya di sini aku tiba-tiba lapar.”

“Tidak apa-apa, aku yang minta maaf karena terlambat datang.” Balas Rina sambil memberikan senyum manisnya.

“Ehm..” terdengar suara di seberang meja.

“Shiro, kamu juga sudah selesai makan?” Tanya Rina lagi.

Mashiro mengangukan kepalanya. “Umm Rina, kamu masih ingat dengan Chaehyun dan Dayeon?”

“Tentu saja, bagaimana aku bisa melupakan gadis-gadis periang seperti mereka, memangnya ada apa?”

“Bulan depan mereka menikah.” Jawab mashiro.

“Oh yah? Mereka pasti benar-benar sungguh saling mencintai  jika memutuskan menikah semuda itu.”

Mashiro menganggukan kepalanya.

“Apakah kamu mau menemani temanku yang ada di sebelahmu itu. Aku akan pergi dengan Oppa, jadi aku tidak tega jika melihat Xiaoting harus pergi sendiri..”

Mendengar namanya disebut Xiaoting lalu melebarkan matanya, ia kemudian menatap ke arah Shiro mencoba memberi sinyal  tidak setuju, namun sahabat yang sudah ia kenal sejak lama itu memutuskan untuk mengabaikannya. Xiaoting berusaha untuk menahan dirinya untuk tidak memberikan reaksi berlebihan karena tidak enak dengan gadis di sebelahnya.

“Jika Xiaoting tidak keberatan…” Jawab Rina.

Xiaoting yang benar-benar tidak enak jika harus menolak gadis yang ada di sebelahnya kemudian menganggukan kepalanya.

“Aku tidak keberatan, nanti kita pergi sama-sama saja, sebentar lagi Chaehyun dan Dayeon pasti akan mengirimmu undangan.”

Mendengar itu Rina kemudian tersenyum, bagaimana tidak, gadis yang ia sukai semenjak ia menginjakan kaki di kantor barunya itu mengajaknya pergi bersama ke sebuah acara, tanpa ia sadari pipinya kini berubah kemerahan.

“Pipi kamu merah sekali, Rina..” Mashiro mencoba menggodanya.

Ia kemudian melihat ke sampingnya, Xiaoting tampak sudah mengalihkan fokusnya ke ponselnya, ia tampak sedang mengetik sesuatu dengan muka seriusnya. Sungguh sulit membaca seorang Xiaoting, tapi itu pulalah yang membuatnya tertarik, sisi misterius seorang Shen Xiaoting. Namun yang ia tak tahu gadis yang bernama Xiaoting sedang mengetikan pesan kepada teman di hadapannya.

 

Shiro, jangan berkata aneh-aneh lagi >< “

Jika tidak begini kamu tidak akan pernah move on, aku tidak peduli jika kamu marah padaku..” Ketik Shiro.

“ I hate You..”

“ Ini untuk kebaikanmu, Ting. And I Love you..”

“><”

 

Xiaoting tahu bahwa ia tidak akan pernah bisa marah pada sahabatnya itu, ia tahu Mashiro hanya ingin yang terbaik untuknya. But still, her heart still wants Yujin, her heart still screams her lover's name. Yah, Xiaoting masih menganggap Yujin adalah kekasihnya, dia tidak peduli, Ia akan terus menganggap Yujin adalah kekasihnya, ia akan berhenti jika Yujin sendiri yang datang padanya dan memutuskan hubungan mereka. but if that time still hasn't come, she will still believe that she and Yujin are still in the same boat.

 

***

Hari senin pun datang.

Xiaoting yang sudah berpakaian rapi dengan kemeja putihnya dipadu dengan celana panjang slim fit Navy nya. Kaca mata yang ia kenakan membuat penampilannya tampak sangat intelektual. Tak heran atasannya sangat senang membawanya ke meeting-meeting penting seperti sekarang. Karena selain ide-idenya yang brilian, cara berpakaian dan wajah cantiknya seolah menambah nilai untuk perusahaan.

“Xiaoting, nanti kamu yang mempresentasikan proposal kita ya. Bagaimanapun juga banyak idemu yang tertuang dalam proposal itu.”

Xiaoting menganggukan kepalanya.

“Baik Pak..” Jawabnya dengan penuh percaya diri.

Tak lama ada seseorang yang masuk ke ruangan, seorang wanita cantik berbadan tinggi dengan penampilan yang memukau.

Tuan Baek yang merupakan bos dari Xiaoting kemudian berdiri diikuti oleh anak buahnya, ia kemudian mengulurkan tangannya.

“Nona Choi, terima kasih sudah mengundang kami.”

Gadis itu tersenyum sedikit kaku. “Aku bukan Nona Choi, aku adalah sekretarisnya, Jung Herra..” Herra kemudian melihat ke arah pintu.

