Intro

Freeze the Moment

Sudah dua gelas kopi yang dia minum, tapi rasanya itu masih belum cukup, ia masih harus dengan sekuat tenaga menahan kantuknya. Bos-nya itu sangat demanding, padahal fotonya ini akan dipakai untuk berita lusa, seharusnya masih ada waktu pikirnya, namun bos-nya meminta ia mengirimnya sebelum besok pagi.

“Masih belum selesai?” Tanya gadis yang sedang berbaring di tempat tidur.

“Belum, aku masih belum puas dengan pencahayaannya.” Jawabnya.

“Eonnie, Your boss doesn’t deserve your effort.” Ucap gadis yang kini beranjak dari tempat tidur mendekati gadis yang lebih tua darinya.

“Tapi aku masih butuh kerjaan ini, Xiaoting.” Jawab Yujin yang masih fokus mengedit hasil fotonya.

Xiaoting kemudian menghela napasnya panjang.

“Aku seharusnya tidak keluar dari Minimart itu.” Ucapnya.

“Ini tahun terakhirmu, kamu harus fokus sekolah jika ingin mendapatkan beasiswa itu.” Jawab Yujin.

“Tapi Eonnie aku tidak tega melihatmu seperti ini, kuliah lalu bekerja sampai larut seperti ini.” Ucap Xiaoting.

“It’s ok, lagipula fotografi adalah hobiku, aku hanya sial mendapatkan bos super demanding seperti Mr.Park.” Jawab Yujin.

“Apakah kamu tidak mau mencari tempat lain saja? hasil fotomu itu terlalu bagus untuk sekedar masuk surat kabar harian. “ Ucap Xiaoting lagi.

“Siapa yang mau menerima fotografer amatiran sepertiku, Ting? Masih syukur Mr.Park masih mau menerimaku, ingat kita masih harus membayar sewa apartemen ini.” Jawab Yujin lagi.

“Aku benci menjadi dewasa.” Ucap Xiaoting lagi.

“Apakah kamu mau kembali ke panti lagi?” Tanya Yujin. Xiaoting menggelengkan kepalanya.

“ Walaupun aku rindu dengan Mother Narae, aku tidak mau kembali tinggal di sana lagi.” Xiaoting kemudian menyentuh pundak Yujin. “Eonnie, aku berjanji setelah lulus aku akan membantumu.” Ucap Xiaoting. “Dan kita bisa pindah dari studio apartemen mungil ini.” Ucapnya lagi.

“Ok, sekarang kamu kembali tidur sana, pekerjaanku tidak akan beres jika mengobrol denganmu terus.” Ucap Yujin lagi.

“Eonnie, bagaimana kalau akhir minggu ini kita ke panti? Aku rindu dengan Mother Narae dan anak-anak yang lain.” Ucap Xiaoting tidak menggubris perintah Yujin untuk tidur.

“Baik, Xiaoting. Sekarang sana tidur. “ Perintahnya lagi.

“Baik Eonnie.. “ Ucap Xiaoting .

“Dan tolong benarkan posisi tidurmu, entah bagaimana caranya kemarin malam kamu menghabiskan hampir semua space tempat tidur, sampai-sampai hanya setengah badanku yang kebagian.” Ucap Yujin lagi.

“Hehe, itu karena kemarin aku tidak enak badan eonnie. Makanya jangan tidur terlalu malam jika ingin mengamankan posisi tidurmu.” Ucap Xiaoting yang kemudian berjalan kembali ke tempat tidurnya.

Yujin hanya menggelengkan kepalanya.

“Eonnie, aku tidur duluan ya. Good night.” Ucap Xiaoting sebelum menutup matanya

“Goodnight Xiaoting. Mimpi indah.” Ucap Yujin, ia kemudian meneruskan pekerjannya.

***

“Yujin, Xiaoting, aku senang kalian datang.” Mother Narae lalu memeluk anak-anak asuh kesayangannya itu.

“Bagaimana kabar kalian?” Tanyanya lagi.

“Kami baik-baik saja, Mother..” Jawab Yujin.

“Tapi kalian kurus-kurus sekali, apakah kalian butuh uang? Aku sudah bilang aku masih bisa mentransfer uang buat kalian tiap bulannya.” Ucap Mother Narae.

