The Lone Star, in Search of Its Constellation

Freeze the Moment

“Rasanya senang sekali bisa kembali ke sini..” ucapnya sambil menyandarkan punggungnya ke batang pohon. Ia kemudian merasakan beban di bahunya yang semakin berat.

“Eonnie, kamu tertidur?” Tanya Xiaoting pada gadis yang lebih tua darinya itu.

“Hmm.. anginnya membuatku mengantuk..” Yujin kemudian merangkul lengan Xiaoting semakin erat, ia semakin menenggelamkan kepalanya di bahu Xiaoting.

Xiaoting kemudian mengistirahatkan kepalanya di atas kepala kekasihnya.

“Aku suka sekali dengan awal musim gugur, belum terlalu dingin dan juga tidak panas..” ucap Xiaoting

“Hmm setelah ini kita harus membeli baju-baju tebal untuk persiapan musim dingin.” Balas gadis di sampingnya.

“Tumben sekali, bukannya masih ada persediaan baju musim dinginmu di lemari..”

“Aku hanya akan menambah beberapa saja. .”

“Baiklah, aku juga akan membeli beberapa”

“Mengapa Mother Narae belum pulang juga yah?” Tanya Xiaoting.

“Entahlah, tapi aku penasaran mengapa ia tiba-tiba ia menyuruh kita ke sini..” Yujin kemudian mengangkat kepalanya dari bahu Xiaoting.

“Mungkin ia hanya kangen saja kepada kita, dipikir-pikir kita sudah lama tidak berkunjung ke sini..”

“Kamu benar juga, sudah lama sekali kita tidak ke sini. Umm Xiaoting buat apa kamu meminjam gitar milik anak-anak? “

“tadinya aku mau menyanyikan lagu untukmu di bawah pohon rindang ini, aku mau mencoba membuatmu terkesan .”

“ckckck, apa lagi yang ada di otakmu?”

“AKu baca-baca artikel di internet, katanya kita harus sering meng-charge pasangan kita dengan gesture-gesture romantis, supaya mereka tidak pernah bosan dengan kita. Aku mau mencoba itu..”

“Astaga, mengapa kamu baca artikel yang aneh-aneh sih?”

“Hahaha… dipikir-pikir memang konyol, makanya aku tidak jadi melakukannya.”

“Hmm, tapi sayang jika gitarnya dianggurkan seperti itu..” Yujin kemudian menunjuk gitar yang tergeletak begitu saja di rumput. “Ayo kamu mainkan satu lagu untukku..”

“Oke..” Jawab Xiaoting tanpa basa-basi, ia kemudian mengambil gitar yang tergeletak di rumput.

Xiaoting mulai memetik gitarnya. Ia kemudian mengeluarkan kemampuan bernyanyinya.

 

(Those sweet words – Norah Jones)

https://www.youtube.com/watch?v=PMQtB3qjoh8

 

What did you say?
I know I saw you singing
But my ears won't stop ringing
Long enough to hear those sweet words
What did you say?

End of the day
The hour hand has spun
But before the night is done
I just have to hear those sweet words
Spoken like a melody

All your love is a lost balloon
Rising up through the afternoon
'Til it could fit on the head of a pin

Come on in
Did you have a hard time sleeping?
'Cause the heavy moon was keeping me awake
And all I know is I'm just glad to see you again

See my love like a lost balloon
Rising up through the afternoon
And then you appear

What did you say?
I know I saw you singing
Why my ears won't stop ringing
Long enough to hear those sweet words
And your simple melody

I just have to hear those sweet words
Spoken like a melody
I just wanna hear those sweet words

 

 

Xiaoting kemudian mengakhiri lagunya.

 

“Bagaimana? Apakah rasa cintamu sudah bertambah?”

 

You sing a romantic song for me, under a shady tree, when the sky is clear, when the air is good, my love has grown beyond the height of this tree..” Ucap Yujin seraya membelai pipi kekasihnya itu

“Only beyond the height of this tree?” Tanya Xiaoting.

“Ahh ralat.. my love has reached to the farthest galaxy.” Jawab Yujin lagi.

“Jangan terlalu jauh nanti aku susah untuk menyusul, romantic gesture apalagi yang bisa aku lakukan untuk mencapai galaksi terjauh?” Balas Xiaoting tak mau kalah

“Xiaoting,  I think we need to stop, Kadar gula di tubuhku sepertinya sudah sampai puncak with those sweet words from you…”

Xiaoting hanya tersenyum mendengar perkataan pacarnya itu.

“Kadar gulamu bisa turun jika kamu banyak berolahraga, nanti malam aku akan membantumu berolahraga..” Ucap Xiaoting sambil mengedipkan matanya.

Yujin hanya menggelengkan kepalanya.

“Aku tahu apa maksudmu.. ckckck..”

Xiaoting hanya tersenyum melihat reaksi pacarnya.

“Ahh rupanya kalian ada di sini..”

Terdengar suara wanita yang paling mereka sayangi. Yujin dan Xiaoting kemudian berdiri menghampiri wanita yang sudah membesarkan mereka.

“Mother..” ucap mereka bersamaan, mereka kemudian memeluk Mother Narae secara bergantian.

“Mengapa kalian baru datang sekarang? Jika aku tak memanggil kalian, kalian tidak akan ke sini..” ucap wanita tua itu sambil pura-pura memasang muka cemberutnya.

“Bukan begitu Mother, aku dan Xiaoting berencana untuk mengunjungimu akhir bulan ini…” Balas Yujin, ia merasa tidak enak terhadap orang yang sudah ia anggap orang tua kandungnya sendiri.

“Aku bercanda, aku mengerti dengan kesibukan kalian.. Hmm, bagaimana kalau kita duduk di bawah pohon itu?”

Yujin dan Xiaoting pun mengangguk. Mereka akhirnya duduk di tempat mereka tadi disusul oleh Mother narae yang duduk di hadapan mereka.

“Kalian tidak berubah, semenjak kecil tempat ini selalu jadi tempat favorit kalian..” Ucap Mother Narae seraya tersenyum mengingat masa lalu ketika anak-anak dihadapannya itu masih kecil.

“Terima kasih untuk tidak pernah menebang pohon ini, Mother..” ucap Xaoting.

“Aku tidak mungkin menebang pohon bersejarah ini.. Umm, ada alasan mengapa aku memanggil kalian ke sini..” ekspresi wajah Mother Narae mendadak berubah serius.

Ia kemudian mengambil sesuatu di tas yang dari tadi dipegangnya.

“Yujin, coba lihat ini.. “ Mother Narae kemudian memberikan sebuah anklet emas kepada Yujin.

“Apa ini Mother?”

“Ini adalah milikmu. Aku kira aku kehilangannya ketika kasus pencurian beberapa tahun yang lalu, ternyata benda ini jatuh di bawah lemari tua yang ada di kamarku..”

Yujin kemudian memperhatikan anklet itu dengan seksama, terukir namanya ‘Choi Yujin’  di bagian ornament yang berbentuk bintang.

