Keyakinan

WooGyu
Please Subscribe to read the full chapter

 Sunggyu selalu bertanya, mengapa begitu sulit untuk melupakan sosok yang pernah ada di hatinya, sosok yang pernah menghabiskan waktu bersamanya, sosok yang dia anggap segalanya. Mungkin, sedari awal memang tak pernah ada kata cinta bersemayam di hubungan dengan sosok wanita bernama Kang Sora. Sosok yang begitu cantik, selalu tersenyum elegan. 
 Semua hal yang Sunggyu sukai ada di Sora. Mulai dari suara ringan nan menggemaskan, lekukan tubuh langsing nan indah, helaian lembut rambut cokelat sepinggang berombak yang Sunggyu sangat sukai. Sunggyu selalu sulit menahan diri untuk tidak membelai rambut lembut itu ketika mereka duduk berdua berdekatan sambil marathon film favorite Sunggyu di apartement Sunggyu – apartement yang kini menyisakan semua kenangan indah.
 Sunggyu menyakini bahwa hubungannya dengan Sora adalah berdasarkan cinta dan meski Sora mengkhianatinya – menduakan Sunggyu dengan sosok lain yang lebih keren dan parlente seperti ucapan Dongwoo teman sekantor Sunggyu yang menjadi pendengar setia dan merupakan kapten tim pembenci Sora setelah kejadian pengkhianatan itu – Sunggyu tetaplah menaruh harap suatu saat Sora dan Sunggyu akan kembali bersama.
“Cinta tidak akan berakhir secepat itu, aku mencintainya,” ucap Sunggyu selalu...setiap kali teman-temanya membahas agar Sunggyu move on, melanjutkan hidup tanpa ada bayang-bayang Sora. Namun, apalah daya..Sunggyu hanya punya hati, tak perlu kau tanya mengapa dan bagaimana bisa.
Bahkan Sunggyu benar-benar menutup hati untuk sosok lainnya. Sosok yang dengan jelas berusaha untuk menempati hatinya yang masih rawan. Semua Sunggyu tolak, bahkan Sunggyu tak bergeming untuk membuka harapan bagi mereka. Dongwoo, sebagai teman yang selalu ada untuk Sunggyu berusaha untuk membuat sahabatnya sadar bahwa pada dasarnya sebuah hubungan memiliki permulaan dan akhir yang tidak bisa kita prediksi dengan tepat. Bahwa Sunggyu harus bisa merelakan pada waktu yang tepat; Sunggyu harus tahu kapan harus menggenggam erat dan kapan harus melepaskan dengan tepat. Tapi, melepaskan dan merelakan tidaklah semudah teori yang terucap. Sunggyu mungkin sudah muak mendengar semua hal itu. Dan Dongwoo mencoba membantu dengan berhenti memberikan nasihat namun terus berusaha agar Sunggyu menemukan orang yang tepat.
Dongwoo mencoba mengenalkan Sunggyu kepada orang-orang terdekatnya. Wanita cantik yang sopan dan bahkan Sungjong ya notabene adik kelas mereka saat di bangku kuliah dan sekarang bekerja sebagai staff pembantu di perusahaan yang Sunggyu pimpin merasa risih bos sekaligus hyung tersayangnya terlihat begitu dingin dan sulit untuk tersenyum.
“Hyung, cobalah untuk mencari pengganti Sora.” Ucapan Sungjong yang tepat ke sasaran tanpa basa-basi membuat Sunggyu jengah.
“Kau tahu kau tidak bisa berbicara dengan nada seperti itu saat kita berada di kantor Lee Sungjong.”
Sungjong memutar matanya malas.
“Tapi kita hanya berdua sekarang, serius. Kau butuh bantuan.”
Sunggyu tetawa mencibir sambil berkata,”Sekarang aku benar-benar merasa bahwa diriku memiliki penyakit mental yang serius.”
Sungjong langsung menyangkal,”Kau tahu bukan itu maksudku. Aku mengenalmu sudah lama. Dan ini sudah setahun dari saat kau berpisah dengan wanita itu. Meski kau selalu berusaha untuk terlihat baik-baik saja dan sudah melupakannya, aku tahu kau belum bisa.”
