Enam

Lies

 

            Raekyo berjalan perlahan-lahan, setiap langkahnya nampak tidak ia rasakan. Tubuhnya seakan mengambang, pikirannya terus mengulang-ulang kejadian yang ia alami tadi pagi bagai kaset rusak, ia tidak benar-benar tahu ke mana kakinya melangkah membawanya, ia hanya tahu bahwa ia harus terus melangkah maju.

FLASHBACK

            Raekyo tersenyum sendiri mendengar protesan ketiga kakaknya yang tidak memperbolehkan dirinya pergi ke sekolah sendiri dengan bus. Setelah menutup pintu depan rumahnya, ia melenggang santai, setidaknya moodnya sudah lebih baik daripada saat baru bangun tadi. Rasa sakitnya pun hampir tidak terasa. Namun sesosok wanita yang berjalan ke arahnya cukup membuatnya berhenti karena terkejut. Wanita itu, sosok yang paling ia rindukan sekaligus takuti berdiri tidak jauh di hadapannya. Ekspresi wanita itu juga tidak kalah terkejut seperti dirinya.

            “Eo-eomma.” Raekyo menggumamkan penggilan itu, panggilan yang terasa asing di bibirnya.Walau menggumam, namun panggilan itu masih bisa terdengar oleh Lee Hana, buktinya wanita itu mengernyitkan keningnya.

            “Untukmu.” Lee Hana memisahkan sebuah kantung berukuran sedang lalu menaruhnya di tanah, dekat kakinya. Lalu tanpa berkata apa-apa lagi ia melangkah melewati Raekyo begitu saja, menuju tepat masuk ke dalam rumah, meninggalkan Raekyo yang masih mematung di tempatnya berdiri. Pandangan Raekyo kemudian tertuju pada kantung yang masih teronggok begitu saja di tanah, dengan perlahan ia maju dan mengambilnya. Tanpa Raekyo sadari, tangannya bergetar hebat. Ia benci kenyataan itu, benci tubuhnya yang memberikan reaksi traumatik seperti sekarang ini. Dengan gontai, ia melangkah menjauh dari rumah sambil tangannya menggenggam erat kantung hadiah yang sang eomma berikan padanya.

            “Ah!” Raekyo tersadar dari lamunannya saat kakinya sukses tersandung dan tubuhnya oleng ke depan. Namun entah mengapa tubuhnya tidak segera menghantam tanah, sepasang tangan memegang tubuhnya dari belakang. “Oppa?”

            “Apa yang kau lakukan sampai tersandung begitu? Kau melamun?” Tangan itu membantu menyeimbangkan tubuh Raekyo kembali dan menghadapkan tubuh gadis itu pada tubuh jangkungnya.

            “Changmin oppa?”

            “Kau pikir siapa lagi yang punya wajah sepertiku kalau bukan Shim Changmin?”

            “A-aku… Appo!” Raekyo mengelus kepalanya yang sukses dijitak sahabat oppa evilnya itu.”Yak! Kenapa oppa memukulku?”

            “Habis kau melongo terus seperti orang linglung. Kau habis dihipnotis, Rae? Jujur, kau habis dihipnotis kan? Coba cek apa yang hilang? Handphone? Uang? Aw! Aw! Hentikan!”Changmin mengelus-elus tangannya yang dipukuli Raekyo karena pemuda itu nekat mengoprek-oprek tas yang sedang dipakai gadis di hadapannya. Ia kan hanya ingin mengecek apa yang mungkin dicuri dari adik sahabatnya itu, apa salahnya?

            “Makanya jangan aneh-aneh, oppa!”

            “Kamu yang aneh! Kamu memakai seragam sekolah namun malah berjalan kebalikan dari arah sekolah, kamu malah sampai ke depan rumahku. Itu apa namanya kalau kau bukan habis dihipnotis?” Raekyo terkejut. Ia sadar ia telah salah mengambil arah ke sekolah. Benar saja kini ia berdiri tepat di depan rumah Changmin. Diam-diam Raekyo merutuki kebodohan otak dan kakinya yang tidak sejalan.

