Sebelas

The Dark Whisper

“......Baru saja terjadi seorang pria paruh baya tertabrak bus di jalan xxxxxx, menurut saksi mata korban nampak linglung dan berbicara sendiri sebelum kemudian berlari tepat ke arah jalur bus dan tertabrak. Kondisi korban kini sangat kritis dan sedang dalam penanganan pihak medis. Belum ditemukan motif lain namun diduga korban mengidap stress berat dan memilih untuk bunuh diri, berdasarkan identifikasi polisi, korban diketahui bernama.....” PIP! Siwon mematikan televisi ketika dilihatnya sang eomma berjalan memasuki rumah. Pemuda itu segera menghampiri ibunya, tidak sabar menunggu kabar mengenai pertemuan ibunya dengan Kangin barusan.

                “Eomma, bagaimana?”

                “Ia menandatanganinya.” Hana tersenyum melihat Siwon berteriak senang. Pemuda itu segera memeluk ibunya sebelum kemudian mengerutkan keningnya atas reaksi Hana yang dinilainya terlalu biasa.

                “Terjadi sesuatu? Dia mengancam eomma? Eomma disakiti? Dibentak?”

                “Tidak, tapi, dia tidak mau menyerahkan Raekyo. Dan Raekyo tidak ada di sini, entah dia menyembunyikannya dengan menyekolahkan Raekyo ke mana. Dia masih saja sangat egois.”

                “Eomma tenang saja. Aku akan bantu eomma mencari Raekyo. Dan aku ingat waktu merawat Kyuhyun dulu, mereka sempat menyebut-nyebut Raekyo, aku yakin Raekyo ada di sini eomma. Kangin ahjussi pasti berbohong. Raekyo pasti ada di rumah Kangin ahjussi.”

                “Benarkah?” Dan kilau di mata Hana kembali membuat Siwon mengangguk bersemangat. “Kalau begitu ayo sekarang kita ke rumah dia, sebelum dia sempat beneran menyembunyikan Raekyo dari eomma. Eomma tidak mau kehilangan kesempatan lagi, kali ini kita harus bergerak cepat. Siwon-ah, kau mau kan menemani eomma?”

                “Siap captain!! Eomma tunggu sebentar, aku ganti baju dulu!” Hana tersenyum lebar memandang punggung anak tirinya menghilang ke lantai atas. Ya dia senang, lebih tepatnya bersemangat. surat cerai sudah ada di tangannya dan kali ini tidak akan ada lagi yang bisa menghalanginya dari memiliki keempat anaknya kembali.

 

* * *

 

                Hana segera meloncat turun dari mobil sesaat bahkan sebelum Siwon mematikan mesin mobilnya, membuat Siwon geleng-geleng kepala sambil menyerukan agar ibunya hati-hati yang tentu saja tidak digubris oleh wanita itu. Pandangan Hana hanya terpaku pada satu sosok, salah satu sosok yang amat ia rindukan yang kini sedang sibuk memasukkan koper ke bagasi mobil. Sosok itu tidak menyadari keberadaan Hana, sehingga Hana bisa puas memandangi anaknya dari jarak dekat.

                “Teuki-ah.” Leeteuk yang sedang menata koper ke bagasi mobil sontak membeku. Suara itu, nada itu sangat familiar di telinganya. Perlahan ia menegakkan tubuhnya dan menatap sesosok wanita yang sangat ia rindukan. “Teuki-ah.”

                “Eo-eomma?”Leeteuk merasa lidahnya kelu. Seolah belum cukup, kejutan apa lagi ini? Kenapa tiba-tiba ibunya datang kemari?

                “Ne, ini eomma. Kau, kau tumbuh sudah sebesar ini. kau sangat tampan.Eomma sangat merindukanmu.” Hana melangkah lebih dekat memperhatikan anak sulungnya dari atas sampai bawah dengan kekaguman yang tidak ia sembunyikan.

