For me, Who Was In Danger, You Are Gravity

Freeze the Moment

 

 

Ini kali pertama Xiaoting menginjakan kaki di Kota yang selalu jadi impiannya itu. Sama halnya dengan Seoul, ia datang di saat salju sudah menyelimuti kota. Ingatannya kembali kepada surat-surat yang dikirim oleh Yujin, ia tidak tahu harus menyalahkan siapa yang membuat ia terlambat untuk membaca surat-surat yang dikirimkan oleh gadis yang dicintainya itu.

Ia kemudian mengambil sepucuk surat di dalam tas nya, sebuah surat balasan yang akan ia berikan ketika ia bertemu dengan gadis yang sangat dicintainya itu.

 

Dear Choi Yujin,

Sudah 7 bulan ternyata, waktu terasa berjalan begitu cepat bukan karena aku melupakanmu atau terbiasa tanpa ada kamu disisiku, tapi karena aku berusaha untuk tidak menghitung hari, setidaknya itulah caraku bertahan, bukan hanya selama 7 bulan kemarin tapi juga di 3 tahun sebelumnya, namun meskipun begitu tidak pernah ada satu haripun aku tak memikirkanmu apalagi melupakanmu. Aku hanya ingin waktu terus berjalan cepat hingga akhirnya waktulah yang akan membuatmu kembali padaku.

Choi Yujin, aku merindukanmu, itulah jawabanku atas pertanyaanmu.

Aku mohon kembalilah padaku.

 

Dari Xiaoting yang tak pernah berhenti mencintai seorang Choi Yujin.

 

Ia hanya bisa menggelengkan kepalanya  ketika membaca kembali surat yang ia tulis. ‘So desperate..’ pikirnya. Namun ia memang seputus asa itu, ia sudah tidak bisa lagi berandai-andai untuk tidak kembali memiliki gadis yang ia cintai itu, she loves Yujin and Yujin loves her too, jika mereka tidak bisa kembali bersama-sama lagi, entah apa yang tersisa lagi dalam hidupnya, Xiaoting akan kehilangan tujuannya, ia akan kehilangan rumahnya.

Tak lama taxi yang ia pesan muncul di hadapannya, Taxi yang akan mengantarkannya kepada seseorang yang akan kembali kepadanya sebentar lagi, yah keyakinannya sebesar itu.

Sepanjang perjalanan ia memperhatikan ke kanan kirinya, memperhatikan betapa indahnya suasana malam Kota Paris. Kota yang terkenal sebagai Kota cinta, Kota mimpi, Kota yang megah, Kota yang di dalamnya sedang ada gadis yang ia harap sedang menunggunya. Tanpa disadari senyum kembali menghiasi wajahnya, ‘sebentar lagi....  kita akan bertemu sebentar lagi..’

Jantungnya berdegup begitu kencang saat taxi yang ia tumpangi berhenti di sebuah gedung tinggi, setelah mengucapkan terima kasih kepada supir taxi, sambil menarik kopernya, Xiaoting berjalan menuju pintu apartemen, berdasarkan alamat yang ditulis Seungcheol, Apartemen Yujin berada di lantai paling tinggi di apartemen itu, Xiaoting teringat bagaimana dulu ia dan Yujin bersusah payah untuk membayar sewa ruang kecil yang terletak di rooftop rumah sang Lessor. Kini Yujin tinggal di salah satu apartemen paling mewah yang ada di Paris. Ternyata benar kita tidak pernah tahu kemana hidup akan membawa kita, pikirnya.

Kini Xiaoting sudah berada tepat di depan pintu apartemen milik Yujin. Ia kemudian memencet bel yang ada di samping pintu. Satu, dua, tiga kali ia mencoba memencet bel namun belum ada yang membukakan pintu. Saat ia mencoba untuk memencet bel untuk keempat kalinya, pintu apartemennya terbuka, Xiaoting sudah siap memberikan senyum terbaiknya namun sepertinya ia harus menundanya karena yang membukakan pintu bukan gadis yang dirindukannya melainkan gadis asing yang tak pernah ditemuinya. Dan Xiaoting bisa mendengar musik keras terdengar dari dalam apartemen. ‘Apakah aku salah alamat?’ pikirnya.

Pardon, kamu sedang mencari siapa?” Tanya gadis yang membukakan pintu.

“Choi Yujin, apakah dia ada di sini?” Tanya Xiaoting tanpa berbasa-basi.

“Ohh kamu temannya Yujin? Apakah kamu termasuk tamu yang diundangnya?”

Tanpa mengerti maksud yang diucapkan oleh gadis itu, Xiaoting menganggukan kepalanya.

“Ayo masuk, akan aku bawa kamu kepadanya..” ucap gadis itu lagi.

Xiaoting pun mengikutinya masuk ke dalam apartemen yang sangat luas itu. Terlihat banyak orang di apartemen itu sedang menikmati musik dan minuman mereka, banyak juga dari mereka yang menari mengikuti musik yang sedang diputar, berjuta pertanyaan yang ada di otaknya saat itu.