            “Ah, bodoh, bodoh!”

            “Kau mengataiku bodoh?” Changmin berkacak pinggang sambil menatap sebal ke gadis di hadapannya. Sudah dipukul, kini ia dikatai bodoh pula.

            “Ani, bukan oppa, aku bilang untuk diriku sendiri. Lagipula…”

            “Changmin-ah, kenapa kau belum berangkat ke sekolah?” Sebuah suara menyela perkataan Raekyo. Sontak keduanya berpaling ke arah rumah, di sana berdiri dua sosok yang sangat Raekyo kenal. Eomma dari sahabat kakaknya dan hyung dari Changmin, Yunho. “Loh, Raekyo?”

            “Ahjummaa!!!” Raekyo segera menghampiri eomma Changmin lalu menghambur memeluknya. Ia memang dekat dengan keluarga Changmin karena dulu ia suka ikut bila Kyuhyun bermain di rumah Changmin. “Anyeong Yunho oppa!”

            “Wah, Rae, apa yang kau lakukan di sini? Bukankah kamu harus sekolah? Mana Kyuhyun?” Yunho membalas sapaan Raekyo dengan hangat, tangannya mengelus kepala gadis itu dengan sayang.

            “Dia habis dihipnotis, hyung.” Perkataan Changmin sontak membuat Yunho dan sang eomma membelaklakan matanya kaget. Raekyo berdecak sebal ke arah sahabat kakaknya itu.

            “Changmin oppa suka sekali ngarang! Aku tidak dihipnotis! Changmin oppa, aku ikut ke sekolah bersamamu ya.”

            “Tunggu, Rae. Ini memang aneh, apa yang kau lakukan di sini, kan arah sekolahmu berbeda. Apa ada sesuatu terjadi?” Ahjumma memandang Raekyo bertanya.

            “Sudah kubilang eomma, dia dihipno…”

            “Rae bertemu eomma. Eomma datang ke rumah.” Raekyo menundukkan kepalanya sambil berucap pelan namun perkataannya cukup membuat ketiga orang dihadapannya terdiam. Keluarga Changmin dan keluarga Kyuhyun memang sangat dekat, bahkan Tuan Cho dan Tuan Shim adalah sahabat sejak mereka anak-anak, maka tidak heran apa yang terjadi pada Raekyo keluarga Changmin sangat tahu.

            “Rae…” Eomma Changmin memeluk Raekyo dan mengelus punggung Raekyo dengan lembut. “Gwenchana? Kau mau di sini saja? Biar nanti Changmin yang bilang pada gurumu.”

            “Ani, aku sekolah saja. Aku ada ujian hari ini. Gomawo ahjumma.” Raekyo melepaskan pelukannya lalu memberikan senyuman pada wanita di hadapannya. Tiba-tiba ponsel di saku Raekyo berbunyi, gadis itu mengecek sepintas, menghela nafas, lalu mematikan ponselnya, membuat Yunho memandang gadis di hadapannya penuh arti.

            “Baiklah kalau begitu, ayo Rae, kita bisa terlambat! Kita naik motor saja ya, lebih cepat. Eomma, hyung, doakan aku selamat, aku pasti dibunuh Kyuhyun bila ia tahu.” Suara ceria Changmin membuat Raekyo tersenyum lebih lebar dan mengangguk. Ia berterimakasih pada Changmin yang sengaja meringankan suasana, bila tidak ia yakin susah akan meneteskan air matanya. Setelah memeluk eomma Changmin dan Yunho, Raekyo bergegas menyusul Changmin ke garasi rumahnya. Keduanya pun segera berangkat tanpa membuang waktu lagi.

            “Eomma…”

            “Eomma tahu, Yunho-ah. Lebih baik kau menelepon Leeteuk, ia pasti khawatir saat ini apalagi panggilannya tidak dijawab oleh Raekyo dan malah ia mematikan ponselnya.”

