BAB. 6

CAN'T GET OVER YOU
Please Subscribe to read the full chapter


BAB. 6 PILIHAN SULIT

Woohyun sangat bersemangat, hari ini dia akan mempertemukan Sunggyu dengan Sungyeol dan juga Myungsoo sahabatnya. Woohyun mengundang mereka untuk menghabiskan waktu dan makan siang bersama di apartemennya.

Sunggyu menemaninya di dapur pagi ini, membantu memotong-motong sayur yang sudah mereka siapkan sedari kemarin. Woohyun bisa melihat bahwa Sunggyu enggan untuk bertemu sosok baru, namun Woohyun meyakinkannya bahwa Sungyeol dan Myungsoo adalah sosok baik, mereka teman Woohyun, tentu saja baik. Bahwa Sunggyu tidak perlu canggung dan mereka akan menerima Sunggyu dengan baik pula. Meski masih terlihat enggan dan cemas, Sunggyu akhirnya bisa terlihat lebih santai dan bahkan membantu Woohyun di dapur.

“Apa kau ingat mengenai teman-teman mu, Gyu?” tanya Woohyun sambil mengaduk adonan kimchi. Dia melihat Sunggyu menghentikan pergerakan pisaunya dan mengernyitkan dahi berpikir.

“Tak apa jika kau masih belum bisa mengingatnya,” lanjut Woohyun lagi, tak ingin membuat sosok di hadapannya tak nyaman.

Meski begitu, Sunggyu masih terlihat berpikir keras. Dia terus mengernyitkan dahinya hingga akhirnya berucap, “Entahlah, Woohyun. Kurasa aku tidak bisa mengingat dengan jelas. Aku tahu aku memiliki teman, tapi...aku tidak bisa menggambarkan sosok mereka dengan jelas...”

Woohyun menanggapi ucapan Sunggyu sembari tersenyum dan berkata, “Tak apa. Jika nanti kau mengingat sesuatu dan ingin bercerita – jangan sungkan untuk memberitahuku, oke?”

Sunggyu mengangguk dan membalas senyuman Woohyun – menampilkan barisan gigi putih bersih dan rapinya.

Mereka melanjutkan kegiatan memasak mereka sambil mendengarkan suara televisi dari ruang tengah.

Tak lama, Myungsoo hadir. Memeluk Woohyun dan tersenyum dengan lesung pipi khasnya.

“Lama tak melihatmu, Hyung,” sapanya.

Woohyun mengangguk.

“Kau seperti sudah menjadi warga Jepang saja. Jarang pulang ke Korea,” komentar Woohyun sambil menggiring Myungsoo untuk masuk ke apartemennya.

“Haha, orang tuaku memang menyebalkan. Mereka tidak membiarkan aku melakukan hal sesukaku,” sahut Myungsoo dan terdiam ketika dia melihat sosok Sunggyu.

"Kau sedang mengatai paman dan bibi? Mau aku adukan?"

"Jangaaannnn," rengek Myungsoo. Namun rengekannya segera terhenti.

“Wah, siapa ini Hyung? Kau tidak cerita punya pacar?”

Woohyun terbatuk. Dan Sunggyu hanya diam mematung.

“Ehem, kenalkan ini Sunggyu,” ujar Woohyun dan mendekati Sunggyu untuk menyapa Myungsoo. “Dan Gyu, ini Myungsoo. Dia temanku sekaligus keponakanku.”

Myungsoo mengulurkan tangannya di ikuti Sunggyu. Woohyun menghela napas, meski Sunggyu terlihat begitu kaku namun setidaknya dia tidak terlihat begitu tidak nyaman atau berkesan ketakutan akan sosok Myungsoo.

“Senang bertemu denganmu, Sunggyu hyung. Wah, tanganmu sangat halus...”

Mendengar ucapan Myungsoo, Woohyun otomatis memukul tangan Myungsoo yang masih bersalaman dengan Sunggyu agar terlepas.

“Sudah salamannya, jangan lama-lama,” ucap Woohyun.

