Sebelas

Lies

 

            “Jadi, bagaimana keadaan anak saya, Dok?” Cho Younghwan menatap dokter muda di hadapannya dengan pandangan khawatir yang terlihat jelas. Pria paruh baya itu nampak payah, dengan penampilan kusut dan muka yang terlihat kusam seolah belum tidur beberapa hari. Mungkin memang benar dia belum tidur beberapa hari dengan benar, apalagi setelah ia mendengar kejadian itu, kejadian yang membuat anaknya masih betah tertidur.

            Wanita di sampingnya tidak kalah berantakannya. Kim Hana juga menatap sang dokter dengan tatapan berharap, berharap apapun yang akan dokter itu jawab sesuatu yang baik bagi putranya.

            “Secara medis, Kyuhyun sudah tidak apa-apa. Semua luka-lukanya sudah kita obati dan tidak ada luka yang terlalu serius. Hanya saja putra kalian belum mau bangun dari tidurnya. Ini mungkin saja ada efek psikisnya. Apa sebelum kecelakaan itu ia mengalami stress, depresi atau guncangan pada psikisnya? Kalau iya, itu mungkin merupakan salah satu faktor kenapa ia belum bangun juga.”

            Mantan suami istri itu saling memandang penuh arti. Mereka tahu guncangan apa yang dialami oleh Kyuhyun, tapi mereka tidak mungkin menceritakan pada sang dokter yang memang tidak tahu apa-apa. Setelah mengucapkan terima kasih, Cho Younghwan membiarkan dokter itu pergi. Kalau benar gara-gara itu Kyuhyun masih belum sadar, maka tidak ada yang bisa mereka perbuat. Kyuhyun harus membuat dirinya sendiri sadar.

            “Ini salahmu, kalau kau tidak datang ke rumahku, semua ini tidak akan terjadi. Setelah puas membuat Raekyo masuk rumah sakit lagi, sekarang Kyuhyun, huh?!” Cho Younghwan menatap tajam wanita di hadapannya. Mantan istrinya. Seseorang yang pernah sangat ia cintai, ibu dari kelima anaknya.

            “Kenapa menyalahkanku?! Ini semua salah anak itu! Anak sial itu, lihat karena kau dan keempat putramu begitu menyayangi anak sial itu, lihat sekarang bagaimana jadinya!”

            “Kau…!!” Muka Cho Younghwan memerah seketika, pria itu berusaha menormalkan nafasnya yang memburu, menekan emosinya kuat-kuat, “Kau memang wanita tidak berperasaan. Kau kejam! Aku menyesal membiarkan anak-anakku lahir dari rahimmu!”

            “Jangan salah Cho, ini semua karena perbuatanmu juga! Kau berselingkuh dariku, kau membiarkanku merawat anak haram itu! Di mana hatimu?! Kau bilang aku tidak berperasaan lalu bagaimana denganmu?! Apa kau pernah memikirkan perasaanku ketika kau mengakui anak itu anak harammu?! Keluarga kita baik-baik saja sebelumnya, tapi semua mulai berantakan karena ulahmu!!” Kim Hana tidak peduli ia susah menangis. Ia hanyalah seorang istri yang tersakiti karena suaminya selingkuh, dia juga tidak pernah berniat mencelakakan Raekyo, dia tahu gadis itu tidak berdosa, ia hanya butuh melampiaskan rasa kecewanya saja.

            Belum sempat mendebat, pintu ruang rawat terbuka, menampilkan sesosok pria berbalut jas dokter. Melihat sang dokter, Cho Younghwan menunjukkan wajah tidak suka karena perbincangannya dengan sang mantan istri terganggu sedangkan Kim Hana langsung menghapus bukti bahwa ia sedang menangis.

            “Anda siapa? Ada perlu apa kemari?”

            “Anda dokter kan? Apa anda menemukan sesuatu pada putra saya?” Pria yang diketahui bernama Lee Minyun itu justru mengerutkan keningnya heran.

            “kalian tidak mengenaliku? Ah, apakah itu sudah lama sekali?”

            “Siapa…” Cho Younghwan saling melempar tatapan bingung dengan Kim Hana.

            “Ah, kalian melupakanku rupanya. Padahal aku ingat kalian. Aku Lee Minyun, dokter bedah yang membantu saat kau, Hana-ssi melahirkan anak kelimamu. Siapa ya namanya, Cho Raekyo kalo tidak salah. Tadi tidak sengaja aku melihat kalian, dan saat kutanya pada rekan dokterku, katanya Kyuhyun kecelakaan? Bagaimana bisa? Apakah karena ginjalnya? Apa dia sudah dapat pendonor? Lalu di mana…”

            “Tu-tunggu, tunggu dulu, Dok. Apa kau bilang tadi? Aku melahirkan Raekyo?” Kim hana memperhatikan raut wajah mantan suaminya yang kini pucat pasi. Sang dokter semakin terlihat bingung. “Bu-bukankah anak yang kulahirkan setelah Kyuhyun itu laki-laki? Yang meninggal saat dilahirkan? Namanya Cho Henry, aku memang tidak menghadiri pemakamannya namun aku yang menabur abunya di laut. Apa kau tidak salah orang?”