“Ahh beliau datang… Nona Choi…”

Entah film apa yang sedang diputar di hadapannya, Xiaoting melihat dengan mata dan kepalanya sendiri seorang Choi Yujin berdiri di depan pintu, Xiaoting tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya, ia membuka mulutnya lebar, ingin sekali ia meneriakan nama gadis yang sangat ia cintai itu namun entah kenapa ia seperti kehilangan suaranya.

Choi Yujin kemudian melihat ke arahnya, mata mereka bertemu, namun belum sampai satu detik berlalu, Yujin kemudian mengalihkan pandangannya, ia seperti tidak mengenalnya, ia seperti orang asing baginya. Choi Yujin kemudian berjalan ke kursi paling ujung di tengah-tengah meja rapat, kursi dengan sandaran paling tinggi di ruangan itu. Karisma-nya seolah membuat orang-orang di dalam ruangan membeku dan membisu.

“Silakan duduk.” Ucapnya saat ia sudah duduk di kursinya.

“Aku tidak punya waktu terlalu banyak, jadi aku harap kalian bisa efisien dalam mempresentasikan proposal kalian. Kantor baru yang rencananya akan kami bangun di kota ini memiliki peranan krusial untuk perusahaan, jadi aku hanya mengharapkan hasil yang terbaik. Jadi jika yang kalian presentasikan nanti menurutku biasa saja, aku tidak akan membuang waktuku, aku akan langsung mencari perusahaan lain.” Ucapnya tanpa basa-basi, pandangannya lurus tak sekalipun ia memandang ke arah Xiaoting.

“ Baik,Nona Choi Yujin..”

Nama itu, nama yang diucapkan oleh Tuan Baek adalah nama kekasihnya, jadi betul orang yang sedang duduk di kursi CEO itu adalah kekasihnya, tapi mengapa ia seperti tak mengenalnya, mengapa tatapan matanya begitu dingin, tidak seperti Yujin Eonnie-nya yang memiliki tatapan mata terhangat di dunia. Apa yang terjadi? Eonnie ada apa denganmu?

“Xiaoting, ayo mulai presentasikan proposal kita.” Ucap Tuan Baek.

Ia pun mengangguk, Xiaoting kemudian berdiri, berusaha menenangkan dirinya, berusaha menjadi dirinya yang selalu percaya diri di depan klien-kliennya. Xiaoting kemudian menjelaskan proposalnya, sambil sesekali melihat ke arah layar dimana proposal mereka ditampilkan. Beberapa kali matanya bertemu dengan mata Yujin, saat mata mereka bertatapan lagi-lagi mata Yujin tampak kosong, ia tampak hanya fokus dengan materi presentasi yang ia bawakan, tanpa peduli padanya, tidak ada cahaya di matanya, tidak ada kehangatan di dalamnya. Saat ia selesai membawakan presentasinya, Yujin hanya mengangguk, tidak ada pujian apalagi tepuk tangan.

Xiaoting kemudian kembali ke tempat duduknya. Sesampainya di kursinya, ia hanya bisa menundukan kepalanya, tak sanggup untuk melihat mata dingin Eonnie-nya.

Bos-nya dan rekan-rekan kerjanya yang lain tampak gugup melihat Yujin yang masih terdiam.

Setelah beberapa lama terdengar helaan napas dari ujung meja.

“Tuan Baek, what was presented earlier was not the best, tapi aku sedikit suka dengan keunikannya, lain daripada yang lain. Jadi aku mengharapkan revisi dari proposal kalian tadi itu untuk ada di mejaku dua minggu dari sekarang, setelah itu baru aku putuskan akan memberi kesempatan pada perusahaan kalian atau tidak.” Ucapnya sebelum berdiri untuk meninggalkan ruangan.

Entah darimana keberanian Xiaoting datang, namun ia tiba-tiba berdiri dan mencoba menghampiri Yujin, hal itu tentu membuat orang-orang yang ada di ruangan terkejut.

“Eonnie…”

“Nona Shen, jika masih ada yang mau dibicarakan kamu bisa bicara dengan sekretarisku. Aku tidak punya waktu..” Yujin yang memotong ucapan Xiaoting kemudian pergi meninggalkan ruangan begitu saja.

‘Nona Shen? kamu masih mengingat namaku Eonnie, wanita tadi itu benar-benar kamu? Eonnie, apa yang terjadi?’

Seribu pertanyaan berterbangan di kepalanya.

 

***

 

“Xiaoting, kamu baru pulang nak..” ucap Papa-nya saat Xiaoting memasuki apartemen.

Xiaoting hanya mengangguk lemas.

“Hei, ada apa?” Tanyanya khawatir ketika melihat ekspresi putrinya itu.

Xiaoting kemudian duduk di sofa di samping Papa-nya.

“Pa, Yujin Eonnie sudah kembali ke Korea.” Mendengar itu senyum Shen Yichen terbuka lebar.

“Benarkah? Bukankah itu berita bagus? Tapi mengapa wajahmu tampak sedih?”

Xiaoting menggelengkan kepalanya.