Sunggyu menghela napas panjang. Sungjong benar. Selama ini Sungjong dan sosok lainnya memang benar. Tapi Sunggyu bisa apa?
“Mungkin semua memang seharusnya begini. Mungkin suatu saat cinta kami akan bersatu kembali jika aku bisa sabar menanti.”
“Kau dan harapanmu, hyung. Terkadang kita memang harus belajar bagaimana cara untuk berhenti berharap.”
Kata-kata Sungjong membuat Sunggyu terdiam. Dia tidak ingin berhenti. Harapan tidaklah harus berakhir. Cinta yang Sunggyu ukir adalah tulus dan jika Sunggyu memutuskan untuk menyerah, bukankah itu berarti bahwa cinta yang Sunggyu selama ini agung-agungkan bukanlah cinta yang sesungguhnya?
Begitulah, satu tahun berlalu tanpa Sunggyu mampu untuk menghentikan rasa rindu yang terus bergemuruh di dalam jiwanya.
***
Dongwoo tidak menyangka bahwa dia akan bertemu Woohyun kembali setelah sekian lama juniornya semasa kuliah itu pergi ke luar negeri.  Meski berbeda fakultas, namun mereka sering menghabiskan waktu bersama. Woohyun sosok yang begitu asyik untuk kau menghabiskan waktu bersama. Dia sosok yang pengertian, sosok pendengar yang baik ketika kau bercerita dan memiliki bahan obrolan yang banyak karena dia cerdas. Woohyun mendapatkan tawaran bekerja di US sebagai ahli forensik bahkan sebelum dia lulus – karena dia begitu brilliant.
Ketika Dongwoo melihat sosok Woohyun memasuki cafe yang menjadi tempat mereka berjanji untuk bertemu, Dongwoo merasakan nostalgia yang membuatnya begitu bersemangat. Senyuman lebar khas Woohyun yang akan membuat garis senyumnya terlihat jelas dan menarik, bahkan hidung mancung kebanggaanya masih terlihat sama. Dia sama sekali tidak berbeda dengan 2 tahun lalu ketika terakhir kali mereka bertemu. Rambut Woohyun pun masih berwarna hitam seperti dulu, mungkin Woohyun telah bosan untuk menggonta-ganti warna rambut.
“Hei Dongwoo hyung! Long time no see~~”
Woohyun memeluk Dongwoo erat. Dongwoo terkekeh sama sekali tidak merasa canggung.
“Woohyunie...aku tidak menyangka kau kembali ke Korea. Kupikir kau betah di sana, karirmu sangat cemerlang di sana, terakhir aku melihat postingan instagrammu dan woah, kau terlihat benar-benar menyukai pekerjaanmu.”
Woohyun tertawa renyah mendengar ungkapan yang di gunakan oleh seniornya itu. Dengan suara berat khasnya Woohyun menjawab,”Yeah, hyung tahu kan. Aku benar-benar bersyukur bisa mendapatkan pekerjaan sesuai minat yang aku tekuni.”
Dongwoo mengangguk menyetujui.
“Jadi? Kau kali ini menetap di Korea atau hanya untuk sementara?”
Pertanyaan Dongwoo membuat ekspresi Woohyun menjadi serius secara tiba-tiba. Tapi, hal itu hanya sementara hingga Dongwoo tidak menyadari perubahan ekspresi sahabat sekaligus juniornya itu. Sambil tersenyum Woohyun menjawab,”Kurasa sekarang saatnya aku harus menetap dan berhenti untuk melarikan diri.”
***
Woohyun bukanlah sosok yang akan langsung kau sukai ketika kau pertamakali bertemu dengannya. Dia adalah sosok yang pemalu, banyak berdiam diri ketika berada di hadapan orang asing. Woohyun memilih untuk tidak banyak bicara dan lebih menikmati mengeksplorasi orang lain dalam diam. Mengapa dia berbicara begitu cepat, mengapa dia memiringkan kepalanya ketika berbicara, mengapa dia memiliki suara yang tinggi ketika berbicara...Woohyun sangat menyukai memperhatikan sosok yang baru dia kenal untuk memutuskan apakah Woohyun harus mengenal sosok itu lebih jauh atau hanya sekedar sebagai teman yang memiliki banyak batasan untuk masuk dalam hidupnya.
