Relationship

Freeze the Moment

Dua bulan berlalu semenjak Xiaoting mengumumkan hubungannya dengan Seungcheol. Dan sudah hampir lebih dari satu bulan Yujin dan Xiaoting pindah ke apartemen baru mereka. Apartemen sederhana namun lebih besar dari apartemen mereka sebelumnya dan sesuai permintaan Yujin, apartemen mereka kini memiliki 2 kamar.

Frekuensi pertemuan Yujin dan Xiaoting semakin berkurang, Jadwal kuliah yang padat dan pekerjaan mereka masing-masing membuat mereka semakin jarang menghabiskan waktu berdua. Belum lagi di akhir minggu, Xiaoting akan menghabiskan waktunya dengan Seungcheol. Saat malam hari pun terkadang mereka tidak bisa melihat wajah sahabatnya, karena ketika yang satu pulang malam yang satunya lagi sudah tertidur di kamarnya.

Yujin menyadari itu semua, karena ia sendiri punya andil mengapa ia dan Xiaoting jarang bertemu. Yujin sendiri yang sengaja menghindari sahabatnya itu, ia hanya butuh waktu saja untuk menata hatinya, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan kembali bersikap normal kepada sahabatnya. She just needs time.

“Aku tidak mengerti mengapa kamu bisa betah bermain dengan angka-angka itu? Dan kenapa kamu tidak ambil jurusan yang sesuai dengan pekerjaanmu sekarang?” Tanya Seungyeon membuyarkan lamunannya.

“Angka-angka ini akan berguna kedepannya.” Jawab Yujin, ia kemudian kembali fokus ke tugas kuliahnya.

“Benar juga, jika kamu membuka studiomu sendiri, mungkin angka-angka ini akan berguna.” Balas Seungyeon.

“Atau jika aku tidak bisa meneruskan karirku sebagai fotografer, aku bisa melamar ke perusahaan manapun.” Jawab Yujin.

“Tidak mungkin, you’re too good.” Jawab Seungyeon.

Yujin hanya mengangkat bahunya mendengar komentar temannya itu.

“Kamu apakah tidak akan pindah ke rumahku saja? Sepertinya kamu lebih banyak menghabiskan waktu di rumahku dibandingkan di apartemenmu.” Tanya Seugyeon, tentu dengan niat bercanda.

“Aku tidak mungkin meninggalkan Xiaoting sendirian.” Ucap Yujin, menjawabnya dengan serius.

Seungyeon kemudian menghela napasnya panjang.

“Sampai kapan kamu akan menghindarinya?” Tanya Seungyeon.

“Apakah menurut kamu Xiaoting sadar aku menghindarinya?” Ucap Yujin balik bertanya.

“Mana aku tahu, kamu yang tinggal bersamanya.” Jawab Seungyeon.

“Hmm, sepertinya aku sudah keterlaluan.” Ucap Yujin lagi. “Mulai besok aku akan coba untuk bersikap normal.” Ucapnya lagi bertekad pada dirinya sendiri.

“Apakah kamu sudah siap untuk move on?” Tanya Seungyeon.

“Mengapa aku harus move on?” jawab Yujin

“What? Seriously Yujin? Kamu tidak berniat untuk move on? Kamu tahu itu bodoh sekali.” Ucap Seungyeon.

“Aku terbiasa hidup untuk mencintainya, can't imagine if I have to stop .” jawabnya dengan suara pelan.

Seungyeon kemudian menggelengkan kepalanya.

“Bagaimana jika ada orang yang bisa merubahnya? Bagaimana jika ada orang yang bisa menggerakan hatimu yang seperti batu itu?” Tanya Seungyeon.

“Apakah Xiaoting akan bahagia jika aku bisa move on?” Yujin kembali menjawab pertanyaan Seungyeon dengan pertanyaan.

“Mengapa semuanya harus tentang Xiaoting?” Ucap Seungyeon, frustasi dengan pikiran temannya itu.

Yujin kemudian tersenyum melihat wajah frustasi Seungyeon.

“Aku bukan ingin menyiksa diriku sendiri, aku hanya saja teringat janjiku waktu kecil, aku berjanji untuk memastikan Xiaoting untuk hidup layak dan bahagia. Kamu tenang saja, aku juga akan meraih kebahagiannku sendiri, tapi aku harus yakin dulu bahwa Xiaoting  sudah meraih kebahagiannya terlebih dahulu.” Jawab Yujin panjang lebar.

“Gadis beruntung..” Ucap Seungyeon.

“Siapa?” Tanya Yujin.

