Tiga Belas

Lies

6 BULAN KEMUDIAN

            “Bisakah kau mengantarku ke kantor, Hae? Mobil hyung harus masuk bengkel.” Leeteuk menyesap kopinya lalu tersenyum ketika sang adik mengangguk menyanggupi permintaannya. Pagi itu ia beserta Donghae dan Kibum sedang sarapan pagi.

            “Makanya parkir mobil yang halus, hyung. Kau suka sekali menggores cat mobilmu dengan tembok.” Perkataan Donghae membuat Kibum tersenyum kecil. Sudah bukan rahasia umum Leeteuk jago mengendarai mobil, namun si sulung selalu lemah bila menyangkut parkir.

            “Itu kan karena Teuki hyung manja, selalu meninggalkan mobilnya begitu saja di lobby, tidak pernah peduli biaya valet parkirnya sebulan sudah sama seperti uang jajanku dua bulan.” Kibum ikut-ikutan mengejek si sulung. Membuat sang korban mendelik kesal.

            “Kalian ini, itu karena aku direkturnya, masa aku harus memarkir mobilku sendiri?”

            “Cih, sombong sekali.” Donghae menjulurkan lidahnya pada Leeteuk, “Kibum-ah, kau juga sekalian saja ikut denganku. Aku sedang berbaik hati mengantarmu ke sekolah, hari ini pengumuman kelulusanmu kan? Apa kau yakin lulus, Bum?”

            “Yak, hyung, cuma kau yang tidak percaya aku akan lulus. Raekyo bahkan sudah mengucapkan selamat atas kelulusanku tadi subuh. Dia yakin oppa jeniusnya ini akan lulus.” Gantian Kibum yang menjulurkan lidahnya pada Donghae.

            “Hhhh, kapan kita bisa sarapan lagi bersamanya? Aku kangen padanya. Terakhir bertemu saat kita merayakan ulangtahunnya, itupun sudah sebulan lalu. Setelah itu ia hanya mengirimi pesan, tidak pernah meminta bertemu langsung dengan kita.” Donghae menghela nafasnya.

            “Jangan mengeluh, Hae-ah. Dia butuh waktu dan kita sudah berjanji akan memberikannya. Bersabarlah.” Pembicaraan mereka terputus ketika mendengar suara orang berlari terburu-buru menuruni tangga. Tidak lama kemudian pemuda pucat dengan rambut dan baju berantakan menatap ketiga hyungnya dengan raut menahan tangis.

            “Ada apa, Kyu? Kau lupa menyalin peer?” Kibum menggelengkan kepala melihat adiknya. Ada saat-saat Kyuhyun seperti ini, dan bila mereka semua sudah panik mengira sesuatu terjadi, ternyata hanya kenakalan anak itu yang lupa membuat peer.

            “Hyung!!! Cepat hyung, kita harus segera ke bandara!!” Kyuhyun berbicara dengan nafas ngos-ngosan, membuat ketiga kakaknya menatapnya heran.

            “Bandara? Maksudmu sekolah?” Donghae mencoba mengoreksi.

            “Hyung!! Sudah tidak ada waktu lagi!! Kita ke bandara sekarang!! Cepat hyung!!”

            “Yak, tenang dulu, Kyu. Memang kenapa kita harus ke bandara?”

            “Raekyo hyung!! Changmin mengabariku barusan ia, keluarganya beserta Raekyo akan pindah ke Inggris hari ini!! Penerbangan mereka dua jam lagi!! Ottoke hyung, ottokeeeeee??!!”

            “MWO????!!!” Ketiganya sontak berdiri. Tanpa berkata apa-apa lagi mereka semua berlari ke arah mobil Donghae terparkir, pikiran mereka hanya satu. Si bungsu akan meninggalkan mereka. Dan mereka akan mencegah hal itu terjadi. Bagaimanapun caranya.

 

* * *

 

            “Ini sudah yang terakhir, Rae?” Suara Yunho membuat lamunan Reakyo terhenti. Yunho kini memasukkan koper terakhir Raekyo ke dalam bagasi mobilnya. Sementara Changmin terlihat sibuk memandori para pekerja yang terlihat mengangkut perabotan rumahnya. Raekyo tersenyum dan mengangguk.

