BAB. 7

CAN'T GET OVER YOU
Please Subscribe to read the full chapter

BAB. 7 Can't Get Over You

Woohyun sungguh berbahagia, perasaan menggebu yang telah lama tak dia rasakan. Perasaan teramat sangat bersyukur ketika ayahnya kembali membuka mata, bertemu tatap dengannya. Meski terlihat masih sangat lemah, namun ayahnya tersenyum dan menyebut namanya dengan suara lirih nan parau. Kejadian ini terasa seperti sebuah mimpi indah yang Woohyun tak inginkan punah.

Namun, lebih indahnya bahwa hal ini merupakan sebuah kenyataan - bukanlah sekedar mimpi.

Woohyun langsung memanggil dokter, memintanya untuk segera memeriksa keadaan sosok tersayangnya itu. Dengan perasaan membuncah, Woohyun menelpon ibu dan adik tirinya serta melakukan panggilan internasional untuk ibu dan kakak kandungnya.

Saat ayahnya sudah di pastikan baik-baik saja oleh dokter, Woohyun menggenggam tangan sosok berumur itu erat dan tak hentinya tersenyum.

"Appa, syukurlah kau kembali...ini seperti sebuah keajaiban..." lirih Woohyun di sela air mata bahagia.

Ayahnya tersenyum, membalas genggamannya dengan sama eratnya.

"Berapa lama ayah terbaring di sini?"

"Hampir 10 bulan... terima kasih Appa memilih untuk sadar kembali..."

Ayah Woohyun menatap anaknya lekat, dia mencoba mengingat sesuatu.

"Sungguh sangat lama," lirihnya. "Aku merasa aku bermimpi banyak hal ketika aku tidak sadar. Terkadang aku mendengar suaramu, Hyerin, Ibumu, Eommamu..."

Woohyun mendengarkan dengan serius.

"...Aku merasa tenang di sana. Aku tak tahu apa yang membuatku terbangun, tapi aku sepertinya melihat cahaya terang yang menuntunku."

Woohyun tiba-tiba teringat akan cahaya terang ketika dia mengalami kecelakan tempo lalu.

"Cahaya itu berpendar, seolah-olah menarikku untuk keluar. Dan ketika aku membuka mataku, aku sangat ingat aku melihat sayap-sayap putih bertebaran sebelum kau memelukku."

Jantung Woohyun berdegup cepat. Hal yang sama seperti yang dia lihat dulu.

"Sunggyu," ucap Woohyun, lantas berdiri panik. Baru tersadar jika sedari tadi tidak ada sosok Sunggyu. Bagaimana bisa dia lupa dengan sosok indah itu? Seharusnya dia ada di sini sekarang, bersamanya.

"Ada apa Woohyun?" tanya ayahnya heran.

"Appa, maafkan aku. Ibu dan Hyerin akan kesini, aku harus pergi. Aku akan menjelaskan padamu, nanti."

Woohyun berjalan dengan cepat, melalui koridor dengan setengah berlari. Jantungnya berdegup kencang.

Jika dugaannya benar, jika yang ada di benaknya selama ini benar.

Woohyun masih sangat mengingat ketika dirinya sekarat, bagaimana sebuah cahaya yang seolah-olah ingin membutakan matanya mendekat. Menyentuhnya dan merasuk ke dalam tubuhnya.

Woohyun dengan setengah kesadarannya melihat ke dalam iris cokelat itu, iris yang menenangkan dan terasa hangat. Iris yang berwarna sama dengan rambut yang di miliki sosok itu.

Sunggyu.

Sunggyu lah yang ada di dekatnya saat itu.

Woohyun tadinya berpikir dirinya berhalusinasi, karena sekarat; hampir mati.

Tapi, ketika dirinya melihat kembali sosok itu terbaring di bangsal rumah sakit waktu lalu, Woohyun tak bisa menghentikan pikirannya untuk berhenti menduga-duga.

Di tambah Woohyun yang tak berhasil menemukan keluarga Sunggyu atau informasi apapun mengenai dirinya. Dan, perpotongan sayap-sayap yang bertebaran. Sayap itu yang terus membuatnya berpikir jika Sunggyu bukanlah manusia.

Jika dugaannya selama ini benar...dirinya benar-benar berharap bahwa Sunggyu baik-baik saja. Bahwa menyelamatkannya tidak akan membuat hal buruk terjadi kepada Sunggyu.

Woohyun memaki lift rumah sakit yang begitu lamban, memilih untuk menuruni tangga.

Di setiap derap kakinya dia berpikir, kemana dia harus pergi mencari Sunggyu? Woohyun mengeluarkan ponselnya dan mencoba untuk menghubungi, aktif namun tidak di angkat.

Dengan masih berlari, jemarinya membuka aplikasi pelacak berusaha menemukan posisi di mana Sunggyu berada.

Dia mencoba menenangkan debar jantungnya ketika dia akhirnya mendapatkan lokasi ponsel Sunggyu. Dia harap, Sunggyu pun berada di sana.

***

Sungjong tahu, dirinya tak pantas untuk mendapatkan kata maaf. Dia tahu, dia salah telah terlibat terlalu jauh dan tidak menghentikan Sungyeol dalam bertindak. Tapi, dirinya tak bisa terus menerus memendam kebenaran. Dan terus menerus di grogoti rasa bersalah.

"Sungjong? Mengapa kau di sini?"

Dongwoo yang baru saja selesai lembur di hari libur dan berniat untuk menjenguk tuan Nam yang sudah sadar kaget melihat Sungjong ada di lobi kantor. Sungjong yang merupakan sopir pribadi Woohyun dulunya itu, beberapa minggu lalu telah mengajukan resign, hal itu lah yang membuat kehadirannya mengejutkan bagi Dongwoo.

"Dongwoo-sii, saya perlu bicara," ucap Sungjong dengan wajah serius.

"Apakah sangat penting? Aku perlu ke rumah sakit, tuan Nam sudah sadarkan diri."

"Beliau sudah sadar?"

Dongwoo mengangguk.

"Syukurlah...tapi, ini sangat penting. Ini menyangkut Woohyun-ssi."

Melihat wajah Sungjong yang begitu serius, Dongwoo akhirnya menyetujui.

***

Sunggyu membuka matanya, dan merasakan pening dan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Terutama punggungnya yang kini terasa sangat berbeda.

Tubuhnya terasa sangat lemas, untuk duduk saja dia kesulitan.

Dengan kebingungan, Sunggyu melihat ke sekeliling dan mendapati ruang yang sangat familiar; kamar Woohyun.

Bagaimana bisa dia kembali di sini?

Sunggyu mengingat bagaimana dia merelakan sayapnya untuk hilang, dia pikir dia akan langsung punah. Namun dugaannya salah. Dia justru kembali ke tempat di mana dirinya sangat ingin menetap.

Sunggyu mendengar tawa mengejek yang berhasil membuyarkan kebingungannya.

"Ha.ha.ha, Sunggyu...Sunggyu...kau benar-benar bodoh..."

Sunggyu memicingkan matanya dan mendapati Renji si malaikat maut melayang di sudut kamar.

"Kau kembali mengorbankan sebelah sayapmu, kau benar-benar tak ingin kembali, huh?"

"Kembali pun tak ada gunanya. Kalian tak akan menerimaku kembali."

"Benar, benar..mungkin benar..." sahut Renji sambil menggigit apel merah kesukaannya. "Tapi, mengembalikan sebelah sayap jauh lebih mudah ketimbang keduanya."

Mata Sunggyu membulat mendengar ucapan Renji.

"Apa kau bilang? Maksudmu sayapku bisa kembali?"

Renji terbahak.

"Mengapa? Mengapa begitu kaget? Apa kau kini menyesal telah menyerahkan sayapmu untuk manusia bodoh itu, hmm?"

Renji terus tertawa karena Sunggyu tak menjawab.

"Apa jika aku memberitahu mu sebelumnya, maka kau akan memilih kembali?"

Sunggyu kini menggeleng dengan mantap.

"Aku tidak menyesal memberikan sayapku untuk kebahagiaan Woohyun. Aku hanya berharap, tidak ada cara untukku kembali. Jika ada caranya...maka itu berarti - apapun cara itu pasti akan melibatkan Woohyun."

Renji bertepuk tangan heboh.

"Wah, wah, wah...malaikat surga Sunggyu memang benar-benar cerdas. Tentu saja akan melibatkan manusia itu. Jika kau ingin bahagia, kau harus membuatnya menderita."

"Bagaimana bisa kau tahu mengenai rahasia langit? Tidak ada yang boleh mengetahui hal itu kecuali Penguasa," tanya Sunggyu dengan menatap tajam Renji.

"Pfttt, kau tahu. Kami malaikat maut tidak menyukai aturan...Cerita kau turun ke dunia dan terlibat dengan manusia menjadi cerita terhebat bagi malaikat maut. Hahaha. Kami menyukainya."

"Jangan mengalihkan pembicaraan."

Renji mendesah.

"Ah, baiklah! Aku menyelinap masuk ke ruang Penguasa dan menemukan banyak rahasia di sana~" Renji mengerlingkan mata kepada Sunggyu.

"Kau akan di hukum berat," peringat Sunggyu.

"Tak perduli. Kau pun akan di hukum berat, kan? Apa kau perduli? Tidak, kan. Yang lebih penting...apa kau tidak penasaran dengan cara kau bisa kembali ke langit?"

Sunggyu terdiam, dia perlu tahu cara itu agar dia bisa menyelamatkan Woohyun.

"Meski aku mau, kau tidak akan memberitahukan caranya padaku."

Renji tertawa terbahak.

"Ya, kau benar. Dan hal itu juga yang di ucapkan Ryuk padaku ketika aku menawarkan rahasia ini."

"Ryuk mengetahui caranya?" tanya Sunggyu kaget. Sunggyu kini telah mengingat kembali mengenai Ryuk. Sosok penting di langit dan tidak menyukai manusia. Meski dirinya dan Ryuk berteman, tapi mereka memiliki banyak perbedaan pandangan.

"Tentu saja dia mengetahuinya. Bahkan, dia telah memberikanku tawaran yang menarik sebagai gantinya. Dia akan membelaku di depan Penguasa dan memastikan bahwa aku akan terbebas dari segala hukuman. Dia sangat baik, kan."

Sunggyu kini benar-benar merasa takut. Dia tak ingin hal buruk terjadi pada Woohyun. Jika Ryuk sampai berani membela Renji di hadapan Penguasa, itu artinya cara ini benar-benar menyangkut Woohyun.

Renji tertawa terbahak.

"Awwww manis sekali, kau mengkhawatirkan manusia mu, huh."

Sunggyu tak menanggapi.

"Baiklah, anggap saja ini sebagai hadiah karena aku lebih menyukaimu ketimbang Ryuk," ucap Renji tiba-tiba.

"...Jika kau ingin mengembalikan sayapmu, pastikan manusia yang menyebabkanmu turun ke dunia memilih untuk mengakhiri hidupnya."

Mata Sunggyu terbelalak kaget.

"Benar, Sunggyu. Benar. Woohyun harus mati dengan kehendaknya sendiri."

Sunggyu menggelengkan kepalanya.

Tidak. Ini tidak boleh terjadi.

"Mengapa kau sangat khawatir? Toh belum tentu manusia itu rela mati demi kau, ya kan? Manusia tidak ada yang berhati tulus, Sunggyu. Mereka bertindak berdasarkan apa yang menguntungkan bagi mereka saja."

Benar, memang benar Woohyun belum tentu mau rela mati demi dia. Sunggyu tahu itu.

"Malaikat pun sama," ucap Sunggyu. "Kita pun terkadang bertindak berdasarkan apa yang menguntungkan untuk kita. Kau pikir aku memberikan sayapku untuk kebahagiaan Woohyun? Kau salah. Aku memberikannya justru untuk kebahagiaanku sendiri. Aku bahagia jika dia bahagia. Bukan sebaliknya. Bukan jika dia menderita baru aku bahagia."

Renji menghela napas.

"Ah~ akhirnya aku bisa melihat 'cinta' yang manusia sering elu-elukan. Sungguh memukau, memang. Tapi, karena cinta inilah, kau akan lenyap Sunggyu. Karena dengan manusia itu terus hidup, kau akan musnah selamanya. "

Renji bertepuk tangan bahagia dan berkata,"Baiklah, selamat mencoba! Aku tetap berharap kau kembali ke langit dan bisa aku ganggu terus menerus. Hahahahaha."

Renji menghilang, menyisakan taburan bulu-bulu dari sayapnya yang ketika menyentuh lantai lalu menghilang dari pandangan.

Sunggyu terdiam, berpikir. Dia harus memastikan Ryuk tidak berjumpa dengan Woohyun dan memberitahukan mengenai apa yang terjadi pada Sunggyu.