“Xiaoting, she is lucky to be loved by someone like you. “ Jawab Seungyeon sambil mengeluarkan senyum kecilnya. “ Hmm, tapi dipikir-pikir dia tak seberuntung itu.” Ucap Seungyeon lagi.

“Kenapa?” Tanya Yujin.

“Because she doesn’t know” Jawab Seungyeon.

Yujin pun terdiam, ia tak bisa menjawab perkataan Seungyeon. Ia kemudian memutuskan untuk kembali fokus kepada angka-angka yang ada di kertas di atas meja makan milik Seungyeon.

Seungyeon pun memberikan waktu temannya untuk melanjutkan tugas kuliahnya.

Setelah beberapa lama, Yujin kemudian meletakan ballpoint-nya.

“Ahh akhirnya selesai juga.. “ ucapnya sambil meregangkan tangannya. Seungyeon yang sedang asik bermain games lalu mengalihkan pandangannya ke temannya itu.

“Sudah selesai? Kalau begitu ayo! Aku sudah lama ingin mencoba es krim di Cafe baru itu.” Ucap Seungyeon bersemangat.

Yujin pun mengangguk, ia langsung membereskan semua peralatan kuliahnya.

“Ayo!” ucap Yujin tak kalah bersemangat, ia juga sudah tak sabar untuk mencoba es krim yang sedang hype di kalangan anak muda sekarang.

***

“Ahh syukurlah antriannya tak sepanjang dugaanku.” Ucap Seungcheol.

“Aku tidak mengerti dengan hype nya, rasanya biasa saja menurutku.” Ucap Xiaoting sambil memakan es krim-nya.

Mereka kemudian mendengar bisik-bisik orang di sebelah mereka.

“Itu bukankah Seungyeon? Waah daebak…” ucap seseorang.

Perhatian Xiaoting dan Seungcheol langsung berpindah kepada dua orang gadis yang baru masuk ke Café.

“Itu bukankah Yujin?” Tanya Seungcheol. Xiaoting hanya mengangguk.

“Dia semakin dekat saja dengan Seungyeon, aku sempat heran kenapa tiba-tiba agensi Seungyeon meminta Yujin jadi fotografer pribadinya, tapi sepertinya mereka sudah dekat sebelumnya.” Ucap Seungcheol lagi. Lagi, Xiaoting hanya mengangguk.

Yujin dan Seungyeon yang sudah memesan es krim mereka kemudian melihat ke arah Seungcheol dan Seungcheol.

“Yujin! Sini!” ucap Seungcheol mengajak mereka duduk di tempatnya dan Xiaoting.

Yujin ditemani oleh Seungyeon kemudian menghampiri mereka.

Mereka duduk di kursi di depan Xiaoting dan Seungcheol.

“Kalian ikut penasaran juga rupanya dengan es krim ini.” Ucap Seungcheol.

“Aku melihat teman-temanku mempostingnya di SNS mereka, aku jadi penasaran.” Jawab Seungyeon.

“Oh yah Seungcheol, Appa-ku sepertinya baru bertemu dengan ayahmu, apakah ia serius akan menanamkan modalnya ke agensiku?” Tanya Seungyeon lagi.

“Oh aku tidak tahu, aku sudah lama tak mengobrol dengan Appa.” Jawab Seungcheol.

Seungyeon hanya mengangguk mendengar jawaban Seungcheol.

“Apakah hari ini ada pemotretan?” Tanya Seungcheol.

“Tidak ada.” Jawab Seungyeon.

“Lalu mengapa kalian pergi bersama.” Tanya Seungcheol lagi.

“Memangnya tidak boleh? Lagipula kami berteman. Aku baru saja menemani Miss Choi disebelahku ini mengerjakan tugas kuliahnya.” Jawab Seungyeon.

“Wah aku tidak menduga kalian sedekat ini.” Komentar Seungcheol. “Kalian berdua kenal darimana?” Tanya Seungcheol penasaran.

Seungyeon kemudian mengalhkan pandangannya pada gadis di sebelahnya, ia lalu tersenyum mengingat perjumpaan pertama mereka.

“Long story, yang jelas pada hari itu, My little Choi here was my hero.” Jawab Seungyeon, pandangannya kembali kepada Yujin yang kini ikut tersenyum padanya. Tidak sadar dengan mata yang dari tadi memperhatikan mereka, Xiaoting tidak pernah bertanya kepada Yujin awal pertemuannya dengan Seungyeon, bukan karena ia lupa untuk bertanya, ia hanya tidak mau mendengar cerita Yujin dengan wanita lain, entah mengapa.