“Tentu saja sekarang kamu tidak akan bisa memakainya karena ukurannya yang sangat kecil, tapi setidaknya itu adalah satu-satunya peninggalan orang tuamu yang bisa kamu kenang..”

Tiba-tiba perasaan sedih menghinggapi gadis yang dicintai Xiaoting itu. Xiaoting yang bisa membaca kesedihan di wajah kekasihnya lalu merangkulnya.

“Maafkan, aku jadi membuatmu sedih.”

Yujin menggelengkan kepalanya.

“Tidak apa-apa, Mother. Aku rasa dengan anklet ini mengingatkanku bahwa aku punya orang tua, walaupun aku tidak tahu mereka masih ada di dunia ini atau tidak..”

Mother Narae kemudian meraih tangan Yujin.

“Aku berdoa semoga akan ada titik terang terkait orang tua kalian. Tapi apapun itu aku akan selalu mendoakan yang terbaik buat kalian. Kedepannya mungkin akan banyak rintangan maka dari itu kalian harus terus saling menjaga..”

“Terima kasih, Mother..” Lagi Yujin dan Xiaoting mengucapkannya secara bersamaan.

“Ayo, aku sudah belanja banyak, kalian harus membantuku masak untuk anak-anak..”

Yujin dan Xiaoting pun menghabiskan hari mereka bersama Mother Narae dan teman-teman kecil mereka.

 

***

Yujin masih mencari tempat yang ditunjuk Xiaoting, ia berniat untuk memperbaiki anklet peninggalan orang tuanya dan mencoba untuk mengembalikannya seperti kondisi semula. Sayang sekali pacarnya itu tidak bisa menemaninya karena jadwal kuliahnya yang padat pada hari itu.

Karena sudah lama tidak jalan sendiri ke Mall seperti ini, Yujin sedikit kehilangan arah, Ia mencoba mengingat-ingat penjelasan Xiaoting padanya terkait lokasi toko yang bisa memperbaiki ankletnya itu.

“Yujin?” terdengar suara yang cukup familiar buatnya, Yujin pun menoleh ke arah suara berasal.

“Imo..” ucapnya dengan nada riang, ia sangat senang mellihat Imo favoritnya itu.

“Yujin sudah lama sekali..” Choi Kang Hee kemudian memeluk Yujin untuk sesaat.

“Iya Imo.. sudah lama sekali kita tidak bertemu.” Jawabnya.

“Kamu sedang mencari sesuatu?”

“Aku mau memperbaiki ankletku, namun aku tidak tahu tokonya di sebelah mana, jadi sekarang aku sedang sedikit kehilangan arah..”

“ Ahh bagaimana kalau aku ajak ke tempat langgananku?”

“Jika tidak merepotkan, Imo..”

“Tentu tidak akan merepotkan..” jawab Choi Kang Hee.

Ia pun menuntun Yujin ke toko langganannya.

Sesampainya di sana Kang Hee langsung mengenalkan Yujin dengan si pemilik Toko, karena saking seringnya ke sana, pemilik toko berserta pegawainya sudah sangat mengenal Choi Kang Hee.

“Apa yang bisa aku bantu?” Tanya Nyonya pemilik Toko.

“Aku mau memperbaiki ankletku, umm lebih tepatnya ankletku ketika aku masih bayi, rantainya sudah sedikit rusak. Apakah Nyonya bisa memperbaikinya agar seperti sedia kala?” Tanya Yujin.

“Apakah aku boleh melihat barangnya terlebih dahulu?”

Yujin kemudian mengeluarkan anklet tersebut. Ia lalu menunjukan anklet tersebut kepada si pemilik toko.

“Sepertinya umur anklet itu sudah sangat lama yah?” tanyanya.

“Umur anklet itu sama dengan umurku..” Jawab Yujin.

“Yujin, boleh aku lihat? Sepertinya anklet itu sangat berarti bagimu..”

Yujin kemudian menyerahkan anklet itu ke tangan Kang Hee.

Yujin bisa melihat perubahan ekspresi wajah Kanghee ketika ia memegang anklet miliknya. Ia bahkan bisa melihat tangan Imo-nya itu sedikit bergetar.

“Yu… jinn..” bahkan suaranya pun terdengar bergetar.

“Iyah Imo?”

“Kamu mendapatkan anklet ini dari mana?”

“Ini sudah ada di kakiku sejak aku bayi, Imo. Setidaknya itu yang diceritakan oleh Mother Narae. Kemarin ia mengembalikan anklet ini kepadaku..”

“Mother narae? Orang yang mengasuhmu di panti asuhan?”

Yujin pun mengangguk.

Choi Kang Hee kemudian menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Ia seperti menahan tangisnya.

“Tidak mungkin..” bisiknya. Ia kemudian menatap mata Yujin,

“Imo, apakah kamu baik-baik saja?”

Choi Kang Hee hanya membalasnya dengan menggelengkan kepalanya.

“Yujin, ada yang harus aku lakukan, maaf aku tidak bisa menemanimu..” Kang Hee kemudian mengembalikan anklet itu ke tangan Yujin, ia kemudian berdiri dan buru-buru pergi meninggalkan Yujin.

“Apa yang terjadi?” ucapnya.

“Mungkin Nyonya Choi punya urusan mendadak..” Jawab Nyonya pemilik toko yang dari tadi memperhatikan mereka.

Yujin kemudian memberikan senyumnya. “Iya mungkin saja.. Umm balik lagi ke anklet ini, apakah masih bisa diperbaiki?”

“Tentu saja, tapi aku butuh kurang lebih 3 hari untuk memperbaikinya.”

“Tidak masalah buatku..”

“Oke kalau begitu, akan aku kabari jika sudah selesai. Aku minta nomormu saja agar kami bisa menghubungimu nanti ketika perbaikannya sudah selesai.”

“Oke.” Yujin pun memberikan nomor teleponnya. Pikirannya kembali kepada Nyonya Choi ‘apa yang sebenarnya terjadi? mengapa ia menjadi seperti itu setelah melihat ankletku?’

Yujin kemudian menggelengkan kepalanya. ‘hanya perasaanku saja, mungkin memang dia ada urusan mendadak.’

Yujin berusaha untuk tidak overthinking lagi.

 

***

“Mungkin memang dia ada urusan mendadak saja, Eonnie…”

“Hmm, aneh saja, tidak biasanya dia seperti itu..”

“Sepertinya kamu sudah sangat dekat dengan Ibunya Seungcheol Oppa?”

“Dia sangat baik, Ting..”

“Iya sih, tapi aku merasa hubungan kalian unik saja, aku bisa merasakan chemistry antara kalian berdua.”

“Xiaoting really?”

“Hahaha.. Bukan Chemisty yang seperti itu, Umm Like mother and daughter?”

Yujin kemudian menghela napasnya dalam-dalam.

Melihat itu Xiaoting kemudian meraih tangan kekasihnya itu.

“Maafkan, aku tidak bermaksud mengingatkanmu…”

“It’s Ok, walaupun sudah terbiasa terkadang aku suka berandai-andai bagaimana rasanya punya ibu? Kamu merasakan hal yang sama denganku?”