“Dia seperti bukan Eonnie-ku. Dia seperti orang asing yang tak mengenalku. Apa yang terjadi, Pa? apakah kamu mengetahui Sesuatu?”

“Aku sudah lama sekali tidak mendengar berita dari keluarga Choi, maafkan Papa Nak..”

Xiaoting kembali menggelengkan kepalanya.

“Tidak usah meminta maaf, Pa. aku masuk ke kamar dulu ya, aku lelah..” Xiaoting kemudian beranjak dan berjalan menuju kamarnya.

Ia kemudian berjalan ke laci mejanya mengambil sesuatu.

“Apakah kamu mau aku mengembalikan ini?” ucapnya pada anklet milik Yujin yang ada di tangannya. 3 tahun lalu beberapa hari setelah kepergian Yujin, saat ia sudah mengisi daya ponsel milik Yujin yang tertinggal, ia menerima pesan dari toko perhiasan yang memperbaiki anklet milik kekasihnya itu dan si pemilik toko meminta kekasihnya itu segera mengambil ankletnya. Kini anklet itu ada di tangannya, menjadi salah satu barang berharga buatnya selain kamera tua milik orang yang ia cintai itu.

“Eonnie, kamu telah kembali, namun mengapa saat kamu kembali rinduku tidak hilang, mengapa kali ini rinduku terasa lebih menyakitkan?” Tak terasa air matanya jatuh. “Mengapa aku baru merasakan benar-benar kehilangan ketika kamu kembali?”

 

***

“Kamu keterlaluan, Jin..”

Sudah cukup lama Seungyeon memarahi sahabatnya itu.

“Aku tidak melakukan apapun.” Jawab Yujin yang masih serius memeriksa dokumen-dokumen di hadapannya.

“Perubahanmu ini terlalu ektrim, Jinnie. Aku tidak suka.”

“Aku tidak memaksamu untuk suka.”

Seungyeon menggelengkan kepalanya.

“Ngomong-ngomong, aku menerima undangan dari Chaehyun dan Dayeon, apa kamu tahu mereka akan menikah 2 minggu lagi?”

Yujin menganggukan kepalanya.

“Aku tahu dari Seungcheol Oppa, entah kapan mereka bertemu yang pasti mereka mengundangku juga.” Jawabnya dengan nada datar. ” Kenapa mereka mengundangmu? Memangnya kalian dekat?” Tanya Yujin.

“Apakah kamu lupa? Pertemanan kami terjalin ketika kita semua menunggu Xiaoting sadar dari komanya tiga tahun lalu, dan aku pernah menjadi bintang iklan dari produk perusahaan orang tua Dayeon. Dayeon yang merekomendasikanku.”

Yujin terdiam sesaat ketika nama Xiaoting disebut.

“Jinnie…”

“Stop, aku tidak mau membahasnya.”

Seungyeon menghela napasnya. “Dari semua yang tidak berubah darimu hanyalah sikap keras kepalamu, Jinnie.. Apa yang aku pikirkan dulu sehingga bisa jatuh cinta padamu?…ckckck..”

“Itu yang selalu aku pikirkan dulu..” Jawab Yujin serius.

“Hei aku bercanda. You were lovable, that’s why. Tapi itu dulu, sekarang you are not so lovable..”

Yujin tak menjawab perkataan sahabatnya itu.

“Jinnie, nanti kita ke pernikahan Chaehyun dan Dayeon bersama-sama yah?”

“Kamu tidak akan pergi dengan Yeeun?”

“Gadisku itu akan ada di Paris pada tanggal itu, jadi apa salahnya gantinya aku pergi dengan sahabatku?”

“Jika aku tidak mau?”

“Yujin, mereka adalah sahabatmu juga, apapun yang terjadi kamu tidak boleh melupakan kebaikan-kebaikan mereka. “

Yujin kemudian mengangguk lemas.

“Huuuh, I miss the old Choi Yujin..”

Yujin tak menanggapi sahabatnya itu.

“ Kamu tahu…”

Ucapan Seungyeon terpotong oleh ketukan pintu. Herra, sekretaris Yujin memasuki ruangan kerja Yujin.

“Nona Choi, ada yang ingin bertemu denganmu”

“Siapa?”

“Nona Shen Xiaoting, dia datang membawa revisi proposal yang Nona minta..”

Seungyeon kemudian memberikan senyuman penuh arti ke arahnya.

“It will be interesting…” Seungyeon kemudian beranjak dari tempat duduknya. “ Aku pulang dulu yah..” ucapnya sebelum berjalan ke arah pintu namun sebelumnya ia membalikan badannya. “Jinnie, be nice..” ucap Seungyeon sebelum benar-benar pergi meninggalkan ruangan.

 

***

Xiaoting tak pernah melepaskan pandangannya dari wajah gadis yang tampak sangat fokus melihat revisian proposalnya. Berusaha mencari jawaban dari segala pertanyaannya, mencari keberadaan si imut Yujin dibalik wajah serius yang sedang ia pertontonkan sekarang.