            “Ne, oppa. Ini sudah yang terakhir. Appa dan eomma?”

            “Barang mereka juga sudah beres semua. Appa dan eomma sedang mengurus dokumen-dokumen yang tertinggal, mereka akan menemui kita langsung di bandara.”

            “Yak, kalian, jangan hanya mengobrol di sana! Bantu aku, kenapa sih barang-barang perabotan rumah kita banyak sekali. Hyung, bantu aku awasi mereka, barusan kaca lemari televisi kita baru pecah karena terbentur, duh eomma akan marah pada kita nanti.” Keluhan Changmin membuat Yunho geleng-geleng kepala.

            “Kita tidak akan membawa perabotan itu, Changmin-ah. Perabot itu diangkut untuk dijual, jadi kalaupun pecah eomma tidak akan marah lagi. Jadi biarkan saja, kau membuat dirimu sibuk yang tidak penting. Lebih baik kau periksa kembali barang-barangmu apa sudah berada di koper semua?”

            “Ne, sudah semua hyung. Kau siap Rae?” Changmin mengelus kepala Raekyo pelan.

            “Kalian tidak akan menyesal oppa? Kalian tidak akan merindukan rumah ini?”

            “Tidak akan!” Changmin menjawab tegas diikuti anggukan dari Yunho, “Kesempatan ini tidak akan aku sia-siakan. Aku sudah menunggu-nunggu saat ini sejak lama. Impianku berada di sana akhirnya terwujud.”

            “Kau sendiri bagaimana, Rae? Apa kau siap? Apa keputusanmu ini sudah bulat?” Yunho menatap Raekyo.

            “Ne, oppa. Aku tidak akan menyesal. Ini yang kuinginkan. Dan bersama kalian juga keinginanku.”

            “Ayo kita berfoto terakhir kalinya bersama rumah ini.” Changmin dengan semangat menyiapkan ponselnya. Mereka bertiga berpelukan dengan erat, berlatar belakang rumah yang akan mereka tinggalkan.

            “Nah, sudah waktunya, ayo berangkat.” Yunho menepuk pundak kedua adiknya lalu masuk ke dalam mobil. Raekyo tertawa pelan lalu mengikuti. Tertinggal Changmin di sana. Ia mengutak-atik ponselnya sebentar lalu memasukkan ke dalam sakunya.

            “Kuharap kau tidak marah padaku, Kyuhyun-ah.” Tersenyum simpul, Changmin menyusul masuk ke dalam mobil. Mereka pun berangkat ke bandara.

 

* * *

 

            Pontang-panting. Begitulah kondisi yang menerangkan keempat pemuda keluarga Cho. Mereka berlari seperti kesetanan setibanya di bandara, tidak memperdulikan seruan marah orang-orang yang mereka tabrak. Pikiran mereka hanya satu, adik bungsu mereka, yang akan segera meninggalkan mereka ke negeri orang.

            “Di mana?! Di mana gate keberangkatannya?!” Donghae berkata panik.

            “Di situ hyung!!” Kibum menunjuk sambil berlari kembali. Mata mereka mencari-cari dan mereka menemukannya. Raekyo berdiri diapit oleh Yunho dan Changmin, mereka bertiga nampak sedang berbincang dengan orangtua Changmin.

            “Rae!!!” Panggilan itu membuat sontak kelimanya menoleh. Kyuhyun dan ketiga hyungnya sampai di hadapan mereka berlima. Nafas mereka ngos-ngosan namun tatapan mereka tajam. “Bisa jelaskan pada kami apa yang sedang terjadi? Kenapa tiba-tiba sekali?”

            “Kalian datang juga,” Changmin meringis ngeri ketika melihat tatapan membunuh Kyuhyun padanya. Ia sudah tahu sahabatnya itu pasti marah besar.

            “Rae, kenapa mendadak kalian pergi? Apa ada sesuatu terjadi? Apa kami berbuat salah pada kalian?” Leeteuk terus saja berbicara dengan bingung. “Ahjussi, ahjumma, Yunho-ya, kenapa kalian tega pada kami?” Kibum hanya diam mentap kelima orang di sana dengan bingung sementara Donghae sudah menangis.