“Jangan, anak-anak di sini masih lebih membutuhkan daripada kami.” Jawab Yujin lagi. “lagipula aku sudah bekerja.” Ucapnya lagi.

“Baiklah, tapi kalian harus janji untuk tidak pernah telat makan.” Ujar Mother Narae kembali mengingatkan mereka.

“Baik Mother.. “ Ucap Xiaoting dan Yujin bersamaan.

***

Yujin tersenyum melihat hasil jepretannya, potret sahabatnya dan anak-anak panti yang sedang bermain menghasilkan gambar yang menurutnya genuine. Senyum sahabatnya dan anak-anak itu seolah tidak menggambarkan betapa kejamnya dunia. Ia, Xiaoting, dan anak-anak panti itu bisa dibilang anak yang kurang beruntung karena sejak lahir tidak pernah mengenal kata Appa dan Eomma, yang mereka tahu orang tua mereka adalah Mother Narae dan beberapa bibi yang sering keluar masuk. Namun Mother Narae selalu memastikan anak-anak asuhnya itu selalu bersyukur, ia selalu memberikan kasih sayang tanpa batasnya kepada semua anak asuhnya.

Perhatiannya lalu tertuju pada sahabatnya Xiaoting, ingatannya sedikit blur tentang pertemuan pertamanya dengan gadis tersebut. Bagaimana tidak, saat itu usianya masih 3 tahun ketika Mother Narae menunjukan kepadanya sesosok bayi cantik yang ditinggalkan di depan panti. Namun Mother Narae selalu bercerita tentang bagaimana ia selalu protektif terhadap Xiaoting bahkan saat dia masih bayi. Yujin dan Xiaoting pun akhirnya tumbuh bersama, walaupun akhirnya ia harus rela tinggi badannya disusul oleh sahabatnya itu.

Sejak kecil mereka selalu melakukan semua hal bersama-sama, maka saat waktunya Yujin harus keluar dari panti karena umurnya, Xiaoting memohon untuk ikut dengannya. Dengan berat hati Mother Narae mengizinkannya karena Xiaoting yang terus menangis. Mother Narae akhirnya melepaskan Xiaoting namun ia tetap memberikan bantuan secara finansial sampai Xiaoting berumur 17 tahun.

Kurang lebih hampir 4 tahun Xiaoting dan Yujin melewati hidup di kota besar bersama-sama, saling mengandalkan satu sama lain. Xiaoting sempat bekerja part time di minimarket hingga akhirnya ia dipaksa keluar oleh Yujin karena ujian akhirnya semakin dekat, Ia bertekad untuk bisa lulus dengan cepat dan masuk universitas dengan full beasiswa seperti Yujin. Ia berjanji pada dirinya, untuk mengubah nasibnya sehingga ia dan Yujin bisa hidup lebih layak dan bisa pindah ke apartemen yang lebih besar.

Bunyi lonceng terdengar, menandakan bahwa sudah waktunya makan untuk anak-anak panti , mereka pun lalu pamit kepada Kakak-kakak yang mereka sayangi itu.

Xiaoting kemudian menghampiri Yujin yang sudah beristirahat menyandarkan tubuhnya di pohon besar yang ada di taman itu.

“Eonnie, sedang apa?” Tanya Xiaoting saat ia sudah duduk di samping Yujin.

Yujin lalu menunjukan hasil jepretannya kepada Xiaoting.

“Wah hasilnya bagus-bagus sekali, aku masih berpikir kamu bisa lebih baik di luar sana dibandingkan tetap bertahan dengan perusahaanmu sekarang.” Ucap Xiaoting.

“Aku akan mempertimbangkannya, sekarang ini fokusku selain kuliah adalah untuk makan kita dan sewa apartemen.” Jawab Yujin. Xiaoting lalu meraih tangan Yujin.

“Eonnie tenang saja, sebentar lagi aku lulus, aku akan membantumu.” Ucap Xiaoting penuh determinasi. Yujin tersenyum mendengarnya. Ia kemudian mengusap puncak kepala Xiaoting, kebiasaan yang sering ia lakukan untuk menunjukan gratitude-nya.

“Kamu ada di samping Eonnie saja sudah cukup, kamu fokus belajar dulu saja.” Ucap Yujin. Ia kemudian mengistirahatkan kepalanya di bahu Xiaoting.