Nampaknya Yujin telah selesai membaca semua isi proposal ketika ia meletakan dokumen tersebut di atas meja. Pandangannya kemudian ia arahkan kepada Xiaoting, mata mereka bertemu. Tak ada satupun yang gentar, Yujin dengan tatapan kosongnya, Xiaoting dengan tatapan meminta jawabannya.

“Ini lebih baik dari kemarin, walaupun tidak sempurna. Kamu beruntung aku sangat menyukai konsep bangunannya.” Ucap Yujin masih dengan nada monotonnya.

“Artinya?” Tanya Xiaoting, berusaha tetap tenang.

“Aku akan meminta orang legalku untuk langsung membuat perjanjian kerjasama dengan perusahaan kalian.”

Tanpa Xiaoting sadari, senyum lebar terlontar dari bibirnya.

“Terima kasih..” ucapnya tanpa bisa menyembunyikan perasaan bahagianya.

Lagi Yujin hanya mengangguk tanpa memberikan ekspresi apapun, pandangannya kemudian beralih ke laptop di hadapannya.

“Kamu boleh pergi Nona Shen. Sekretarisku akan menghubungi perusahaan kalian setelah draft Perjanjian kerja samanya selesai untuk kalian perlajari terlebih dahulu. Terima kasih.” Ucapnya tanpa melihat wajah Xiaoting.

Xiaoting menghela napasnya, ia tak bisa menahannya.

“Eonnie…” panggilnya.

Yujin kembali mengarahkan pandangan kepadanya.

“Nona Shen, aku harap kamu tahu situasi, aku tidak ingin mendengar sesuatu yang tidak professional di sini..”

“Apanya yang tidak professional? Aku hanya memanggilmu Eonnie..”

Yujin kembali mengalihkan perhatiannya ke Laptopnya.

“Seingatku kita tidak mempunyai orang tua yang sama, jadi aku bukan Eonnie-mu. Jadi aku harap kedepannya, kamu tidak memanggilku seperti itu. Tolong tahu batasan.”

Xiaoting tidak mempercayai apa yang ia dengar. Apakah kata-kata itu benar-benar keluar dari wanita yang ia cintai? Apakah Yujin Eonnie-nya sudah berubah menjadi seseorang yang dulu dirinya benci. Apakah kekayaan membutakannya?

‘Tidak mungkin, Xiaoting. Yujin Eonnie tidak seperti itu. Dia bukan orang yang seperti itu.’ Ia mencoba meyakinkan dirinya, ia tidak bisa menerima bahwa gadis dihadapannya ini berubah menjadi orang yang benar-benar ia tidak kenal.

“Nona Shen, maaf aku sangat sibuk, jika tidak keberatan…”

“Nona Choi, apakah aku berbuat salah? Mengapa kamu menjadi seperti ini? Jika aku ada salah tolong katakan padaku apa salahku. Jangan seperti ini, aku sudah lama menunggumu, mengapa kamu seperti ini?” Ucap Xiaoting lirih, ia sedang berusaha menahan air matanya untuk tidak keluar.

Tetap saja sepertinya Eonnie-nya tidak terpengaruh dengan kata-kata yang diucapkannya.  Tatapannya masih kosong ketika mata mereka kembali bertemu.

“Nona Shen, aku tidak terlalu mengingat apa yang terjadi dengan kita di masa lalu, jadi jangan mengharapkan aku mengingat apa salahmu ketika aku pun tidak terlalu mengingatmu. Jadi tolong, jangan buang-buang waktuku. Kamu harus tahu bahwa kita tidak bisa mengelak akan perubahan, aku sudah berubah dan aku harap kamu pun begitu, Jangan terus menerus melihat ke belakang..”

Xiaoting pikir hatinya tidak bisa lebih sakit lagi, namun kata-kata Yujin itu seperti final jab untuknya. ‘apakah secara tidak langsung kamu sudah melepau Eonnie? Ketika aku selalu memeluk erat kenangan kita? Ketika aku selalu teguh dengan keyakinan bahwa kamu akan kembali padaku? Ketika aku selalu berpikir bahwa pada akhirnya kita akan bersatu. So this is a goodbye for you? ‘ air matanya kini turun, ia benar-benar tidak bisa menahannya.

Xiaoting kemudian beranjak dari tempat duduknya, tak ingin orang di hadapannya melihat air matanya,

“Terima Kasih..” ucapnya buru-buru sebelum pergi meninggalkan Yujin.

Apakah ini saatnya Xiaoting benar-benar harus mengucapkan selamat tinggal?

 

***

Saat itu bukan hari terakhir Xiaoting bertemu dengan Yujin, pertemuan mereka menjadi sering ketika kedua perusahaan sudah menandatangani perjanjian kerja sama-nya. Namun seperti yang diinginkan Yujin, pertemuan mereka benar-benar murni professional, tidak ada lagi senyuman hangat, tidak ada lagi sapaan akrab yang biasa saling terlontar, dan tidak ada lagi Eonnie yang ia kenal.