“Nah itu dia… hmm tapi aku tidak yakin kamu bisa mengganggunya, sepertinya dia sedang bersenang-senang..” ucap gadis itu yang langsung pergi meninggalkannya.

Dari sekian skenario yang ia bayangkan saat ia akan bertemu lagi dengan belahan jiwanya, ia tidak pernah menyangka bahwa skenario ini yang akan dilihatnya. Her Sweet Choi Yujin, kini sedang duduk di pangkuan seorang wanita asing  berambut pirang, ditangannya ada satu botol bir yang beberapa kali ia minum sambil tertawa terhadap apapun lelucon yang sedang dikeluarkan oleh gadis yang ada di hadapannya.

Xiaoting yang terbakar api cemburu kemudian menghampiri Yujin, ia tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya, ia kemudian menarik tangan Yujin memaksanya beranjak dari pangkuan gadis asing itu.

“Hei siapa kamu?” Tanya Yujin dengan suara mabuk, ia kemudian melihat wajah orang yang menariknya. “Gosh, apakah aku sedang bermimpi? Mengapa kamu mirip dengan kekasihku, Xiaoting? No.. no bukan kekasihku tapi mantanku.. “

“Hei, kamu siapa? Mengapa sembarangan menarik tangan Yujin?” Kini gadis asing yang sangat Xiaoting benci ikut mengeluarkan suaranya.

“Aku Xiaoting, pacarnya.”

Sepertinya ucapan Xiaoting tadi cukup untuk dapat membungkam wanita asing tersebut, ia langsung pergi meninggalkan mereka berdua dan mencoba mencari kesenangan lain di pesta itu.

“Di mana kamarmu?” Tanya Xiaoting kepada gadis yang dicintainya itu.

Yujin yang sudah sangat mabuk, kemudian mengarahkan mereka ke kamarnya. Setelah sampai di dalam kamar milik Yujin, Xiaoting buru-buru mengunci pintu kamar Yujin, tidak ingin ada orang yang tiba-tiba masuk dan mengganggu mereka.

Saat ia membalikan badannya, Yujin sudah merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Xiaoting hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia kemudian berjalan ke arah lemari mencari baju yang lebih nyaman untuk Yujin pakai. Setelah mendapatkannya, ia kemudian menghampiri gadis yang saat ini tak bisa ia mengerti jalan pikirannya itu.

Perlahan ia mengganti baju Yujin dengan harapan ia bisa tidur lebih nyaman. Ia kemudian memposisikan Yujin ke posisi lebih nyaman.

Xiaoting kemudian teringat dengan kopernya yang ia tinggal di luar kamar. “bagus sekali, dan sekarang aku sendiri yang tidak bisa mengganti bajuku..”  bisiknya. Xiaoting menggelengkan kepalanya, itu bukan prioritasnya sekarang, prioritasnya adalah gadis yang sedang tertidur di sampingnya.

“Who are you, Eonnie? Saat aku pikir aku telah mendapatkan Yujinku kembali namun mengapa kamu berubah lagi menjadi seseorang yang tak kukenal? Ada apa?” bisiknya pada gadis di sampingnya.

Gadisnya itu tidak membalasnya, ia seperti sudah hanyut terbawa dengan mimpinya.

“Rest well, Sayang. We will talk tomorrow.” Ucapnya sebelum mencium kening Yujin.

 

***

 

Matahari yang masuk dari jendela kamarnya membuatnya terbangun dari tidur lelapnya, entah apa penyebabnya, namun malam itu mimpi buruk tidak menghampirinya, membuatnya bisa tidur nyenyak setelah sekian lama.

Yujin kemudian mencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam, sebenarnya sedikit sekali yang ia ingat, malam itu ia meminum banyak bir, ia tak ingat berapa botol yang sudah ia habiskan.  Ia tiba-tiba merasakan sakit di kepalanya dan saat ia menoleh ke sampingnya ia menemukan satu gelas air putih dan obat pereda mabuk di meja kecilnya. Tanpa pikir panjang Yujin langsung menelan obatnya dan meneguk habis minumannya, Yujin berusaha berpikir siapa orang yang berbaik hati menyiapkan obat pereda mabuk untuknya, mungkin salah satu temannya, pikirnya.

Xiaoting, tiba-tiba bayangan wajah gadis yang ia rindukan itu melintas di pikirannya. ‘aku seperti melihatnya kemarin, sepertinya aku benar-benar mabuk..’ batinnya.

Ia kemudian melihat ke sekelilingnya, kamarnya tampak lebih rapi dari yang ia ingat, dan Yujin coba mengingat kapan ia mengganti dress nya dengan pajama. ‘aku benar-benar harus mengurangi kebiasaan mabukku, sekarang aku jadi tidak ingat semuanya..’