Myungsoo tertawa mengerti.

“Sungyeol akan ke sini juga?” tanya Myungsoo sambil duduk di sofa. Sunggyu duduk di sisi sofa yang lain, sementara Woohyun menuju dapur.

“Katanya dia akan datang,” teriak Woohyun dari dapur sambil menuangkan jus jeruk ke gelas dan menyiapkan beberapa cemilan.

Myungsoo memperhatikan Sunggyu lekat, sosok yang terlihat begitu memukau dengan potongan wajah sempurna.

“Sunggyu hyung, bagaimana kau dan Woohyun hyung bisa saling kenal?” tanya Myungsoo penasaran.

Sunggyu membelalakkan matanya mendapatkan pertanyaan dari keponakan Woohyun itu. Dia sedang fokus menonton acara memasak di tv, tapi Myungsoo malah mengajaknya mengobrol.

“Aku sudah mengenal Woohyun lama,” sahut Sunggyu pelan.

“Oh ya? Berapa lama? Aku mengenal Woohyun hyung semenjak dia masih ingusan! Main sepak bola di bawah terik matahari,” tantang Myungsoo.

Sunggyu mengerjapkan matanya, mencoba mengingat. Dan tersenyum ketika dia teringat waktu yang di maksud oleh Myungsoo.

“Benar, dia sangat suka berjemur. Ibunya selalu berteriak mencarinya ketika sore hari tiba agar Woohyun mau pulang. Woohyun merengek tidak mau pulang dan ingusnya semakin menjadi.”

Sahutan Sunggyu membuat Myungsoo kaget.

“Heol! Bagaimana bisa kau tahu? Kau sahabat masa kecil kami juga? Tapi aku kok tidak mengenal kau saat itu, Hyung. Seingatku, sih...” gumam Myungsoo bingung.

Pembicaraan mereka terpotong ketika Woohyun datang membawakan jus jeruk dan bel berbunyi menandakan kedatangan Sungyeol.

“Kau terlambat, jangkung! Kami sudah ingin mulai menonton filmnya,” ucap Woohyun sambil membukakan pintu.

Sungyeol terkekeh.

“Biasa, ada urusan dengan klien yang belum selesai.”

“Hmm, konglomerat Lee memang beda,” sahut Woohyun. “Hari libur pun tetap sibuk.”

Mereka berjalan beriringan dan memasuki ruang tengah. Myungsoo menyapa Sungyeol dengan hebohnya karena mereka memang tak pernah bertemu semenjak Myungsoo menghabiskan waktu di Jepang lama. Saat itulah Sunggyu tiba-tiba melepaskan pegangannya pada gelas, membuat pecahan kaca bertebaran di lantai.

“Tetap di situ, Gyu,” perintah Woohyun segera ketika melihat Sunggyu berdiri dan ingin beranjak.

Myungsoo berlari ke dapur mengambil lap dan sapu.

Woohyun mendekati Sunggyu, menggendongnya agar tidak melangkah dan mendudukkannya di sofa.

“Gyu, lain kali kalau mau menjatuhkan gelas, jatuhkan di karpet ya,” goda Woohyun. Dia sengaja mengucapkan lelucon agar Sunggyu mengalihkan pandangannya dari sosok Sungyeol. Sedari tadi dia terus menatap Sungyeol, seolah terpesona dengan ketampanan pria itu. Woohyun merasa kesal.

“Hei, sudah memeluk Sunggyu-nya, aku perlu bantuan di sini,” protes Myungsoo yang masih mengumpulkan serpihan kaca. “Kau juga Yeol, bantu.”

Sungyeol yang terpaku akhirnya membantu Myungsoo. Woohyun menghela napas dan ingin beranjak membantu, tapi Sunggyu menahan lengannya dan menggelengkan kepalanya.

“Kenapa?” tanya Woohyun cemas.

Sunggyu tak menyahut, dia malah mengintip sosok Sungyeol yang sibuk memunguti serpihan kaca melalui celah tubuh Woohyun.