            Suara panggilan untuk take-off sudah terdengar. Kedua orangtua Changmin tanpa berkata apa-apa memeluk Yunho, Changmin dan terakhir Raekyo. Mereka berdua tersenyum penuh arti kepada Leeteuk lalu berlalu dari sana, masuk ke dalam gerbang keberangkatan.

            “Appa! Eomma! Terima kasih! Aku sayang kalian!” Suara teriakan Rekyo dibalas lambaian tangan oleh appa dan eomma Shim.

            “Appa, eomma, jaga diri di sana! Kabari bila kalian sudah mendarat!” Mereka mengangguk pada Changmin, meniupkan ciuman jarak jauh terakhir kali lalu melanjutkan langkah. Kemudian Yunho, Changmin dan Raekyo berbalik menghadap keempat pemuda yang kini nampak berantakan di hadapan mereka. Keempatnya terlihat bingung, membuat mereka bertiga tertawa.

            “Apa yang….” Bunyi pesan masuk di handphone Leeteuk menginterupsi apapun yang tadinya akan ia tanyakan. Ia membaca pesan yang tertera di ponselnya lalu menangis keras.  Pemuda itu mengoper ponselnya pada Donghae yang kemudian mengopernya kembali pada Kibum dan terakhir pada Kyuhyun. Kyuhyun semakin kebingungan ketika melihat ketiga hyungnya menangis setiap selesai membaca pesan di ponsel itu. Masih bertanya-tanya ia membaca pesan itu, pesan yang dikirimkan ahjussi Shim pada si sulung.

From : Ahjussi Shim

Jaga keenam adikmu baik-baik Teuki-ah. Kau yang paling tua di antara mereka, kau yang bertanggung jawab atas mereka sekarang. Jaga mereka selama appa dan eomma ke Inggris, perusahaan kami membutuhkan kami di sana. Akan kami usahakan untuk tidak pergi terlalu lama. Ah, appa lupa memberitahumu, appa sudah menyiapkan tempat tinggal untuk kalian bertujuh, alamatnya kau tanyakan saja pada Yunho. Baik-baiklah selama kami pergi dan jangan bertengkar! Appa dan eomma menyayangi kalian bertujuh. PS : mungkin nanti appa akan meninjam uang dari perusahaanmu, Teuki-ah, pulang tanpa membawa oleh-oleh untuk ketujuh anak appa pasti menimbulkan perang dunia ketiga bukan? Aigoo ternyata punya tujuh anak menguras kantong juga. Hahaha. Appa bercanda. Terakhir kali, sering-seringlah hubungi appa dan eomma mengerti?

            “Hyung… ini….” Kyuhyun menatap tidak percaya pada ketiga hyungnya. Mereka juga sama bingungnya walaupun mereka sudah menangis. Kini mereka berempat mengalihkan pandangan pada ketiga orang dihadapan mereka. Yunho terlihat kalem, namun matanya berbinar senang. Di sisi lain Changmin sudah memberikan senyum jahilnya, ia berusaha menahan tawa melihat sahabatnya seperti orang terhipnotis. Terakhir, Raekyo tersenyum lembut pada keempat kakaknya. Ia melangkah maju hingga berhadapan dengan keempat kakaknya.

            “Nah sekarang, pulanglah ke rumah, bawa barang-barang yang kalian mau bawa. Semua perlengkapan sudah disiapkan, persiapan sudah 90 persen, tinggal hal-hal kecil seperti perabot rumah yang masih harus diurus. Ayo kita mulai dari awal lagi, kita bertujuh. Kalian tidak usah memikirkan apa-apa, semua sudah kuurus, kalian tidak perlu khawatir lagi. Kalian hanya perlu mengikutiku. Oke, oppa?” Raekyo tersenyum puas. Ini adalah pilihannya dan ia tidak akan menyesal. Mereka berenam adalah kakaknya. Ia tidak mau meninggalkan siapapun lagi di belakang, mereka adalah miliknya dan akan selalu begitu.

            “Akhirnya imianku terkabul. Aku punya seorang hyung!” Yunho tersenyum senang sambil merangkul Leeteuk. “Aigoo, hyung, dan kalian juga dongsaeng baruku, apa kepala kalian terbentur? Kenapa kalian bengong begitu? Kalian tidak senang ya?”