                “Eomma, tapi, kenapa?”

                “Teuki-ah, kau baik-baik saja? Kenapa kau kaku begitu? Tidak senang bertemu eomma? Padahal eomma sangat merindukanmu. di mana yang lain? Donghae? Kyuhyun? Raekyo?”

                “Hyung, ini sudah koper terakhir kan? Tidak ada lagi yang tertinggal? Mama sudah meneleponku terus, dia....” Belum sempat menjawab, suara Kyuhyun terdengar, pemuda itu menggeret dua koper berukuran besar di kedua tangannya. Pemuda pucat itu seketika berhenti melangkah, mengakibatkan Donghae yang memanggul koper besar di bahunya menabrak punggung adiknya.

                “Yak! Kyu! Kenapa kau berhenti tiba-tiba! Aku kan...” Donghae juga seketika terdiam memandang ke arah yang sama dengan Kyuhyun. Seketika terjadi keheningan. Donghae meletakkan koper yang dipanggulnya di bawah tanpa sekalipun melepaskan pandang dari sosok wanita di sebelah kakaknya.

                “Donghae! Kyuhyun! Ini benar kalian? Kalian sudah tumbuh sebesar ini. Ini eomma, kalian tidak lupa kan? Eomma datang sayang, eomma sudah datang untuk kalian. Kemarilah!” Hana memeluk Donghae erat memejamkan mata meresapi kehangatan anak keduanya hingga tidak menyadari Kyuhyun yang refleks melangkah mundur atau tubuh Donghae yang berubah kaku dan sama sekali tidak membalas pelukannya. “Kalian baik-baik saja kan? Kalian kenapa? Tidak kangen eomma eoh? Eomma kini sudah datang menjemput kalian, appa kalian sudah melepaskan kalian, kita bisa bersama lagi sekarang. Ah iya, mana bungsu eomma? Di mana Raekyo?” Hana sama sekali tidak sadar ucapannya membuat ketiga pemuda di sana diam membeku.

                “Eomma, kau bersemangat sekali.Kau membuat mereka semua terkejut. Annyeong, hyung, masih ingat padaku? Hai, Kyu, kau juga Hae. Ah kalian lupa ya? Apakah penampilanku tanpa jas dokter itu sangat berbeda? Aku Siwon, dokter yang kemarin merawat Kyuhyun dan juga saudara tiri kalian. Salam kenal!” Siwon membungkukkan badan sambil tersenyum.

                “Ah, iya ceritanya panjang, tapi ini Siwon saudara tiri kalian. Leeteuk? Donghae? Kyuhyun? kenapa kalian diam saja? Apakah eomma benar-benar mengejutkan kalian? Lalu Raekyo di mana? Dia ada di dalam? Eomma sangat rindu padanya.”

                “Kyu.” Leeteuk segera menghampiri Kyuhyun ketika dilihatnya adiknya itu sudah mengepalkan tangan dengan tubuh bergetar hebat. Entah amarah atau kesedihan atau apapun yang sedang menguasai Kyuhyun sekarang, satu hal yang Leeteuk tahu ia harus segera mencegahnya. Leeteuk menggenggam tangan Kyuhyun dengan lembut, memaksa mengaitkan jari-jarinya ke jari-jari Kyuhyun hingga kepalan itu terbuka. “Hae, bawa Kyuhyun ke dalam mobil. Biar koper-koper sisa ini hyung yang akan masukkan. Tunggu di dalam mobil, hyung tidak akan lama. Hyung harus berbicara dulu dengan, dengan eomma.”

                “Hyung...”