            “Tapi eomma, yang tadi memanggil Raekyo bukan Leeteuk hyung.”           

            “Hm? Lalu?”

            “Itu… itu Kibum. Donghae dan Kibum sudah tahu semuanya eomma. Kemarin Teuki hyung menceritakan padaku saat kami makan siang bersama di kantornya.”

            “Benarkah? Lalu Kyuhyun? Jangan bilang…”

            “Belum, Kyuhyun belum tahu.” Yunho menghela nafasnya. “Aku tidak bisa membayangkan bila Kyuhyun tahu, eomma. Betapa kecewanya dia nanti pada keluarganya, juga pada Changmin.”

            “Changmin akan baik-baik saja, Yunho-ah.”

            “Tapi Kyuhyun pasti kecewa dan marah pada Changmin, sahabat macam apa yang memendam rahasia selama bertahun-tahun tanpa sedikit pun memberitahu. Hubungan mereka bisa retak dan Changmin bisa terluka juga. Apa yang akan Changmin lakukan bila akhirnya Kyuhyun memusuhi dan menjauhinya? Dia mana bisa hidup tanpa Kyuhyun yang selalu ia daulat sahabat terbaiknya? Ingat Changmin selalu berkata hanya Kyuhyun yang paling mengerti dirinya. Bahkan dia tidak pernah berkata begitu kepadaku.”

            “Aigooo… Uri Yunho cemburu rupanya.” Sang eomma tergelak sambil mengelus surai putra sulungnya.

            “Eomma! Aku serius!”

            “Ne, eomma tahu,” wanita itu tersenyum, “Jangan terlalu banyak berpikir yang tidak-tidak, Yunho-ah. Sama seperti Changmin yang tidak bisa hidup tanpa Kyuhyun, kau pun harus percaya Kyuhyun juga begitu. Mereka bersahabat sudah sangat lama, persahabatan mereka tidak sedangkal itu walau memang umur mereka masih muda. Kita harus belajar percaya pada mereka berdua. Lagipula kalaupun sampai yang kau takutkan terjadi, Changmin masih mempunyai kita kan? Haahh, jujur bukan mereka berdua yang eomma khawatirkan sekarang, tapi Raekyo.”

            “Raekyo gadis yang kuat eomma. Kita harus belajar percaya padanya. Lagipula kalau sampai sesuatu terjadi, Raekyo masih punya kita kan keluarga keduanya.” Yunho mengerling pada sang eomma berniat membuat kekhawatiran sang eomma berkurang.

            “Eomma harap begitu. Ngomong-ngomong, kau sudah berani mengcopy kata-kata eomma ya? Sudah berani rupanya.” Mereka berdua tertawa bersama sambil masuk ke dalam rumah. Setidaknya perasaan mereka berdua sudah lebih membaik. Di tengah jalan, Yunho berhenti mendadak.

            “Aigoo, kenapa aku masuk lagi ke dalam rumah. Aku kan harus ke kantor. Bye eomma!!” Pelukan singkat si sulung membuat wanita itu geleng-geleng kepala. Setelah terdiam sejenak, wanita yang masih cantik di usianya yang sekarang itu segera mengeluarkan ponselnya, setelah mengotak-atik sebentar ia mendekatkan ponselnya ke telinganya. Nada sambung pun terdengar, tidak lama kemudian telepon pun diangkat, “Younghwan oppa….”

 

* * *

 

            “……Bersama Changmin oppa.”

            “Changmin oppa membonceng wanita ke sekolah, kabarnya dia anak baru di kelas 1.”

            Suara obrolan segerombol siswi di pintu masuk sekolah membuat kening Kyuhyun berkerut. Nampaknya mereka sedang membicarakan Changmin, sahabatnya. Ya tentu saja, siapa lagi di sekolah ini yang memiliki nama Changmin selain Changmin-nya. Memang tidak biasanya sahabatnya itu belum datang ke sekolah, karena penasaran Kyuhyun bermaksud menyusul Changmin ke parkiran sekolah.