“Hmm.. walaupun aku sangat bersyukur dengan kehadiran Mother Narae tapi tidak jarang aku membayangkan bagaimana rasanya punya ibu yang akan memarahiku jika aku pulang malam, walaupun gantinya aku punya seorang eonnie yang tidak kalah cerewetnya dengan seorang ibu...”

“Ckckck.. Jika ingat bagaimana bandelnya kamu ketika sekolah menengah, aku tidak akan lupa waktu ada orang tua temanmu yang memarahiku karena anaknya ada yang mengerjainya di sekolah…”

Xiaoting hanya tersenyum mengingat masa remajanya itu.

“Tapi setidaknya otakku yang encer ini membuat sekolah tidak bisa mengeluarkanku..”

Yujin kemudian membelai rambut pacar cantiknya itu.

“Xiaoting, jika orang tuamu masih ada, mereka pasti akan sangat bangga padamu, jika saja sekolahmu tidak mengklaim piala-piala hasil kemenangan olimpiade matematika-mu, mungkin apartemen kita sudah penuh dengan piala-piala itu…”

Xiaoting kembali meraih tangan Yujin, ia kemudian mendekatkan tangannya ke bibirnya lalu menciumnya.

“Eonnie, apakah kamu bangga padaku?” Tanyanya.

“Always, My Lone star.” Jawab Yujin.

“ Lone star?”

“For Me, You, Xiaoting, is Like a Lone Star, standing out among the rest, shines the brightest in the dark sky..  Kamu tidak punya apa-apa, tapi kamu bisa menunjukan kepada semua orang bahwa kamu bisa jadi yang terbaik.”

“Siapa bilang aku tidak punya apa-apa? Aku punya kamu.. Jika di mata kamu aku adalah bintang maka kamu adalah Konstelasiku..”

Yujin tersenyum mendengar jawaban Xiaoting.

“Ternyata begini yah rasanya hati yang berbunga-bunga?” ucapnya sambil tersenyum.

“Hatimu berbunga-bunga, Eonnie? Sepertinya keahlianku bertambah lagi..”

Suatu ide tiba-tiba menghampiri pikiran Yujin, ia kemudian beranjak dari tempat duduknya.

“Mau kemana, Eonnie?... Ohh..” Xiaoting lalu terdiam ketika mendapati Eonnie-nya sudah duduk di pangkuannya, menghadap ke arahnya.

“ Aku mau memberimu reward atas keahlian barumu itu..” ucap gadis yang lebih tua darinya itu, Yujin kemudian mendaratkan bibirnya ke bibir pacarnya. Mereka pun saling balas membalas ciuman yang merupakan candu buat keduanya. Xiaoting sudah mulai menempatkan tangannya ke dalam kemeja Yujin ketika tiba-tiba suara bel berbunyi.

“Arghhh.. siapa sih?” protes Xiaoting yang sudah mulai merasakan panas di tubuhnya.

“Sshhh.. aku buka pintu dulu yah..” ucap Yujin yang beranjak dari pangkuan Xiaoting, Yujin sedikit merapikan pakaiannya terlebih dahulu sebelum berjalan ke arah pintu.

Ketika Yujin membuka pintu apartemen mereka, ia melihat seorang pria yang tampak tak asing baginya berdiri di hadapannya.

Pria yang wajahnya tampak gugup itu memberikan senyum kaku padanya.

“Bukannya anda adalah..”

“Hallo Yujin..” sapa pria tadi. “Aku Shen Yichen, kita pernah bertemu di restaurant ayam goreng waktu itu..”

‘Shen?’ Pikirnya.

“Aku adalah ayah dari Xiaoting…”

“APA???” teriaknya. Ayah dari Xiaoting, ayah dari kekasihnya? Yujin mencoba mencerna informasi yang baru saja diterimanya.

“Eonnie, ada apa?” Xiaoting yang mendengar teriakan Yujin langsung menghampiri pacarnya itu.

“Xiaoting..” panggil pria yang tidak pernah dikenalnya.

“Maaf anda siapa?” Tanyanya. “Dan mengapa anda tahu namaku?”

“Xiaoting, Aku Shen Yichen, Ayahmu…”

“APA?” Reaksinya tidak jauh berbeda dengan Yujin. Ia tidak tahu harus berkomentar apa atas pengakuan pria di hadapannya.

“Maafkan aku, aku tahu ini sangat tiba-tiba, tapi aku..”

“Stop, jangan membual.. bagaimana kami bisa percaya?” ucap Xiaoting dengan nada sinis.

Yichen kemudian mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

“Ini adalah foto ketika kamu baru lahir..” Yichen kemudian menyerahkan satu buah foto ke tangan Xiaoting.

Di dalam foto tampak seorang bayi kecil yang sedang digendong oleh seorang pria, Xiaoting mengenal bayi tersebut karena ia pun memiliki foto dirinya ketika bayi yang diambil oleh Mother Narae. Lalu ia melihat ke arah Yichen, memang betul wajahnya mirip dengan pria yang ada di foto.

“Pria di foto itu adalah aku waktu masih muda..” Ucapan Yichen itu seperti menegaskan dugaannya.

Kepala Xiaoting tiba-tiba sakit mendengar itu semua, tangannya mencoba mencari tumpuan agar ia tidak terjatuh, melihat itu sang pacar, Yujin dengan sigap merangkulnya, menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.

“Kenapa?” ucapnya.

“Kenapa baru sekarang? kenapa baru sekarang muncul?Mengapa kamu meninggalkanku waktu bayi?” Ucap Xiaoting lirih.

“Aku terpaksa.. untuk menyelamatkanmu, aku terpaksa melakukannya..”

“Menyelamatkanku dari apa?”

“Ceritanya panjang, Xiaoting…”

Xiaoting menggelengkan kepalanya. “Aku tidak bisa percaya, apapun alasannya, orang tua tak akan pernah meninggalkan anaknya di depan pintu panti asuhan…”

“Xiaoting, maafkan Papa..”

“You are not My Papa!” Ucap Xiaoting. “You are not My Papa..” ucapnya lagi dengan nada lebih lemah.

Menyaksikan itu semua membuat hati Yujin sakit untuk Xiaoting dan untuk orang tua dihadapannya. Mungkin Tuan Shen punya alasannya sendiri, Yujin berpikir bahwa akan lebih baik jika mereka bicara baik-baik dulu.

“Bagaimana kalau kita bicara di dalam?” usul Yujin.

“Eonnie, untuk apa? Aku tidak mau dia masuk ke rumah kita…”

“Xiaoting, please. Kita dengarkan dulu apa kata Papamu..”

“‘Eonnie, dia bukan Papaku!”

“Xiaoting, Please..” Satu-satunya hal yang dapat meredakan amarah Xiaoting adalah tatapan dari Pacarnya itu.

Xiaoting yang sudah mulai menguatkan dirinya lalu berjalan pergi meninggalkan Yujin dan Yichen yang masih berdiri di depan pintu.

