Chapter 8

In your arm i want to stay

“Ngak ngumpul dulu ke bar atau kemana,”

“Aku langsung pulang, Irene udah nunggu,” Ujar Seungwan menolak ajakan itu, karena memang Seungwan sangat jarang menerima ajakan seperti itu.

“Ayolah Seungwan sekali-sekali,”

“Maaf Jen, mungkin lain kali,” tolaknya dengan berusaha untuk lebih sopan.

“Kamu ngak asik,” ujar Jennie sambil mempout kan bibirnya. Seungwan melihat Jennie bertingkah seperti anak kecil.

“Ini sudah tertalalu malam,” ujarnya lagi dan Jennie dengan sedikit kesal keluar dari ruangan itu.

“Dia berusaha keras banget ngajak kamu Wan, coba ajak aku aja pasti langsung oke,” Seungwan hanya tersenyum pada Mark dan segera memberesi peralatannya dan menuju mobil yang sudah siap untuk mengantarnya.

Keesokan harinya Seungwan membuka matanya dan mendapati Irene yang sudah duduk diranjangnya dan memegang kertas music yang bertuliskan untuk Hyun Soo.

“Hyun Soo siapa Seungwan,” Seungwan dapat mendengar nada dingin dari pertanyaan itu.

“Seseorang yang aku sayangi,” Seungwan sengaja ingin menggoda Irene yang terdengar cemburu pada nama Hyun Soo.

“Apa?,”

“Ya aku menyayanginya lebih dari apapun,” kembali laki-laki itu tersenyum sambil mendekat ke arah Irene yang terlihat marah. Memang selama ini Seungwan tidak menceritakan Hyun Soo pada Irene karena menurutnya, waktu untuk ia bercerita tidak tepat, ia tidak ingin istrinya, mendengar cerita mengenai adiknya yang menjadi alasan mengapa tuan Bae mau menikahkan Seungwan dengan dirinya. Ditambah kini Hyun Soo sudah tidak ada, Seungwan ingin memperkenalkan Irene pada adiknya setelah kondisi Irene jauh lebih baik.

“Lebih dari aku?”

“Mungkin saja,” Jawab Seungwan sambil sedikit tersenyum melihat ekspresi Irene yang marah, karena kali ini ia terlihat lebih menggemaskan di mata Seungwan.

“Apa ini lelucon Seungwan?” Tanya nya dengan nada sedikit tinggi, melihat hal itu Seungwan akhirnya berkata jujur, ia tidak ingin Irene lebih marah dengan hal ini.

“Tentu saja aku menyayanginya Irene lebih dari apapun, karena dia adalah adik perempuan ku,”

“Adik perempuan?, kamu ngak pernah bilang sebelumnya. Kenapa dia ngak kamu ajak tinggal sama kita.”

“Dia sudah meninggal Irene, beberapa hari setelah awal pernikahan kontrak kita.” Irene tidak percaya dengan apa yang iya dengar.

“Ingat waktu aku peluk kamu gitu aja waktu itu.” Ya tentu saja Irene mengingatnya, karena malam itu untuk pertama kalinya mereka saling bersentuhan, dan melihat wajah Seungwan yang begitu sendu.

“Hari itu adalah, hari terakhirnya.”

“Maafkan aku Seungwan,” ia lalu memeluk suaminya.

“its ok Irene, besok kamu kerja ngak?.”

“Kalau gitu kita ke makam keluarga kamu, habis itu baru kemakam keluarga aku, gimana?” Irene mengangguk.

Shamphane tidak henti-hetinya di buka, untuk merayakan kesuksesan album solo  Jenni. Banyak orang yang mengucapkan selamatnya pada Jennie, dan seseorang yang ditunggu Jennie untuk mengucapkan selamat padanya adalah Seungwan. Sadar jika malam itu Seungwan hadir bersama Irene, entah apa yang dipikirkan oleh Jennie, ia menarik tubuh Seungwan mendekat ke arahnya dan dengan cepat ia mengecup bibir Seunwgan yang membuat pria itu kaget dan melepas kecupan itu dan menatap Jennie tidak percaya.

“Apa yang baru saja kau lakukan Jennie?’ namun Jennie tidak menjawab ia hanya tersenyum melihat ke arah Irene yang berada di belakang Seungwan yang terdiam mematung, masih memproses apa yang baru saja ia lihat. Namun ketika Seungwan melihat ke arahnya,  Irene langsung berlari kecil meninggalkan Seungwan,

“Irene tunggu,” cegah Seungwan pada Irene yang sudah meninggalkan tempat itu dengan taxi. Seungwan berlari ke arah parkiran dan mengambil mobilnya berusaha secepat mungkin menemui Irene di rumah. Jalan cukup licin untuk dilalui, karena mengemudi dalam kecepatan tinngi dan panic, tiba-tiba mobil yang dikendarai slip karena harus mengerem saat seseorang menyebrang dengan tiba-tiba dan dengan cepat ia mengerem dan mobil itu berputar dan menabrak beberapa mobil lainnya.