Dan, Woohyun akan berubah menjadi sosok idamanmu ketika kau telah mengenal dia lebih jauh. Ketika dia memutuskan untuk membiarkanmu memasuki kehidupannya lebih jauh, membiarkanmu mengenalnya dan memperlihakan betapa mengagumkan dirinya kepadamu. Tidak banyak yang dapat melihat sisi ini, Woohyun memberikan batasan-batasan kepada siapa saja dia akan memperlihatkan dirinya yang sesungguhnya. Kebanyakan orang hanya akan mengetahui bahwa Woohyun adalah sosok cerdas dengan karir cemerlang. Hanya itu.
Orang tidak akan mengetahui banyak hal mengenai keluarga Woohyun, hal yang benar-benar dia sukai bahkan orang yang sedang dia taksir. Tidak ada yang tahu apa sebenarnya yang ada di otak seorang Nam Woohyun.
Dan Woohyun adalah sosok penipu yang ulung. Dia dengan mudah bisa memutar kata karena dia cerdas dan mempermainkan ekspresi wajah karena dia sosok yang tenang. Bahkan, ketika dia jatuh cinta...Woohyun menyimpan perasaannya begitu dalam untuk dirinya sendiri.
Perasaan cinta, adalah perasaan sakral bagi seorang Woohyun. Tentu cinta bisa di rasakan oleh siapa saja dan memiliki definisi yang berbeda-beda. Setiap orang memiliki hak untuk menafsirkan cinta berdasarkan apa yang mereka rasakan. Cinta kepada pasangan, tentu berbeda tingkatan dengan cinta kepada orangtuamu, kepada keluargamu. Ketika Woohyun menyadari bahwa dirinya merelakan separuh hati kepada seniornya, Woohyun tidak tahu harus bagaimana.
Woohyun belum pernah memiliki hubungan serius sehingga merasakan betapa beratnya mencinta. Kau merasakan bahwa dirimu ingin menemui sosok yang kau cintai terus menerus hingga siang dan malam terasa begitu cepat berlalu. Kau akan memahami teori relativitas dengan mendalam dan menyadari betapa jeniusnya sosok Einstein. 24 jam tidak akan pernah cukup untuk orang yang sedang jatuh cinta.
Semua bermula dari sebuah perkenalan yang tak di sengaja. Biasa saja sebenarnya. Pertemuan yang tidak tahu akan berakhir bagaimana dan bermula entah dari apa sesungguhnya tidak lah penting. Namun yang jelas, Woohyun percaya akan takdir. Bahwa, di setiap pertemuan yang Woohyun alami, dia meyakini takdir memiliki alur cerita yang luar biasa untuk dirinya sehingga dia bertemu dengan sosok-sosok yang ada di kehidupannya. Entah untuk menetap lama, atau hanya sekedar berlalu singkat.
Begitulah, pertemuan biasa saja dirinya dengan sosok senior yang bernama Kim Sunggyu bermula. Bagaimana mereka berkenalan dan akrab dengan sangat cepat. Sunggyu sosok yang cerdas di bidang Management dan Bisnis – satu fakultas dengan Dongwoo. Dongwoo mengenalkan mereka ketika Woohyun mengikuti pertandingan baseball di lapangan fakultas Woohyun. Tidak ada hal yang khusus, sekedar berkenalan dan Sunggyu memuji pukulan yang di lontarkan oleh Woohyun yang berhasil home run dan membawa tim Woohyun menang. Woohyun tentu saja hanya mengangguk dan mengucapkan terimakasih, lebih banyak diam dari biasanya – bukan hal baru karena begitulah adanya Woohyun ketika bertemu dengan orang baru. Woohyun memperhatikan sosok Sunggyu, bagaimana Sunggyu tersenyum, bagaimana bisa bibirnya terlihat begitu merah di iklim yang begitu mendung, bagaimana bulu mata Sunggyu begitu lentik dan terliaht begitu menarik. Sunggyu memiliki hidung yang mancung dan dengan bentuk yang menurut Woohyun begitu imut. Bahkan Woohyun sangat menyukai rambut Sunggyu yang dia warnai dengan warna  merah.
Pertemuan pertama yang bagi Woohyun biasa saja membawa ke pertemuan-pertemuan berikutnya yang membuat bayang-bayang Sunggyu semakin sulit untuk lepas dari benaknya. Bahkan jari lentik yang Sunggyu miliki, jemari yang sangat senang merangkul pundak Woohyun ketika mereka berjalan berdampingan – karena Sunggyu adalah sosok yang menganggap hyung harus melindungi dongsaeng bahkan ketika berjalan – melekat erat di benak Woohyun dan sulit untuk Woohyun hapuskan.
Woohyun tidak menyangka dirinya selalu mengharapkan pertemuan dengan sosok Sunggyu. Mereka bahkan  saling mengirim chat setiap malam, membicarakan hal apapun. Bahkan hal bahwa Woohyun tersandung kerikil ketika membantu dosennya membawakan tugas akhir seniornya. Hal-hal biasa yang menjadi luar biasa karena hal itu di bagikan oleh orang yang kita suka.
Woohyun sempat merasa prustasi dan menolak perasaanya. Dia tidak pernah jatuh cinta dan mungkin saja hal yang dia rasakan hanya sekedar kekaguman. Siapa yang tidak akan mengagumi sosok Kim Sunggyu? Dia terlihat dewasa, berwibawa dan sangat sopan. Semua orang menyukainya. Sunggyu memiliki banyak uang; Dia terlahir dari keluarga berada membuat masa depannya cerah dan jelas. Bisnis adalah tempatnya untuk hidup.
Hal itulah yang membuat Woohyun mati-matian berjuang dengan kegiatan kampusnya. Woohyun bukanlah dari keluarga berada, orangtuanya berjuang kerja keras untuk membiayai kuliahnya, setidaknya jika Woohyun ingin berjalan di jalur yang mendekati sosok Sunggyu, dia harus memiliki nama yang harum juga. Woohyun mulai mengurangi waktu bermain setelah kuliah, memilih untuk fokus dengan kegiatan kampus. Dia bahkan menjadi asisten dosen agar bisa semakin terkenal di kalangan kampus dan mencari celah untuk mendapatkan beasiswa. Woohyun semakin jarang bertemu dengan Sunggyu.
“Ya! Kau kuliah dengan begitu serius. Kita jarang menghabiskan waktu bersama,” Sunggyu mengeluh degan wajah sengaja dia sangar-sangarkan agar Woohyun tahu bahwa dia sedang marah. Woohyun hanya tersenyum, karena meski begitu Sunggyu masih berbaik hati membawakannya humburger dan kue keju kesukaan Woohyun.
“Seorang mahasiswa harus menghabiskan waktunya untuk belajar, hyung. Kau seharusnya tahu itu.” Woohyun menjawab dengan mulut masih mengunyah humburger. Dulu Sunggyu akan langsung memarahinya karena betapa menjijikannya kebiasaan Woohyun berbicara sambil mengunyah, namun sekarang dia tidak perduli, sudah terbiasa.
“Aku tahu,” jawab Sunggyu pelan. “Tapi aku mulai merasa bahwa sepertinya kaulah yang akan segera lulus, bukan aku.”
Woohyun tertawa terbahak. Untungnya dia sudah menegak air mineral yang juga di bawakan oleh Sunggyu.
“Jika begitu, kau harus belajar lebih banyak hyung. Kau tahu? Alasan aku belajar mati-matian agar bisa menyamaimu. Aku ingin cerdas seperti dirimu.”
Kini giliran Sunggyu yang tertawa terbahak.
“Aigooo, uri Woohyunie begitu mengagumiku, huh?”
Woohyun menendang tulang kering Sunggyu dan membiarkan Sunggyu meringis kesakitan. Sunggyu memaki Woohyun, betapa tega dan tidak sopannya dia kepada Sunggyu. Woohyun hanya tersenyum dan menikmati debaran jantungnya yang tak karuan. Dalam hati Woohyun berjanji akan menyatakan perasaanya kepada Sunggyu suatu hari nanti ketika dirinya sudah merasa bahwa dia pantas untuk mencintai seorang Kim Sunggyu.
Tapi, harapan hanyalah sekedar harapan. Tidak semua harapan akan berakhir dengan rangkulan kesuksesan, tidak semua harapan akan terkabul dan menjadi kenyataan yang indah. Jarangnya menghabiskan waktu bersama dan fokus kepada kuliahnya membuat Woohyun tertinggal dengan perkembangan kehidupan Sunggyu dan lainnya. Ketika Sunggyu lulus dari kuliah, dia langsung bekerja di perusahaan ayahnya. Meski tidak langsung menjadi Direktur tapi semua orang tahu Sunggyu lah yang akan menempati posisi itu ketika waktunya telah tiba.
Dan ketika Woohyun mendapatkan dua tawaran untuk bekerja sebagai ahli forensik , Woohyun merasa bangga kepada dirinya dan usaha yang telah dia lakukan. Woohyun mengabari kakak laki-laki satu-satunya yang dia miliki – Nam Boohyun. Woohyun mengatakan bahwa dirinya di tawari oleh rumah sakit ternama di Seoul sebagai ahli forensik mereka. Woohyun sengaja tidak mengabari mengenai tawaran untuk bekerja di US, karena untuk apa? Woohyun tidak berniat untuk meninggalkan Korea. Woohyun merasa dirinya kini setidaknya telah berhasil berada di jalur yang sama dengan Sunggyu. Dan merasa bahwa dirinya pantas untuk menyatakan cinta yang telah lama dia pendam. Namun apalah daya, Woohyun bisa apa jika Sunggyu tak miliki rasa yang sama?
Melalui Dongwoo, Woohyun mengetahui bahwa Sunggyu telah memiliki kekasih. Kang Sora, gadis cantik yang menjadi primodana kampus mereka. Siapa yang tak menyangka? Woohyun sedari awal mengenal Sunggyu telah sering melihat gelagat ketertarikan antara Sunggyu dan Sora. Bahkan nama mereka terdengar indah ketika di ucap secara bersamaan. Pasangan yang begitu cocok. Mereka sama-sama dari keluarga ternama. Dan Dongwoo terlihat begitu bahagia ketika bercerita mengenai hal itu, Dongwoo senang karena Sunggyu terlihat begitu bahagia. Woohyun menanggapi dengan senyuman mengambang, meski hatinya tersayat – sakit.
“Sunggyu sempat kesal kepadamu,” lanjut Dongwoo. “Kau tidak bisa di hubungi. Dia ingin memberitahumu lebih dulu bahwa dia telah jadian dengan Sora. Tapi dia jadi terpaksa memberitahukan kepadaku lebih dulu karena itu. Haha.”
Woohyun membalas tawa Dongwoo dengan tawa renyah juga,”Kau tahu aku sibuk hyung...omong-omong sudah berapa lama mereka jadian?”
“Baru seminggu. Tapi mereka sudah pendekatan cukup lama, kau tahu kan. Aku sama sekali tidak terkejut mereka jadian.”
Woohyun mengangguk mengerti.
“Kita harus mengajak hyung segera ngumpul!” ucap Woohyun antusias.
“Untuk?”
“Traktir makan! Dia baru jadian, dia harus mentraktir kita makan, dong!”
Usulan Woohyun mendapatkan sambutan tak kalah antusiasnya dari Dongwoo. Mereka tertawa dengan kencang membayangkan ekspresi Sunggyu karena mereka ingin makan di restoran mahal sebagai ‘pajak jadian’ seperti yang Woohyun ucapkan. Dengan senyuman mengambang, Woohyun menahan rasa perih yang kini menjalar perlahan dari dadanya dan menggrogoti jiwanya.
Cinta yang bertepuk sebelah tangan tidaklah begitu mudah untuk di kikis. Dan Woohyun pun menangis. Di dalam selimut hangat kamarnya yang menjadi saksi betapa lemahnya dirinya. Betapa dia merindukan Sunggyu dan begitu menginginkan Sunggyu untuknya – bukan sosok Kang Sora.
