Lima

Lies

Kibum duduk termenung di sisi magnaenya. Setelah berhasil sedikit menenangkan diri, mereka bertiga memutuskan kembali ke ruang rawat Raekyo, menghindari kemungkinan  Raekyo tersadar tanpa satupun dari mereka di sisinya. Namun harapan hanya tinggal harapan, Raekyo belum juga tersadar. Gadis itu seolah memilih tertidur daripada membuka membuka matanya. Tangan Kibum dari tadi terus menerus mengelus bekas luka di pergelangan Raekyo, lebih karena tidak sadar daripada sengaja. Sementara itu Donghae duduk di sisi lain Raekyo, pemuda itu juga hanya terdiam sambil memandang wajah adiknya. Leeteuk yang sudah menyerah mengajak mereka mengobrol kini hanya duduk diam di sofa, tidak tahu harus berbuat apa.

            “Uhh.. Ja-jangan.. Eomma mianhe, jangan eomma.. Mianhee..” Suara igauan Raekyo membuat ketiga kakaknya sontak berdiri. Raekyo bergerak dengan gelisah dalam tidurnya, Leeteuk segera mendekat kepada adiknya. Donghae terpaksa mundur untuk memberikan tempat kepada Leeteuk sementara Kibum memandang gadis itu dalam diam.

            “Rae? Rae, bangun Rae. Kamu bermimpi. Rae?” Leeteuk menggoncang tubuh Raekyo perlahan. Gadis itu masih sibuk menggumamkan kata maaf yang ia yakin ditujukan kepada eomma mereka. “Rae!”

            Sentakan Leeteuk membuat Raekyo akhirnya membuka matanya. Gadis itu menatap kosong, raut wajahnya pucat. Ia mengalihkan pandang pada Donghae dan Kibum, kemudian ke arah ruangan, saat tatapannya berhenti pada Leeteuk, mata gadis itu berkaca-kaca.

            “Gwenchana, Rae. Oppa di sini. Kamu hanya bermimpi.” Leeteuk membawa Raekyo ke pelukannya, membiarkan gadis itu menangis. Namun dugaannya salah, Raekyo menekan kembali air matanya, perlahan gadis itu melepas pelukan oppa tertuanya.

            “Rae, gwenchana?” Donghae akhirnya menghampiri adiknya, menggenggam tangan yang terasa dingin itu.

            “Aku baik-baik saja, oppa. Aku hanya kelelahan di sekolah. Ini di rumah sakit? Bagaimana bisa Hae oppa dan Bum oppa ada di sini juga? Ini sudah jam berapa? Oppa ayo pulang, aku benci rumah sakit.” Kata-kata Raekyo yang terdengar dibuat seolah tidak terjadi apa-apa itu tanpa sadar menyakiti hati ketiga oppanya. “Oppa? Kok malah bengong sih? Ayo pulaaanng.”

            “Kamu itu kalau sakit ya bilang sakit! Kalau sedih ya menangis! Jangan menahan semua sendirian!” Suara dingin Kibum membuat suasana berubah canggung. Leeteuk menggeleng perlahan mencoba memberitahu Kibum untuk tidak melanjutkan perkataannya. Sementara Raekyo menatap Kibum dengan pandangan tajam.

            “I-iya betul itu, Rae! Kita sampai kaget tahu kamu dibawa ke rumah sakit sama Teuki hyung. Untung dokter bilang kamu hanya kelelahan biasa, kamu harus banyak makan, makanya jangan ikut pelajaran olahraga lagi. Benar kan Teuki hyung?” Donghae menatap Leeteuk dengan pandangan penuh arti.

            “Ne. Benar kata Donghae.” Pandangan mata Raekyo seketika melembut. Gadis itu tersenyum ceria kembali.

            “Ne, oppa, arasso. Nah sekarang ayo kita pulang. Aku sudah baik-baik saja.” Raekyo berusaha turun dari tempat tidurnya, namun tangan Leeteuk menahannya.

            “Rae, kita panggil Hankyung dulu ya. Baru setelah itu kita pulang. Otte?”

            “Oppa janji?”