Ia kemudian menarik nafas panjang.

“Xiaoting, Bagaimana kamu melihat dirimu di masa depan?” Tanya Yujin.

“Hmm.. aku belum pernah memikirkannya, tapi yang jelas aku mau menjadi orang kaya. Aku akan mengajakmu tinggal di apartemen yang lebih besar dan kita tidak perlu memikirkan akan makan apa setiap harinya. Eonnie, aku akan membuat kamu tidak perlu kerja sampai dini hari lagi.” Ucap Xiaoting.

“Kamu bicara seperti itu seperti kita akan selalu tinggal bersama.” Ucap Yujin.

“Eonnie, apakah kita tidak akan tinggal bersama selamanya?” Tanya Xiaoting. Yujin kemudian mengangkat kepalanya dari bahu Xiaoting, ia lalu menatap mata sahabatnya.

“Ada waktunya kamu akan bertemu pria yang kamu cintai dan memutuskan untuk tinggal bersamanya, bahkan mungkin dalam waktu dekat akan tiba waktunya kamu akan memintaku pulang lebih lambat karena kamu ingin berduaan dengan pacarmu di apartemen kita.” Ucap Yujin lagi.

“Yaah Eonnie itu tidak akan terjadi. “ Protes Xiaoting.

“Hahaha, siapa tahu Xiaoting, sekarang belum saja.” Ucap Yujin.

“Hmm aku tidak suka dengan arah pembicaraan kita, walaupun nanti aku punya pacar atau semacamnya aku akan minta dia untuk membiarkanmu tetap tinggal bersamaku.” Ucap Xiaoting dengan muka cemberutnya. Melihat itu Yujin lalu mencubit pipi sahabatnya itu.

“Jangan cemberut, kamu seperti 10 tahun lebih tua dengan muka cemberut seperti itu.”ucap Yujin.

“Eonnie, bagaimana jika kamu yang menikah duluan, apakah kamu tidak akan mengajakku tinggal bersamamu?” Xiaoting tiba-tiba merasa sedih ketika memikirkan kemungkinan itu.

“Aku malah berpikiran untuk tidak akan pernah menikah.” Jawab Yujin.

“Kalau begitu, aku juga! Kita tidak usah menikah saja agar selalu tinggal bersama.” Ucap Xiaoting.

“Hei jangan bicara seperti itu! kita tidak pernah tahu masa depan akan seperti apa. Pokoknya untuk sekarang ini kamu fokus saja belajar, ujianmu tinggal 2 bulan lagi.” Ucap Yujin lagi.

Xiaoting kemudian mengangguk. Seperti teringat sesuatu ia lalu membalikan badannya menghadap ke arah batang pohon.

“Sedang apa?” Tanya Yujin.

“Aku sedang mencari sesuatu.” Jawab Xiaoting, tangannya kini meraba-raba batang pohon seperti mencari sesuatu, ia kemudian berdiri dan berjalan melingkari batang pohon tersebut.

“Ahh ketemu!” ucapnya lagi. Yujin kemudian ikut berdiri, penasaran dengan apa yang dicari sahabatnya itu.

“Eonnie, kamu ingat?” Tanya Xiaoting sambil menunjuk ke salah satu sisi batang pohon.

“Ya ampun masih ada ternyata.” Ucapnya.

“Aku, Xiaoting akan menikahi Yujin eonnie ketika dewasa nanti. “ ucap Xiaoting membacakan teks yang tertulis di batang pohon tersebut.

“Hmm sepertinya kamu menulis itu waktu masih umur 8 tahun, atau 9 tahun? Aku tidak ingat.” Komentar Yujin.

“Aku lupa tapi Konyol juga yah kalau dipikir-pikir.” Ucap Xiaoting lagi. Ia kemudian menoleh ke arah sahabatnya itu.

“Eonnie..” Panggil Xiaoting.

“Hmm” Jawab Yujin.

“Kok tiba-tiba melamun?” Tanya Xiaoting. Yujin menggelengkan kepalanya.

“Tidak apa-apa.. “ Jawabnya singkat. “Ayo kita pulang, aku masih harus mengerjakan tugas kuliahku.” Ucap Yujin.