“Umm Paman, mari masuk..”

Yichen pun mengangguk, ia mengikuti Yujin ke meja makan tempat Xiaoting berada sekarang.

“Silahkan duduk..” ucap Yujin lagi.

Yichen pun kemudian duduk. Kini suasana di meja makan tampak canggung.

Xiaoting masih menolak bicara, Yujin yang merasa bahwa ini adalah urusan anak dan ayahnya pun memilih untuk tidak membuka mulutnya, menunggu dua orang yang duduk bersamanya itu untuk bicara.

“Xiaoting, kamu tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Ibumu pasti bahagia jika melihatmu sekarang…”

Mendengar ibunya disebut Xiaoting lalu mengalihkan pandangannya pada Yichen.

Yichen kemudian menundukan kepalanya.

“Maafkan aku, aku gagal melindungi kalian berdua..” air mata Yichen tiba-tiba menetes ke permukaan meja makan.

“Paman..” Panggil Yujin khawatir. Sedangkan Xiaoting tidak tahu harus bereaksi apa.

“Xiaoting, aku belum bisa menceritakan semuanya. Namun ada alasan mengapa aku harus menitipkanmu di panti asuhan, akan sangat bahaya jika kamu tinggal bersama kami..”

“Lantas bagaimana aku bisa percaya jika kamu tidak jujur padaku?”

“Maafkan aku..” Yichen kembali menundukan kepalanya.

Xiaoting kemudian menghela napasnya dengan dalam.

“Sekarang dimana Ibuku? Mengapa dia tidak menemuiku? Mengapa dia membuangku juga?”

Air mata Yichen kini mengalir lebih deras.

“Ibumu tidak bersalah, ia sedang tidur pulas ketika aku membawamu pergi…”

“Maksudmu? kamu memisahkanku dari ibuku sendiri? Dan sekarang kamu datang ke sini untuk meminta maaf? Bagaimana caranya aku memaafkan orang yang telah memisahkanku dari ibuku sendiri?!” Teriak Xiaoting, Kini air mata turut jatuh dari mata gadis cantik itu.

“Xiaoting, maafkan Papa, sekali lagi maafkan Papa..” Xiaoting hanya bisa menggelengkan kepalanya.

“Sekarang dimana ibuku?”

Yichen yang sudah berderai air mata semakin mengeraskan suara tangisnya, tidak akan ada yang menyangka pria setengah baya yang berbadan kekar itu bisa mengeluarkan suara tangis seperti itu.

“Jika aku bisa menggantikan tempatnya, aku akan lakukan…” ucapnya sambil terisak.

“Maksudmu?”

“Xiaoting, ibumu sudah tiada, setelah melahirkanmu dia mengidap suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan, dia meninggal beberapa bulan setelah aku membawamu pergi…”

Xiaoting pikir dia tidak akan pernah merasakan kesedihan terhadap orang yang tidak pernah ia temui, namun entah mengapa ia merasa hancur, ia memang selalu bilang bahwa ia sudah mengikhlaskan bahwa ia mungkin tak akan pernah tahu dan bertemu orang tua kandungnya, namun ketika orang yang mengaku ayahnya ini menyebut ibunya ada rasa harap yang tumbuh di hatinya, namun harapan itu langsung dipupuskan begitu saja oleh orang yang sama. ‘Jadi aku benar-benar tidak akan pernah bertemu ibu kandungku?’ kini kesedihan sudah menjalar ke seluruh tubuhnya, air matanya tak terbendung lagi.

Ia kemudian merasakan ada seseorang yang memeluknya erat, seseorang yang merupakan kekasihnya itu membelai rambutnya mencoba menenangkannya.

“Eonnie, I don't have a mother, I really don't have a mother, I should have expected this but why does it still hurt?” ucapnya.

Yujin yang bisa merasakan luka kekasihnya itu tidak bisa menjawabnya, Di kepalanya penuh pertanyaan, ‘Mengapa dunia begitu kejam terhadap Xiaoting-nya?’ tak terasa air matanya pun ikut jatuh.

“Xiaoting, maafkan aku..” Yi Chen berjalan mendekati putrinya.

“Stop…” Yi Chen menghentikan langkahnya ketika mendengar suara putrinya.

“Bisakah kamu pergi dari sini? Aku sungguh tidak bisa melihat wajahmu sekarang. Melihatmu aku jadi teringat ibu yang tak pernah kutemui karena keegoisanmu..”

“Xiaoting..”

“Tolong, bolehkah kamu pergi saja…”

“Paman, maafkan aku, tapi sepertinya kamu harus pergi dulu, Xiaoting butuh waktu, kalau sudah tenang kamu bisa kembali lagi..”

Xiaoting kemudian memandang wajah kekasihnya, ia menggelengkan kepalanya tak setuju dengan undangan kekasihnya untuk ayahnya kembali lagi ke apartemen mereka.

“Baiklah, Terima Kasih Yujin karena sudah menjaga Xiaoting selama ini. Xiaoting, sekali lagi maafkan Papa. Papa akan kembali dan Papa janji akan menjelaskan semuanya padamu jika waktunya sudah tepat..”

Shen Yichen pun pergi meninggalkan apartemen Yujin dan Xiaoting.

***

“Yujin, mengapa kamu melamun?”

“Ahh tidak apa-apa Imo, aku sedang memikirkan sesuatu..”

“Memikirkan apa?”

“Xiaoting.” Jawabnya jujur.

“Ohh.. Yujin, aku sudah tahu semuanya dari Seungcheol.”

“Maksud Imo?”

“hubunganmu dengan Xiaoting, aku sudah tahu..”

Yujin kemudian menundukan kepalanya, merasa tidak enak, ia masih ingat bagaimana Nyonya Choi menginginkan Xiaoting untuk bisa menjadi menantunya.

“Hei mengapa kamu menundukan kepalamu?”

“Maafkan aku, Imo..”

“Mengapa harus minta maaf? Yujin, aku mengerti bahwa hubungan percintaan anak muda zaman sekarang itu begitu rumit, jika memang Xiaoting tidak berjodoh dengan Seunghcheol yah sudah, berarti they have no red string of fate, Mungkin memang takdirnya Xiaoting adalah bersamamu.”

Yujin tersenyum mendengar perkataan Nyonya Choi tersebut.

“Terima kasih, Imo. It means a lot to me..” jawabnya.  Nyonya Choi pun meraih tangan Yujin dan mengusap-usapnya. “Aku berdoa untuk kebahagiaan kalian berdua..” ucapnya sambil tersenyum.

“Kang Hee Eonnie, sudah lama sekali kamu tidak ke sini..” Lee Soo salah satu penata rambut terkenal yang ada di Seoul datang menghampiri Nyonya Choi dan Yujin.

“Lee soo, aku ke sini untuk mengantar temanku, Yujin..” ucapnya sambil mengenalkan Yujin kepada Lee Soo.

“Aku baru tahu kamu punya teman semuda ini, pasti itu jurusmu untuk selalu awet muda seperti sekarang yah?”