Malam sudah semakin larut ketika Xiaoting baru sadar hanya tersisa ia dan Yujin di ruangan. Diskusi hari ini begitu alot sehingga semua orang tidak sadar bahwa hari sudah semakin gelap, ketika orang-orang berangsur pulang, Xiaoting yang masih fokus memperbaiki gambar teknisnya di laptopnya tidak sadar bahwa teman-temannya sudah tidak ada satupun yang masih tinggal di ruangan.

Perhatiannya kemudian tertuju pada sosok gadis yang tampak masih mengetikan sesuatu di laptopnya.

“Nona Choi, kamu belum pulang?”

Suara Xiaoting membuat Yujin memalingkan fokusnya dari laptopnya.

“Kamu sendiri?”

“Aku terlalu fokus, aku tidak sadar bahwa sekarang sudah larut malam.”

Yujin hanya menganggukan kepalanya, ia kemudian melihat ke arah jam di tangannya.

“Kalau begitu aku akan pulang sekarang..” ucapnya.

Xiaoting pun bergegas untuk membereskan barang-barangnya. Bagaimanapun ini bukan kantornya.

“Aku juga..” ucapnya.

Kini mereka berjalan bersama menuju lift. Ketika di dalam lift suasana terasa canggung. Tidak pernah terpikir sekalipun di benak Xiaoting, bahwa ia akan merasa canggung ketika bersama dengan Yujin. Terkadang ia berdoa bahwa semua yang ia alami ini hanya mimpi buruk, ia ingin terbangun di bawah pohon di panti asuhan dan melihat Yujin Eonnie-nya masih tertidur di bahunya. Xiaoting menggelengkan kepalanya berusaha menerima kenyataan yang ada di hadapannya, kenyataan bahwa sekarang semua tak sama lagi, Eonni yang berdiri di hadapannya bukan orang yang sama lagi, ia harus menerimanya.

Mereka pun sampai di depan pintu Lobby, malam itu langit sangat gelap dan tak lama hujan pun turun.

“ Nona Choi, apakah kamu tidak membawa mobil?”

“Aku sedang menunggu supirku, kenapa kamu masih di sini? Bukankah kamu biasanya membawa mobilmu sendiri?”

Entah mengapa ada setitik kegembiraan di hati Xiaoting mendengar pertanyaan Yujin, apakah orang di sebelahnya itu diam-diam memperhatikannya?

“Aku tak sengaja melihatmu kemarin turun dari mobilmu di parkiran..” Rupanya orang di sebelahnya itu tidak ingin melihatnya bahagia walau hanya sedetik saja.

Tak lama sebuah mobil sedan berhenti di depan mereka, seorang gadis turun dari mobil sambil membawa payung.

“Xiaoting, ayoo…” ucap gadis itu. Xiaoting terpaksa merepotkan Rina untuk menjemputnya karena temannya itu tinggal di apartemen yang sangat dekat dengan perusahaan Yujin, kebetulan ia berjanji untuk membantu Rina untuk menyelesaikan proyeknya, jadi ia memutuskan untuk menginap di apartemen Rina malam itu.

Xiaoting kemudian melihat ke sampingnya.

“Nona Choi, aku pulang duluan. Selamat malam.” Ucapnya . Ia kemudian berjalan bersamaan dalam satu payung yang sama dengan Rina menuju mobil.

Tanpa Xiaoting sadari, ada mata yang terus memperhatikanya sampai ia masuk ke mobil. Mata itu terus melihat ke arah mobil yang sedang berjalan sampai mobil itu benar-benar hilang dari pandangannya.

Yujin kemudian menghela napasnya dalam-dalam.

Ia mengambil ponsel di tas-nya. Ia kemudian melakukan panggilan telepon.

“Paman Jae, aku sudah selesai, kamu bisa menjemputku sekarang..” ucapnya pada supirnya.

 

***

 

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba, hari ini merupakan hari pernikahan Dayeon dan Chaehyun, dua orang sahabat yang berubah menjadi sepasang kekasih dan sekarang sudah resmi menjadi pasangan sehidup dan semati.

Malam ini merupakan resepsi pernikahan mereka. Sahabat, kerabat, dan semua orang terdekat bergantian memberikan selamat kepada mereka.

“Ahhh selamat...” ucap Mashiro setengah berteriak , ia kemudian bergantian memeluk kedua sahabatnya yang sedang berbahagia itu.

“Terima kasih Shiro.” Jawab Dayeon dan Chaehyun kompak. Pandangan mereka kemudian beralih ke pria yang sedari tadi tersenyum. “Oppa, terima kasih sudah datang…” ucap Dayeon kepada pria yang menjadi pendamping Mashiro malam itu.  “Tentu saja aku harus datang, kalian sudah aku anggap seperti adik-adikku..” ucap pria jangkung tersebut yang disambut oleh senyuman kedua mempelai.