Kepala Seungwan berdarah karena terbentur, namun mobilnya hanya mendapat kerusakan kecil, begitu pun mobil yang lainnya. Seungwan sudah berbicara pada orang-orang yang mobilnya tertabrak dan mereka cukup mengerti, Seungwan akan bertanggung jawab atas kerusakan yang ia buat. Namun menemui istrinya sekarang lebih penting dari pada harus ke rumah sakit. Ia kembali melajukan mobilnya sampai akhirnya ia tiba di rumah. Pintu kamar mereka di kunci dari dalam, berkali-kali Seungwan mengetok pintu itu, namun sama sekali Irene tidak membukan pintu itu.

“Tuan, sebaiknya saya bersihkan dulu luka anda,” ujar kepala pelayan melihat darah yang ada di kepala Seungwan.

“Irene aku mohon buka pintu, biar aku jelaskan semuanya.” Namun tidak ada jawaban dari Irene, ia membalik tubuhnya dengan lesu setelah hampir setengah jam ia memohon pada Irene untuk dibuka kan pintu.

Seungwan menerima tawaran kepala pelayan untuk membersihkan luka di kepalanya, namun menurut kepala pelayan itu luka yang di dapat Seungwan cukup lebar, sebaiknya ia mendapatkan beberapa jahitan agar luka itu cepat sembuh.

Dengan diantar oleh supir, Seungwan akhirnya tiba di rumah sakit. Di sana ia langsung mendapatkan tindakan.

“Sebaiknya anda mendapatkan  full chek up tuan, apapun bisa saja terjadi jika anda mengalami kecelakaan,” Seungwan menuruti semua itu karena ia merasa tubuhnya terasa cukup sakit.

“Bagaimana dokter?”

“Tidak ada yang perlu di khawatirkan tuan, semua hasil menunjukkan kalau anda dalam kondisi cukup baik, hanya saja akan ada beberapa lebam di tubuh anda,”

“Ah terima kasih dokter,”

“Sebaiknya anda beristrahat dengan baik tuan, karena mungkin saja anda masih sedikit trauma dengan kejadian ini.

“Terima kasih dokter,” Seungwan keluar dari ruang IGD dan di sambut oleh supirnya.

Keesokan harinya Irene mendapati Seungwan tertidur di sofa ruang tamu, kepala pelayan meminta Seungwan untuk tidur di kamar tamu. Namun pria itu menolak karena ia takut tidak bisa bertemu Irene jika ia tidur di kamar tamu. Irene cukup terkejut melihat luka dan beberapa memar di wajah Seungwan.

“Wan ah,” ujarnya.

“Irene?” ia langsung bangun dari tidurnya dan duduk di hadapan Irene.

“Apa yang terjadi padamu?”

“Ah… hanya kecelakaan kecil?”

“Apa?, kecelakaan kecil, bagaimana kau bisa mengalami kecelakaan?”

“Saat aku berusaha menyusul taxi yang kau tumpangi,” timbul rasa bersalah dalam diri Irene saat melihat suaminya terluka seperti itu.

“Irene, semuanya salah faham, aku mohon.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Dhedhe0788
Semoga cerita ini menghibur kalian semua ya
Aku harap bisa bikin cerita lain.
Bye

Comments

You must be logged in to comment
Favebolous #1
Chapter 1: OH BAHASA
Wann77
#2
Chapter 10: Ampun dah kelakuan istri yang sedang hamil 😅
Epilog dong
Jung1804
#3
Chapter 8: JENNIE NO!!!! Kenapa kamu berkelakuan gitu?!?! 😤😤😤😤😤

I hope Irene is not blaming herself because of what happened to Seungwan and I hope she didn't stay away from Seungwan either
_SWenRene
#4
Chapter 7: I'm starting to worry now. Jennie ah~ Don't do something stupid hah hehe
Jung1804
#5
Chapter 7: I hope Jennie doesn't come in between Wenrene 😩
Jung1804
#6
Chapter 7: I hope Jennie doesn't come in between Wenrene 😩
Chaemin21 #7
Next pls
_SWenRene
#8
Chapter 6: Yehettt finally!!!
Jung1804
#9
Chapter 6: Akhirnyaaa! 😭😭😭😭😭❤💙❤💙
Wann77
#10
Chapter 5: Cobaan bertubi-tubi untuk Irene
Yang sabar, untung ada Seungwan