Woohyun semakin kesal. Sunggyu terlihat malu-malu hamster seperti ini.

Karena kesal, Woohyun berinisiatif untuk menjauhkan Sunggyu dari ruangan itu.

“Wah, sepertinya Sunggyu tak enak badan,” ucap Woohyun dengan suara yang dia sengaja di keraskan. “Ayo, Gyu aku antar ke kamar.”

Woohyun tersenyum puas saat Sunggyu tidak berontak ketika dia rangkul untuk di gendong. Malahan Sunggyu merangkulkan tangannya di leher Woohyun dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher pria tampan itu.

Dengan bangga Woohyun mengangkat tubuh Sunggyu menuju kamarnya.

“Tidurlah, aku akan membangunkanmu saat kami ingin makan siang nanti,” ujar Woohyun sambil menyelimuti Sunggyu.

“Tapi, Woohyun ini bukan kamarku...” sahut Sunggyu bingung.

“Tak apa, kau bisa tidur di sini kapan pun kau mau. Nah, ayo pejamkan matamu.”

Sunggyu menurut. Woohyun menatap wajah putih itu lama lalu memutuskan untuk menemui temannya di ruang tamu.

***

“Aku tak percaya kau mengundang kami hanya untuk memamerkan pacarmu,” rajuk Myungsoo sambil mengunyah keripiknya kasar. Woohyun hanya terkekeh. Mau menimpali bagaimana lagi? Dia sendiri tak keberatan dengan embel-embel ‘kekasih’ untuk sosok Sunggyu.

“Jadi, dia pacarmu, Hyun?” tanya Sungyeol.

Woohyun tanpa ragu memangguk. Entah mengapa dia merasa Sungyeol akan menjadi kandidat berat untuk mendapatkan hati Sunggyu.

“Dia sangat manis,” komentar Sungyeol. “Dan tampan di waktu bersamaan.”

Komentar untuk membuat Woohyun mendelik dan Myungsoo tertawa terbahak melihat ekspresi itu.

“Haha, tidak perlu memasang wajah sangar, Hyung. Toh Sungyeol bukan gay,” bujuk Myungsoo. Woohyun sedikit tenang namun Myungsoo melanjutkan, “Ya...meski Sunggyu memang jauh lebih menarik ketimbang cewek kebanyakan...”

Woohyun merangkul leher Myungsoo erat sangking kesalnya di sambut tawa keras Myungsoo. Sungyeol hanya menggelengkan kepalanya.

“Ampun Hyung, ampun. Sungyeol tidak akan melirik Sunggyu. Toh dia gagal move on sedari dulu,” ucap Myungsoo lagi.

“Hmm? Gagal move on?” tanya Woohyun sambil melepas jeratan tangannya di leher Myungsoo.

“Iya. Ya, kan Yeol? Sampai sekarang Sungyeol masih cinta dengan Nara.”

Mendengar itu mulut Woohyun membulatkan kata O dan Sungyeol terlihat begitu risih. Bagaimana Woohyun tidak kaget, Sungyeol teman masa kecil dan akrab sedari sekolah menengah dulu – masa dia tidak tahu sosok yang di taksir temannya sendiri. Di tambah lagi ternyata sosok itu adalah Nara.

“Nara? Park Nara? Mantanku?” tanya Woohyun tak percaya.

Myungsoo mengangguk sambil melanjutkan kunyahannya.

“Itu sudah lama, mengapa di ungkit lagi,” protes Sungyeol dengan wajah tak tertarik.

“Kau serius baru tahu, Hyung?” tanya Myungsoo pada Woohyun. Woohyun mengangguk.

“Ya. Aku tidak tahu. Hei, Yeol. Bagaimana bisa aku tidak tahu kau menyukai Nara? Sampai sekarang masih suka?”

Sungyeol menghela napas panjang. Nampak jelas dia tak nyaman.

“Kalau aku memberitahumu, apa kau akan memutuskan Nara saat itu?” tanya Sungyeol tajam.