“Oke, berarti aku tidak usah khawatir lagi dengan usaha orang tua kita untuk menjodohkan kita.” Ucap Seungcheol. Mendengar ucapan Seungcheol, perhatian Yujin dan Xiaoting berpindah kepada satu-satunya pria diantara mereka, mata mereka terbuka lebar ketika mendengar info yang baru mereka dengar itu.

“Wahh Calm down.” Seungcheol kemudian meraih tangan Xiaoting. “It’s Ok Babe, aku dan Seungyeon tak pernah menggubris mereka, karena mungkin bosan tak pernah kami gubris mereka sudah tak pernah membahasnya lagi..”  Ucap Seungcheol. “Lagipula aku sudah punya kamu dan Seungyeon sepertinya sudah punya her little Choi.” Sambung Seungcheol sambil menggoda teman-temannya itu.

Xiaoting tak mengerti dengan kegalauannya sekarang, apakah ia khawatir dengan berita bahwa ternyata orang tua Seungyeon berniat menjodohkanya dengan wanita lain atau karena Seungyeon mengklaim Yujin Eonnie-nya sebagai miliknya. ‘My little Choi? What the F**k?’ batinnya.

“Kami hanya berteman.” Ucap Yujin.

“Kita tidak pernah ada yang tahu, Yujin.” Ucap Seungcheol.

Seungyeon kemudian mendekatkan dirinya ke tubuh Yujin, ia lalu mengacak-acak rambut temannya itu.

“Little Choi-ku ini sedang serius dengan kuliahnya yang sudah memasuki tahun akhir, tapi Seungcheol benar, siapa tahu di pertengahan jalan kamu jatuh cinta padaku.” Ucap Seungyeon menggoda temannya itu. Yujin hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah temannya itu.

“Hahaha. Senang sekali melihat interaksi kalian berdua, aku berdoa kalian berjodoh.” Ucap Seungcheol masih sambil tertawa.

“Amen.” Ucap Seungyeon.

Yujin tidak berkomentar, ia tahu temannya itu hanya menggodanya.

Pandangannya kemudian beralih ke gadis di hadapannya, Xiaoting kini memandang matanya dengan tajam, Yujin yang tak mengerti arti pandangan Xiaoting kemudian menaikan alisnya, seolah bertanya kepada sahabat di depannya itu. Xiaoting yang mengerti kemudian menggelengkan kepalanya, ia kemudian menundukan kepalanya, menghindari mata Yujin yang masih memandang ke arahnya.

“Umm Xiaoting sepertinya kita harus pergi, aku harus kembali ke studio setelah mengantarmu.” Ucap Seungcheol.

“Baik Oppa.” Ucap Xiaoting. “Eonnie, apakah kamu mau ikut pulang sekalian dengan kami?” Tanya Xiaoting pada Yujin, ia berharap sahabatnya itu mau ikut dengan mereka, dengan begitu ia bisa menghabiskan waktu berdua dengan Yujin di apartemen mereka, ia sangat merindukan Eonnie-nya yang  belakangan tampak sibuk sekali.

“Yujin dan aku akan pergi ke tempat lain setelah ini.” Jawab Seungyeon mewakili Yujin.

“Umm maafkan aku Xiaoting, aku akan pulang nanti bersama Seungyeon.” Ucap Yujin.

“Ok.” Jawab Xiaoting singkat, ia langsung pergi meninggalkan Yujin tanpa menoleh sedikitpun lagi.

“kami pergi yah.” Ucap Seungcheol kemudian menyusul pacarnya yang sudah berjalan duluan di depannya.

Yujin memperhatikan sahabatnya itu pergi dari ia masih berjalan di dalam Café, sampai  ia masuk ke mobil Seungcheol.

“Hopeless.” Komentar Seungyeon melihat tingkah temannya itu.

Yujin tak berkomentar apapun.

***

Yujin baru memasuki apartemennya ketika ia mendengar suara TV masih menyala.

“Xiaoting?” Panggilnya.

Ia kemudian berjalan ke arah sofa, sahabatnya itu sudah tertidur pulas di sofa yang baru mereka beli.

Melihat pemandangan itu Yujin hanya bisa menggelengkan kepalanya.

“Dia bahkan belum mematikan TV.” Ucapnya. Yujin kemudian menurunkan badannya sehingga sejajar dengan Xiaoting yang sedang berbaring. Ia tersenyum melihat wajah polos sahabatnya itu, wajah tanpa make up Xiaoting adalah yang terbaik. ‘Bahkan saat tertidur begini pun kamu sangat cantik, it’s not fair’ batinnya. Yujin kemudian membelai pipi sahabatnya.