            “Ne, oppa janji. Kita akan pulang setelah ini.” Leeteuk, Donghae dan Kibum saling berpandangan. Mereka tidak kuasa mendengar permohonan gadis di hadapan mereka yang dilontarkan begitu manis lengkap dengan mata berbinar penuh pengharapan, masih dengan senyum manis bertengger di bibirnya.

 

* * *

 

            “Kalian dari mana saja? Kenapa tidak mengajakku?” Suara protesan Kyuhyun menyambut Raekyo dan ketiga kakaknya sesaat setelah mereka berempat masuk ke dalam rumah.     Pemuda pucat itu memberikan death-glare terbaiknya pada mereka, tak lupa diiringi dengan pipinya yang menggembung.

            “Makanya jangan pergi terus bersama Kyu-linemu oppa! Oppa jadi tidak kebagian makan enak kan.” Raekyo tertawa sambil menusuk pipi Kyuhyun yang menggembung dengan jarinya.

            “Mwo? Memang kalian makan enak di mana? Kenapa tidak ada yang meneleponku untuk menyusul? Kenapa kalian lama sekali? Kenapa…” Ucapan Kyuhyun terhenti karena Raekyo sudah lebih dulu membekap mulut kakaknya yang evil itu.

            “Oppa jangan banyak tanya! Berisik!” Raekyo kembali tertawa sambil berlalu ke kamarnya.

            “Yak! Cho Raekyo!” Kyuhyun mendelik kesal ke arah punggung adiknya, lalu kemudian memusatkan perhatian pada ketiga kakaknya yang masih berdiri diam di depan pintu, “Hyung! Kenapa kalian melupakan aku?”

            “Dasar bocah!” Donghae memutuskan untuk tidak meladeni Kyuhyun, pemuda itu menjitak kepala adiknya lalu berlalu dari sana diikuti Kibum dalam diamnya.

            “Sudah-sudah, Kyu.” Leeteuk mencegah protes yang akan keluar dari mulut Kyuhyun, “Kami tidak meninggalkanmu, kami baru saja dari tempat Hankyung.”

            “Hankyung hyung? Raekyo sakit hyung?”

            “Dia hanya kelelahan. Lagipula memang sudah jadwalnya Raekyo untuk check up.” Leeteuk berjalan menuju ke ruang keluarga dan mendudukan dirinya di sofa. Si sulung keluarga Cho menghela nafasnya, entah kenapa baru sekarang rasa lelahnya terasa. Kyuhyun mengekor di belakang kakaknya, pemuda itu ikut mendudukan diri di hadapan Leeteuk, mukanya nampak berpikir keras. Leeteuk melirik adiknya lalu menghembuskan nafas lagi, “Tidak perlu khawatir, Kyu. Raekyo akan baik-baik saja.”

            “Benarkah? Kalian tidak sedang membohongiku kan, hyung? Ini bukan seperti di drama-drama yang tokoh utamanya menyembunyikan penyakit serius yang dideritanya hingga akhirnya terlambat ditolong dan membuat keluarganya semua menyesal kan?”

            “M-mwo?”

            “Issh, hyung, aku kan hanya bercanda.” Kyuhyun tertawa lepas melihat ekspresi muka kakaknya. “Kau mudah sekali dikerjai sih hyung.”

            “Aissh, sudah sana ke kamarmu, hyung sudah lelah. Hyung bahkan tidak punya tenaga meladenimu.”

            “Hyung.”

            “…” Leeteuk sengaja tidak meladeni panggilan adiknya. Ia berharap Kyuhyun berhenti mengganggunya dan pergi ke kamarnya.

            “Teuki hyung.”

            “…”

            “Cho Leeteuk!!”

            “Issh, apalagi Kyu?!” Leeteuk menghadap ke arah Kyuhyun dengan kesal. Pemuda pucat itu tidak gampang menyerah rupanya.

            “Apa aku bukan kakak yang baik?”

            “Ne?” Semua omelan Leeteuk langsung menguap begitu saja mendengar pertanyaan Kyuhyun yang dilontarkan padanya dengan nada sedih itu, “Kenapa kau berkata begitu?”

            “Aku hanya… Aku hanya berpikir aku tidak pantas menjadi seorang kakak, hyung. Raekyo tidak pernah menganggapku sebagai seorang kakak yang sebenarnya. Lihat saja kelakuannya seolah-olah kami teman seumur.”

            “Kau itu.. Itu mungkin karena umur kalian begitu dekat.”