Tiba-tiba ia mendengar suara dari luar kamarnya, ia seperti mendengar suara dari vacuum cleaner. ‘aku tidak ingat sudah menelepon bibi Mayrose untuk membersihkan apartemen..’ pikirnya lagi. Karena penasaran Yujin pun beranjak dari tempat tidurnya dan langsung ke luar kamar.

Saat ia keluar, ia tidak melihat sedikit pun botol-botol dan bungkus snack yang berserakan, tidak seperti pemandangan biasanya setiap ia mengadakan pesta di apartemennya. Ia pun mencari sumber suara berasal.

Yujin tak mempercayai apa yang dilihatnya, kini di ruang tamu apartemennya, berdiri seseorang yang amat dirindukannya sedang serius  membersihkan sofanya dengan vacuum cleaner.

“Xiaoting…” Panggilnya.

Orang yang ia panggil pun menoleh ke arahnya. Tidak ada senyuman yang ia berikan, Xiaoting hanya memandangnya dengan tatapan dingin sambil menggelengkan kepalanya.

“Sebaiknya kamu mandi dulu, aku masih bisa mencium bau alcohol di tubuhmu, setelah itu kita bicara..” seperti terhipnotis, Yujin langsung menuruti perintah yang diberikan oleh Xiaoting.

Selesai mandi, Yujin langsung menghampiri Xiaoting di ruang tamu. Kini Xiaoting sudah duduk manis di sofa apartemennya, masih dengan tatapan dinginnya dengan menyilangkan kedua tangannya.

“Xiaoting..” Panggil Yujin lagi. Ia kemudian duduk di samping Xiaoting.

“Kapan kamu datang? Kenapa tak mengabariku?” Tanyanya langsung pada gadis di sampingnya.

“Bagaimana caranya aku mengabarimu? Aku bahkan tak punya nomor barumu dan Seungcheol Oppa pun tak mau memberikannya karena ia sudah berjanji padamu.. apakah sebegitu tidak inginnya kamu bertemu denganku?”

“Tidak seperti itu, Ting. Aku hanya butuh waktu..”

“Lalu kenapa kamu mengirimiku surat-surat itu?”

Yujin kemudian menghela napasnya.

“Surat yang bahkan tidak kamu balas. Saat aku menulis surat itu aku hanya sedang menyalurkan rinduku padamu, Ting. Tapi itu bukan sesuatu yang besar, kamu bahkan tidak punya niat untuk membalasnya..”

Xiaoting menggelengkan kepalanya.

“Surat itu terlambat sampai padaku, surat itu tertahan di kotak surat, jika tetanggaku tidak mengantarkan surat itu ke apartemen, mungkin sampai sekarang aku belum membaca surat-suratmu itu…”

Yujin tidak menjawab, namun ia tahu jauh di lubuk hatinya ada perasaan lega karena itu berarti dugaannya salah selama ini, ia pikir Xiaoting tidak membalas suratnya karena ia sudah melupakannya.

Kini giliran Xiaoting yang menghela napasnya dalam-dalam.

“Eonnie, who are you?” Tanya Xiaoting tiba-tiba

Yujin yang tak mengerti dengan pertanyaan Xiaoting kemudian mengernyitkan dahinya.

“Aku tidak mengerti dengan pertanyaanmu.”

“Eonnie, aku datang jauh-jauh dari Korea ke sini berharap aku bisa segera bertemu denganmu, berharap saat bertemu aku bisa memelukmu dengan erat, namun apa yang aku dapatkan? Aku mendapati gadis yang aku cintai sedang tertawa di pangkuan gadis lain sambil memegang botol minuman di tangannya. Aku bahkan harus mengedipkan mataku berkali-kali untuk memastikan bahwa yang aku lihat adalah Choi Yujinku, sahabatku yang tumbuh bersama denganku, gadisku yang tak pernah berhenti aku cintai!”

Yujin kemudian menganggukan kepalanya.

“Kenapa kamu menganggukan kepalamu, Eonnie?”

“Karena yang kamu katakan itu benar, aku bukan Choi Yujin yang sama yang kamu kenal, dan mungkin jika yang kamu cintai adalah Choi Yujin yang ada di bayanganmu dulu, mungkin ini saatnya kamu pergi, karena dia sudah tidak ada di sini…”

Xiaoting menggelengkan kepalanya. “Maksud kamu apa?”

I'm already broken, the Choi Yujin you used to know has been damaged by all the things that happened to her. Yujin yang kamu lihat sekarang adalah Choi Yujin yang sampai saat ini belum bisa melupakan rasa bersalahnya atas apa yang pernah menimpa Xiaoting-nya dan Choi Yujin di hadapanmu ini belum bisa melupakan rasa sakitnya ketika ia sadar ia adalah penyebab kematian sahabat yang sudah begitu baik padanya, penyebab seorang ibu harus kehilangan putrinya. Aku kira dengan aku lari ke Paris, rasa bersalah dan trauma itu akan hilang, namun sepertinya Peter dan ayahnya akan terus mengejarku bahkan jika aku lari sampai ke ujung dunia…” kini air mata jatuh ke pipinya..