                “Hyung janji tidak akan lama. Mama papa sudah menunggu kita di bandara. Kau bawa dulu Kyuhyun masuk. Sekarang.” Leeteuk memberikan kode tegas pada adiknya. Donghae segera mengerti, pemuda itu menggandeng setengah menyeret Kyuhyun untuk masuk ke dalam mobil. Bunyi pintu mobil dibanting tertutup terdengar menggema. Setelah memastikan keduanya sudah di dalam mobil, dengan siluet Donghae memeluk Kyuhyun di dalam, Leeteuk berbalik menghadap dua orang yang memandangi kejadian tadi dengan raut keheranan.

                “Apa yang... Teuki-ah, ada apa? kenapa Kyuhyun dan Donghae begitu? Apakah mereka sudah lupa dengan eomma?”

                “Eomma, apa yang sebenarnya eomma inginkan?”

                “Teuki-ah, eomma...”

                “Ada apa eomma datang kemari? setelah belasan tahun membuang kami kini eomma datang kembali, untuk apa?”

                “Hyung! jaga bicaramu! Kau menyakiti hati eomma. Eomma tidak bermaksud jahat, eomma...”

                “Siwon-ssi, bisakah kau tidak ikut campur? Biarkan aku berbicara dengan eommaku.” Siwon tertegun, dia tidak pernah melihat Leeteuk sedingin ini. Bahkan wajahnya yang selalu terlihat bagai malaikat yang ramah kini menghilang, digantikan oleh raut wajah yang sangat asing hingga Siwon hampir tidak mengenalinya lagi. Siwon hendak membalas, namun Hana menggeleng perlahan, meminta pengertian Siwon dengan tatapannya. Merasa kalah telak, Siwon mundur selangkah membiarkan ibu dan anak itu berbicara.

                “Teuki-ah, eomma minta maaf. Kalau kalian selama ini merasa terbuang karena eomma, eomma minta maaf. Hanya saja persoalan eomma dan appamu sangatlah rumit, dan tidak ada pilihan lain selain eomma pergi. Tapi kini eomma sudah kembali, eomma akan menebus tahun-tahun itu, eomma sudah kembali, nak.”

                “Jadi, dia anak si Kiho itu? Selingkuhanmu eomma?”

                “Cho Leeteuk! Jaga bicaramu! Dia bukan selingkuhan eomma, dia itu...”

                “Setahuku eomma dan appa masih terdaftar sebagai suami istri di negara ini, dan eomma memilih pergi dengan laki-laki lain, itu berselingkuh kan?”

                “Cho Leeteuk! Kenapa bicaramu menjadi sangat kurang ajar?! Eomma tidak merasa pernah mengajarimu sekurangajar ini!”

                “Oh, maaf ya, tapi selama ini aku tidak pernah dibimbing oleh seorang ibu, jadi aku tidak tahu batasanku harus sampai mana. Setahuku ibu yang melahirkanku hanya mengajariku untuk membenci appa, berbohong, berselingkuh, dan menjadi orang yang tidak tahu diri. Jadi maaf ya kalau aku menjadi kurang ajar, tapi inilah teladan darimu eomma.”

                PLAK!! Hana tertegun merasakan tangannya menampar pipi putra sulungnya. Bukannya kesakitan, Leeteuk malah tertawa sinis. “Ringan tangan sekali. Tidak appa tidak eomma, kalian berdua sama. Apa tadi, mengajak tinggal bersama? Maaf eomma tapi kami tidak bisa. Kami tidak mau. Pergilah, jangan muncul di hadapanku dan adik-adikku lagi.”

                “Te-teuki-ah, eo-eomma minta maaf. Eomma tidak sengaja. Eomma...” Hana terus saja menggumamkan permintaan maafnya yang sudah tidak lagi dihiraukan oleh Leeteuk. Pemuda itu menyibukkan diri dengan memasukkan koper yang masih tergeletak di luar ke dalam bagasi mobil. Ketika Leeteuk menutup bagasi, sebuah tangan memegang pundaknya, memaksanya berbalik.