Xiaoting pun mengangguk.

“Tapi aku ingin mampir membeli  toppoki dulu.” Ucap Xiaoting.

“Oke.” Jawab Yujin singkat.

***

“Xiaoting  apakah kamu bisa menjawab semua pertanyaan? “ Tanya sahabatnya, Mashiro. Hari ini merupakan hari terakhir ujian akhir mereka.

“Aku cukup percaya diri dengan jawaban-jawabanku. Yang jelas aku yakin lulus, aku hanya sedang cemas menunggu pengumuman beasiswaku, jika tidak lolos itu artinya aku tidak bisa kuliah. “ Jawab Xiaoting.

“Yujin eonnie pasti sedang ikut cemas juga ya?” Tanya Mashiro lagi.

“Sepertinya diantara kami berdua, dia yang paling cemas.” Jawab Xiaoting.

“Aku iri dengan hubungan kalian, aku dan kakak kandungku saja sepertinya tidak sedekat itu.” Ucap Mashiro.

“Dia lebih dari sekedar kakak buatku, Shiro.” Jawab Xiaoting.

Mashiro kemudian mengangguk. Ia sudah sering sekali menyaksikan kedekatan antara Xiaoting dan Eonnie kesayangannya itu.

“Oh yah, Chaehyun dan Dayeon mengajak kita karaoke. Kamu bisa kan?” Tanya Mashiro lagi.

“Hmm sebentar aku telepon eonnie ku dulu.” Jawab Xiaoting.

Xiaoting kemudian mencari ponselnya di dalam tas. Ia kemudian melakukan panggilan ke nomor Yujin.

Namun panggilannya tak kunjung diangkat oleh Eonnie-nya itu.

“Kemana yah dia?” ucapnya.

“Tidak diangkat?” Tanya Mashiro.

Xiaoting hanya menggelengkan kepalanya.

“Mungkin dia sedang sibuk, kamu chat saja, kabari kalau kamu akan pulang terlambat.” Usul Mashiro.

“Baiklah.” Jawab Xiaoting kemudian mengetikan pesannya untuk Yujin. Setelah selesai ia lalu menyimpan kembali ponselnya itu ke dalam tas.

Xiaoting kemudian menghela napasnya.

“Kamu tahu ekspresimu itu seperti seseorang yang teleponnya tidak diangkat oleh pacarnya sendiri.” Ucap Mashiro mengomentari ekspresi Xiaoting yang berubah menjadi suram.

“Pacar apanya? aku hanya bingung saja tak biasanya Eonnie tidak mengangkat telepon dariku.” Jawab Xiaoting dengan wajah masih suram.

Mashiro hanya mengangkat bahunya mendengar jawaban dari temannya itu.

“Ayo, Chaehyun dan Dayeon sudah menunggu.” Ajak Mashiro lagi.

“Sebentar..” Ucap Xiaoting , ia kemudian kembali memeriksa ponselnya. ‘Belum ada jawaban’ batinnya.

Ia pun kembali menyimpan ponselnya.

“Ayo..” ucapnya dengan nada lemas.

Mereka berdua pun pergi untuk menghampiri kedua sahabat mereka.

***

 

Salah satu hal yang paling dibenci Yujin dari pekerjaannya adalah hal yang harus ia lakukan sekarang ini. Bos-nya itu meminta ia menemani salah satu reporter mereka untuk mewawancari salah satu artis yang baru saja terkena skandal. Tugasnya apalagi kalau bukan untuk mengambil gambar. Ia tak mengerti, mengapa surat kabar harian harus ikut-ikutan mengejar selebriti seperti ini, mengapa mereka tak fokus saja dengan berita politik, kriminal, lingkungan, atau hal-hal lain yang lebih bermanfaat daripada sekedar mencari kesalahan seorang public figur. Dan yang lebih menyebalkan lagi baginya, ia harus berdesak-desakan dengan reporter dan fotografer lainnya yang juga menunggu untuk sang selebriti ke luar dari gedung agensinya.

“itu dia!” teriak salah satu reporter.

Pandangan Yujin pun berpindah kepada selebriti yang kini wajahnya penuh dengan sorotan cahaya kamera.

“Cantik.” Gumamnya.

“Yujin! Kenapa hanya diam saja, cepat foto!” ucap koleganya.