“Xiaoting, mimpi buruk itu masih belum hilang, pesta-pesta yang aku sering adakan itu adalah untuk mengusir mimpi buruk itu, minuman-minuman itu adalah usahaku agar aku bisa terlelap tidur tanpa harus bermimpi… “

Xiaoting tidak tahu harus mengatakan apa, hatinya sangat sakit mendengar semua pengakuan gadis yang ia cintai itu. Tanpa pikir panjang ia kemudian memeluk erat gadisnya itu.

“Lalu mengapa kamu tidak menghubungiku? Mengapa kamu harus melewati ini sendiri? Mengapa tak menelepon keluargamu?”

Yujin tidak langsung menjawab pertanyaan Xiaoting, ia ingin menikmati dulu perasaan hangat yang ia rindukan ini, perasaan yang selalu diberikan oleh Xiaoting saat ia berada di pelukannya. Xiaoting yang mengerti kemudian memberi waktu gadis yang ia cintai itu, ia membelai rambut panjang Yujin dengan lembut sambil tangan satunya mengusap-usap lembut lengan halus Yujin.

Setelah beberapa menit akhirnya Yujin perlahan melepaskan pelukannya.

“Aku takut, aku takut kalian akan meninggalkanku setelah tahu aku bukan Yujin yang dulu lagi..”

Xiaoting lalu meraih wajah cantik gadis di hadapannya, dengan kedua tangannya membelai lembut pipi gadis yang dicintainya itu.

“Tolong lihat mataku..” ucap Xiaoting pelan. Yujin pun menurutinya.

“ I Love You, Choi Yujin. You. Aku tidak bermaksud menanyakan keberadaan Choi Yujin yang dulu karena aku tidak mencintai Choi Yujin yang sekarang, dulu atau sekarang kamu tetap Choi Yujinku, satu-satunya manusia di muka bumi ini yang aku cintai. Aku menanyakan Choi Yujin yang dulu karena aku ingin Dia kembali merasakan kebahagiaan, aku ingin kembali melihat cahaya di matanya, aku ingin kembali melihat eyesmile-nya, bukan untukku tapi untukmu, karena di atas kebahagiaanku ada kebahagiaanmu..”

Mendengar itu membuat air mata Yujin semakin deras mengalir.

“Yujinku, Eonnie-ku sayang, aku mencintaimu yang sekarang, aku mencintai Choi Yujin-ku yang penuh luka ini, tapi apakah aku akan membiarkanmu terus terluka? Tidak seperti itu caraku mencintai, aku akan membantumu dan senantiasa menemanimu sampai lukamu benar-benar hilang, sampai kamu utuh kembali, aku tidak peduli kamu akan menjadi Choi Yujin yang seperti apa, aku hanya ingin kamu bahagia Eonnie. “

“Apakah itu tidak akan melelahkan buatmu, Xiaoting?”

“Aku mencintaimu, Eonnie. Itu adalah caraku mencintaimu dan tidak ada kata lelah dalam mencintai..”

Xiaoting kemudian menyeka air mata gadis yang amat dicintainya itu.

“Mengapa kamu semakin pintar berkata-kata?” Tanya Yujin mencoba untuk tersenyum meski dengan air mata yang masih mengalir.

“karena aku sudah terlatih dari kecil, aku tumbuh bersama seseorang yang didalam dirinya penuh dengan cinta, aku besar bersamanya dan banyak belajar darinya, aku yang sekarang adalah buah kasih sayang yang diberikan oleh orang itu, cintaku yang besar ini adalah akumulasi cinta yang ia berikan sejak aku kecil hingga aku dewasa. Dia yang selalu mendahulukan kebahagianku di atas kebahagiannya. Coba jawab pertanyaanku Eonnie, atas semua pengorbanan yang ia berikan dan atas semua cinta dan kasih sayangnya kepadaku, apakah aku bisa berhenti mencintainya? Apakah aku akan lelah berjuang untuk kebahagiannya?”

Yujin menggelengkan kepalanya.

“Eonnie, I Love you, mari berjuang bersama, aku akan membantumu untuk sembuh dari trauma-mu, mulai saat ini biarkan aku selalu ada di sampingmu, apakah kamu ingin melihatku bahagia?”

Yujin kini menganggukan kepalanya.

“Kalau begitu terlebih dahulu kamu harus bahagia…”

Xiaoting kemudian mengambil sesuatu dari dalam saku celananya.

“Ini adalah surat balasanku atas surat-surat yang kamu kirimkan.. aku akan membacakannya..

Dear Choi Yujin,

Sudah 7 bulan ternyata, waktu terasa berjalan begitu cepat bukan karena aku melupakanmu atau terbiasa tanpa ada kamu disisiku, tapi karena aku berusaha untuk tidak menghitung hari, setidaknya itulah caraku bertahan, bukan hanya selama 7 bulan kemarin tapi juga di 3 tahun sebelumnya, namun meskipun begitu tidak pernah ada satu haripun aku tak memikirkanmu apalagi melupakanmu. Aku hanya ingin waktu terus berjalan cepat hingga akhirnya waktulah yang akan membuatmu kembali padaku.