            “Ini bukan mimpi kan?” Donghae mencoba mencubit pipinya sendiri, namun mengaduh kemudian. Pipinya sakit berarti ini memang bukan mimpi. Seketika kesadaran seperti merasuki mereka, keempatnya menerjang Raekyo bersamaan, membawa gadis itu dalam pelukan hangat. Gerutuan Yunho dan Changmin karena mereka tertinggal langsung sirna ketika Leeteuk membawa Yunho dan Kyuhyun membawa Changmin ke dalam lingkaran pelukan mereka.

            “Gomawo, gomawo, gomawo.” Keempatnya terus saja mengucapkan terima kasih sambil menangis. Namun bukan tangisan kesedihan, mereka menangis bahagia. Raekyo pun begitu, gadis itu menikmati pelukan keenam kakaknya. Ia percaya hidupnya tidak akan pernah sempurna namun saat ini, di tempat ini, diiring pandangan heran orang yang lalu lalang, ia merasa untuk pertama kalinya ia adalah orang paling beruntung di dunia. Ia tidak akan pernah iri lagi akan hidup orang lain, hidupnya kini sudah terlalu bahagia untuk sibuk mengurusi kehidupan orang lain yang ia tahu tidak akan pernah ia miliki.

            “Akhirnya impianku terkabul, Kyuhyun-ah. Kau bukan hanya sahabatku, kini kau jadi saudaraku.” Changmin tersenyum lebar pada Kyuhyun sesaat setelah acara peluk-pelukan mereka berakhir, “Ah, kau dan aku kan lahir di tahun yang sama, bisakah kita mengaku pada orang-orang bahwa kita kembar? Akan sangat lengkap aku punya hyung, dongsaeng dan saudara kembar.”

            “Shireo! Ingat aku lahir lebih dahulu darimu, Changmin-ah! Panggil aku hyung! Aku tidak sudi jadi kembaran food monster sepertimu!” Kyuhyun menatap tajam pada Changmin, membaut pemuda itu mengeluh keras.

            “Kau hanya lebih tua beberapa hari dariku Kyuhyun-ah. Ayolah, jadi saudara kembarku. Jeball. Ya? Ya?”

            “Tidak mau! Pokoknya aku tidak mau! Kau harus jadi dongsaengku, panggil aku hyung! Ya kan Teuki hyung? Aku mau adik laki-laki, Changmin harus memanggilku hyung!”

            “Teuki hyung, aku juga mau adik laki-laki.” Donghae tiba-tiba berkata tidak nyambung.

            “Hyung, kau anggap apa aku, Changmin dan Kyuhyun?” Kibum geleng-geleng kepala melihat kepolosan Donghae yang kadang kumat, “Teuki hyung aku mau punya noona.”

            “Aku juga aku juga Teuki hyung. Bisa kita punya noona?” Yunho menampilkan senyum lebarnya yang amat mirip dengan Changmin membuat semua di sana menatap kaget pada pemuda itu. Seorang Yunho yang terkenal dewasa dan kalem itu kini melakukan aegyo dan merengek-rengek pada Leeteuk meminta kakak perempuan. Lihat saja kini bahkan pemuda itu menggelanjut manja di lengan Leeteuk. Leeteuk hanya bisa pasrah dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sementara yang lain kini menatap horror pada kakak kedua mereka itu.

            “Teuki oppa, boleh aku punya pacar?” suara terfeminim di antara mereka semua seketika membuat semua memandangi gadis itu. “Kubilang, boleh aku punya pacar?”

            “TIDAK BOLEH!!!!!” Sontak keenam pemuda itu berteriak menolak. Mereka berkacak pinggang dan memberikan tatapan membunuh pada Raekyo, membuat gadis itu meringis. Raekyo menghela nafas dan melihat ke sekelilingnya, lagi-lagi mereka menjadi sorotan perhatian di bandara itu.

-THE END-

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Awaefkyu1311 #1
Chapter 7: please buat kyuhyun tau secepatnya.... hihiiii
Awaefkyu1311 #2
Chapter 5: ff mu yg ni jg baguussss.... aku suka... please cepet di update...