“Xiaoting mana?” Tanya Chaehyun.

“Harusnya sih dia sudah ada di sini..” Mashiro kemudian melihat ke sekelilingnya. “Nah kebetulan sekali, itu dia.. Xiaoting! Rina !” panggilnya,

Xiaoting dan Rina kemudian menghampiri Dayeon dan Chaehyun, keduanya memberikan pelukan terhangatnya untuk kedua pasangan yang sudah mengikat janji mereka.

“Selamat yah, I’m happy for both of you..”

“Terima kasih, Ting.”

“Selamat yah, semoga kalian selalu bahagia..”

“Terima kasih Rina..”

 

Mereka berempat pun kemudian meninggalkan Chaehyun dan Dayeon. Memberi kesempatan mereka berdua untuk menyambut tamu-tamu yang hadir untuk memberikan ucapan selamat kepada mereka.

 

“Xiaoting, bukankah itu Yujin Eonnie?” Tanya Mashiro.

Xiaoting kemudian mengarahkan pandangannya ke arah yang ditunjuk oleh Mashiro. Dengan gaun hitam pendeknya, Yujin tampak menonjol dibandingkan dengan tamu-tamu lainnya, Xiaoting tahu bahwa Yujin adalah gadis yang sangat cantik namun gadis yang dilihatnya sekarang memiliki kecantikan yang tidak bisa ia deksripsikan dengan kata-kata, dan lagi jantungnya sepertinya sedang mengolok-oloknya, karena kini dengan tidak sopannya jantungnya berdegup begitu kencang.

Xiaoting seketika kehilangan fokusnya, segala skenario tiba-tiba muncul di kepalanya, sampai sekarang ia masih belum bisa menemukan cara untuk menghilangkan perasaannya kepada Yujin, dan sekarang rasanya ia ingin marah pada hatinya, mengapa saat ini ia harus merasakan jatuh cinta lagi kepada wanita yang sama, wanita yang sudah menghapus seorang Shen Xiaoting dari ingatannya.

“Hai semuanya…” Sapa Seungyeon, gadis yang sedang menggandeng wanita yang masih sangat ia cintai.

Xiaoting hanya bisa memberikan senyum tipisnya.

“Seungyeon Eonnie, apa kabar?” Jawab Mashiro. “Dan Yujin Eonnie, kapan kamu kembali?” Tanyanya sedikit canggung, Mashiro yang sudah mendengar cerita dari Xiaoting tidak tahu bagaimana harus bersikap di depan Yujin.

“Aku baik-baik saja..” Seungyeon kemudian melihat ke sampingnya. “ Dan Nona Choi di sampingku ini sedang kurang enak badan, maaf jika dia agak pendiam malam ini..”

“Mmm Okee..” Balas Mashiro tidak tahu harus berkata apa lagi.

“Mengenai pertanyaanmu, aku kembali ke Korea beberapa bulan lalu..” Kini gadis bernama Yujin itu mengeluarkan suaranya.

“Ohh Oke..” Mashiro kembali tidak tahu harus bereaksi apa mendengar gadis yang lebih tua darinya itu menjawab pertanyaannya dengan nada yang datar. Benar-benar tidak seperti Yujin Eonnie-nya yang selalu ramah padanya.

“Baik Kalau begitu, aku dan Yujin akan menghampiri Chaehyun dan Dayeon dulu untuk memberikan selamat kepada mereka. Nanti kita mengobrol lagi yah..” Seungyeon kemudian menarik tangan Yujin untuk menghampiri kedua mempelai.

Xiaoting kemudian menghela napasnya. Mashiro melihat ke arah sahabatnya.

“Kamu benar, Ting. dia benar-benar seperti orang yang berbeda. Seperti ada hantu orang lain yang merasuki tubuhnya..”

“kalian sedang membicarakan siapa?” Tanya Rina.

“Mmm salah satu teman kami, tapi mari kita lupakan saja, ini hari bahagia untuk sahabat kita jadi kita juga harus ikut bahagia untuk mereka..” Ucap Mashiro namun matanya masih tertuju pada Xiaoting yang tampak masih fokus melihat ke arah mantan kekasihnya yang sudah berjalan menjauh dari mereka. ‘Hopeless’ batinnya.

Rina yang tak paham dengan situasinya hanya menganggukan kepalanya.

 

***

Malam sudah semakin larut dan pesta pernikahan Chaehyun dan Dayeon sudah hampir sampai ke puncaknya. Semua tamu sudah duduk di depan meja yang sudah disiapkan sambil menikmati pertunjukan musik yang disediakan.

Ketika salah satu penyanyi sudah menyelesaikan lagunya, seorang gadis yang merupakan MC di acara pernikahan Chaehyun dan Dayeon naik ke atas panggung.