“Xiaoting… “ ucapnya lembut mencoba membangunkan sahabatnya itu. Xiaoting kemudian membuka matanya, kini mata mereka saling beradu.

“Hai” Sapa Yujin seraya memberikan senyumnya.

“Hai” Balas Xiaoting dengan suara seraknya.

“Kenapa tidur di sini?” Tanya Yujin.

“Aku menunggumu, tapi sepertinya aku ketiduran.” Jawab Xiaoting.

“Ayo pindah, sudah jam 11 malam.” Ucap Yujin masih sambil membelai pipi Xiaoting.

“Kamu kenapa baru pulang?” Tanya Xiaoting.

“Seungyeon memintaku menemaninya syuting.” Jawab Yujin. Xiaoting kemudian menutup matanya lagi.

“Hei, ayo pindah ke kamarmu dulu sebelum tidur lagi.” Ucap Yujin yang kini membelai rambut sahabatnya.

“Aku tidak mau tidur dulu, aku ingin mengobrol denganmu, besok pagi kamu pasti sudah pergi lagi sebelum aku bangun.” Ucap Xiaoting masih dengan mata tertutup. Mendengar itu membuat Yujin merasa bersalah.

“Tidak akan, besok aku tidak ada jadwal kuliah dan kita bisa pergi sama-sama ke studio, kamu ada jadwal pemotretan kan?” Xiaoting kemudian membuka matanya, ia kemudian menganggukan kepalanya.

“Tapi aku tetap ingin mengobrol.” Ucap Xiaoting sambil mengerucutkan bibirnya.

“Baiklah.” Yujin kemudian duduk di lantai masih di tempat yang sama ia jongkok.

“Mengapa kamu duduk di lantai?” Tanya Xiaoting yang masih berbaring.

“karena tidak ada tempat lagi.” Jawab Yujin, Xiaoting kemudian bersiap untuk bangun namun Yujin menahannya.

“It’s Ok.” Ucapnya.

“Matamu sudah seperti panda.” Ucap Xiaoting kemudian menyentuh bagian bawah kantung mata Yujin. “Jangan bekerja terlalu keras, Eonnie.” Ucap Xiaoting dengan nada lembut.

“Benarkah? Mungkin sudah saatnya kamu membelikanku skincare.” Balas Yujin.

“Besok pulang aku pemotretan mau mampir ke Mall denganku?” Tanya Xiaoting. Yujin sedikit ragu dengan permintaan sahabatnya itu.

“Please, Eonnie.” Ucap Xiaoting lagi.

“Oke,besok aku akan memilih skincare yang mahal-mahal.” Ucap Yujin.

“No problem, aku punya uang banyak.” Jawab Xiaoting, mendengar itu Yujin lalu tersenyum, ia kemudian mengacak-acak rambut sahabatnya itu, suatu kebiasaan baginya.

“Xiaoting, aku bangga padamu.” Ucap Yujin.

“Aku juga bangga pada Eonnie.” Balas Xiaoting.

Mereka berdua pun saling bertukar senyum terbaiknya.

“Eonnie..” Panggil Xiaoting.

“Hmm?” Balas Yujin.

“Apakah kamu suka pada Seungyeon Eonnie?” Tanya Xiaoting dengan suara super pelannya.

“Aku suka padanya.” Jawab Yujin. Xiaoting mulai lagi merasakan perasaan tak nyamannya.

“As friend.” Lanjut Yujin. Xiaoting kemudian tersenyum mendengar itu.

“Dia sepertinya orang yang baik.” Ucap Xiaoting.

“She is. Dia benar-benar luar biasa.” Jawab Yujin. Perasaan tak nyaman kembali muncul lagi di hati Xiaoting.

“Apakah ada kemungkinan Eonnie akan menyukainya lebih dari seorang teman?” Tanya Xiaoting lagi.

Yujin kemudian mengangkat bahunya. “Tidak ada yang tahu, Ting.” Jawabnya.

Xiaoting tidak suka jawaban Yujin Eonnie-nya itu. Ia kembali menutup matanya, berusaha untuk menjernihkan pikirannya, ia sadar suatu saat dia harus melepaskan Yujin jika sahabatnya itu memutuskan untuk hidup dengan orang yang ia cintai. Ia membuka matanya ketika merasakan Yujin membelai rambutnya lagi.

“Yuk, sudah malam,kamu harus tidur dan aku harus mandi.” Ucap Yujin masih sambil membelai rambutnya. Xiaoting kemudian meraih tangan Yujin yang masih bertengger di kepalanya, ia kemudian membawa tangan Yujin kedekapannya.