Meski Sunggyu tak yakin Woohyun akan memilih mati untuknya, tapi Sunggyu juga tak ingin Woohyun merasa bersalah nantinya. Jika Woohyun bertemu dengan Ryuk, entah bagaimana reaksi manusia itu nanti. Atau malah dia akan menghindari Sunggyu. Sunggyu tahu dia nantinya juga akan lenyap, tapi dia sungguh berharap bisa menghabiskan waktu yang tersisa bersama dengan sosok yang dia cinta.

Hanya itu.

Itu saja sudah cukup.

***

Woohyun berlari dengan tergesa-gesa, memarkir mobilnya asal di parkiran dan memencet lift dengan tak sabaran dan kini menemukan Sunggyu berdiri tepat di ruang tengah apartemen-nya.

Dia tak mengucapkan sepatah kata pun, begitu pula Sunggyu.

Woohyun hanya memeluk tubuh pria berambut cokelat itu erat, menyesap aroma tubuhnya dan melampiaskan rasa syukurnya lewat pelukan yang enggan dia lepaskan.

Debaran jantung Woohyun lambat laun kembali normal, kini lelah mulai terasa di tubuhnya yang tadinya setengah gemetar - takut kehilangan.

Dapat dirasakannya Sunggyu membalas pelukannya dan menenggelamkan wajah tampannya di pelukan eratnya.

"Sunggyu..." panggil Woohyun setelah lama mereka hanya berdiri dalam pelukan masing-masing. Woohyun melonggarkan pelukannya dan menatap iris Sunggyu lekat. "Terima kasih."

Ucapan itu lantas membuat Sunggyu bingung. Terima kasih? untuk apa? Apa Woohyun telah mengetahui bahwa dirinya seorang malaikat?

Woohyun yang melihat kebingungan di wajah Sunggyu melanjutkan,"Terima kasih telah hadir di hidupku, terima kasih telah membuat hidupku lebih bermakna. Terima kasih untuk segalanya yang mungkin tidak aku ketahui, dan...terima kasih kau tetap ada di sini, sekarang."

Meski masih bingung, Sunggyu tidak bertanya karena kini Woohyun lagi-lagi memeluknya - lebih lama dan lebih erat. Sunggyu membalas pelukan itu dengan antusias yang sama. Di dalam hatinya Sunggyu berucap,"Aku pun berterima kasih Woohyun. Terima kasih telah membuatku merasa sangat di cintai."

***

Woohyun terlihat begitu bahagia. Ayahnya kembali sehat, seolah-olah tak pernah koma sebelumnya. Ibu kandung Woohyun kembali ke Seoul dan berniat menetap kali ini, membuat Woohyun semakin bahagia karena kakaknya Boohyun akan memilih untuk menetap pula.

Dongwoo menemui Woohyun dan menceritakan bahwa Sungyeol adalah dalang dari kecelakaannya dan Sungjong merupakan kaki tangan Sungyeol selama ini. Woohyun tentu saja kaget.

"Apa kau ingin agar kita melaporkan ini kepada pihak kepolisian?"

Woohyun tak menjawab. Begitu banyak pikiran yang berkecamuk di benaknya.

"Sungjong bilang alasan Sungyeol membencimu karena kau memacari cinta pertamanya dan ayahnya yang m

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
imsmlee86 #1
Chapter 7: Terima kasih udah dibuat happy ending ㅠㅠ ga kerasa udah habis huwaaa, bakal kangen sama ff ini, ternyata renji berguna juga
akitou
#2
Chapter 6: tu kan bener ..... angst ...... jd yg jahat sungyeol.
inspiritwgs
#3
Chapter 6: T0T kok sedihny, please happy ending :''''
mpreggoland
#4
Chapter 5: interesting story! I love it!
aku feeling dengan ceritanya…feeling sangat
update lagi ya? ^^
woogyu forever! hehe
akitou
#5
Chapter 5: kok ada hawa2 angst ya.....
akitou
#6
Chapter 4: Awwwwwww...... bener2 bkin meleleh sikap woohyun
imsmlee86 #7
Chapter 4: Daily dose of fluff for my angsty life ♡
Semangat menulisnyaaa!
gari_chan #8
Chapter 3: waaaaa gemes liatnya semangat updatemya thor penasaran sama kelanjutannya bakal ngapain aja mereka di apartement
imsmlee86 #9
Chapter 2: Semangat menulisnya yeay!
gari_chan #10
Chapter 2: wadaw tanda tanda cinta kah itu?