Irene berjalan seorang diri, karena ia harus berpisah dengan Seulgi di halte bus. Jalanan menuju rumah Wendy cukup jauh karena perumahan mewah, tidak banyak kendaraan umum yang bisa masuk kecuali taxi. Setelah mengikuti pelajaran tambahan Irene merasa sangat lelah, ditambah jalan yang cukup jauh. Ia duduk sebentar di taman untuk sekedar beristirahat. Ia menarik nafas panjang, karena hidupnya saat ini benar-benar berantakan. Ayahnya yang meninggal, ia harus kehilangan tempat tinggal, dan hutang yang ditinggalkan oleh ayahnya cukup banyak. Walaupun sekarang ia tinggal di kediaman keluarga Son, dan ibunya mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lumayan, namun tetap saja Irene merasa sangat kesusahan. Di tambah ia harus tinggal di rumah Wendy, orang yang menurutnya sangat membenci dirinya.

“Unnie, bukannya itu Irene?”

“Oh iya,” Amanda meminta supirnya untuk berhenti, ia keluar dari mobil sementara Wendy hanya duduk di dalam mobilnya.

“Irene?”

“Oh, nona Son,”

“Ayo, pulang bersama, masih cukup jauh jika kau berjalan kaki, ayo,” Irene hanya menuruti permintaan Amanda dan ia duduk di depan bersama supir. Dari kaca samping ia bisa melihat Wendy yang sedang melamun melihat ke arah luar jendela.

Dia sangat cantik malam ini , Irene kembali melihat ke arah Wendy dan tersipu malu.

Setelah membersihkan dirinya, Wendy langsung menuju meja makan, ia melihat nyonya Bae sudah menyiapkan makanan sesuai dengan keinginannya.

“Mau ditemani nona Son?”

“Tidak usah nyonya Bae, umm dan panggil saja aku Wendy, sebutan itu sedikit tidak nyaman,”

“Baiklah nona Wendy,”

“Wendy, hanya Wendy.”

“Wendy, jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa mengetuk pintu kamarku.”

“Baiklah nyonya Bae.”

Nyonya Bae masuk ke kamar yang ia tempati bersama Irene. Sudah larut malam, Irene masih saja mengerjakan tugas sekolahnya.

“Ibu dari mana?”

“Memasakkan nona Wendy makanan, iya meminta nya tadi.”

“Apa ibu tidak lelah mengurusi rumah ini?”

“Aku hanya memastikan mereka makan dengan layak Irene, ibu tidak melakukan hal lain.”

“Apa ibu senang berada di sini,”

“Selama beberapa hari ini, mereka memperlakukan ibu dengan baik,”

“Syukurlah jika ibu senang berada di sini.” Nyonya Bae tahu, Irene merasa kurang nyaman berada di rumah keluarga Son, tapi ia tidak punya pilihan lain sementara ini. Nyonya Bae memeluk Irene dan meminta maaf pada putrinya karena ia belum bisa memenuhi kebutuhan putri nya. Irene faham akan hal itu dan memastikan pada ibunya bahwa ia akan baik-baik saja.

“Ibu masak banyak sekali, sini aku bantu,”

“Hari ini ulang tahun Wendy, jadi tuan dan nyonya Son ingin mengadakan makan malam special.” Karena hari ini hari libur, Irene juga membantu ibunya menyiapkan makanan untuk merayakan ulang tahun Wendy.

Semua makanan sudah tersaji di meja makan, sebuah cake di pesan oleh tuan Son untuk Wendy. Semua pelayan sudah berkumpul untuk merayakan ulang tahun Wendy. Kali ini, ia ingin pesta ulang tahunnya ia rayakan bersama keluarga para pelayannya. Ia ingin berterima kasih karena telah melayani nya dengan sangat baik sampai ia sebebsar ini.

“Tapi, kenapa malam ini?,”

“Tapi kami sudah menemani mu sampai pesta selesai kan?” ujar Tuan Son.

“Tak bisakah tunggu sehari lagi?”

“Kami sudah membatalkan beberapa janji Wendy, dan sudah tidak bisa dibatalkan lagi.”

“Aku akan tinggal sampai minggu depan? Bagaimana?” Amanda tersenyum ke arah Wendy.

“Benarkah unnie?” Amanda mengangguk dan memastikan adiknya itu tidak bersedih di malam ulang tahunnya.

“Kalau begitu, Mom dan Dad pergi dulu ya, kalian jaga diri baik-baik.”

“Jangan kahwatir, aku akan menjaga Wendy.” Kedua gadis Son itu pun mengantar kedua orang tuanya menuju mobil dan memeluk kedua orang tuanya.