“Hahaha, kamu bisa saja..”

“Oke, kalau begitu, ayo Yujin, aku akan membuat wajah cantikmu tampak lebih cantik berkali-kali lipat dengan potongan rambut barumu nanti..” ucapnya.

Yujin hanya membalasnya dengan senyuman.

Setelah kurang lebih satu jam berlalu, Yujin kembali menghampiri Choi Kang Hee.

“Imo, bagaimana menurutmu?”

“Oh My God, kamu cantik sekali Yujin. Benar kata Lee Soo, kamu jadi tambah cantik dengan potongan rambut sebahumu itu. “

“Terima kasih sudah mengajakku ke sini Imo.”

“No problem, kebetulan aku juga mau perawatan rambut, walau aku sudah berumur, aku tidak mau kalah dengan kalian yang muda-muda.”

“Kami yang muda-muda ini justru iri denganmu yang masih tampak awet muda, Imo..”

“Kamu seperti Lee soo saja..”

Yujin kembali membalasnya dengan memberikan senyumnya.

“Imo, maafkan aku tidak bisa berlama-lama di sini. Aku sudah janji dengan Xiaoting untuk makan bersama, kebetulan kampusnya dekat dengan salon ini..”

“Oke, terima kasih sudah menemaniku mengobrol, sudah sana, jangan biarkan Xiaoting menunggu..”

“Baik Imo, Sampai Jumpa Imo..”

“Sampai Jumpa, Yujin..”

Yujin pun pergi meninggalkan salon.

Choi Kang Hee kemudian berjalan menuju ruangan tempat Lee Soo sudah menunggunya.

“Eonnie, ini yang kamu minta..” Lee Soo kemudian menyerahkan plastik berisi beberapa helai rambut milik Yujin

“Terima kasih, Lee Soo..”

“Good Luck, Eonnie..” Lee Soo yang merupakan teman lama Kang Hee sudah mendengar cerita Kang Hee.

“Terima kasih Lee Soo, aku hanya berharap intuisiku ini benar..”

Selama beberapa hari ke belakang, Choi Kang Hee tak bisa berhenti memikirkan Yujin dan anklet-nya. Anklet yang sangat ia kenal itu adalah anklet yang ia desain sendiri, anklet itu dibuat khusus untuk bayi mungilnya dan ia yakin anklet dengan model itu hanya ada satu-satunya di dunia.

“Tuhan tolong biarkan firasatku kali ini benar. Aku mohon..” doanya sambil menggenggam barang yang bisa merubah hidupnya itu.

 

***

“Xiaoting!!..”

“Yujin!!”

Teriak mereka secara bersamaan.

Yujin kemudian mencoba mengatur nafasnya. “Wow, it was so intense” ucapnya masih dengan napas terengah-engah.

“Hahaha.. I can’t help it. Kamu cantik sekali dengan rambut barumu itu..”

Yujin tersenyum mendengar komentar pacarnya itu.

“Syukurlah jika kamu suka..”

“What? I don’t like it, I love it!” jawab Xiaoting.

Yujin kembali tersenyum, ia kemudian menarik selimut mencoba menutupi tubuhnya dan Xiaoting. Ia kemudian mengganti posisinya ke posisi duduk.

“Xiaoting..”

“Hmm..”

“ tadi aku bertemu dengan ayahmu di Minimart dekat apartemen..”

Ekspresi wajah Xiaoting pun berubah.

“Kita belum mendengar penjelasannya, Ting. Kita tidak tahu apa yang terjadi di masa lampau. Bukankah akan lebih baik jika kamu memberikannya kesempatan?”

“Eonnie, he kills my mother..”

“Xiaoting, ibumu sakit..”

“ Tapi dia yang menyebabkan ibuku sakit..”

“Xiaoting, kita tidak tahu cerita utuhnya seperti apa, mengapa tidak mendengarkannya dulu?”

“Mengapa kamu membelanya?”

“Aku bukan membelanya, aku hanya berpikir bahwa ini kesempatanmu bisa berkumpul dengan orang tua kandungmu..”

“Eonnie aku tidak menganggapnya sebagai orang tua kandungku..”

“Hei, jangan bicara seperti itu. Kamu beruntung ternyata kamu masih punya orang tua. Aku bahkan tidak tahu orang tuaku masih ada atau tidak..”

“Kalau begitu ambil saja ayahku untukmu..”

“XIAOTING!!”

Yujin kemudian menggelengkan kepalanya, ia lalu kembali berbaring dan membalikan badannya membelakangi Xiaoting.

Xiaoting sadar dengan apa yang diucapkannya sudah keterlaluan.

“Maafkan aku, Eonnie..” ucapnya sambil memeluk Yujin dari belakang.

“Kamu keterlaluan, Ting..”

“Aku tahu makanya aku minta maaf..”

“Terdengar tidak tulus..” Jawab Yujin yang tidak puas dengan permintaan maaf Xiaoting.

“Lalu aku harus apa?” Tanya Xiaoting.

“Bicara dengan ayahmu..”

“Kenapa topiknya harus ke sana lagi?”

“karena aku ingin kamu mendengarnya dulu Xiaoting. Setelah itu baru kamu putuskan, untuk menerimanya kembali ke kehidupanmu atau tidak.”

“Apakah kamu akan senang jika aku bicara dengannya?”

“Aku tidak mau alasannya karena aku, Xiaoting..”

“Tapi kamu selalu jadi alasanku untuk memutuskan sesuatu, Eonnie..”

“kali ini jangan, putuskan sesuai dengan apa yang dikatakan hatimu..” Xiaoting menghela napasnya.

“Mengapa selalu ada cobaan dalam hidup ini, baru saja aku menyelesaikan sesiku dengan psikolog dan terbebas dari mimpi burukku, sekarang apa lagi ini?” gumamnya

“Xiaoting, mengapa kamu menganggap kehadiran ayahmu adalah cobaan?”

“Karena dia datang dengan berita bahwa ibuku telah tiada..”

Yujin kemudian meraih tangan yang melingkar di pinggangnya.

“I’m sorry for your loss..”

Xiaoting mengangguk. “Apakah dia kesepian di sana, Eonnie? Apakah dia rindu padaku di sana?”

Yujin kemudian mencium tangan Xiaoting.

“Mengapa kita tidak mengunjunginya? Kita bisa meminta ayahmu untuk menemani kita ke makan ibumu..”

Xiaoting pun mengangguk.

“Kamu benar Eonnie, mungkin sudah saatnya aku bicara dengannya.”

Yujin pun tersenyum mendengar ucapan kekasihnya itu.

“Aku bangga padamu, kamu sudah semakin dewasa.”

“Hidup yang memaksaku jadi lebih dewasa dari umurku..”

“Yang kamu katakan itu benar, Ting…” Yujin kemudian kembali membalikan badannya menghadap ke arah kekasihnya. Ia kemudian membelai pipi pacarnya itu.

“Terima kasih sudah mau menemaniku untuk dewasa bersama.”