                “Hyung! Tidakkah kau keterlaluan? Aku memang hanya orang luar tapi yang kau sakiti itu adalah ibuku! Jadi berbicaralah dengan jelas dan jantan jangan seperti pengecut yang tidak mau menerangkan apa-apa dan bisanya hanya memaki saja!”

                “Baiklah siwon-ssi, kalau itu yang kau inginkan.” Leeteuk tersenyum sinis kemudian menghampiri Hana yang kini sudah berlutut menangis. Siwon menjongkokkan diri di hadapan wanita yang melahirkannya, “Eomma, sekarang keadaan sudah berbeda. Kami semua membencimu. Karena kebohongan yang kau ucapkan demi bisa lepas dari appa, karena kebohongan itu menyakiti hati adik-adikku. Kesalahan pertamamu adalah kau meminta appa menikahimu walau eomma tahu eomma tidak akan pernah mencintai appa. Kesalahan kedua adalah eomma memilih meninggalkan kami untuk bersama dengan kekasihmu. Itu eogis sekali eomma, kenapa kau tidak pernah memikirkan perasaan kami? Dan kesalahan terakhirmu adalah karena kau kembali. Menghampiri kami seolah tidak punya salah apa-apa dan berharap kami menyambutmu dengan tangan terbuka. Kami bukan anak kecil lagi. Dan tadi eomma mencari Raekyo? Mianhe eomma kau tidak bisa bertemu Raekyo lagi. Lupakan kami, hiduplah bersama anak dari orang yang kau cintai. Kau sudah membuang kami dari hidupmu, dan kami juga sudah melakukan hal yang sama untukmu.”

                Leeteuk berdiri, berjalan pelan menuju ke sisi kemudi mobil. Sebelum masuk, ia menoleh sebentar ke arah Hana yang masih bengong mencerna ucapannya barusan, “Eomma, Raekyo sudah pergi. Dia sudah tiada. Raekyo.... Dia bunuh diri,” Tanpa melihat efek ucapannya, Leeteuk masuk ke dalam mobil lalu segera berlalu dari sana.

                Kalau saja Leeteuk mau, melihat barang sebentar dari kaca spion, ia akan melihat Eommanya lari tunggang langgang masuk ke dalam rumah. Kalau saja Leeteuk mau menunggu, ia akan mendengar raungan Hana dari dalam rumah sesaat kemudian. Kalau saja Leeteuk masih peduli, tangannya lah yang akan mengangkat tubuh Hana yang pingsan karena histeris dan bukannya Siwon. Tapi kenyataannya tidak begitu, persis seperti ucapannya tadi, seperti Hana yang tidak ragu meninggalkan mereka dulu, kini Leeteuk pun berlaku sama. Tidak ada keraguan dalam hatinya.

                “Hyung, kenapa dia egois sekali.” Suara bisikan Kyuhyun memecah keheningan di antara ketiganya. Leeteuk diam saja tanpa bisa menjawab, ia hanya memandang wajah adiknya dari kaca spion sementara Donghae yang duduk di belakang bersama Kyuhyun mengeratkan pelukannya, membawa Kyuhyun bersandar di dadanya.

                “Lupakan dia, Kyuhyunie. Kita akan memulai hidup baru bersama papa mama. Jangan ingat-ingat lagi segala kesakitan di sini.”

                “Lalu appa? Apa tidak apa-apa kita meninggalkan dia saat emosinya sedang kacau begini?”

                “Kau mengkhawatirkan appa, Kyu? Kau sudah memaafkan appa?” Kali ini Leeteuk bertanya heran. Pasalnya tadi Kyuhyun yang paling tidak mau bertemu sang ayah. Bahkan untuk tinggal bersama papa dan mama adalah keinginan Kyuhyun.