“Tunggu sebentar Eonnie, aku mau kita seperti ini dulu.” Ucap Xiaoting.

Yujin kemudian membelai pipi Xiaoting dengan tangan satunya.

“Maafkan aku belakangan ini aku sibuk sekali, kita jadi tidak banyak waktu bersama.” Ucap Yujin setengah berbohong.

“Hmm sebenarnya aku mau marah padamu , tapi kamu tahu aku tidak bisa.” Balas Xiaoting.

Yujin tersenyum kecil mendengar jawaban Xiaoting.

“Kenapa senyum-senyum?” Tanya Xiaoting ketika melihat Yujin masih belum berhenti tersenyum.

“Aku hanya teringat waktu kamu masih di taman kanak-kanak, kamu ingat posisi kita persis seperti ini, kamu ngambek karena ada salah satu temanmu yang meledek gaya rambutmu, kamu menolak untuk tidur di ranjang dan bersikukuh untuk tidur di sofa. Aku ingat betapa susah membujukmu, padahal pada saat itu Mother Narae harus memindahkan sofa keluar karena besok paginya kita ada acara. Ckckck kamu tidak berubah Ting.” Ucap Yujin panjang lebar.

“Ingatanku agak samar-samar tentang itu.” Balas Xiaoting yang berusaha untuk mengingat kejadian yang sudah lama itu, namun ia tetap tersenyum mendengar cerita Yujin.

“Kamu masih sangat kecil saat itu, wajar jika tidak ingat.” Jawab Yujin.

“Eonnie, kamu harus janji padaku.” Ucap Xiaoting.

“janji apa?” Tanya Yujin.

“Jangan berubah. Apapun yang terjadi, jangan berubah.” Ucap Xiaoting.

“Aku janji.” Ucap Yujin yang kini tangannya berpindah mengusap-usap kening Xiaoting.

“Aku jadi mengantuk.” Ucap Xiaoting. Yujin kemudian tersenyum mendengar ucapan sahabatnya itu.

“Sudah waktunya tidur.” Ucap Yujin seraya beranjak dari duduknya, ia kemudian mencium kening sahabatnya itu.

“Sana pindah ke kamar.” Ucapnya lagi sebelum pergi meninggalkan Xiaoting yang kini menyimpan kedua tangannya di depan dadanya. ‘Mengapa jantungku berdebar’ batin Xiaoting. Ia kemudian menggelengkan kepalanya, tidak mau terlalu memikirkan perasaan aneh yang ia rasakan sekarang.

***

Yujin sedang bermain games di ponselnya sambil menunggu Xiaoting di lobi studio milik Seungcheol.

Choi Yujin!” muncul notifikasi di layar ponselnya.

“Hi Monkey.” Jawabnya.

Yaaah!!”

By the way, Little Choi kamu sedang apa?” Tanya Seungcheol

“Aku sedang menunggu Xiaoting selesai pemotretan.” Jawab Yujin.

Setelah itu?” Tanya Seungyeon

“Aku mau ke mall dengannya.” Jawab Yujin lagi

Aku tidak diajak? L” 

“Aku sudah janji dengan Xiaoting untuk pergi berdua saja.”

Oh.” Ketik seungyeon singkat.

“Maafkan aku, besok mau pergi denganku?” Tanya Yujin lagi.

Kencan? J”  Tanya Seungyeon.

Belakangan temannya itu sering menggodanya, Yujin sudah tidak tahu Seungyeon serius atau tidak, namun yang jelas ia tidak mau ambil pusing, ia menikmati kebersamaannya bersama teman yang belum terlalu lama ia kenal itu.

“Terserah mau disebut apa.” Jawab Yujin.

kalau begitu kencan! Besok aku jemput di apartemenmu yah.”Balas Seungyeon.

“Ok.” Jawab Yujin singkat.

Ia kemudian menyimpan ponselnya di sakunya.

Ia sudah mulai mengantuk ketika ia melihat Xiaoting berjalan ke arahnya di sebelahnya ada Seungcheol menggandeng tangannya. ‘of course’batinnya.

“Eonnie!” Panggil Xiaoting. Yujin kemudian berdiri mendekat ke arah Xiaoting.

“Sudah selesai?” Tanya Yujin. Xiaoting mengangguk.

“Umm Eonnie, maafkan aku, aku tahu ini seharusnya hari kita berjalan berdua, tapi Seungcheol Oppa perlu membeli peralatan untuk persiapannya pergi ke luar kota nanti lusa, apakah tidak apa-apa Oppa ikut?” Tanya Xiaoting merasa tak enak dengan sahabatnya itu.