Choi Yujin, aku merindukanmu, itulah jawabanku atas pertanyaanmu.

Aku mohon kembalilah padaku.

Dari Xiaoting yang tak pernah berhenti mencintai seorang Choi Yujin.”

 

Xiaoting kemudian menyerahkan surat itu ke tangan Yujin, Yujin kemudian membaca kembali isi surat yang ditulis tangan oleh Xiaoting.

Yujin kembali meneteskan air matanya, melihat itu Xiaoting kembali memeluknya.

“ I Love You, Eonnie.. my feelings never change.Will never change”

“I Love you too, Xiaoting. Since forever… until forever..”

 

Setelah beberapa lama mereka kembali melepaskan pelukan mereka.

“So, apakah itu tandanya kita kembali bersama?” Tanya Xiaoting sambil menggigit bibir bawahnya, tanda ia gugup menunggu jawaban dari gadis yang dicintainya.

Yujin pun mengangguk.

“Tidak ada alasan lagi untukku menolak untuk kembali bersamamu, Xiaoting.“

Xiaoting yang bahagia kemudian mencium bibir gadis yang sangat dicintanya itu. Ia mencium bibir gadisnya perlahan, namun tiba-tiba ingatannya kembali ke kejadian tadi malam, ia langsung melepaskan ciumannya.

“Eonnie, siapa gadis semalam? Mengapa kamu duduk di pangkuannya?”

‘Uh Oh’ pikir Yujin.

“Dia bukan siapa-siapa, aku bahkan tidak mengingat wajahnya apalagi namanya..”

“Apakah kamu selalu seperti itu? mengadakan pesta di apartemenmu dan menjadi gila seperti itu?”

Yujin kemudian tersenyum mengingat kebodohannya.

“Baru sebulan terakhir ini saja aku mengadakan pesta, mereka kebanyakan adalah teman-teman dari Yeeun kekasih Seungyeon, kebetulan Yeeun kemarin tidak ada, biasanya tidak segila itu, aku masih bisa mengontrol diriku, namun kemarin entah kenapa aku memiliki keinginan untuk benar-benar mabuk, dan aku benar-benar tidak ingat kenapa aku berada di pangkuan gadis itu..”

Xiaoting menggelengkan kepalanya.

“Jika aku terlambat datang, entah apa yang akan ia lakukan..” ucapnya sambil lagi menyilangkan kedua tangannya.

“Maafkan aku, tapi aku pastikan tidak terjadi apa-apa.. “

“Aku membencinya..”

“Kamu bahkan tak mengenalnya..”

“ Tetap saja aku membencinya..”

“Ok..”

“Sayang, Yujinku.. apakah kamu bisa janji padaku untuk tidak mengulanginya lagi, aku benar-benar tak sanggup melihat kamu seperti itu lagi, aku tak sanggup melihat kamu bersama orang lain..”

Yujin kemudian membelai lembut kedua pipi Xiaoting.

“Aku janji, From now on I’m Yours, Xiaoting..”

“And I’m Yours, Eonnie” Balas Xiaoting.

Ia kemudian kembali mencium bibir indah milik gadis yang sudah kembali mejadi kekasihnya itu.

 

 

***

Yujin sedang menelusuri sebuah lorong mencari keberadaan Xiaoting. Siang itu langit sangat gelap menandakan bahwa akan turun hujan sebentar lagi. Yujin menghela napasnya panjang, ia harus segera menemukan Xiaoting sebelum hujan turun.

“Xiaoting, kamu dimana sih? Kita harus pulang sekarang..” teriaknya.

Namun teriakannya tak juga digubris oleh gadis yang dicintainya itu.

Yujin tak menyerah, ia terus mencari dan mencari hingga ia menemukan sebuah ruangan dengan pintu terbuka di sudut lorong.

“Yujin, tolong aku!” kini Ia mendengar suara, bukan suara Xiaoting melainkan…

“Alice?” ia tidak mempercayai apa yang ia dengar, Yujin buru-buru masuk ke ruangan itu. Saat ia masuk ia mendapati Alice sedang duduk dengan tangan terikat.

“Yujin, aku akan mengalahkannya…” ucap Alice padanya.

Tak lama ia mendengarkan suara tawa, bukan suara tawa yang akan membuatnya  ikut tertawa namun suara tawa yang membuat seluruh bulu kuduknya berdiri.

“Hahaha.. Hallo Yujin, sudah lama tidak berjumpa?”

“Peter?”

Pria itu kembali tertawa, Yujin kemudian buru-buru kembali melihat ke arah Alice, namun yang ia lihat adalah sebuah pemandangan mengerikan, sahabatnya itu kini sudah terjatuh dengan bersimbah darah.