                “Aku.. aku tidak tahu. Saat membereskan barangku tadi aku hanya memikirkan appa. Walau appa memang bersalah, tapi appa juga korban kan hyung? Appa memang salah, tapi kita juga salah. Aku hanya tidak tahu bagaimana harus bersikap pada appa, dan kurasa emosiku akan selalu meledak bila melihatnya jadi kuputuskan untuk tidak ingin bertemu dengannya dulu. Satu sisi diriku ingin memaafkan appa, ingin mencoba mengerti appa, tapi sisi diriku yang lain berpikir bahwa permohonan dan penyesalan appa tidak akan mengembalikan Rae padaku, pada kita, dan itu membuatku tidak ingin memaafkannya. Tapi kalau terus begitu, hati kita dipenuhi dendam dan kesakitan, bukankah itu tandanya kita tidak ada bedanya dengan appa?” Butuh waktu lama untuk Donghae dan Leeteuk mencerna ucapan Kyuhyun. Hingga akhirnya keduanya mengangguk.

                “Kau benar Kyuhyunnie, kita juga salah. Kita tidak berusaha mencegah appa, tidak berusaha mengoreksi kelakuan appa, kita tidak berusaha keras. Kita hanya diam saja selama ini. Kita juga sama salahnya seperti appa.” Leeteuk tersenyum sedih.

                “Hyung, Kyu, bagaimana kalau kita suruh appa menyusul kita? Ke rumah papa mama? Kurasa mereka tidak akan keberatan. Kita ke sana untuk menyembuhkan diri, memulihkan luka hati kita, ada baiknya appa juga. Memang tidak akan membawa Rae kembali pada kita, tapi kita bisa memulai hidup yang baru, kurasa Rae juga akan bahagia melihat kita bahagia. Memaafkan adalah satu langkah menuju kesembuhan kan?” Donghae melonjak-lonjak bersemangat di kursinya, membuat Kyuhyun yang bersandar padanya merasa jadi tidak nyaman, pemuda itu menegakkan tubuhnya.

                “Aku setuju, bagaimana denganmu, Kyu?”

                “Kyu?” Donghae memperhatikan adiknya yang diam saja, menghentikan ocehan bersemangatnya, berharap ia tidak salah bicara.

                “Mmm. Beri aku waktu, hyung. Tidak akan lama. Kurasa aku siap memaafkan appa.” Kyuhyun tersenyum, membuat kedua kakaknya menghembuskan nafas lega.

                Baru separuh perjalanan menuju bandara, ketika tiba-tiba ponsel Leeteuk berbunyi. “Halo? ...........................  Ne, benar saya anak Cho Kangin....................... APA???!!!!!” Seketika ponsel Leeteuk terjatuh, pemuda itu diam pucat pasi. Menyadari ada yang tidak beres, Donghae menoel kakaknya.

                “Hyung? ada apa? Siapa yang menelepon?” Donghae mengerutkan kening ketika Leeteuk masih diam saja, “Hyung?”

                “Ba-bagaimana, bagaimana ini Hae-ah?”

                “Hyung? Terjadi sesuatu? Appa kenapa?”

                “Hae,” Leeteuk menoleh pada Donghae, air matanya sudah bercucuran, “A-appa kecelakaan. Ka-kata polisi, a-appa bunuh diri.”

                “APA???!!!!!” “HYUNG AWAS!!!!!!!”

                Teriakan Kyuhyun membuat Leeteuk tersentak untuk menghadap ke depan, tidak jauh di depan berdiri sesosok gadis kecil mengenakan gaun berwarna pink, rambut panjangnya tergerai lepas di punggungnya, gadis itu menatap tepat ke mobil mereka, tersenyum. Refleks, Leeteuk membanting keras setir mobilnya, membuat mobil yang sedang dalam kecepatan tinggi itu berputar tidak terkendali hingga menabrak pagar membatas. Sekian detik mobil mereka melayang di udara, ketika gravitasi mengambil alih, kilauan permukaan air di bawah mereka menjadi pemandangan terakhir sebelum mobil tersebut menghantam permukaan air dan semua menjadi gelap.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet