Ketika Cinta Menghampiri

WooGyu
Please Subscribe to read the full chapter

Menyambutmu, Menjadi Milikku


Sebuah kisah, dimana  seorang Nam Woohyun menyadari bahwa cinta tak seharusnya menyakitkan.

 

You’re My Lady

Seiring musim berganti, bersamaan dengan sang waktu yang membawa diri menuju lebih dewasa dan percaya diri. Woohyun menyadari bahwa begitu banyak hal telah berubah di dirinya. Begitu banyak hal yang tadinya tak dia mengerti, kini mulai dia pahami. Pemuda berambut cokelat terang itu percaya akan takdir. Takdir akan membawamu pada kejadian-kejadian menakjubkan dan tak akan kau lupakan. Begitu pula perihal akan cinta yang kini dia rasakan.

Perasaan bergemuruh, jantung berdetak cepat dan waktu seolah berhenti bergerak. Woohyun merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya ketika sosok itu hadir dan mengulurkan tangan kepadanya untuk berkenalan.

Gadis itu bernama Hyerin. Nama yang indah menyapa telinga Woohyun. Rambutnya berwarna orange-ish yang membuat wajahnya semakin terlihat terang seolah bercahaya. Bibirnya terlihat begitu seksi, tidak tipis – malah cenderung sedikit tebal. Bukan hal itu yang membuatnya merasakan jatuh hati; entah lah. Mungkin karena senyuman manis yang gadis itu tunjukkan, atau karena sapaan lembut dari suaranya, atau mungkin karena lembut sentuhan tangannya. Atau..mungkin karena ini pertamakalinya Woohyun merasakan perasaan ini. Perasaan yang biasanya hanya bisa dia rasakan melalui kata demi kata ungkapan novel belaka, kini bisa dia rasakan di hidup nyatanya ketika dia menikmati waktu sebagai seorang mahasiswa.

Waktu yang pas untuk jatuh cinta.

Woohyun tak bisa mengalihkan pandangannya.

Sunggyu yang notabene sahabat karib Woohyun mengutarakan pendapatnya ketika Woohyun bertanya mengenai Hyerin.

“Hmm? Kau tertarik padanya?” tanya Sunggyu tanpa basa-basi.

Sunggyu memang begitu. Sosok yang tidak suka bertele-tele, tidak suka akan kebohongan.  Sosok berambut hitam gelap berponi yang membuatnya terlihat imut ketimbang teman laki-laki Woohyun lainnya itu menghentikan kegiatan mengetik di laptopnya demi mendengarkan Woohyun sepenuhnya.

Mereka sudah terbiasa menghabiskan waktu bersama seperti ini – meski hanya berdua. Di rumah masing-masing secara bergantian. Mereka memiliki teman yang lain, namun memang ketika mereka bersama semua terasa lebih lengkap.

Woohyun tak ada alasan untuk berbohong atau pun menutupi perasaannya. Toh, Sunggyu adalah sosok sahabat terbaiknya – terkadang Sunggyu memahaminya jauh lebih dalam ketimbang Woohyun memahami dirinya sendiri.

Ketika Woohyun mengangguk, Sunggyu terdiam sejenak. Woohyun tahu dia sedang berpikir. Meski Sunggyu tidak suka hal lelet, tapi dia selalu berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak maupun berucap. Tatapan dari mata sipit seperti bulan sabitnya menatap lekat kearah wajah Woohyun yang kini tersenyum simpul menunggu jawaban.

“Hyerin sosok yang baik,” sahut Sunggyu akhirnya. “Dia periang, cantik dan cerdas. Sayangnya...” dia menggantungkan ucapannya.

“Sayangnya?” desak Woohyun.

“Sayangnya jika dia harus pacaran denganmu. Sial sekali nasibnya,” ledek Sunggyu yang di sambut gelak tawa Woohyun. Tentu saja, sahabat karibnya itu akan meledeknya.

Setelah puas tertawa akhirnya Woohyun bertanya kembali, “Menurutmu, apa dia akan menerimaku?”

Sunggyu menghela napas, membuka buku kalkulus yang menjadi pelajaran favoritenya. Tanpa Woohyun sadari dia memasang wajah jijik. Dia anti eksakta. Namun entah mengapa dia memilih jurusan yang sama dengan Sunggyu.

“Jujur saja, meski aku bilang kau itu sosok yang sering terlalu percaya diri... tapi kau adalah pilihan terbaik yang bisa Hyerin dapatkan.  Kau mungkin tidak menyadarinya, tapi begitu banyak hal mengagumkan yang ada di dirimu. Jadi, tak usah ragu jika kau yakin dengannya."

Mata mereka bertemu. Ada banyak hal yang seolah tak terungkapkan di sana.

“Cukup jangan menunjukkan sikap berlebihanmu, dengan ucapan-ucapan menggoda menjijikan, mana ada perempuan yang suka,” omel Sunggyu akhirnya sambil mengalihkan pandangan. Melihat wajah kesal Sunggyu, Woohyun tersenyum. Tak salah memang, mengapa dirinya begitu menyukai Sunggyu menjadi sahabat karibnya. Sunggyu sosok yang jujur dan mengerti dirinya; sangat. Bahkan mungkin, melebihi siapa pun yang ada di dunia ini.

***

Waktu tak terasa berlalu dengan begitu cepat. Woohyun dan Sunggyu sebentar lagi akan menghadapi wisuda. Woohyun masih sibuk dengan judul skripsinya sementara Sunggyu sudah siap sedia menanti tanggal sidang. Woohyun benar-benar kesal.

“Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku? Kau bilang kita akan selalu bersama apapun yang terjadi,” kesal Woohyun. “Tapi skripsi saja kau mencuri start dari aku.”

“Salah sendiri sibuk pacaran,” sahut Sunggyu santai.

Woohyun mendesah lelah. Hyerin tak pernah ingin lepas darinya, sudah setahun mereka berpacaran.

“Aku sudah bilang ke Hyerin aku akan sibuk dengan skripsi. Dan dia mengerti,” ucap Woohyun dengan senyuman sumringah.

“Bagus...” sahut Sunggyu tanpa mengalihkan pandangan dari buku yang dia baca.

“Kau harus membantuku, Gyu. Kita harus wisuda bersama-sama!”

“Hmm...” sahut Sunggyu malas.

Woohyun kesal dan memeluk lehernya erat, membuat Sunggyu melepaskan genggamannya pada buku yang sedang dia baca.

“Hei, sialan Nam Woohyun. Aku tak bisa bernapas!” pekik Sunggyu.

Woohyun malah tertawa dengan riang.

Meski mereka sudah jarang bertemu, jarang menghabiskan waktu bersama, jarang untuk sekedar mengobrol hingga tengah malam sambil bermain gitar di rumah Sunggyu – tapi persahabatan tidak akan pernah putus, kan? Persahabatan akan selalu hidup, hingga mereka nanti tumbuh menua bersama. Ya, kan?

***

If Only You’re Fine

Woohyun pikir, semua akan baik-baik saja.

Setelah dia lulus kuliah, dia dan Sunggyu bekerja di perusahaan yang sama. Dirinya di bagian grup administrasi jaringan, sementara Sunggyu di bagian Help Desk. Meski begitu, mereka tetap sama-sama di bidang IT. Tadinya Woohyun pikir semua hal yang akan ada di hidupnya akan berjalan baik-baik saja. Namun, semua seolah hanya ada dalam khayalan dirinya belaka.

Setelah mengantarkan Sunggyu pulang ke apartemennya sore itu, Woohyun segera mengarahkan mobilnya ke kampus untuk menjemput Hyerin. Dia mencoba menelpon Hyerin, namun tidak di angkat. Hal sama terjadi berkali-kali dalam beberapa bulan terakhir. Jujur saja Woohyun merindukan menghabiskan waktu bersama gadis riang itu. Semenjak lulus, fokus untuk bekerja membuat Woohyun kesulitan menyisihkan sebagian waktu meski sekedar untuk mengobrol santai dengan kekasihnya itu meski mereka sudah tinggal bersama di satu apartemen.

