Chapter 7

In your arm i want to stay

Setelah yakin kondisi kesehatan Irene jauh lebih baik, akhirnya mereka mendaftarkan pernikahan dan melakukan respsi kecil, yang dihadiri oleh kerabat dekat.

“Selamat ya unnie,” Seulgi memeluk Irene dengan hatinya yang lega.

“Terima kasih Seul,” keduanya berbincang sebelum akhirnya Seungwan datang dan meminta Irene untuk menemaninya, memperkenalkannya pada beberapa orang yang  cukup dekat dengannya. Ada Sehun dan Jennie yang sepertinya agak sedikit kecewa karena ia mendapati Seungwan sudah menikah. Namun hal itu tidak ia tunjukkan karena ia pun senang akhirnya Seungwan bisa menemukan kebahagiaannya.

“Mau bulan madu ke mana?” Tanya Irene pada Seungwan yang sudah memeluknya malam itu.

“Nanti saja, kalau kau sudah benar-benar pulih dan kondisi perusahaan mulai stabil.”

“Kenapa? Kan perusahaan ada sekretaris Lee yang bantu,”

“Perusahaan baru saja kehilangan pemimpin Irene, tidak baik kalau kita pergi untuk bulan madu.” Irene memperhatikan Seungwan yang tidak ia sangka akan sepengertian ini pada kondisinya dan perusahaan.

“Baiklah,” Dengan begitu keduanya tertidur lelap karena hari ini cukup melelahkan bagi mereka.

Seungwan masih tidak percaya karena hal pertama yang ia lihat saat bangun pagi adalah istrinya yang tertidur dengan lelap di sampingnya. Ia tak pernah menghayalkan ini sebelumnya, bermimpi saja ia tidak berani, namun sekarang Irene sudah sah menjadi istrinya. Ia bisa mengatakan dirinya adalah pria yang bahagia saat ini.

“Selamat pagi Wan ah,” ujar Irene dengan lembut saat membuka matanya perlahan.

“Ya ampun,” bukannya mendapat sapaan selamat pagi, Seungwan langsung bangun dari tempat tidurnya membuat Irene sedikit terkejut.

“Kenapa Wan?”

“Ada meeting pagi ini, aku hampir lupa.”

“Merusak suasana saja,” ujar Irene yang masih betah berada di atas ranjang sementara Seungwan langsung menuju kamar mandi.

“Aku pergi ya,”

“Iya, malam ini makan malam di rumah kan?”

“Iya, aku usahakan kalau ngak ada meeting dadakan.” Seperti biasa Seungwan akan mengecup dahi Irene, dan kali ini Seungwan dikejutkan dengan Irene yang mengecup bibir Seungwan. Pria itu tersenyum dan mengecup bibir Irene yang kali ini gantian dibuat terkejut oleh tindakan Seungwan.

“See you tonight baby,” ujar Seungwan sambil mengedipkan salah satu matanya, meninggalkan Irene yang masih termangu mendapatkan perlakuan seperti itu dari Seungwan.

Setelah beberapa bulan menerima terapi dan banyak proses pengobatan akhirnya Irene mampu berjalan dengan normal dan mendapatkan kondisi fisiknya menjadi lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Dengan kondisi yang telah pulih, saatnya Seungwan berhenti untuk mengurusi perusahaan dan kembali ke pekerjaannya semula yaitu membuat music yang selalu menjadi passionnya.

“Wellcome back Seungwan,” ujar salah satu team yang sudah lama Seungwan tidak temui.

“Terima kasih Mark,”

“Hai Seungwan, sepertinya kau akan kembali sibuk di sini, karena kita akan memproduksi album solo milik Jennie.”

“Jennie? Apa secepat itu dia mendapatkan album solo nya.” Karena melihat perkembangan Jenni, Seungwan sedikit tidak yakin dengan hal itu, karena menurutnya untuk album solo seorang Jennie belum saatnya mereka melakukan itu. Ia pun menyampaikan hal itu pada ketua teamnya.

“Ini adalah keputusan agensi Wan, kita hanya menjalankan apa yang diinginkan pihak agensi.” Seungwan sebenarnya tidak terlalu suka akan ide itu namun ia juga bekerja di bawah agesi, meski ia memiliki saham di sana namun ia tidak ingin terlibat jauh dengan urusan-urusan agensi, karena ia lebih senang membuat music di banding harus mengerjakan administrasi yang menurutnya terlalu menguras pikirannya. Meskipun Seungwan sedikit ragu dengan keputusan agensi, ia tetap menjalankan pekerjaannya dengan baik.

“Pulang jam berapa?”

“Agak malam sih,”

“Kalau ngak bisa pulang jangan dipaksa Wan, nanti kenapa-kenapa.”

“Aku juga diantar sopir, jadi jangan khawatir ya, kalau ngak pulang aku bisa gila karena ngak ketemu kamu,”

“Dasar gombal,”

“I miss you,”

“Miss you to Wan ah, aku tutup ya udah mau masuk mobil soalnya.”

“Hati-hati ya,” dengan begitu Seungwan menutup panggilan telponnya. Sebisa mungkin jika Irene menghubunginya ia akan menjawab, karena sesjujur nya ia pun sangat merindukan suara istrinya itu.

“Udah senyum-senyum mulu, nanti ngak kelar kerjaan kita” goda Mark yang hanya dibalas Seungwan dengan senyumannya. Tanpa Seungwan sadari Jennie melihat bagaimana ia memperlakukan Irene, ia sangat iri pada Irene mengapa ia bisa mendapatkan Seungwan yang menurutnya sangat sempurna, sedangkan ia sendiri beberapa kali berpacaran, mendapatkan pria yang sedikit mendekati Seungwan saja tidak.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Dhedhe0788
Semoga cerita ini menghibur kalian semua ya
Aku harap bisa bikin cerita lain.
Bye

Comments

You must be logged in to comment
Favebolous #1
Chapter 1: OH BAHASA
Wann77
#2
Chapter 10: Ampun dah kelakuan istri yang sedang hamil 😅
Epilog dong
Jung1804
#3
Chapter 8: JENNIE NO!!!! Kenapa kamu berkelakuan gitu?!?! 😤😤😤😤😤

I hope Irene is not blaming herself because of what happened to Seungwan and I hope she didn't stay away from Seungwan either
_SWenRene
#4
Chapter 7: I'm starting to worry now. Jennie ah~ Don't do something stupid hah hehe
Jung1804
#5
Chapter 7: I hope Jennie doesn't come in between Wenrene 😩
Jung1804
#6
Chapter 7: I hope Jennie doesn't come in between Wenrene 😩
Chaemin21 #7
Next pls
_SWenRene
#8
Chapter 6: Yehettt finally!!!
Jung1804
#9
Chapter 6: Akhirnyaaa! 😭😭😭😭😭❤💙❤💙
Wann77
#10
Chapter 5: Cobaan bertubi-tubi untuk Irene
Yang sabar, untung ada Seungwan