            “Kyu!” Suara seseorang membuat Kyuhyun berhenti dan berbalik. Di sana Kibum berlari ke arahnya, hyung esnya itu membungkukkan badan sesampainya di hadapan Kyuhyun untuk mengatur nafas.

            “Hyung? Kenapa kau berlari-lari? Kenapa tadi berangkat tidak menungguku? Kau dan Raekyo jalannya cepat sekali sih, aku sampai kehilangan jejak kalian.” Protesan Kyuhyun hanya ditanggapi Kibum dengan lambaian tangan.

            “Kau lihat Raekyo?”

            “Rae? Tidak, bukannya dia ada di kelasnya?”

            “Dia tidak ada di sana. Aku sudah mengeceknya tadi. Bagaimana ini?” Kibum yang panik membuat Kyuhyun mengernyitkan keningnya bingung.

            “Kenapa kau panik seperti itu, hyung? Dia sudah besar, biarkan saja. Sudah dulu ya hyung aku mau mencari Changmin.” Kyuhyun segera beranjak dari sana masih diikuti Kibum yang masih mendesaknya untuk ikut mencari Raekyo. Langkah mereka berhenti melihat pemandangan di hadapan mereka. Nampak Changmin berdiri berhadapan dengan Raekyo di sebelah motornya yang baru diparkir. Pemuda tinggi itu sedang membantu melepas helm yang dipakai Raekyo ketika suara teriakan Kyuhyun terdengar.

            “APA YANG KALIAN LAKUKAN?!” Tanpa membuang waktu Kyuhyun dan Kibum menghampiri Changmin dan Raekyo yang terkejut, “Shim Changmin!! Apa yang kau pikir kau lakukan?!”

            “Kyu? Aku sedang melepas helm Raekyo, wae?” Changmin menjawab dengan enteng sama sekali tidak terpengaruh dengan tatapan tajam dua pemuda di hadapannya.

            “Kau melepas helm yang sedang dipakai adik-ku! Dia pakai helm berarti kau sudah membonceng adik-ku pakai motor balapmu! Kau tidak tahu seberapa bahayanya itu?! Lihat, bahkan kau tidak meminjamkan jaket pada adik-ku!” Kyuhyun kesal, kenapa begitu saja Changmin tidak mengerti. Sementara Changmin masih bengong karena dimarahi tiba-tiba oleh sahabatnya, Kibum segera menghampiri gadis itu.

            “Kau tidak apa-apa?” Tatapan Kibum terpaku pada kantung hadiah yang masih digenggam Raekyo, kemudian ia menatap wajah adiknya, Kibum menghela nafas. Perasaannya sudah lebih lega, adiknya ada di sini, baik-baik saja. “Kau ke mana saja?! Kenapa ponselmu mati? Kenapa teleponku kau reject?”

            “Oppa berlebihan. Aku tidak apa-apa.”

            “Lalu kenapa kau bisa bersama Changmin?”

            “Hyung, Raekyo terhipno…. AAW!!” Raekyo menginjak kaki Changmin dengan kencang membuat pemuda itu menjerit kesakitan.

            “Aku bertemu Changmin oppa di jalan.” Raekyo tersenyum ringan, ia kan tidak berbohong, memang ia bertemu Changmin di jalan, “Jadi aku memintanya untuk mengantarku ke sekolah.”

            “Lain kali jangan diulangi! Aku tidak mau melihatmu naik motor lagi dengan Changmin sekalipun! Mengerti?” Kyuhyun menatap Raekyo dengan tajam. “Kau tidak tahu seberapa berbahayanya itu! Bagaimana kalau kau lupa pegangan lalu jatuh? Bagaimana bila kau terbang terbawa angin? Bagaimana kalau kau masuk angin? Bagaimana kalau…..”

            “Oppa pikir aku balon? Terbang terbawa angin, ck, ada-ada saja.” Raekyo menggerutu.