            “Apa yang kau bicarakan, Hana-ssi? Jelas-jelas aku yang menarik putrimu dari rahimmu. Ia lahir dengan sehat dan cantik sekali. Matanya itu kuingat jelas, ia menuruni matamu dan mata yang sama yang dimiliki Kyuhyun, cokelat bening. Benar kan Younghwan-ssi? Bahkan aku masih ingat saat kau menggendongnya pertama kali, dengan bangga kau langsung menamainya Cho Raekyo. Di mana gadis itu sekarang? Kenapa tidak menjenguk oppanya? Ah, lalu….. kenapa, ada apa?”

            “Keluar! Keluar sekarang juga!!” Cho Younghwan mendorong sang dokter kalur ruang rawat seperti orang kesetanan. Di depan pintu, langkahnya terhenti melihat kedua putranya yang lain, Donghae dan Kibum sudah berdiri di sana, wajah keduanya tidak terbaca. “Ah, Hae-ah, Kibum-ah, kalian datang. Masuklah, appa…. Appa, appa mau…”

            “Jelaskan padaku! Jelaskan padaku yang sebenarnya, Cho Younghwan!” Kim Hana menarik paksa mantan suaminya. Ia menuntut dengan jelas, ia merasa sesuatu telah salah. “jelaskan padaku! Apa yang dikatakan dokter itu benar?! A-apa benar Raekyo anak kandung kita?! JAWAB AKU!!!!!”

            “Eomma tenanglah dahulu, lebih baik kita bicara di luar, tidak baik untuk Kyuhyun.” Kibum menghampiri sang eomma yang nampak emosi. Donghae yang bingung dengan situasi yang ada hanya terdiam. Berbeda dengan sang appa yang nampak gelisah.

            “Diam, Cho Kibum, eomma butuh penjelasan sekarang juga. Ayo jawab Cho Younghwan! Apa benar yang dikatakan dokter itu?! JAWAB!!!”

            “I-itu… Ne, dokter itu benar. Raekyo memang anak kita.”

            “A-apa? Lalu Cho Henry putra kelima kita? Lalu abu yang kusebar itu…”

            “Eomma? Abu apa? Siapa Cho Henry?” Donghae bertanya bingung. Semua perkataan appa dan eommanya sama sekali tidak masuk akal baginya.

            “Adikmu! Itu adikmu, Hae-ah, dia meninggal saat eomma melahirkannya. Waktu itu kalian masih terlalu kecil, jadi hanya appa dan eomma yang membuang abunya.”

            “Adik kita?” Kibum kini semakin bingung, “Tapi eomma…”

            “Bohong.” Kata-kata Cho Younghwan membuat ketiganya segera menoleh ke arahnya, “Abu yang kau buang itu hanya abu biasa, anak kelima kita adalah Raekyo, dia putrimu, anak kandung kita. A-aku tidak pernah selingkuh, semua itu bohong. Maafkan aku.”

            Kesunyian yang terjadi setelahnya terasa mencekam. Donghae dan Kibum kini mulai sedikit duduk permasalahannya, tapi sang appa membohongi sang eomma untuk apa? Di sisi lain, Kim Hana kini menatap tidak percaya pada mantan suaminya. Terbersit dalam pikirannya kemungkinan-kemungkinan sang suami membohonginya, namun semua scenario itu nampak terlalu mengerikan baginya. Wajahnya pucat pasi, ingin rasanya ia bertanya, namun jujur saja ia takut dengan jawabannya.

            “Hana-ya…” Kim Hana menepis tangan mantan suaminya. Wanita itu kini menangis, ia benar-benar takut dengan kenyataan yang akan dihadapinya.

            “Kau… Kenapa?”

            “Hana-ya… Tolong mengerti situasiku. Sa-saat itu Kyuhyun kritis, walau tidak terbaring di rumah sakit tapi kita tahu putra kecil kita tidak akan lama bersama kita. Ia butuh pendonor ginjal segera. Hanya itu satu-satunya cara yang tepikir saat itu, a-aku tetap mencari pendonor namun kalau sampai terjadi hal yang tidak diinginkan, kalau Kyuhyun tiba-tiba butuh ginjal lebih cepat, kita punya cadangannya. Seorang putra harus sehat, mereka akan memimpin perusahaanku kelak, tapi seorang putri masih bisa hidup enak dengan satu ginjal.”