“ Wah lagu yang sangat indah sekali, walaupun lagu Endless Love sering sekali kita dengar di setiap pesta pernikahan namun nampaknya kita tidak akan pernah bosan mendengarnya. Dan mudah-mudahan lagu itu bisa menjadi cerminan pernikahan mempelai kita  Nona Dayeon dan Chaehyun, semoga cinta kalian akan terus abadi…” semua undangan kemudian meng-amini perkataan MC tersebut.

“Untuk pertunjukan selanjutnya, mari kita sambut sahabat dari kedua mempelai yang akan menyumbangkan sebuah lagu.. kita sambut dengan meriah,.. Nona Shen Xiaoting… “ Sorak Sorai dan tepuk tangan pun terdengar, tidak heran, Xiaoting adalah primadona ketika di sekolah tinggi dan kebanyakan undangan yang hadir adalah teman satu sekolahnya dulu.

Xiaoting pun naik ke atas panggung dengan membawa sebuah gitar.

“Terima kasih atas tepuk tangannya. Kali ini aku akan menyanyikan sebuah lagu, sebuah lagu yang aku persembahkan untuk salah satu undangan yang hadir di sini. Maaf Dayeon dan Chaehyun, setelah  lagu ini aku akan memberikan bonus satu lagu lagi khusus untuk kalian..” semua hadirin pun tertawa, termasuk Dayeon dan Chaehyun yang memberikan jempol tangan mereka tanda mereka memberikan izin Xiaoting menyanyikan lagu apapun yang ia suka.

“Baik lagu yang akan aku nyanyikan ini berjudul ‘When She Loved Me’ aku harap kalian suka, dan aku harap dengan mendengar lagu ini ‘Kamu’ bisa kembali mengingatku.” Matanya kemudian bertemu dengan mata indah milik gadis yang menurutnya paling cantik di pesta itu. ‘Eonnie, tolong dengarkan nyanyianku’ batinnya. Ia kemudian bersiap untuk memetikan gitarnya dan mendekatkan mulutnya ke Standing mic yang sudah disediakan.

 

https://www.youtube.com/watch?v=dZV8bzb0ric

(When she Loved Me – Katelyn Lapid Cover)

(Notes : Please listen to this song while reading)

 

When somebody loved me
Everything was beautiful
Every hour spent together
Lives within my heart

And when she was sad
I was there to dry her tears
And when was happy so was I
When she loved me

 

Mata Xiaoting tetap terfokus memandang mata Yujin ketika ia menyanyikan lirik per lirik lagunya, ia ingin pesannya bisa sampai ke hati gadis yang masih sangat amat ia cintai itu. Ini adalah usaha terakhirnya, ia ingin membuat Yujin mengingat semuanya.

 

Through the summer and the fall
We had each other, that was all
Just she and I together
Like it was meant to be

And when she was lonely
I was there to comfort her
And I knew that she loved me

 

Eonnie, apakah kamu ingat bahwa kamu sering mengatakan bahwa kamu tidak membutuhkan apapun? Kamu hanya butuh ada aku di sisimu. Kita sudah melewati puluhan pergantian musim bersama-sama, dan di setiap musim kamu selalu mengatakan bahwa kamu mencintaiku, sebagai adikmu, sebagai keluargamu, sebagai sahabatmu, dan di musim terakhir kamu mengatakan bahwa kamu mencintaiku sebagai kekasihmu.

So the years went by
I stayed the same
But she began to drift away
I was left alone
Still I waited for the day
When she'd say, "I will always love you"

 

Eonnie, selama tiga tahun aku terus menunggu dan menunggu. Aku masih Xiaoting yang sama. Seorang Shen Xiaoting yang sangat mencintai seorang Choi Yujin. Cintaku tak pernah berkurang bahkan saat kamu melupakanku, hatiku sakit tapi cintaku tak berkurang sedikitpun. Eonnie, aku ingin mendengar lagi kamu mengatakan bahwa kamu akan selalu mencintaiku.

 

Lonely and forgotten
Never thought she'd look my way
And she smiled at me and held me
Just like she used to do
Like she loved me
When she loved me

When somebody loved me
Everything was beautiful
Every hour spent together
Lives within my heart
When she loved me

 

 

Eonnie, aku mencintaimu, kembalilah padaku.

 

Air mata jatuh ke pipi Xiaoting saat ia menyanyikan lirik terakhir dari lagu itu, pandangannya masih ia arahkan kepada gadis yang ia cintai. Berharap pesannya sampai kepada gadis yang ia harap akan menjadi belahan jiwanya. Namun ia tidak bisa membaca arti tatapan mata Yujin, apakah pesannya sampai? Apakah hati Yujin tergerak? Apakah ia sudi kembali padanya?

Telinganya bahkan tidak bisa mendengar suara tepuk tangan yang memenuhi gedung pernikahan, yang ia rasakan hanya keheningan, ia menunggu dan menunggu jawaban dari gadis yang ia cintai. Namun tak butuh lama ia menemukan jawabannya ketika gadis yang ia cintai itu beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan gedung. Meninggalkannya.