Yujin yang merasa kecewa hanya bisa mengangguk, mungkin kedepannya akan selalu seperti ini, ia harus belajar terbiasa dengan situasi ini, kedepannya tidak hanya akan ada mereka berdua, ia harus sudah siap akan ada orang lain di tengah-tengah mereka.

“Oke, Ayo sebelum terlalu malam.” Ucapnya sambil memberikan senyum kecilnya.

Ia mengambil ponselnya berniat untuk menghubungi Seungyeon untuk menemaninya pergi ke Mall bersama Xiaoting dan Seungcheol, namun niat itu ia urungkan, ia tidak ingin memanfaatkan teman baiknya itu.

‘It will be okay’ batinnya.

 

 

 

***

She is not okay. Di depannya Xiaoting dan Seungcheol sedang saling menyuapi pasta yang mereka pesan, mungkin agar tampak lebih romantis mereka hanya memesan satu porsi untuk berdua.

“Aku sudah kenyang.” Ucap Xiaoting.

“Tidak bisa, kamu harus habiskan ini. Aku punya misi untuk menaikan berat badanmu.” Balas Seungcheol.

“ Nope!” Jawab Xiaoting kemudian menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Seungcheol kemudian mencoba menjauhkan tangan Xiaoting dari mulutnya, Xiaoting tetap bertahan hingga akhirnya terjadi perang kecil antar sepasang kekasih itu. Untuk orang yang melihat mereka tampak seperti pasangan imut dan menggemaskan namun tidak untuk Yujin.

‘they are so annoying’ batinnya.

Yujin kemudian menyilangkan tangannya, pandangannya kemudian berkeliling melihat suasana restaurant tempat mereka makan, mencoba untuk menghindar dari pemandangan menyebalkan di hadapannya.

Xiaoting yang melihat ekspresi Yujin Eonnie-nya itu langsung merasa bersalah, mereka seharusnya jalan berdua namun ia malah sibuk dengan Seungcheol.

“Eonnie..” Panggil Xiaoting meminta perhatian Yujin.

“Hmm..” Jawab Yujin.

“Setelah ini mau ke mana?” Tanya Xiaoting.

“Pulang.” Jawab Yujin singkat.

“Seungyeon tidak mengajakmu pergi?” Kini Seungcheol yang bertanya.

“Kami akan pergi besok.” Jawab Yujin.

“Mau pergi kemana eonnie?” Tanya Xiaoting.

“Sebenarnya aku tidak tahu, aku menyerahkan pada Seungyeon.” Jawab Yujin lagi.

“Mendengar jawabanmu sepertinya kalian akan berkencan.” Ucap Seungcheol kembali menggoda Yujin.

“Sepertinya memang begitu.” Jawab Yujin.

“Waah akhirnya ada kemajuan aku ikut senang.” Ucap Seungcheol lagi. 

Yujin hanya tersenyum mendengar komentar Seungcheol, pandangannya kemudian berpindah ke gadis di hadapannya. Xiaoting memandangnya dengan ekspresi yang tidak bisa ia baca. Yujin kemudian memberikan senyum tipisnya pada sahabatnya itu, Xiaoting membalasnya dengan senyum tipisnya juga.

“Oh Yujin, kemarin Eomma meminta nomormu padaku, aku tidak menyangka kalian saling mengenal.” Ucap Seungcheol.

“Aku bertemu dengannya di pestamu di Busan, Ibumu orang yang sangat baik.” Ucap Yujin seraya tersenyum mengingat perjumpaannya dengan wanita yang memintanya memanggilnya Imo.

“Eomma tidak berhenti membicarakanmu, sepertinya pertemuan kalian begitu berkesan buatnya.” Ucap Seungcheol lagi.

“Pertemuan kami sepertinya biasa saja, hanya saja.. entahlah aku tidak bisa menjelaskannya. Yang jelas kamu beruntung memiliki ibu seperti beliau.” Ucap yujin.

Seungcheol menganggukan kepalanya. “Dia memang ibu yang luar biasa, terima kasih sudah mau jadi temannya.” Ucapnya lagi.

“Dengan senang hati.” Jawab Yujin.

***

“Bagaimana pendapatmu?” Tanya gadis disebelahnya.

“Indah.” Jawab Yujin kepada Seungyeon. “Aku tidak menyangka dari semua tempat kamu akan membawaku ke sini.”ucapnya lagi. Seungyeon mengajaknya ke pusat observatory bintang di Seoul.

“Aku memang sengaja mencari yang out of the box untuk kencan pertama kita.” Ucap Seungyeon sebelum ia kembali melihat bintang melalui teleskop raksasa.

Are you really serious about this date?” Tanya Yujin.

Seungyeon kemudian mengalihkan pandangannya kepada gadis di sebelahnya. Wajahnya berubah serius.

Yes. I’m serious about this.” Balasnya.  “No pressure Yujin, aku tahu perasaanmu terhadap Xiaoting, kita buat ini mengalir saja.” Ucap Seungyeon.

“Kalau ini tidak berhasil?” Tanya Yujin lagi.

“kita tetap akan menjadi teman. Let it flow Yujin.” Ucap Seungyeon lagi.

Have you always been this casual?” Tanya Yujin.

Seungyeon kemudian mengangkat bahunya. “I just don't want to make an already hard life even harder.” Ucapnya.

“Aku harus banyak belajar darimu.” Balas Yujin.

“Tenang saja, My positivity is contagious.” Ucapnya lagi. “So?” Tanya Seungyeon lagi.

“Ok, let it flow you said.” Jawab Yujin.

Seungyeon tersenyum mendengarnya. Ia kemudian melihat ke teleskop lagi.

“Yujin, I will do my best.” Ucapnya sambil melihat bintang dari teleskop raksasa.

***

Seungyeon mengantar Yujin sampai ke depan gedung apartemennya.

“Terima kasih untuk malam ini. Walaupun aku tak mengerti istilah-istilah yang kamu jelaskan padaku tadi, yang jelas aku senang melihat titik-titik terang itu.” Ucap Yujin.

“Hmm ingatkan aku untuk tak mengajakmu ke sana lagi.” Balas Seungyeon.

“Hahaha. It’s Ok, pengalaman baru untukku, tapi cukup sekali saja yaa.” Ucap Yujin lagi.

Seungyeon hanya menggelengkan kepalanya.

“Hmm Yujin, terima kasih sudah memberikanku kesempatan, please remember to take it easy, no pressure, and let it flow.” Ucap Seungyeon.

“Ok, let it flow.” Jawab Yujin.

Seungyeon kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah gadis dihadapannya. Tak lama bibir mereka bertemu, tidak lama hanya sepersekian detik, namun cukup untuk ciuman pertama mereka.

“Terima Kasih.” Ucap Seungyeon lagi seraya memberikan senyumnya pada Yujin.

“Ehm..” suara seorang pria mengagetkan mereka. Pandangan mereka kompak berpindah ke arah suara.

“Seungcheol?” Sapa Seungyeon.”And Xiaoting, hello..” ucapnya lagi.

“Waah, maaf aku menganggu kalian, tapi kalian menghalangi pintu masuk gedung.” Ucap Seungcheol.

“Oh hahaha maaf.” Ucap Seungyeon, matanya kemudian kembali ke gadis dihadapannya. “Aku pulang yah, Bye.” Ia lalu mencium pipi Yujin sebelum pergi meninggalkan mereka bertiga.

“Xiaoting, aku juga pergi yah, good night, mimpi indah.” Ucap Seungcheol manis terhadap kekasihnya itu, ia kemudian mencium pipi Xiaoting. “Yujin aku pulang yaa.” Ucap Seungcheol sebelum pergi menuju mobilnya.

Kedua sahabat itu tidak tahu harus berbicara apa, akhirnya mereka berjalan menuju apartemen mereka berdua tanpa bersuara.

***

Malam itu Yujin tidak bisa tidur, ia terus membolak-balikan badannya. Perasaannya campur aduk saat itu. Ia tidak menyesali dengan keputusannya untuk lebih mengenal Seungyeon, namun mengapa masih ada perasaan mengganjal di hatinya. Ia yakin Xiaoting melihatnya ketika ia dan Seungyeon berciuman, tetapi kenapa pikiran itu menganggunya. Xiaoting mungkin tidak peduli.

‘tidur Yujin, tidur!’ perintahnya pada otaknya.

Tidak lama ia mendengar suara pintu kamarnya terbuka, dan suara langkah kaki mendekatinya. Kini kasurnya terasa seperti ada tekanan tambahan. Ia kemudian merasakan ada yang memeluknya dari belakang. Ia sangat mengenal tangan yang sedang melingkar di pinggangnya itu.

“Xiaoting.” Panggilnya.

“Eonnie, izinkan aku tidur di sini malam ini.” Ucap Xiaoting.

“Oke.” Jawab Yujin.

“Eonnie..”

“Hmm?”

“Selamat.” Ucap Xiaoting dengan suara seraknya.

“Ahh, kamu tadi lihat yah? Aku dan Seungyeon sedang mencoba untuk saling mengenal saja.” Jawab Yujin.

“Hmm, bukankah semuanya berawal dari sana.” Ucap Xiaoting masih dengan suara seraknya.

“Mungkin.” Jawab Yujin singkat.

Yujin bisa merasakan Xiaoting makin mempererat pelukannya.

“Eonnie, please be happy.”

“You too, Ting.”

“Eonnie, I Love you.”

“I Love you too, Ting. Good night.” Ucapnya sambil meraih tangan Xiaoting yang melingkar di pinggangnya.

“Good night.” Balas Xiaoting yang kemudian memejamkan matanya.

 

***

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sclocksmith #1
Chapter 18: Udah lama nggak komen di sini. A great, beautiful story! Berasa naik turun pas baca tiap chapternya. Perjalanan dan perjuangan yang nggak mudah buat mereka. Epilognya merupakan penutup yang sempurna. Semoga setelah ini masih ada lagi cerita xiaojin yang lain. Terima kasih banyak buat ceritanya. I love you!
Dashi456 #2
Chapter 18: Epilogue-nya 🤧🤧🤧 makasih author 😊
Mollu_Yanz #3
Chapter 1: Can someone please translate it in English ಥ_ಥ
Antoowizone #4
Chapter 18: Benar2 luar biasa, aku ingin menangis membacanya, pesan yabg bisa aku ambil dari fiksi ini adalah hal baik akan selalu berputar di sekitar orang-orang baik. Yujin yg sejak kecil dengan tulus menjaga dan menyayangi Xiaoting menciptakan seorang Shen Xiaoting yang luar biasa, Xiaoting yang akhirnya membalas semua kebaikan dan cinta Yujin berkali-kali lipat. They really deserve each other. Aku tahu ini sudah di akhir cerita, namun aku masih merasa ingin terus menerus menyaksikan kisah Xiaojin versi Freeze The Moment mu ini,hehe. Terima kasih author, aku akan menunggu ceritamu selanjutnya.
Iamreader #5
Chapter 18: My heart is full.. Thank You Author-nim.. 💗
PLAPLE #6
Chapter 18: OMG!!!!
THIS WAS PURE PRRFECTION!!!!
This epilogue showed so much of their complicity and romance but also their relationship with family and the overcome of crisis and fears!
I loved it and I feel so attached to this story!!!
Your story made my days happier and I saw myself waiting for an update every week!!!
I am a huge fan 😂😂
Thank you so much for this and I hope you keep writing amazing xiaojin stories as you always do!!
Freeze the moment was an amazing journey and it's my favorite au of all times!
Thanks again
Dashi456 #7
Terima kasih authornim.. ending yg membahagiakan 🤧 aku akan sabar menunggu epilogue nya. Terimakasih
PLAPLE #8
Chapter 17: I am so emotional right now!
I've accompanied this story since the first chapter and come to the last one is so amazing for me. The development of the characters was so well done and I could really see the growth in them but still see their aura being preserved!
so happy xiaojin could end up together and that yujin is taking care of her mental health! I loved the ending!
Thank you so much for always being a diligent writer that writes with so much passion and care!!! I saw myself waiting EVERY WEEK for an update of your AU and I can proudly say I'm a huge fan of your work!
You write too well!
I'll be waiting for a new XiaoJin AU from you :))
thanks for this amazing story and I'll look forward to the Epilogue ♥️
Antoowizone #9
Chapter 17: Hii, aku selama ini adalh silent reader, ingin mengucapkan terima kasih atas karyanya.. aku sangat suka Xiaojin dan cerita author membuat kerinduanku pada mereka cukup terobati.. aku sangat suka alur ceritanya, aku iri dengan hubungan yang dimiliki oleh Xiaoting dan Yujin, hubungan mereka menurutku sangat pure, dari kecil tumbuh bersama dan kemudian menjadi dewasa bersama. Di awal cerita aku merasa kasihan karena Yujin dan Xiaoting dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya karena keadaan yang memaksa, tapi aku bangga pada mereka yang bisa jadi tumbuh menjadi manusia yang luar biasa. jadi akan sangat mengecewakan jika di akhir cerita mereka tidak bisa bersama, maka dari itu terima kasih author, telah menyatukan mereka di akhir cerita, karena memang sudah seharusnya mereka bersatu.. maaf komentarku kepanjangan karena aku sangat menikmati ceritamu. Aku akan terus menunggu karyamu selanjutnya. Dan ditunggu epilogue nya. Sekali lagi terima kasih Author 😊
Yme265 #10
Chapter 17: Nice ending! You the great writer, keep the good work. I will keep support your next story if you still writing. Hope your life be happy too. Thank you