Yujin pun langsung mengarahkan kameranya ke arah selebritis yang sedang berjalan menuju mobilnya tanpa menghiraukan pertanyaan dari wartawan.

Yujin begitu fokus mengambil gambar tanpa sadar mata selebritis itu kini tertuju padanya, atau tepatnya pada kameranya. Tak menyiakan kesempatan Yujin berhasil mendapatkan foto terbaiknya pada hari itu.

“Seungyeon, apakah benar kamu memiliki hubungan dengan aktor Kim Nam sik yang sudah beristri? “

“Apakah benar kalian menghabiskan liburan bersama di Paris?”

Pertanyaan yang sama bertubi-tubi dilayangkan kepada Jang Seungyeon, Idol dan juga aktris yang sedang naik daun sekarang ini. Seungyeon terus berjalan menghindari para reporter yang terus mengerumuninya. Para reporter itu hampir tak memberikan space padanya untuk berjalan leluasa sehingga tanpa sengaja kaki Seungyeon mengenai salah satu kaki reporter yang membuat dirinya terjatuh.  Hal itu sontak membuat semua reporter mengangkat kamera mereka, mengabadikan momen yang menurut mereka akan menjadi headline, semuanya kecuali Yujin. Yujin yang melihat kejadian itu hanya bisa menggelengkan kepalanya karena tidak ada satupun manusia yang membantu Seungyeon untuk berdiri, tanpa pikir panjang, Yujin menghampiri sang artis dan membantunya berdiri.

“Terima kasih.” Jawab Seungyeon pelan sambil menatap mata Yujin.

“It’s ok, tolong lebih hati-hati.” Jawab Yujin.

Seungyeon pun mengangguk, ia kemudian kembali berjalan menuju mobilnya.

***

“Apa-apaan ini!” Teriak Mr.Park melemparkan print out artikel di internet dari pesaing perusahaan mereka ke meja di hadapan Yujin.

“Mengapa semua Koran, majalah, portal berita di internet dapat memberitakan ini? Tapi kita tidak! Mengapa kamu tidak dapat mengambil foto Selebriti itu ketika terjatuh?! Foto itu kini trending dimana-mana, tapi tidak satupun sumbernya dari website kita! We need that ‘click’ Yujin! Penjualan surat kabar sudah semakin menurun, setidaknya kita masih bisa mengandalkan penghasilan dari Website resmi kita. Mengapa kamu tidak pernah menjalankan tugasmu dengan benar!” Ucap Mr.Park dengan suara kerasnya. Ia seperti sengaja melakukannya agar semua orang di ruangan bisa mendengar .

“Maafkan aku Pak.” Jawab Yujin. Yujin tahu ia tidak salah, tapi ia tetap butuh meminta maaf jika ia masih ingin bekerja di tempat itu.

“Ahh aku bosan dengan permintaan maaf kamu, sana pergi! Ada unjuk rasa di depan gedung kementrian keuangan, ikuti Miduk dan tolong sekali saja bekerja dengan benar.” Ucap Mr.Park lagi.

‘masih belum selesai?’ batin Yujin. Ia pikir mengikuti selebritis adalah tugas terakhirnya hari itu. Ia pun kemudian mencari Miduk.

***

“Xiaoting, mau lagu apa? Dari tadi kamu belum memilih satu lagu pun.” Tanya Chaehyun.

“Kamu bahkan belum memegang mic sekalipun.” Tambah Dayeon.

“Xiaoting sedang menunggu balasan chat dari Yujin Eonnie.” Balas Mashiro mewakili sahabatnya.

“Memangnya Eonnie kenapa?” Tanya Chaehyun lagi.

“Tidak ada apa-apa” Jawab Xiaoting. “ Kalian berisik sekali, sini mana Mic-nya?.” Ucapnya lagi.

Xiaoting pun akhirnya ikut bernyanyi dengan teman-temannya itu.

Selesai karaoke, keempat sahabat itu pun memutuskan untuk makan di salah satu kafe di Hongdae.

“Xiaoting, kamu sudah apply untuk program beasiswa?” Tanya Dayeon.

Xiaoting kemudian menganggukan kepalanya.