‘Jadi ini jawabanmu, Eonnie. Apakah mulai hari ini aku harus menyerah? Dan mulai melelehkan semua memori bersamamu. Eonnie, you've lost your power to freeze the moment.’

 

***

Xiaoting tidak tahu bahwa gadis yang ia cintai itu sedang menangis sendirian di dalam mobilnya. Xiaoting tidak tahu bahwa gadis yang sedang menangis di dalam mobil itu merasakan setiap pukulan di setiap lirik yang dinyanyikan olehnya. Xiaoting tidak tahu bahwa gadis yang baru saja ia berikan nyanyiannya tidak pernah sekalipun melupakannya apalagi sampai berhenti mencintainya.Tentu bukan salahnya, Xiaoting hanya tidak tahu. Banyak hal yang Xiaoting tidak tahu.

 

*******************************************************************************

What’s wrong with Yujin?

What happened to Yujin?

will be explained in the next chapter, See Ya.. TY J

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sclocksmith #1
Chapter 18: Udah lama nggak komen di sini. A great, beautiful story! Berasa naik turun pas baca tiap chapternya. Perjalanan dan perjuangan yang nggak mudah buat mereka. Epilognya merupakan penutup yang sempurna. Semoga setelah ini masih ada lagi cerita xiaojin yang lain. Terima kasih banyak buat ceritanya. I love you!
Dashi456 #2
Chapter 18: Epilogue-nya 🤧🤧🤧 makasih author 😊
Mollu_Yanz #3
Chapter 1: Can someone please translate it in English ಥ_ಥ
Antoowizone #4
Chapter 18: Benar2 luar biasa, aku ingin menangis membacanya, pesan yabg bisa aku ambil dari fiksi ini adalah hal baik akan selalu berputar di sekitar orang-orang baik. Yujin yg sejak kecil dengan tulus menjaga dan menyayangi Xiaoting menciptakan seorang Shen Xiaoting yang luar biasa, Xiaoting yang akhirnya membalas semua kebaikan dan cinta Yujin berkali-kali lipat. They really deserve each other. Aku tahu ini sudah di akhir cerita, namun aku masih merasa ingin terus menerus menyaksikan kisah Xiaojin versi Freeze The Moment mu ini,hehe. Terima kasih author, aku akan menunggu ceritamu selanjutnya.
Iamreader #5
Chapter 18: My heart is full.. Thank You Author-nim.. 💗
PLAPLE #6
Chapter 18: OMG!!!!
THIS WAS PURE PRRFECTION!!!!
This epilogue showed so much of their complicity and romance but also their relationship with family and the overcome of crisis and fears!
I loved it and I feel so attached to this story!!!
Your story made my days happier and I saw myself waiting for an update every week!!!
I am a huge fan 😂😂
Thank you so much for this and I hope you keep writing amazing xiaojin stories as you always do!!
Freeze the moment was an amazing journey and it's my favorite au of all times!
Thanks again
Dashi456 #7
Terima kasih authornim.. ending yg membahagiakan 🤧 aku akan sabar menunggu epilogue nya. Terimakasih
PLAPLE #8
Chapter 17: I am so emotional right now!
I've accompanied this story since the first chapter and come to the last one is so amazing for me. The development of the characters was so well done and I could really see the growth in them but still see their aura being preserved!
so happy xiaojin could end up together and that yujin is taking care of her mental health! I loved the ending!
Thank you so much for always being a diligent writer that writes with so much passion and care!!! I saw myself waiting EVERY WEEK for an update of your AU and I can proudly say I'm a huge fan of your work!
You write too well!
I'll be waiting for a new XiaoJin AU from you :))
thanks for this amazing story and I'll look forward to the Epilogue ♥️
Antoowizone #9
Chapter 17: Hii, aku selama ini adalh silent reader, ingin mengucapkan terima kasih atas karyanya.. aku sangat suka Xiaojin dan cerita author membuat kerinduanku pada mereka cukup terobati.. aku sangat suka alur ceritanya, aku iri dengan hubungan yang dimiliki oleh Xiaoting dan Yujin, hubungan mereka menurutku sangat pure, dari kecil tumbuh bersama dan kemudian menjadi dewasa bersama. Di awal cerita aku merasa kasihan karena Yujin dan Xiaoting dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya karena keadaan yang memaksa, tapi aku bangga pada mereka yang bisa jadi tumbuh menjadi manusia yang luar biasa. jadi akan sangat mengecewakan jika di akhir cerita mereka tidak bisa bersama, maka dari itu terima kasih author, telah menyatukan mereka di akhir cerita, karena memang sudah seharusnya mereka bersatu.. maaf komentarku kepanjangan karena aku sangat menikmati ceritamu. Aku akan terus menunggu karyamu selanjutnya. Dan ditunggu epilogue nya. Sekali lagi terima kasih Author 😊
Yme265 #10
Chapter 17: Nice ending! You the great writer, keep the good work. I will keep support your next story if you still writing. Hope your life be happy too. Thank you