Setelah lulus, Woohyun langsung menyewa apartemen tak jauh dari kantor. Tadinya dia sama sekali tidak memikirkan untuk tinggal sendirian di apartemen, namun Sunggyu memilih untuk membeli apartemen karena ayah Sunggyu pindah tugas ke Jeonju jadi ibunya pun di boyong ke sana. Rumah mereka yang notabene jauh dari tempat kerja Sunggyu akhirnya di putuskan untuk di sewakan saja sementara Sunggyu membeli apartemen di tempat yang elite. Sunggyu memang menyukai sesuatu yang mahal, tapi untungnya dia tidak sombong. Karena hal itulah Woohyun termotivasi untuk memiliki apartemen juga, menyewanya (karena ayah Woohyun tidak setuju jika harus membeli) lalu mengajak Hyerin untuk tinggal bersama.

Tadinya semua memang indah, namun lambat laun Woohyun sadar bahwa jarak, mulai terbangun di antara mereka. Hyerin mulai sering mengabaikan pesan dan panggilannya. Bahkan ketika Woohyun pulang Hyerin telah tidur atau entah pergi ke mana lalu pulang esok harinya.

Woohyun sadar, semua salahnya. Dirinya yang tak memiliki banyak waktu seperti dulu lagi. Wajar jika Hyerin kesal kepadanya dan memilih untuk mengabaikannya.
 

Keadaan kampus sudah cukup sepi, hanya ada beberapa sosok yang berjalan di taman. Bahkan kendaraan di parkiran hanya tinggal beberapa. Woohyun memutuskan untuk keluar saja dari mobilnya ketimbang menunggu tanpa kepastian dan memasuki area kampus untuk mencari sosok Hyerin.

Semoga Hyerin belum pulang duluan.

Belum sampai masuk, hanya beberapa langkah dari taman kampus, ekor mata Woohyun menangkap sekelebat warna rambut Hyerin yang khas. Dia menghentikan langkahnya dan otomatis melangkah ke arah sosok yang dia yakini sebagai sosok Hyerin. Namun langkahnya terhenti ketika tawa renyah Hyerin terdengar jelas bersamaan dengan suara seorang pria yang kini merangkul Hyerin dan mengecup Hyerin tepat pada bibirnya. Kedua sosok itu tak menyadari kehadiran Woohyun karena mereka duduk di kursi taman membelakangi Woohyun.

Woohyun memejamkan matanya. Dadanya terasa sesak. Kecupan itu kini berubah menjadi lumatan yang lama.

Hal yang dia lakukan bersama Hyerin yang dia pikir berarti khusus – namun kini terasa sia-sia dan tidak ada artinya. Apalagi ketika dia melihat pria itu mengecup leher Hyerin dengan lama.

“Hentikan...” rintih Hyerin. “Dosen masih ada di kampus.”
Pria itu tertawa, dan menghentikan kegiatannya. Woohyun ingin pergi dari sana, sudah cukup apa yang dia lihat.

Langkahnya terhenti ketika pria itu menyebut namanya.

“Apa kau sudah putus dengan kekasihmu itu? Woohyun?”

Hyerin kini merebahkan dirinya di bahu pria itu, menjawab dengan malas, “Dia selalu sibuk. Aku sengaja mengabaikan pesannya.”

“Mengapa tak putus saja?” tanya pria itu.

“Meski aku ingin kami putus, tapi aku tidak tega. Dia terlalu baik, sangat. Aku takut menyesal memutuskannya.”

“Apa kau mencintainya?”

Hening yang tercipta sesaat akan pertanyaan itu seolah membuat Woohyun ingin menenggelamkan tubuhnya di dalam tanah. Mengapa butuh waktu lama untuk Hyerin menjawab? Apakah dia telah tidak mencintai Woohyun lagi? Mereka pernah saling mencinta...ya, kan?

“Entahlah,” sahut Hyerin pelan. “Sedari awal aku tak yakin apakah aku mencintainya. Dia terlalu baik. Sangat. Dan aku terkadang merasa aneh akan hal itu.”

Woohyun tak sanggup mendengar lebih jauh. Kini dia tahu, hubungan bertahun dengan Hyerin hanyalah sia-sia. Perasaan terdalamnya, perasaan cinta yang dia rasakan dan berikan hanya untuk gadis yang lebih muda darinya itu hanya berarti ‘Tak yakin apakah aku mencintainya’. Sedari awal mereka bertemu, sedari awal Woohyun mengutarakan perasaannya – menghabiskan waktu bersama apakah tidak ada sedetik pun cinta bersemayam di sana?

Dengan langkah cepat dan mata yang berkaca, Woohyun memasuki mobilnya dan mengendarainya dengan cepat. Setelah menjauhi area kampus, baru lah dia terisak. Perasaan perih yang dia rasakan tak sanggup dia bendung lagi. Bisakah dia hidup tanpa Hyerin? Bisakah dirinya menghabiskan waktu tanpa menghirup aroma tubuh Hyerin, tanpa ada suara lembut Hyerin menemaninya, tanpa ada Hyerin yang memasak bersamanya, tanpa ada Hyerin di apartemennya?

Sial! Sial! Sial! Maki Woohyun dalam hati.

Dia tak bisa kembali ke apartemennya. Hyerin akan ada di sana. Hyerin akan menyambutnya dengan senyuman indah seakan-akan tak terjadi apa-apa di hubungan mereka. Dan dirinya pun akan merangkul Hyerin serta berpura-pura tidak ada yang salah.

Tapi, Woohyun tak ingin membohongi dirinya jauh lebih dalam dari pada ini.

Woohyun menghentikan mobilnya di sisi jalan. Dia tak ada tujuan. Kemana dia harus kembali? Dia tak ingin ada yang mengetahui betapa hancurnya hatinya saat ini. Betapa menyedihkan dirinya terlihat saat ini.

Ketika matanya telah membengkak, dan isakannya telah mulai berhenti, sebuah pesan masuk di handphonenya.

Hei Hyunie. Kau sudah sampai di apartemenmu? Sudah makan?

Sunggyu.

Ya.

Sunggyu.

Woohyun tersenyum. Dia masih memiliki sahabat karibnya. Dia masih memiliki Sunggyu sebagai tempat di mana dia bisa kembali ketika dunia menolaknya.

Dengan cepat dia membalas, “Gyu, kalau kau tidak keberatan...aku ingin menginap di apartemenmu. Ada hal yang ingin aku ceritakan.”

Ketika pesan itu telah terkirim, Woohyun menyadari beban yang tadinya terasa begitu berat kini lambat laun menguap.

***

The Same Place

Sunggyu tak begitu suka memikirkan banyak hal, berbanding terbalik dengan sosok Woohyun yang seolah tak pernah memiliki waktu untuk berhenti berpikir. Woohyun akan terus terlihat sibuk dan selalu memiliki banyak bahan obrolan yang terlontar cepat berkat otaknya yang berpikir cepat. Bagi Sunggyu, jika suatu hal tidak ada yang rusak – maka tak perlu di perbaiki. Berbeda dengan Woohyun, meski tak rusak tetap harus di pikirkan cara memperbaikinya jika nanti rusak.

Meski mereka memiliki banyak perbedaan, Sunggyu sadar bahwa mereka juga saling mengisi kekurangan satu dengan yang lain. Woohyun selalu bisa membuatnya menjadi lebih percaya diri meski hanya dengan kata-kata nyelenehnya, Woohyun bisa membuatnya tersenyum meski di saat dirinya ingin meledak marah sekalipun.

Dan...mereka sudah terbiasa saling mengisi satu dengan yang lain hingga jika salah satu tidak ada – maka akan terasa, sangat terasa ada yang kurang.
Hubungan yang di landasi oleh persahabatan ini pun terasa begitu indah menjadi nyata bagi Sunggyu.

Hingga suatu hari semua terasa berbeda.

Saat mereka sama-sama beranjak dewasa, Sunggyu mulai menyadari banyak hal yang berubah dari Woohyun. Woohyun mulai menyukai ke-gym, berolahraga untuk membentuk tubuhnya dengan alasan para gadis akan menyukai sosok yang sehat. Sunggyu sadar, tak hanya gadis yang menyukai hal itu. Dirinya pun mulai sering dengan sengaja menyentuh bisep Woohyun.

Untungnya, persahabatan mereka sudah melewati banyak hal. Salah satunya ialah skinship. Batasan sentuhan yang bisa mereka lakukan adalah saling berpelukan dan mencium pipi ketika ada hal bahagia yang mereka dapatkan.

Ciuman di kening dan hidung ketika salah satu berulang tahun.

Mereka tidur bersama di satu ranjang sambil berpelukan; hal yang wajar.

Tapi, hal itu mulai tak wajar ketika Sunggyu mulai enggan melakukannya. Ada perasaan malu untuk melakukan hal itu, selalu berhasil membuat pipinya memerah layaknya anak gadis yang jatuh cinta. Sunggyu berusaha untuk mengurangi kadar sentuhan kepada Woohyun.
Namun hal itu tentu saja tak mudah. Woohyun menyukai skinship, layaknya dirinya menyukai es krim di malam hari.

Dan, perasaan aneh yang menjalar di tubuh Sunggyu terus tumbuh dan berkembang dan semakin menggrogotinya ketika Woohyun berkenalan dengan sosok Hyerin. Hyerin adalah adik tingkat mereka, memiliki tubuh ideal dengan wajah seksi yang memikat. Rambut tergerai indah dengan potongan masa kini. Hanya pria bodoh yang tak menyukai Hyerin. Dan kau bisa menebak siapa sosok bodoh itu.

Benar. Sosok bodoh itu adalah Sunggyu.

Bukannya tertarik pada Hyerin, Sunggyu malah tertarik pada sahabat karibnya.

Su

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
alonelover
Ramuan gak selesei-selesei. 😂😂😂

Comments

You must be logged in to comment
pistachio88 #1
Chapter 7: Uh dari semua story d sini aku paling suka sm Take The Guy Out. Berasa nonton take me out beneran wokwowk. Tata bahasa yg digunakan rapi banget, jadi semangat bacanya ga bikin sakit mata heuheuehu. Keep it up authornim! <3
pistachio88 #2
Chapter 2: Wokwowkok kimchi Sungyeol is the best XD
NewclearWGS_28
#3
Chapter 7: Kgen bgt m U, authornim.
Kgen Woogyu jg.. sllu suka tulisanmu... update yg Woohyun jd bodiguard sunggyu tu dong saeng.. yg di WP
Pnsran ??????????
inspiritwgs
#4
Chapter 7: Yaampun, sekuel buat take the guy out dong, Authornim.
Pelissss
Aseli mereka lucu dan manis bgt, udh kyk karakter mereka bener2 di khdpn nyata, SUKAAAAAAAAA
Makin rindu woogyu moment deh hiks
Ngga berhenti senyum2 ketawa sendiri kyk lg jatuh cinta pas bacanya TTTTTTTTT

Pelisss sekuel TTTTTTT
tamakikaname
#5
Chapter 7: Astagaaaa butuh part 2 dari ini. Sunggyu cool bgt dah, Woohyun pd abis. Tapi mereka lucu klo dgabunginnn
gari_chan #6
Chapter 6: manist bgt akhirnya
gari_chan #7
Chapter 6: manist bgt akhirnya
akitou
#8
Chapter 6: aduy.... ni 2 orang bkin ngiri aja
Anisa_kyuzizi #9
Chapter 6: manisnya mereka ya ...dudududu...
buat lagi dong thornim...