“Tentu saja!” jawab Woohyun cepat. “Kau temanku. Lagipula aku tidak terlalu menyukai Nara begitu dalam.”

“Benarkah?” tanya Sungyeol dengan nada datar.

“Tapi kalian pacaran bukannya hampir satu tahun?” timpal Myungsoo. “Cukup lama. Kau pasti mencintainya. Kalian putus lantaran Nara kembali ke Taiwan, kan? Siapa tahu dia sekarang masih sendiri mungkin mau balikan denganmu, Hyung.”

Myungsoo si mulut tanpa filter, tanpa bisa membaca situasi. Sungyeol langsung terpancing emosi.

“Benar. Seharusnya kalian tetap berkomuniasi, kan?” tanya Sungyeol lagi.

Woohyun merasa canggung. Mengapa malah menjadi membahas mantan?

“Tapi, sekarang kau malah pacaran dengan Sunggyu hyung,” timpal Myungsoo lagi. “Kau jadi gay karena frustrasi pisah dengan Nara?”

Woohyun lantas menjitak kepala Myungsoo.

“Kalau bicara jangan asal! Sunggyu ya Sunggyu. Bukan pelampiasan.”

Myungsoo tertawa terbahak. “Awww, manisnya,” komentarnya.

Pembicaraan mereka terhenti saat Sungyeol mendapatkan telepon dari kliennya.

Mereka melanjutkan berbincang ringan, membahas perusahaan Woohyun yang mencoba untuk bangkit, dan kesehatan ayah Woohyun yang belum juga membaik. Hingga tiba waktu makan siang. Meski dengan susah payah, akhirnya Sunggyu  mau di ajak untuk makan bersama dengan syarat Woohyun harus merangkulnya. Seolah-olah dia takut terlepas dari sosok Woohyun. Meski merasa aneh dan cemas, Woohyun justru semakin merasa senang Sunggyu bersikap terlalu manja seperti ini.

Myungsoo tak henti-henti mengolok mereka, mengatakan betapa manisnya jika mereka seperti itu. Woohyun tersenyum senang, tapi Sunggyu malah tidak memberikan respon apa-apa. Seperti tidak mengerti sama sekali candaan Myungsoo. Hal itu membuat Woohyun kecewa. Dia memberikan peringatan kepada dirinya sendiri untuk terus mengorek reaksi Sunggyu mengenai hubungan yang lebih dalam.

Sore hari, Myungsoo dan Sungyeol pamit dengan Myungsoo yang berjanji akan menetap di Korea lebih lama dan Sungyeol yang sering-sering berkunjung. Setelah pertemuan itu sikap manjanya Sunggyu semakin menjadi-jadi. Woohyun tidak mengerti. Tidak tahu harus bersyukur atau justru me

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
imsmlee86 #1
Chapter 7: Terima kasih udah dibuat happy ending ㅠㅠ ga kerasa udah habis huwaaa, bakal kangen sama ff ini, ternyata renji berguna juga
akitou
#2
Chapter 6: tu kan bener ..... angst ...... jd yg jahat sungyeol.
inspiritwgs
#3
Chapter 6: T0T kok sedihny, please happy ending :''''
mpreggoland
#4
Chapter 5: interesting story! I love it!
aku feeling dengan ceritanya…feeling sangat
update lagi ya? ^^
woogyu forever! hehe
akitou
#5
Chapter 5: kok ada hawa2 angst ya.....
akitou
#6
Chapter 4: Awwwwwww...... bener2 bkin meleleh sikap woohyun
imsmlee86 #7
Chapter 4: Daily dose of fluff for my angsty life ♡
Semangat menulisnyaaa!
gari_chan #8
Chapter 3: waaaaa gemes liatnya semangat updatemya thor penasaran sama kelanjutannya bakal ngapain aja mereka di apartement
imsmlee86 #9
Chapter 2: Semangat menulisnya yeay!
gari_chan #10
Chapter 2: wadaw tanda tanda cinta kah itu?