“Terima kasih juga Eonnie, aku tidak bisa membayangkan menjalani hidup seberat ini jika tidak ada kamu..”

Yujin kembali tersenyum.

“Ayo tidur, besok pagi aku akan menelepon ayahmu,,”

“Kamu sudah punya nomornya?”

“kami bertukar nomor tadi. Maafkan aku..”

Xiaoting menyelipkan rambut Yujin yang terurai ke belakang telinganya.

“It’s Ok. Aku percaya kamu tahu mana yang terbaik.. Umm ayo tidur, come here..” ucap Xiaoting sambil membentangkan lengannya.

Yujin kemudian mendekatkan tubuhnya ke pelukan orang yang paling ia cintai di dunia ini. Ia menaruh kepalanya di dada Xiaoting di bawah lehernya.

“I Love you, Xiaoting..” ucapnya sebelum memejamkan matanya.

“I Love you too, Sayang..” Balas Xiaoting yang juga langsung memejamkan matanya.

 

***

Kini Xiaoting dan Yujin sudah berdiri di tempat peristirahatan terakhir Ibu Xiaoting.Untuk Pertama kalinya Xiaoting melihat potret Ibunya di batu nisannya. ‘Kamu cantik sekali, Ma’ pikirnya.

‘Xiao Yu’ Nama yang terukir di batu nisan itu.

Xiaoting merendahkan tubuhnya, ia menyentuh ukiran nama Sang Ibu.

“Xiao Yu adalah seorang volunteer yang terbang ke sini untuk mengajar anak-anak yang tinggal di salah satu desa terpencil di sini. Ini bukan tempat pertamanya, dia sudah terbang ke sana kemari, dia pernah volunteer di Negara kami, lalu ke negara di Asia tenggara, dan terakhir ia memutuskan untuk datang ke Korea. Andai saja ia tidak datang ke sini dan bertemu denganku, mungkin ia masih hidup..”

Mendengar cerita Ayahnya itu, air mata Xiaoting pun jatuh.

Ternyata ibunya itu adalah orang yang luar biasa, rasa bangga muncul di hatinya, “Ma, jika kamu masih hidup, aku pasti akan banyak belajar darimu. Kita tidak pernah bertemu namun rasa sayang sudah tumbuh di hatiku. Ma, jika kamu mendengarku sekarang, aku hanya ingin mengatakan terima kasih sudah melahirkanku dan aku yakin kamu yang mengirimkan Yujin Eonnie sebagai malaikat pelindungku. I Love You, Ma, I hope you hear it..” Setelah mengatakan itu, tangisan Xiaoting pun pecah, emosi yang ia pendam selama ini sudah membuncah, ia tidak bisa menahannya lagi. Yujin dengan sigap lalu memeluk kekasihnya itu, tidak mencoba menghentikan Xiaoting, ia membiarkan pacarnya itu mengeluarkan semua rasa sedih yang ia simpan.

Yi Chen yang menyaksikan putrinya menangis seperti itu tak kuasa menahan tangisnya juga.

Mereka cukup lama menghabiskan waktu di Makam Xiao Yu, trying to pour out all the longing in their hearts, trying to express their love for someone who is no longer in this world but will always live in their hearts.

***

 Yichen, Xiaoting dan Yujin kini duduk di salah satu restoran tradisional yang ada di desa itu.

“Kalian tahu, restaurant ini pernah masuk TV nasional karena keotentikan masakan khas Korea-nya. Bisa dibilang restaurant ini adalah salah satu restaurant legend di negeri ini.” Ucap Yujin berusaha memecahkan kecanggungan antara Putri dan Ayahnya.

“Begitukah? Aku yang sudah lama tinggal di sini pun tidak pernah makan di sini, pantas rasa masakan di sini enak sekali..” Ucap Yi Chen sembari tersenyum.

“Benarkan?! Sudah lama aku tidak makan masakan seenak ini.” Yujin mengatakannya dengan penuh antusias, mencoba menghidupkan suasana. Yi Chen tersenyum mendengar ucapan Yujin, pandangannya kemudian berpindah kepada gadis yang duduk di sebelah Yujin.

“Umm Xiaoting, apakah ada yang ingin kamu tanyakan padaku?”

Xiaoting kemudian menatap mata Ayahnya. Gadis itu kemudian meletakan sumpitnya.

“Selama ini kamu tinggal di mana? Mengapa baru menemuiku sekarang?” Tanyanya tanpa basa-basi.

“Aku baru keluar dari penjara..”

“Apa? Kamu bercanda?” Kini mata Xiaoting semakin melebar, Yujin di sebelahhnya pun tak percaya dengan informasi yang baru ia dengar.

“Aku tidak bercanda. Selama kurang lebih 20 tahun aku harus mendekam di penjara atas kesalahan yang tak pernah aku lakukan.”

“Kesalahan apa?” Tanya Xiaoting lagi.

“Akan kuceritakan nanti, namun ini ada hubungannya dengan alasan mengapa aku menitipkanmu di panti asuhan. Ada orang yang mengancam akan berbuat jahat padamu, pada bayi kecilku. Aku tidak punya pilihan lain selain menjauhkanmu dari kami, aku hanya berusaha agar kamu bisa hidup dan tumbuh dengan tenang..”

Xiaoting menggelengkan kepalanya, tidak mempercayai kehidupannya yang seperti opera sabun itu.

“Siapa yang mengancamku, apa yang sebenarnya terjadi?”

“Xiaoting, Papa janji akan menceritakan semuanya, aku hanya butuh kamu percaya denganku, aku bukan orang jahat, aku menghabiskan waktuku di penjara untuk sesuatu yang tak pernah aku lakukan.” Xiaoting kembali menatap mata ayahnya, ia bisa melihat kejujuran di dalamnya.

Xiaoting kemudian menganggukan kepalanya.

“Untuk sementara aku percaya padamu, tapi kamu harus janji untuk menceritakan semuanya.”

Yi Chen pun tersenyum lebar. Ia kemudian meraih tangan putrinya. “Aku pasti akan menceritakan semuanya Xiaoting. Pasti.” Jawabnya. Xiaoting pun untuk pertama kalinya memberikan senyum kecilnya untuk Ayahnya.

Menyaksikan itu semua membuat perasaan hangat muncul di hati Yujin,  akhirnya Xiaoting-nya bertemu dengan orang tua kandungnya.

Ia berharap bahwa mulai hari ini, Xiaoting-nya tidak akan bersedih lagi, ia harap hari-hari Xiaoting kedepannya hanya akan diliputi kebahagiaan.

Seperti bisa membaca pikirannya, Xiaoting kemudian menoleh ke arah kekasihnya. Ia memberikan senyum terhangatnya untuk Yujin, mencoba mengekspresikan gratitude-nya tanpa harus mengucapkan kata.

‘Eonnie, as long as you are here everything will be fine. I will always be happy even on my saddest day, Asalkan kamu selalu ada di sisiku.’

 

***

Boss, istrimu baru saja masuk ke rumah sakit Chung Ang. Apakah perlu aku masuk juga?