Belum sempat air matanya menetes, ia kembali mendengar suara tawa, kini suara tawa itu terdengar lebih berat. Saat ia melihat ke arah suara matanya seketika terbelalak.

“Choi Bong Jun?”

“Hallo Little Yujin, coba lihat ke belakangmu..” sontak Yujin melihat ke belakangnya, di depannya kini adalah pemandangan paling mengerikan yang pernah ia lihat, kekasihnya, orang yang amat dicintainya sedang terbaring tak berdaya, sama halnya dengan Alice tubuhnya penuh dengan darah.

“No… No… Xiaoting… NOOO!!!” teriaknya.

 

“Heii.. shh shh Sayang.. bangun.. “

Suara lembut Xiaoting membangunkannya dari mimpinya, Yujin kemudian beranjak dari tidurnya, ia langsung memeluk gadis yang ia cintai itu.

“Please, don’t leave me, don’t ever leave me.. aku bisa mati, aku tidak bisa hidup jika kamu meninggalkanku juga..” ucap Yujin diiringi oleh tangisnya.

“ Aku tidak akan kemana-mana sayang… It’s Ok.. It’s Ok.. itu hanya mimpi.. It’s Ok” Xiaoting tidak tahu mimpi apa yang baru saja menghantui kekasihnya itu, namun yang ia tahu mimpi buruk yang terus menerus menghantui kekasihnya itu harus segera diakhiri.

Yujin semakin mempererat pelukannya mencoba mencari ketenangan di dalam pelukan gadis yang dicintainya.

“Maafkan aku, tidurmu jadi terganggu.” Ucapnya.

“ Tidak apa-apa Sayang, dan lagi aku belum tidur aku sedang membaca sesuatu..”

“Kamu sedang membaca apa?” Tanyanya masih di dalam pelukan Xiaoting.

“Sebuah artikel..” Xiaoting kemudian melepaskan pelukanya perlahan.

“Eonnie, artikel yang aku baca adalah tulisan dari salah satu Psikolog terkenal di kota ini, salah satu temanku yang merekomendasikannya. Dan Psikolog ini masih mempunyai darah Korea, jadi mungkin kamu akan lebih nyaman berbicara dengannya dibanding dengan Psikolog-mu yang lama..”

Xiaoting kemudian memperhatikan wajah Eonnie-nya yang tampak sedang berpikir.

“Tapi aku tidak memaksamu, jika kamu siap saja Eonnie..”

Yujin kemudian menatap dalam mata kekasihnya dan tak lama ia pun mengangguk.

“Aku akan mencobanya Xiaoting. Aku ingi terbebas dari semuanya, aku ingin menjadi lebih baik, demi kamu..”

Xiaoting pun tersenyum, ia kembali memeluk gadis yang dicintainya.

“I’m proud of you, Eonnie..”

“Thank You, Xiaoting..”

"Ayo kita tidur lagi, malam masih panjang, Eonnie.." 

Yujin pun kembali membaringkan tubuhnya, ia kemudian mendekatkan tubuhnya ke tubuh Xiaoting yang sudah ikut berbaring, menyandarkan kepalanya ke dada gadis yang dicintainya, mendengar degup jantung Xiaoting yang berdetak dengan ritme teratur seakan meninabobokannya, ia hanya berharap kali ini mimpi itu tak kembali datang.

***

 

 

“Kamu boleh membuka matamu sekarang…”

Yujin pun membuka matanya. Ia kemudian menghembuskan nafasnya.

“Apa yang kamu rasakan?

“Entah mengapa perasaanku terasa lebih tenang, Eonnie..”

“Apakah kamu masih mengalami mimpi buruk?”

“Frekuensinya semakin jarang walaupun sesekali aku masih mengalaminya tapi mimpinya tak seburuk sebelumnya..”

Yujin kemudian mengalihkan perhatiannya kepada Psikolog-nya.

“Tiffany Eonnie, Terima kasih..”

“Aku hanya menjalankan tugasku, semuanya berkat kegigihanmu dan dukungan orang-orang terdekatmu..”

Yujin tiba-tiba tersenyum mengingat orang yang sedang menunggu di luar ruangan.

“Kamu boleh pergi, sana segera temui orang yang sedang membuatmu tersenyum sekarang..” ucap Tiffany sambil memberikan senyum hangatnya.

Yujin yang sudah mulai memerah pipinya kemudian memberikan senyumnya kepada Psikolog yang sudah ia anggap sebagai teman baiknya.

“ Eonnie sekali lagi terima kasih, aku pergi dulu yah..” ucapnya sambil beranjak dari tempat duduknya.

“Sampaikan salamku untuk Xiaoting..”

“Baik Eonnie..”

Yujin pun dengan semangat keluar dari ruangan.

Saat ia keluar ia mendapati kekasihnya itu tampak sedang duduk manis sambil menahan kantuknya. Ia pun tak bisa menahan senyumnya.

Xiaoting yang menyadari ada orang yang berdiri di hadapannya sontak lalu menengadahkan kepalanya.