            “Sudah-sudah, tidak ada alasan lagi! Kau itu, senangnya membuat orang khawatir saja. Sudah sana masuk kelasmu, nanti pulang sekolah tunggu aku. WAJIB. Kita pulang bersama, jangan pernah berpikir sekali-kali untuk kabur dariku, mengerti? Ada eomma di rumah, kita akan makan malam bersama. Eomma bilang akan menginap.” Mendengar ucapan kakaknya membuat tubuh Raekyo otomatis menegang. Hanya Kibum dan Changmin yang menyadari perubahan pada gadis itu, sementara Kyuhyun masih meneruskan rencana-rencana yang akan mereka lakukan bersama sang eomma.

            “Kyu, aku boleh ikut makan malam bersama ahjumma? Aku ingin bermain dan menemani Raekyo.”  Perkataan Changmin membuat kening Kyuhyun berkerut sementara Kibum memandang Changmin dengan tatapan penuh arti.

            “Menemani? Untuk apa Raekyo ditemani? Kan sudah ada eomma dan kami berempat. Kau aneh-aneh saja Chwang. Lagipula aku sedang tidak ingin melihatmu, ingat aku kan lagi marah padamu. Kau makan saja bersama Yunho hyung. O iya hari ini kau pindah tempat duduk, jangan di sebelahku, aku lagi sedang tidak ingin bersamamu!” Kyuhyun melipat tangannya di dada menunjukkan kekesalannya.

            “Ah, Kyu, mianhe, aku janji tidak akan membonceng Raekyo lagi naik motor. Jangan begitu, mianhe ne? Kau tega sekali tidak mau duduk di kelas bersamaku. Hari ini kan kita ada test matematika, bagaimana nasib testku bila aku tidak duduk bersamamu?” Changmin berujar dengan nada dibuat semenyedihkan mungkin. “Aw! Appo hyung!”

            “Jangan mencontek! Kau itu…” Kibum geleng-geleng kepala setelah sukses menjitak pemuda tiang listrik di hadapannya membuat Raekyo tersenyum geli.

            “kenapa sih keluarga kalian suka sekali menjitak kepala orang lain? Apa ini salah satu warisan keluarga? Seperti nama panjang begitu? Cho Kyuhyun jitak kepala temannya bila membonceng adiknya naik motor. Atau Cho Kibum jitak kepala teman adiknya karena mencontek? Arra.. Arra.. Mianhe.” Changmin mengekerut saat Kyuhyun dan Kibum memberikan tatapan membunuhnya. Pemuda itu menutup mulutnya dengan sebelah tangan sambil memberikan tanda bahwa ia tidak akan berbicara apa-apa lagi. Sementara Raekyo sudah tertawa melihat kelakuan ajaib ketiga pemuda di hadapannya.

            “Pokoknya jauh-jauh dariku Shim Changmin! Aku sedang kesal padamu!”

            “Aigoo, Kyu, kan aku sudah minta maaf. Apa lagi yang membuatmu kesal?”

            “Seisi sekolah membicarakan kalian, terutama para yeoja, kan kasian Raekyo, kau kira para penggemarmu akan diam saja huh?”

            “Oh, itu. Yasudah aku pacaran beneran saja dengan Raekyo. Jadi mereka tidak bisa apa-apa. Bagaimana? APPOOOOOOOOOOOOO!!!!!!!!” Teriakan cempreng Changmin terdengar menggelegar setelah Khuhyun dan Kibum masing-masing sukses menendang tulang kering Changmin. Mereka meninggalkan begitu saja Changmin yang sedang terduduk kesakitan sambil mengelus kedua tulang keringnya. Tanpa mempedulikan gerutuan panjang pendek seorang Shim Changmin, Kibum dan Kyuhyun menggandeng Raekyo masuk ke dalam sekolah. Raekyo hanya pasrah, ia hanya sempat memberikan tatapan simpati pada seorang Shim Changmin.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Awaefkyu1311 #1
Chapter 7: please buat kyuhyun tau secepatnya.... hihiiii
Awaefkyu1311 #2
Chapter 5: ff mu yg ni jg baguussss.... aku suka... please cepet di update...