“Kamu ikuti saja dia pergi ke ruangan mana, aku sudah dekat dengan area rumah sakit, aku akan masuk menyusulnya.”

Baik Boss..”

Jisung kemudian menutup teleponnya, ia kemudian mengarahkan mobilnya ke arah rumah sakit. Sudah beberapa hari ini ia merasakan ada hal yang janggal dengan tingkah laku istrinya. Istrinya itu tampak tidak fokus dan selalu tampak sibuk dengan ponselnya. Ketakutan mulai menghinggapi hatinya, ia takut istrinya sudah lelah dengannya dan berniat mengkhianatinya. Ia kemudian menyuruh orangnya untuk membututi istrinya.

“Apa yang ia lakukan di rumah sakit?” bisiknya.

Sesampainya di rumah sakit ia langsung berjalan ke ruangan yang sudah diinfokan orang suruhanya kepadanya.

“Laboratorium? Untuk apa dia ke sini?” Jisung menunggu di depan pintu, berharap istrinya itu akan jujur saat ia melihatnya.

Tidak begitu lama ia menunggu ketika pintu Lab terbuka, istrinya yang baru keluar dari sana tampak lunglai, air mata tampak masih tersisa di sela-sela matanya.

“Sayang, sedang apa kamu di sini..” Tanya Jisung tanpa berbasa-basi

Kang Hee tentu kaget melihat suaminya sudah ada di depannya.

“Jisung, kamu di sini? Kenapa kamu di sini? Apakah kamu mengikutiku?”

“Itu tidak penting, kenapa kamu ada di sini?Kamu belum menjawab pertanyaanku”

Kang Hee kemudian menganggukan kepalanya.

“Ayo kita ke mobilmu, jangan bicara di sini..” ucapnya. Ji Sung pun langsung setuju, mereka berjalan ke tempat mobil Jisung berada.

Mereka kini sudah berada di dalam mobil Jisung. Tiba-tiba air mata membasahi pipi Kang Hee.

“Hei, sayang ada apa?” Jisung kemudian menyeka air mata istri yang sangat ia cintai itu.

“Jisung, apa yang kita lakukan? Ternyata selama ini kita berada di dekat putri kita sendiri, tapi kita tidak melakukan apa-apa untuknya, dia berjuang dan menderita sendiri..”

Jisung bingung dengan ucapan istrinya.

“Mengapa kamu meracau seperti ini, apakah kamu sakit?”

Kang Hee menggelengkan kepalanya, Ia kemudian memberikan sebuah map kepada suaminya.

“Apa ini?” Tanya Jisung.

“Buka saja..”

Jisung lalu membuka map nya, ia kemudian mengambil kertas yang ada di dalamnya. Matanya kemudian terbelalak melihat tulisan yang ada di kertas. ‘Hasil test DNA? 99,99%, apa maksudnya?’

“Aku diam-diam mengambil sample rambutnya dan membandingkannya dengan rambutku dan rambutmu, tanpa sepengetahuanmu, aku membawa sample rambut kita ke laboratorium untuk dilakukan pengecekan DNA” Kang Hee kembali mengeluarkan air matanya.

“Jisung, Choi Yujin anak dari panti asuhan itu adalah putri kita, Choi Yujin kita..”

“Tapi bagaimana bisa?” Tanya Jisung masih tak percaya.

“Anklet, kamu ingat anklet yang pernah aku desain untuk putri kita? Yujin memilikinya, pengasuhnya di panti asuhan bilang bahwa Yujin sudah memakainya saat ia masih bayi..”

“Kang Hee, bukankan di pantai itu, putri kita..”

“Kita tidak pernah menemukan jenazahnya, Sayang. Polisi yang mengasumsikan putri kita sudah meninggal, tapi kita tidak pernah melihat jenazahnya..”

Seluruh tubuh Jisung kemudian bergetar, perasaan tak percaya campur bahagia bersatu. Ia lalu teringat sesuatu.

“Oh Tuhan, Yi Chen! Sayang apakah kamu tahu bahwa Xiaoting adalah putri dari Yi Chen?”

Kang Hee menggelengkan kepalanya. “Kang Hee, Yi Chen adalah orang dibalik ini semua. Tapi setidaknya dia tidak membunuh putri kita, Oh Tuhan. Kang Hee,putri kita masih hidup. Putri kita hidup!”

Tiba-tiba ia teringat perlakuannya pada Yujin.

“Tuhan, Apa yang aku lakukan? Aku telah menghina putriku sendiri.. Kang Hee apakah Yujin akan memaafkanku?”

Kang Hee kemudian menyentuh pundak suaminya.

“Yujin anak yang sangat baik, dia pasti akan memaafkanmu.”

Jisung kemudian tersenyum lebar, setelah puluhan tahun akhirnya ia bisa tersenyum dengan lebar.

“kang Hee, mari kita temui putri kita. Mari kita jemput dia. Kamu harus menelepon Misun untuk membersihkan kamar di sebelah kamar kita, kita akan siapkan kamar itu untuk Yujin..”

Kang Hee hanya bisa memberikan senyumnya melihat suaminya yang begitu antusias.

“Sabar sayang. Kita masih harus bicara dengan Yujin.”

Jisung pun menganggukan kepalanya.

“Kalau begitu kita harus pergi sekarang.” Ucapnya sembari menyalakan mesin mobil.

“Jangan ngebut, kita harus menemui putri kita dalam keadaan utuh..”

“Hahaha, baik sayang..”

Jisung tidak bisa melepaskan senyumnya di sepanjang perjalanan.

 

***

“Mengapa Eonnie dari tadi tidak mengangkat teleponku?”

Sepanjang perjalanan pulang dari kampusnya ia mencoba menelepon pacarnya untuk menanyakan apakah pacarnya itu mau menitipkan sesuatu padanya. Hari ini Yujin tidak ada jadwal kuliah dan kebetulan hari ini tidak ada pekerjaan di studio, pacarnya itu memutuskan untuk seharian beristirahat di apartemennya.

“Mungkin dia sedang tidur..” ucapnya lagi.

Tidak mau mengira-ngira, Xiaoting kemudian mempercepat langkahnya agar segera sampai ke apartemen mereka.

Setibanya di dalam apartemennya, Xiaoting langsung memanggil nama Eonnie-nya.

“ Yujin Eon…” belum sempat ia memanggil eonnie-nya ia langsung dikagetkan oleh keadaan apartemennya yang berantakan. Posisi sofa sudah tidak karuan, pecahan vas bunga yang baru dibeli Yujin berserakan di lantai, Bingkai foto yang berisi fotonya bersama Yujin yang awalnya tersimpan rapi pun ikut berserakan di lantai.

Kepanikan pun kemudian mulai menerpanya, Ia kemudian berlari menuju kamar Yujin, kosong. Berpindah ke kamarnya, kosong. Ia kemudian mencoba mencari Yujin di dapur, kosong.