Woohyun terisak, memeluk dirinya sendiri, berharap bahwa semua ini hanya mimpi. Berharap bahwa dirinya tidak sedang merasakan sakitnya mencintai bahkan sebelum menyatakan perasaannya yang sesungguhnya. Dunianya terasa hancur, seakan cahaya terang telah lenyap dan kini Woohyun tidak memiliki arah. Bahwa, semua rangkulan, senyuman dan perhatian yang Sunggyu berikan kepadanya selama ini hanya tindakan yang di lakukan oleh seorang teman kepada teman yang wajar, Woohyun sendiri yang begitu berlebihan menganggap bahwa ada hal lain di antara semua kebaikan yang Sunggyu tunjukkan kepadanya.
Isakan demi isakan tak mampu Woohyun tahan, dadanya terasa sesak. Hidungnya sulit bernapas. Air mata enggan berhenti. Dia tak perduli jika besok matanya akan bengkak. Dia sama sekali tak perduli. Woohyun tak tahu harus bagaimana lagi. Dia kehilangan arah dalam hidupnya.
Dengan tangisan yang enggan mereda, Woohyun  mendengarkan bisikan hatinya,”Kau mencintainya tanpa permisi, kau seharusnya tak kecewa dengan semua ini.”
Kang Sora memang wanita yang cantik. Sopan dan sosok yang periang. Dia selalu tersenyum, Woohyun sadar betapa pantasnya dia berada di sisi Sunggyu.

Sekarang meraka berada di restoran mewah, tempat di mana Sunggyu akhirnya mentraktir teman-temannya. Tak begitu ramai, hanya sekitar 15 orang. Dan Sora turut hadir. Dongwoo sudah minum entah berapa gelas wine dan semakin terlihat agresif, tertawa terus menerus. Semua tertawa, terllihat begitu bahagia karena moment perayaan yang memang untuk merayakan hari jadi. Sungjong yang bahkan sempat menolak untuk datang dengan alasan,”Aku tidak terlalu menyukai si Sora.” – akhirnya hadir juga setelah di bujuk dan sekalian di ejek oleh Woohyun bahwa Sungjong menolak datang hanya karena takut mabuk.
Woohyun memilih untuk sibuk dengan gelas winenya yang kini setengah kosong – daripada memperhatikan pasangan di hadapannya yang berkali-kali menunjukkan kemesraan. Sunggyu menyukai skinship, dia akan menyentuh, membelai tanpa di sadari karena dia suka melakukannya dengan orang yang dia sukai. Hal itu seakan membuka kembali luka yang sedang Woohyun coba untuk tutupi.
Woohyun mendongak ketika dia merasakan tatapan kepada dirinya. Matanya b

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
alonelover
Ramuan gak selesei-selesei. 😂😂😂

Comments

You must be logged in to comment
pistachio88 #1
Chapter 7: Uh dari semua story d sini aku paling suka sm Take The Guy Out. Berasa nonton take me out beneran wokwowk. Tata bahasa yg digunakan rapi banget, jadi semangat bacanya ga bikin sakit mata heuheuehu. Keep it up authornim! <3
pistachio88 #2
Chapter 2: Wokwowkok kimchi Sungyeol is the best XD
NewclearWGS_28
#3
Chapter 7: Kgen bgt m U, authornim.
Kgen Woogyu jg.. sllu suka tulisanmu... update yg Woohyun jd bodiguard sunggyu tu dong saeng.. yg di WP
Pnsran ??????????
inspiritwgs
#4
Chapter 7: Yaampun, sekuel buat take the guy out dong, Authornim.
Pelissss
Aseli mereka lucu dan manis bgt, udh kyk karakter mereka bener2 di khdpn nyata, SUKAAAAAAAAA
Makin rindu woogyu moment deh hiks
Ngga berhenti senyum2 ketawa sendiri kyk lg jatuh cinta pas bacanya TTTTTTTTT

Pelisss sekuel TTTTTTT
tamakikaname
#5
Chapter 7: Astagaaaa butuh part 2 dari ini. Sunggyu cool bgt dah, Woohyun pd abis. Tapi mereka lucu klo dgabunginnn
gari_chan #6
Chapter 6: manist bgt akhirnya
gari_chan #7
Chapter 6: manist bgt akhirnya
akitou
#8
Chapter 6: aduy.... ni 2 orang bkin ngiri aja
Anisa_kyuzizi #9
Chapter 6: manisnya mereka ya ...dudududu...
buat lagi dong thornim...