            “Tapi aku dengan Bum hyung juga hanya beda setahun, namun aku tidak pernah begitu pada Kibum hyung.”

            “Kyu, hyung benar-benar lelah, bisakah kita membicarakan ini lain kali?”

            “Raekyo tidak pernah mengaku sakit padaku, hyung.” Suara Kyuhyun terdengar pelan, pemuda itu menundukkan kepalanya, “Dia nampaknya lebih mengandalkan kalian bertiga daripada aku, tadi saja kalian bisa mengantarnya check up. Sedangkan denganku, dia selalu tidak mengaku bila sedang tidak sehat. Apa karena aku manja ya, hyung?”

            Pertanyaan yang dilontarkan dengan nada sedih itu malah sukses membuat Leeteuk tertawa. Dengan gemas pemuda itu mengacak rambut adiknya sampai sang adik protes karena rambutnya berantakan dan pertanyaannya diremehkan.

            “Hyung! Aku serius!” Kyuhyun menyilangkan tangan di dadanya dengan mode ngambek.

            “Arra, arra. Raekyo melakukan itu bukan karena kamu tidak bisa diandalkan ataupun karena kamu sangat manja,” Leeteuk berusaha menahan tawanya saat mengucapkan kata manja, “Dia melakukan itu justru karena kamu kakaknya yang paling dia sayang. Di antara kita berempat, kau yang paling dekat dengannya, semua yang ia lakukan bukan karena dia tidak menghormatimu sebagai kakak, tapi karena dia merasa paling nyaman bersamamu. Raekyo tidak pernah mengaku padamu kalau dia sakit karena dia tidak mau kamu khawatir, Kyu.”

            “Benarkah?”

            “Ne. Hyung malah iri padamu, sebegitu sayangnya Rae padamu sampai dia begitu memikirkanmu untuk tidak khawatir. Rae selalu mengadu padaku, memang dia pikir hyung itu apa, kotak saran publik?” Leeteuk memajukan bibirnya sambil meliat kedua tangannya.

            “Ish hyung, kau itu menjijikan sekali. Umurmu sudah tidak cocok merajuk seperti itu. Hiiih, bikin merinding saja.” Kyuhyun menunjukkan ekspresi jijik sambil menggosok-gosokkan lengannya yang katanya ‘merinding’ itu, “Haaahh, aku berdoa setiap hari agar Raekyo segera mendapatkan donor ginjalnya, kenapa dulu aku begitu mudah mendapatkannya ya, hyung? Sudahlah, aku ke kamar dulu. Malam, hyung.”

            Leeteuk menatap kepergian Kyuhyun dalam diam. Untuk kesekian kalinya hari ini, ia menghela nafasnya. Semua kejadian hari ini terulang lagi dalam benaknya. Tidak merasa lebih baik, Leeteuk beranjak ke kamarnya berharap tidur dapat membuatnya siap menghadapi hari esok.

 

* * *

 

            Pagi ini keempat anggota keluarga Cho sedang sarapan bersama di meja makan. Si sulung sudah berangkat ke kantor terlebih dahulu dikarenakan ada rapat penting yang harus ia hadiri, menyisakan Donghae, Kibum, Kyuhyun dan si bungsu Raekyo yang sedang mengaduk-aduk buburnya tanpa sedikitpun minat untuk memakannya.

            “Rae, makan buburmu, jangan hanya kau aduk-aduk seperti itu.” Donghae menegur Raekyo hingga membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya sambil menggumam tidak jelas.

            “Kenapa kau nampak tidak bersemangat hari ini?” Kyuhyun melirik adiknya.

            “Aku benci bubur. Bubur kan makanan orang sakit.”

            “Kamu kan memang lagi sakit.” Kibum menjitak pelan kepala si bungsu. “Sudah jangan banyak protes, habiskan lalu minum obatmu.”

            “Ne, ne. Cerewet sekali.”

            “Apa kau bilang?” Kibum mendelik kesal.

            “Ani. Aku sedang berbicara dengan diri sendiri.” Raekyo memberikan senyuman terbaiknya, membuat Donghae geleng-geleng kepala.

            “Ah, hampir lupa, baju olahragaku.” Kyuhyun tiba-tiba bangkit berdiri dan berlari ke kamarnya. Tidak butuh waktu lama, Kyuhyun sudah kembali ke meja makan, sepasang baju olahraga ia masukan ke dalam tasnya sambil mengatur nafasnya yang ngos-ngosan karena berlari ke kamarnya.

            “Benar juga, hari ini festival olahraga di sekolah. Kalian akan ikut pertandingan apa?” Pertanyaan Raekyo dijawab Kyuhyun dengan menggerakan gestur orang bermain basket sementara Kibum hanya menyilangkan tangannya tanda pemuda itu tidak tertarik mengikuti perlombaan apapun.

            “Kau tidak mengikuti apapun kan, Rae?” Donghae bertanya pada Raekyo.

            “Menurut oppa bagaimana?”

            “Jangan macam-macam, oppa tidak mau melihat kamu pingsan seperti kemarin di tempat Hankyung hyung.”

            “Mwo? Raekyo pingsan? Benarkah? Kenapa bisa? Kenapa kalian tidak memberitahuku?” Kyuhyun mengeluarkan tatapan menuntut pada ketiga orang di hadapannya. “Benar kemarin kamu pingsan, Rae?”

            “Ah.. Ani.. Itu aku hanya tertidur tapi karena terlalu nyenyak dan sulit dibagunkan jadi Hae oppa menyebutnya pingsan. Ya, benar begitu. Ya kan oppa?” Raekyo menendang kaki Donghae dari bawah meja membuat Donghae segera mengangguk mengiyakan.

            “Dasar, aku kira kamu beneran pingsan kemarin, Rae. Tapi… Dilihat-lihat memang wajahmu hari ini pucat, kau sakit?” Kyuhyun meneliti wajah adiknya dengan seksama membuat Raekyo jengah dan mengalihkan tatapannya pada Kibum.

            “Bum oppa, hari ini aku tidak ikut denganmu ya, aku naik bus saja. Anyeong oppadeul!” Raekyo segera bangkit berdiri dan berlari keluar rumah. Tidak menyisakan waktu untuk mendengar omelan Kyuhyun karena pertanyaannya diabaikan ataupun protesan Kibum karena dirinya khawatir adik bungsunya pergi sendiri ke sekolah. Donghae hanya menatap bergantian pada kedua adiknya yang tersisa di meja makan. Belum sempat bereaksi, pintu depan kembali terbuka.

            “Rae? Kenapa kau balik lagi? Kau berubah pikiran ingin berangkat bersama…ku? Eo-eomma?” Kibum sudah berdiri dari kursinya menyangka Raekyo kembali untuk berangkat bersamanya namun sosok yang berdiri di depan membuatnya membeku. Sosok itu, sosok yang dulu begitu ia rindukan, berdiri di sana, masih dengan gaya yang sama. Mendengar perkataan Kibum, Donghae dan Kyuhyun sontak menoleh.

            “Eomma!!” Kyuhyun langsung menghambur memeluk ibunya. Tersenyum senang, sang eomma balas memeluk anak keempatnya dengan penuh sayang. “Kenapa eomma tidak memberitahu dahulu? Kapan eomma sampai? Eomma akan menginap di rumah kan?” pertanyaan bertubi-tubi Kyuhyun dijawab dengan ceria oleh sang eomma. Mereka masih berangkulan sambil berjalan menuju ke meja makan, menghampiri Donghae dan Kibum yang berkebalikan dari Kyuhyun, mereka diam membeku di tempat.

           
            “Hae-ah, Bummie, kalian kenapa diam saja? Tidak merindukan eomma, hm? Kemarilah, peluk eomma.” Wanita paruh baya itu membuka kedua lengannya, menunggu kedua putranya yang lain untuk menghampirinya lalu memeluknya. Merasa tidak punya pilihan lain, Donghae dan Kibum beranjak mendekat, memeluk sekenanya sang eomma lalu segera melepaskan diri, membuat kening sang eomma berkerut heran. Kibum mungkin memang tidak aneh karena pemuda itu terkenal dingin, namun Donghae? Pemuda kekanakkan itu diam saja, suatu hal yang tidak biasa. “Ada apa dengan kalian? Hea-ah, kau tidak suka eomma datang?”

            “Apa appa tahu?”