“Eonnie, kamu dimana? Apa yang terjadi?” ucapnya dengan nada cemas, sambil menggigit bibir bawahnya Xiaoting mencoba berpikir dengan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin terjadi.

“No.. No.. No.  Yujin Eonnie baik-baik saja.. Yujin-ku baik-baik saja” Xiaoting mencoba menghapus pikiran-pikiran negative di kepalanya.

Dengan tangan yang mulai bergetar ia kemudian meraih ponselnya, berusaha untuk melepon nomor yang sudah sangat ia hapal di luar kepala.

“Please Eonnie angkat..”

Matanya kemudian terbuka lebar ketika mendengar suara ponsel berdering, ia mengikuti suara itu berasal. Di bawah meja makan yang tak kalah berantakannya, tergeletak ponsel yang sangat ia kenal, ponsel milik kekasihnya.

“No… No…Please No..” Xiaoting kemudian perlahan mengambil ponsel milik pacarnya itu.

“Sayang, apa yang terjadi?” ucapnya lirih. ‘Apa yang harus aku lakukan’ pikirnya.

Mata Xiaoting kemudian tertuju pada sehelai kertas yang diletakan di atas meja.

 

Xiaoting, Maafkan aku. Aku terpaksa melakukannya

SYC

 

Shen Yichen? Ayahnya sendiri? Apa yang ayahnya lakukan kepada orang yang paling ia cintai?

“BRENGSEK!!” ia tidak bisa menahan amarahnya.

Tidak lama ia mendengar suara bel berbunyi. Berharap itu adalah Yujin, Xiaoting kemudian berlari menuju pintu. Namun bukan, saat ia membuka pintunya ia mendapati orang tua Seungcheol berdiri di hadapannya.

“Halo Xiaoting” ucap Nyonya Choi dengan nada ramah padanya.

Xiaoting yang sedang kebingungan tidak tahu harus menjawab apa.

“Xiaoting? Mengapa wajahmu pucat? Ada apa?” Tanya Nyonya Choi lagi.

“Apakah Yujin ada di rumah?” Tanya Nyonya Choi. Mendengar nama pacarnya disebut, air mata tiba-tiba membasahi pipi Xiaoting.

“Xiaoting ada apa?” Nyonya Choi bertambah bingung dengan sikap gadis di hadapannya.

Xiaoting kemudian masuk ke apartemannya, sembari diam-diam mempersilahkan orang tua Seungcheol untuk ikut masuk dengannya.

“Mengapa apartemen ini berantakan seperti ini?” Kini terdengar suara Ayah dari Seungcheol mengomentari kondisi apartemennya. “Di mana Yujin?” tanyanya kini.

“Imoo…” Panggil Xiaoting dengan nada lirih.

“Apa yang terjadi Xiaoting?” Choi Kang Hee menghampiri Xiaoting

Isak tangis terdengar dari mulut Xiaoting.

“Eonnie-ku, sepertinya ada yang menculik.. ada yang menculik Eonni-ku..” tangisannya kini semakin pecah.

 “Dan sepertinya yang menculiknya adalah ayah kandungku sendiri.”

 

***

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sclocksmith #1
Chapter 18: Udah lama nggak komen di sini. A great, beautiful story! Berasa naik turun pas baca tiap chapternya. Perjalanan dan perjuangan yang nggak mudah buat mereka. Epilognya merupakan penutup yang sempurna. Semoga setelah ini masih ada lagi cerita xiaojin yang lain. Terima kasih banyak buat ceritanya. I love you!
Dashi456 #2
Chapter 18: Epilogue-nya 🤧🤧🤧 makasih author 😊
Mollu_Yanz #3
Chapter 1: Can someone please translate it in English ಥ_ಥ
Antoowizone #4
Chapter 18: Benar2 luar biasa, aku ingin menangis membacanya, pesan yabg bisa aku ambil dari fiksi ini adalah hal baik akan selalu berputar di sekitar orang-orang baik. Yujin yg sejak kecil dengan tulus menjaga dan menyayangi Xiaoting menciptakan seorang Shen Xiaoting yang luar biasa, Xiaoting yang akhirnya membalas semua kebaikan dan cinta Yujin berkali-kali lipat. They really deserve each other. Aku tahu ini sudah di akhir cerita, namun aku masih merasa ingin terus menerus menyaksikan kisah Xiaojin versi Freeze The Moment mu ini,hehe. Terima kasih author, aku akan menunggu ceritamu selanjutnya.
Iamreader #5
Chapter 18: My heart is full.. Thank You Author-nim.. 💗
PLAPLE #6
Chapter 18: OMG!!!!
THIS WAS PURE PRRFECTION!!!!
This epilogue showed so much of their complicity and romance but also their relationship with family and the overcome of crisis and fears!
I loved it and I feel so attached to this story!!!
Your story made my days happier and I saw myself waiting for an update every week!!!
I am a huge fan 😂😂
Thank you so much for this and I hope you keep writing amazing xiaojin stories as you always do!!
Freeze the moment was an amazing journey and it's my favorite au of all times!
Thanks again
Dashi456 #7
Terima kasih authornim.. ending yg membahagiakan 🤧 aku akan sabar menunggu epilogue nya. Terimakasih
PLAPLE #8
Chapter 17: I am so emotional right now!
I've accompanied this story since the first chapter and come to the last one is so amazing for me. The development of the characters was so well done and I could really see the growth in them but still see their aura being preserved!
so happy xiaojin could end up together and that yujin is taking care of her mental health! I loved the ending!
Thank you so much for always being a diligent writer that writes with so much passion and care!!! I saw myself waiting EVERY WEEK for an update of your AU and I can proudly say I'm a huge fan of your work!
You write too well!
I'll be waiting for a new XiaoJin AU from you :))
thanks for this amazing story and I'll look forward to the Epilogue ♥️
Antoowizone #9
Chapter 17: Hii, aku selama ini adalh silent reader, ingin mengucapkan terima kasih atas karyanya.. aku sangat suka Xiaojin dan cerita author membuat kerinduanku pada mereka cukup terobati.. aku sangat suka alur ceritanya, aku iri dengan hubungan yang dimiliki oleh Xiaoting dan Yujin, hubungan mereka menurutku sangat pure, dari kecil tumbuh bersama dan kemudian menjadi dewasa bersama. Di awal cerita aku merasa kasihan karena Yujin dan Xiaoting dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya karena keadaan yang memaksa, tapi aku bangga pada mereka yang bisa jadi tumbuh menjadi manusia yang luar biasa. jadi akan sangat mengecewakan jika di akhir cerita mereka tidak bisa bersama, maka dari itu terima kasih author, telah menyatukan mereka di akhir cerita, karena memang sudah seharusnya mereka bersatu.. maaf komentarku kepanjangan karena aku sangat menikmati ceritamu. Aku akan terus menunggu karyamu selanjutnya. Dan ditunggu epilogue nya. Sekali lagi terima kasih Author 😊
Yme265 #10
Chapter 17: Nice ending! You the great writer, keep the good work. I will keep support your next story if you still writing. Hope your life be happy too. Thank you