“Aku sedang menunggu pengumuman, aku apply untuk jurusan arsitektur di Myongji.” Jawab Xiaoting.

“Dengan otakmu itu mengapa kamu tidak sekalian apply ke SNU?” Tanya Chaehyun.

“Myongji salah satu yang terbaik untuk arsitektur, dan aku tidak mau mengambil resiko tidak diterima jika aku memilih SNU. Jika aku tidak berhasil mendapat beasiswa, aku benar-benar tidak bisa kuliah, Aku tidak mau mengecewakan Yujin Eonnie.” Ucap Xiaoting.

“Hidupmu sepertinya hanya berputar dengan Yujin Eonnie.” Komentar Dayeon.

“Jangan bicara seperti itu, bagaimanapun mereka tumbuh bersama sejak kecil, jadi aku paham bagaimana jika jadi mereka.” Bela Mashiro.

“Kamu betul Shiro. Tapi Xiaoting kamu pernah terpikirkan tidak bahwa ada waktunya kalian harus hidup masing-masing? Dan membuat keputusan masing-masing?” Tanya Dayeon lagi.

“ Kami sempat membahasnya, tapi aku tak mau pikirkan itu sekarang.” Jawab Xiaoting.

Teman-temannya pun hanya mengangguk mendengar jawaban Xiaoting.

Tak lama ponsel Xiaoting pun berbunyi, ia buru-buru mencari ponselnya di tas. Senyum nya langsung merekah ketika melihat nama yang ada di ponsel.

“Eonnie!!!” Jawabnya dengan bersemangat.

Xiaoting, kamu dimana?” Tanya Yujin

“Aku sedang di Hongdae bersama Mashiro, Chaehyun, dan Dayeon.” Jawab Xiaoting.

Oke, aku ke sana yaa.. “ ucap Yujin.

“Oke Eonnie, aku tunggu.” Jawab Xiaoting lagi. “ Hati-hati, Eonnie..”  ucapnya lagi.

Oke.” Jawab Yujin dengan nada lelahnya.

“Eonnie?”Panggil Xiaoting lagi.

Hmm?” jawab Yujin.

“Are you okay?”

“ Bad day.” Jawab Yujin. “ nanti aku cerita ya, aku akan jalan sekarang. See you, Ting.”

“See you, Eonnie, Please be careful.” Ucapnya dengan nada khawatir.

Ok, Bye..” Jawab Yujin singkat,

Xiaoting kemudian menutup teleponnya.

“Jika aku tidak tahu bahwa Yujin Eonnie yang menelepon, aku akan mengira Xiaoting sedang berbicara dengan pacarnya di telepon.” Komentar Chaehyun pada teman-temannya.

“Aku sudah sering mendengar komentar itu, aku tidak peduli.” Jawab Xiaoting.

“Ngomong-ngomog soal pacar, kapan kamu akan menjawab pengakuan cinta Junki?” Tanya Dayeon pada temannya itu.

“Aku sudah menjawabnya lewat Kakao, aku langsung bilang bahwa aku tak menyukainya.” Jawab Xiaoting.

“Oh My God, another heart is broken because of Shen Xiaoting.” Komentar Chaehyun.

“Sudah tidak terhitung banyaknya hati yang kamu patahkan, Ting. Mau itu perempuan dan laki-laki jika dihitung mungkin sepertinya ada setengah dari populasi sekolah kita yang sudah kamu tolak.” Ucap Mashiro. Chaehyun dan Dayeon pun mengangguk setuju.

“kalian terlalu berlebihan.. “ Jawabnya.

“Tipemu seperti apa sih? Sampai kapan kamu akan menolak semua orang?” Tanya Dayeon.

Bayangan wajah Eonnie-nya kini mengisi kepalanya, wajah cantik dan ekspresi Yujin ketika tertawa, eyesmile-nya, dan muka cemberutnya.

Xiaoting kemudian menggelengkan kepalanya.

“Aku tidak punya tipe dan aku tak mau memikirkan itu dulu. “ Jawab Xiaoting.

“Baiklah.. “ Ucap Dayeon menyerah.

“Eonnie akan ke sini, tidak apa-apa kan kita menunggu lebih lama?” Tanya Xiaoting.

“Tentu saja, aku juga sudah kangen dengan Yujin Eonnie.” Jawab Mashiro.