            ‘”Ja-jadi, appa bilang pada eomma Raekyo itu anak haram agar eomma lebih tega bila saatnya tiba untuk mengambil ginjal Raekyo dan mendonorkan pada Kyuhyun?” Donghae menatap sang appa tidak percaya.

            “Jadi selama ini appa marah pada eomma karena mengambil ginjal Raekyo, hampir membunuh gadis itu hanya sandiwara belaka? Appa sudah tahu semua itu akan terjadi? Pantas aneh rasanya, appa bisa dengan mudah menangkap eomma sekalipun eomma kabur ke Jepang dengan semua antek-antek yang appa punya, tapi appa malah membiarkan eomma berkeliaran begitu saja.” Suara Kibum bergetar hebat.

            “Maafkan aku. Hanna-ya, kau pasti mengerti posisiku kan? Hanna-ya….”

            PLAK!! Kim Hana menampar mantan suaminya dengan segenap kekuatan yang ia punya. “Katakan semua itu bohong!! Katakan Raekyo memang anak haramku!! CEPAT KATAKAN SEMUA ITU BOHONG!!!!!!!!! AARRRGGGHHHH!!!!!” Kim Hana jatuh bersimpuh di lantai, wanita itu menjambak rambutnya kuat-kuat sambil menangis keras. Semua perlakuannya pada Raekyo terulang di depan matanya. Wanita itu terus saja meraung-raung sambil meneriakkan nama putri bungsunya yang selama ini tidak pernah ia panggil, nama Raekyo.

            Donghae dan Kibum terdiam sambil menangis. Kenyataan pahit ini terlalu menyakitkan untuk mereka cerna. Semua nampak seakan tidak nyata bahkan untuk mereka. Sementara itu sang appa kini berlutut di hadapan mereka semua. Pria itu juga menangis namun tidak ada rasa iba bagi Donghae dan Kibum.

            “Ah!” BUAG! Tiba-tiba pintu kamar terbuka, sekuat tenaga Leeteuk menonjok muka sosok pria yang selalu ia hormati sebagai appanya selama ini. Membabi buta, Leeteuk memukuli sang appa sambil menangis. Pria itu mendengarkan semua dari balik pintu, hatinya penuh amarah kepada kedua orangtuanya itu. Tersadar, Donghae dan Kibum buru-buru menarik Leeteuk dari sang appa. Mereka marah namun perbuatan Leeteuk bisa membunuh sang appa dan mereka tidak mau sang kakak menjadi pembunuh. Donghae dan Kibum memegangi Leeteuk yang masih berontak dari kedua sisi, sementara sang appa kini terbaring merintih di lantai, darah menetes dari bibirnya yang sobek.

            “Kalian…” Seolah belum cukup, sebuah suara membuat mereka mengalihkan pandang dengan kaget. Di sana berdiri Raekyo, gadis itu sudah menangis, kedua tangannya terkepal di samping tubuhnya.

            “Raekyo… Raekyo, putriku…” Kim Hanna seolah tersadar dahulu, bangkit berdiri menghampiri putrinya. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia memandang Raekyo dengan benar. Mata gadis itu, mata yang sama dengan yang selalu ia lihat dalam cermin setiap pagi, adalah matanya. Sang eomma mengulurkan tangannya, namun Raekyo segera mundur membuat sang eomma terpaku di tempatnya.

            “Rae?” Kini Donghae mencoba menghampiri Raekyo namun lagi-lgi gadis itu menghindar.

            “Rae, maafkan eomma. Eomma salah, eomma…”

            “Kalian… Keluarga macam apa kalian.” Kalimat penuh kebencian itu cukup membuat mereka terpaku di tempat. “Cho Raekyo sudah mati. Jangan mencariku lagi.”

            Dan dengan itu, Raekyo segera berlalu dari sana. Gadis itu berlari dengan kencang. Setengah mati ingin mengenyahkan bayangan pada apa yang ia tinggalkan di belakang. Hatinya sakit. Ia hanya ingin segera berlalu dari sana, pergi dari tempat memuakkan itu.

            Di sisi lain, langkah Leeteuk dan kedua adiknya yang akan segera mengejar Raekyo terhenti ketika terdengar suara guncangan dan bunyi mesin berbunyi nyaring. Sontak keenam pasang mata di sana menoleh ke arah ranjang dan mata mereka terbelaklak sempurna. Tubuh Kyuhyun bergerak tidak beraturan, detak jantungnya nampak melemah, pemuda itu kejang.

            Di tengah kepanikan yang terjadi, tidak ada yang menyadari Kyuhyun meneteskan air matanya. Pemuda itu menangis.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Awaefkyu1311 #1
Chapter 7: please buat kyuhyun tau secepatnya.... hihiiii
Awaefkyu1311 #2
Chapter 5: ff mu yg ni jg baguussss.... aku suka... please cepet di update...