            “Kenapa kau tiba-tiba menannyakan itu?” Sang eomma makin keheranan. “Ini tidak seperti dirimu saja. Lagipula appamu tidak tahu juga tidak jadi masalah, ini kan hak eomma, tertulis jelas di surat cerai kami bahwa eomma berhak mengunjungi kalian setahun sekali. Walau memang tidak boleh di rumah, tapi ayolah bekerjasamalah dengan eomma, kalian bisa merahasiakan ini kan, eomma sudah kangen sekali dengan kalian, jagoan-jagoan eomma. Oh iya, Leteuk di mana? Kok eomma tidak melihatnya.”

            “Eomma lebih baik pergi saja, bisa gawat bila appa tahu. Eomma bisa bertemu kami di luar saja.”

            “Donghae? Sebenarnya ada apa denganmu?”

            “Sudah lupakan Hae hyung eomma, mungkin dia begini karena terlalu terkejut. Kami semua senang eomma di sini, eomma menginap kan? Teuki hyung sedang rapat di kantornya. Ah, eomma datang tidak lama setelah Raekyo keluar rumah, kalian tidak berpapasan di depan?” Kyuhyun mencoba mencairkan suasana yang mendadak kaku, ia melirik kesal ke arah Donghae sebentar lalu kembali menggelayut manja di lengan eommanya. Melihat itu sang eomma mengelus surai sang anak sambil tersenyum lembut.

            “Ah, ya eomma bertemu dengannya. Nah, sebelum eomma lupa, ini hadiah untuk kalian, sudah eomma tandai di masing-masing kantung dengan nama kalian. Chaa, ayo ambil.” Sang eomma mengulurkan empat kantung dengan nama berbeda. Kyuhyun segera mengambil kantung miliknya dan membukanya, ekspresi kegirangan langsung ia tunjukkan, matanya berbinar senang melihat sepasang sepatu dan jaket beserta PSP baru di dalam kotak hadiahnya. Berlebihan memang, namun begitulah adanya pemuda itu, selalu bahagia seperti anak kecil setiap membuka hadiah. Di sisi lain Donghae dan Kibum masih berdiri terdiam sambil memegang kantung hadiah mereka masing-masing.

            “Eomma! Hadiah Raekyo mana? Kenapa hanya ada yang Teuki hyung?” Kyuhyun memegang kantung milik Leeteuk.

            “Sudah eomma berikan saat bertemu di depan. Ck, anak itu tidak tahu sopan santun, kalian sih terlalu memanjakannya. Eomma benar kan? Bertemu eomma bukannya menyapa, ia hanya berdiri diam seperti patung, jangan lupa ekspresi kagetnya yang berlebihan, seperti melihat hantu saja. Saat eomma berikan hadiahnya, ia masih saja diam, tidak ada ucapan terima kasih atau apapun. Memang dia pikir…. Yak! Kibum kau mau ke mana?” Kesadaran seolah merasuk ke dalam pikiran Kibum, seketika ia berlari keluar rumah, meninggalkan semuanya tanpa pamit, bahkan hadiah dari eommanya ia geletakan begitu saja di lantai. Pikirannya hanya satu : Raekyo. Ia bisa bayangkan bagaimana perasaan Raekyo saat ini.

            “Aigoo! Kibum hyung pasti sadar kami sudah telat ke sekolah! Eomma aku pergi dulu ya, hari ini aku tanding basket, doakan aku berhasil! Dah eomma! Dah Hae hyung!” Kyuhyun segera ikut berlari ke luar rumah menyusul kakaknya. Meninggalkan anak kedua keluarga Cho dan sang eomma.

            “Yak! Kyunnie jangan lari-lari sayang! Cepat pulang! Aigo, kalian semua sibuk rupanya hari ini, Hae-ah kau tidak ada kuliah kan? Kamu menemani eomma saja di rumah, bagaimana?”

            “Raekyo…” Donghae seperti baru tersadar, dirinya berlari keluar rumah meninggalkan sang eomma sendirian tidak memperdulikan teriakan eommanya yang memintanya kembali.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Awaefkyu1311 #1
Chapter 7: please buat kyuhyun tau secepatnya.... hihiiii
Awaefkyu1311 #2
Chapter 5: ff mu yg ni jg baguussss.... aku suka... please cepet di update...