Xiaoting pun mengangguk.

Pikirannya kembali kepada Yujin Eonnie-nya.

‘Bad day? Apa yang sudah Eonnie lalui hari ini?” batinnya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sclocksmith #1
Chapter 18: Udah lama nggak komen di sini. A great, beautiful story! Berasa naik turun pas baca tiap chapternya. Perjalanan dan perjuangan yang nggak mudah buat mereka. Epilognya merupakan penutup yang sempurna. Semoga setelah ini masih ada lagi cerita xiaojin yang lain. Terima kasih banyak buat ceritanya. I love you!
Dashi456 #2
Chapter 18: Epilogue-nya 🤧🤧🤧 makasih author 😊
Mollu_Yanz #3
Chapter 1: Can someone please translate it in English ಥ_ಥ
Antoowizone #4
Chapter 18: Benar2 luar biasa, aku ingin menangis membacanya, pesan yabg bisa aku ambil dari fiksi ini adalah hal baik akan selalu berputar di sekitar orang-orang baik. Yujin yg sejak kecil dengan tulus menjaga dan menyayangi Xiaoting menciptakan seorang Shen Xiaoting yang luar biasa, Xiaoting yang akhirnya membalas semua kebaikan dan cinta Yujin berkali-kali lipat. They really deserve each other. Aku tahu ini sudah di akhir cerita, namun aku masih merasa ingin terus menerus menyaksikan kisah Xiaojin versi Freeze The Moment mu ini,hehe. Terima kasih author, aku akan menunggu ceritamu selanjutnya.
Iamreader #5
Chapter 18: My heart is full.. Thank You Author-nim.. 💗
PLAPLE #6
Chapter 18: OMG!!!!
THIS WAS PURE PRRFECTION!!!!
This epilogue showed so much of their complicity and romance but also their relationship with family and the overcome of crisis and fears!
I loved it and I feel so attached to this story!!!
Your story made my days happier and I saw myself waiting for an update every week!!!
I am a huge fan 😂😂
Thank you so much for this and I hope you keep writing amazing xiaojin stories as you always do!!
Freeze the moment was an amazing journey and it's my favorite au of all times!
Thanks again
Dashi456 #7
Terima kasih authornim.. ending yg membahagiakan 🤧 aku akan sabar menunggu epilogue nya. Terimakasih
PLAPLE #8
Chapter 17: I am so emotional right now!
I've accompanied this story since the first chapter and come to the last one is so amazing for me. The development of the characters was so well done and I could really see the growth in them but still see their aura being preserved!
so happy xiaojin could end up together and that yujin is taking care of her mental health! I loved the ending!
Thank you so much for always being a diligent writer that writes with so much passion and care!!! I saw myself waiting EVERY WEEK for an update of your AU and I can proudly say I'm a huge fan of your work!
You write too well!
I'll be waiting for a new XiaoJin AU from you :))
thanks for this amazing story and I'll look forward to the Epilogue ♥️
Antoowizone #9
Chapter 17: Hii, aku selama ini adalh silent reader, ingin mengucapkan terima kasih atas karyanya.. aku sangat suka Xiaojin dan cerita author membuat kerinduanku pada mereka cukup terobati.. aku sangat suka alur ceritanya, aku iri dengan hubungan yang dimiliki oleh Xiaoting dan Yujin, hubungan mereka menurutku sangat pure, dari kecil tumbuh bersama dan kemudian menjadi dewasa bersama. Di awal cerita aku merasa kasihan karena Yujin dan Xiaoting dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya karena keadaan yang memaksa, tapi aku bangga pada mereka yang bisa jadi tumbuh menjadi manusia yang luar biasa. jadi akan sangat mengecewakan jika di akhir cerita mereka tidak bisa bersama, maka dari itu terima kasih author, telah menyatukan mereka di akhir cerita, karena memang sudah seharusnya mereka bersatu.. maaf komentarku kepanjangan karena aku sangat menikmati ceritamu. Aku akan terus menunggu karyamu selanjutnya. Dan ditunggu epilogue nya. Sekali lagi terima kasih Author 😊
Yme265 #10
Chapter 17: Nice ending! You the great writer, keep the good work. I will keep support your next story if you still writing. Hope your life be happy too. Thank you