“Sudah selesai?” Tanyanya

Yujin menganggukan kepalanya seraya tersenyum. “Ayo..” ucapnya sambil mengulurkan tangannya. Xiaoting kemudian berdiri dan langsung meraih tangan kekasihnya itu. Tangan mereka pun saling bertaut.

“Sekarang kita mau ke mana?”

“Menara Eifel!” Jawab Xiaoting

“Ya ampun, apa kamu tidak bosan?”

“Nope, tidak pernah bosan.. udaranya sedang tidak terlalu dingin dan aku ingin sekali merebahkan kepalaku di pangkuanmu di taman Champs de Mars..”

“Kamu terlalu banyak menonton film romatis di sini..”

“Come On Eonnie, ini adalah Paris, City of Love..”

Yujin menggelengkan kepalanya.

“Baiklah.. “

Mereka pun berjalan menuju taman masih dengan tangan mereka yang bertaut.

 

***

Seperti yang diinginkannya, kini Xiaoting merebahkan kepalanya di pangkuan kekasihnya, sesekali meminta kekasihnya itu untuk mengecup bibirnya.

“Eonnie.. more..”

Yujin lagi-lagi menggelengkan kepalanya, namun ia tetap menuruti permintaan gadis yang dicintainya itu, ia kembali mengecup bibir indah milik kekasihnya itu. Saat ia akan menarik wajahnya, Xiaoting menahannya, ia meraih wajah Yujin untuk memperdalam ciuman mereka sehingga ciuman yang awalnya innocent itu berubah menjadi semakin passionate.

“ Je t'aime..” bisik Xiaoting.

“Je t'aime.. “ Balas yujin,

Mereka pun saling menukar senyum mereka.

Yujin kemudian mengusap-usap kening gadis yang ada di pangkuannya.

“Aku mengantuk..” Ucap Xiaoting.

“Tidur saja kalau begitu..”

“Tidak mau, aku mau memandangi wajahmu saja..”

“Ckckck..”

“Eonnie, apakah kamu ingin tinggal di Paris?”

“Kamu sendiri? seingatku kamu yang punya mimpi untuk tinggal dan punya rumah di Paris..”

“Paris memang kota impianku, aku suka ada di sini. Tapi jika dipikir-pikir dimanapun kita tinggal itu tidak masalah, dan Eonnie kalau boleh jujur aku sedikit kasihan dengan Papaku jika kita harus berjauhan darinya…”

Yujin kemudian tersenyum mendengar ucapan kekasihnya itu.

“Seperti katamu, aku juga tidak masalah tinggal dimanapun selama kamu ada di sisiku, dan jika aku juga boleh jujur aku  merindukan keluargaku..”

Xiaoting kemudian tersenyum.

“Eonnie hidup benar-benar lucu yah? Dulu kita pernah mengobrol seperti ini berandai-andai bagaimana rasanya memiliki keluarga, sekarang kita di sini di tempat impian kita, namun bedanya saat ini kita tidak hanya memikirkan tentang kita berdua, kini kita punya keluarga yang juga harus kita pikirkan, keluarga yang sedang menunggu kita di rumah...”

“Kamu benar, Ting. Hidup ternyata selucu itu..”

“Tapi aku senang dari segala hal yang berubah ada satu yang konstan yang akan selalu ada di hidup kita…”

“Apa itu?” Tanya Yujin meski ia sudah tahu jawabannya.

“ Our Bond, Our Love..  dari aku bayi sampai sekarang cinta yang kamu berikan adalah hal Konstan dalam hidupku dan aku ingin menyimpan itu selamanya…”

Yujin tak pernah tahu sampai apa limit cintanya bisa bertambah terhadap gadis di pangkuannya itu, namun ia bisa merasakan cintanya kepada Xiaoting-nya semakin bertambah dan bertambah. Xiaoting yang merupakan penerangnya di saat ia mengalami kegelapan, Xiaoting yang membuatnya menemukan tempatnya, Xiaoting yang merupakan peta-nya saat ia tersesat, Xiaoting yang merupakan gravity-nya.

Yujin tak bisa menahan perasaanya lagi ia kemudian kembali menurunkan wajahnya, mencium bibir kekasihnya dengan segala rasa yang ia simpan, mengutarakan rasa cintanya melalui bahasa yang hanya dimengerti oleh Xiaoting.

 

For me, who was in danger, you are gravity

 

Gravity – Taeyeon

 

Dalam kegelapan tanpa kehangatan

Aku mengembara seolah aku sedang berenang

Meski aku mengulurkan tangan, pada akhirnya

Yang kembali hanyalah kehampaan

Yang terkubur dalam luka yang berulang

Aku mengunci hatiku dengan kuat dan menahannya seorang diri

 

Ada perasaan hangat saat aku beradu pandang denganmu di saat itu

Sentuhan lembut yang membelaiku di antara celah

 

Kau adalah sebuah gravitasi bagiku yang tengah berada dalam bahaya

Kekuatan yang menuntun diriku yang  dulu tersesat dengan begitu kuat

Melewati waktu yang sepi

Akhirnya aku menemukan tempatku

Peluklah aku lagi

Kau adalah sebuah gravitasi bagiku yang tengah berada dalam bahaya

 

Perasaanku selalu diabaikan

Hari-hari terakhir yang biasa

Kau bahkan tak bertanya apa-apa

Kau selalu melindungiku

Melewati waktu yang begitu lama

Pada akhirnya, itu adalah dirimu, peluklah aku seperti ini

 

Kehangatan nan mesra yang dulu terasa begitu jauh

Sekarang aku bisa merasakannya melalui dirimu

 

Kau adalah sebuah gravitasi bagiku yang tengah berada dalam bahaya

 

 

  • FIN

 

 

Because I really love Xiaojin here and I still want to see them together with their family, you can expect the  EPILOGUE

but before that i want to know your opinion about this fanfic J

TY J

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sclocksmith #1
Chapter 18: Udah lama nggak komen di sini. A great, beautiful story! Berasa naik turun pas baca tiap chapternya. Perjalanan dan perjuangan yang nggak mudah buat mereka. Epilognya merupakan penutup yang sempurna. Semoga setelah ini masih ada lagi cerita xiaojin yang lain. Terima kasih banyak buat ceritanya. I love you!
Dashi456 #2
Chapter 18: Epilogue-nya 🤧🤧🤧 makasih author 😊
Mollu_Yanz #3
Chapter 1: Can someone please translate it in English ಥ_ಥ
Antoowizone #4
Chapter 18: Benar2 luar biasa, aku ingin menangis membacanya, pesan yabg bisa aku ambil dari fiksi ini adalah hal baik akan selalu berputar di sekitar orang-orang baik. Yujin yg sejak kecil dengan tulus menjaga dan menyayangi Xiaoting menciptakan seorang Shen Xiaoting yang luar biasa, Xiaoting yang akhirnya membalas semua kebaikan dan cinta Yujin berkali-kali lipat. They really deserve each other. Aku tahu ini sudah di akhir cerita, namun aku masih merasa ingin terus menerus menyaksikan kisah Xiaojin versi Freeze The Moment mu ini,hehe. Terima kasih author, aku akan menunggu ceritamu selanjutnya.
Iamreader #5
Chapter 18: My heart is full.. Thank You Author-nim.. 💗
PLAPLE #6
Chapter 18: OMG!!!!
THIS WAS PURE PRRFECTION!!!!
This epilogue showed so much of their complicity and romance but also their relationship with family and the overcome of crisis and fears!
I loved it and I feel so attached to this story!!!
Your story made my days happier and I saw myself waiting for an update every week!!!
I am a huge fan 😂😂
Thank you so much for this and I hope you keep writing amazing xiaojin stories as you always do!!
Freeze the moment was an amazing journey and it's my favorite au of all times!
Thanks again
Dashi456 #7
Terima kasih authornim.. ending yg membahagiakan 🤧 aku akan sabar menunggu epilogue nya. Terimakasih
PLAPLE #8
Chapter 17: I am so emotional right now!
I've accompanied this story since the first chapter and come to the last one is so amazing for me. The development of the characters was so well done and I could really see the growth in them but still see their aura being preserved!
so happy xiaojin could end up together and that yujin is taking care of her mental health! I loved the ending!
Thank you so much for always being a diligent writer that writes with so much passion and care!!! I saw myself waiting EVERY WEEK for an update of your AU and I can proudly say I'm a huge fan of your work!
You write too well!
I'll be waiting for a new XiaoJin AU from you :))
thanks for this amazing story and I'll look forward to the Epilogue ♥️
Antoowizone #9
Chapter 17: Hii, aku selama ini adalh silent reader, ingin mengucapkan terima kasih atas karyanya.. aku sangat suka Xiaojin dan cerita author membuat kerinduanku pada mereka cukup terobati.. aku sangat suka alur ceritanya, aku iri dengan hubungan yang dimiliki oleh Xiaoting dan Yujin, hubungan mereka menurutku sangat pure, dari kecil tumbuh bersama dan kemudian menjadi dewasa bersama. Di awal cerita aku merasa kasihan karena Yujin dan Xiaoting dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya karena keadaan yang memaksa, tapi aku bangga pada mereka yang bisa jadi tumbuh menjadi manusia yang luar biasa. jadi akan sangat mengecewakan jika di akhir cerita mereka tidak bisa bersama, maka dari itu terima kasih author, telah menyatukan mereka di akhir cerita, karena memang sudah seharusnya mereka bersatu.. maaf komentarku kepanjangan karena aku sangat menikmati ceritamu. Aku akan terus menunggu karyamu selanjutnya. Dan ditunggu epilogue nya. Sekali lagi terima kasih Author 😊
Yme265 #10
Chapter 17: Nice ending! You the great writer, keep the good work. I will keep support your next story if you still writing. Hope your life be happy too. Thank you