Ramuan [1]

WooGyu
Please Subscribe to read the full chapter

Nam Woohyun, sosok berkacamata yang begitu culun. Menyukai buku melebihi apapun, bahkan cokelat bar yang sering di berikan oleh Sungjong teman sebangkunya. Tubuh Woohyun yang kurus, kecil membuat orang yang melihatnya terkadang tiba-tiba mengiba dan terignat akan kucing jalanan yang sering kelaparan. Meski begitu, Woohyun tetap terkenal di SMA Woollim karena kepandaiannya. Semenjak pertama kali menginjakkan kaki di sekolah itu, Woohyun sudah terkenal dengan kecerdasannya. Meski cerdas, Woohyun tetap saja terlihat kikuk jika kita berbicara mengenai pergaulan, hubungan sosialnya sungguh menyedihkan.

“Kau memang seperti kucing jalanan yang tidak memiliki teman.”

Begitulah Sungjong selalu berkomenar mengenai sikap aneh Woohyun yang suka menyendiri. Sungjong bahkan satu-satunya makhluk yang akan di ajak bicara oleh Woohyun, setelah guru di kelas (Karena terpaksa tentu saja). Meski Sungjong notabene merupakan teman bagi Woohyun, karakter mereka sungguh berbeda. Sungjong bukanlah penyendiri seperti Woohyun.

“Kau kan temanku,” sahut Woohyun tanpa mengalihkan pandangan dari buku fisikanya yang dia baca sambil menelan roti yang Sungjong bawakan dari kantin. Remah-remah roti berceceran di meja perpustakaan. Sungjong sudah bosan untuk menasehati Woohyun selama 2 tahun terakhir, jadi dia membiarkannya saja. 

"Lebih tepatnya, aku satu-satunya teman yang kau miliki. Serius, kau butuh bantuan pisikolog mengenai pentingnya bersosialisasi untuk kelanjutan hidup,” sahut Sungjong dengan wajah serius.

“Kita sudah di kelas 11, mendekati tahun akhir, kita harus serius belajar dan menentukan masa depan,” sahut Woohyun tak kalah serius. Sungjong mencibir.

“Blaaa blaa blaaa. Selalu tentang belajar. Kita masih 1 tahun lebih baru lulus, kau pikir kita sudah kelas 12, apa?!”

“Tidak ada salahnya di persiapkan dari sekarang…” Sungjong ingin menjawab namun terhenti ketika sosok kakak kelas mereka menghampiri meja tempat di mana mereka duduk. Woohyun langsung tersedak roti yang dia kunyah dan menyembur remah-remahnya ke atas meja. Sungjong mengiris jijik, namun tidak dengan kakak kelas itu. Dia tetap tenang sambil berucap,” Lee Sungjong, Nam Woohyun, di perpus di larang mengoceh. Kalian tahu?”

Suara Kim Sunggyu terdengar begitu dingin. Sungjong langsung meminta maaf dan Woohyun sibuk menegak minumannya.

"Dan kau Nam Woohyun,” lanjutnya. “Di perpus di larang membawa makanan. Kau tahu, kan? Seharusnya kau tahu. Perpus seperti rumah kedua untukmu, aku kaget jika kau tidak tahu.”

Mendengar sindirian dari Sunggyu, Woohyun langsung menunduk dan meminta maaf.

“Maaf, kak Sunggyu. Aku melewatkan makan malam dan sarapan tadi pagi, jadi aku…”

“Aku tidak butuh alasan,” potong Sunggyu dengan dinginnya. “Ini peringatan terakhir, jika terulang lagi, aku akan melaporkan kepada guru BK.”

Sungjong dan Woohyun segera mengangguk. Beberapa murid lain berbisik-bisik.

"Hal ini juga berlaku untuk yang lainnya,” teriak Sunggyu yang berhasil membuat mereka langsung terdiam.

Kim Sunggyu, adalah sosok yang paling Woohyun kagumi. Sedari awal mereka bertemu, di acara penerimaan siswa baru - saat itu Sunggyu menyandang status Wakil Ketua OSiS, mereka bertemu. Bagi Woohyun pertemuan mereka adalah sebuah takdir. Untuk pertama kalinya Woohyun merasakan debaran jantung yang meningkat, pipi yang memerah, dan merasa gugup yang amat sangat ketika Sunggyu berjarak beberapa meter darinya. Woohyun tahu, berdasarkan buku yang dia pernah baca perasaan yang sedang dia rasakan adalah proses dari jatuh cinta. Ketika mata Woohyun bertemu tatap dengan mata Sunggyu, Woohyun merasakan ada aliran listrik yang menyerang tubuhnya. Dia yakin bahwa Sunggyu adalah bagian dari jiwanya (Lagi-lagi berdasarkan buku yang pernah dia baca). Sunggyu adalah sosok yang sempurna bagi Woohyun. Cerdas, tampan, semua yang dia lakukan pasti berhasil. Sunggyu tidak menyukai olahraga, tapi setiap pengambilan nilai praktek dia akan memperlihatkan permainan yang sempurna. Meski terlihat enggan melakukan sesuatu, ketika dia sudah serius Sunggyu pasti akan mendapatkan nilai sempurna. Memiliki teman yang banyak dengan mudah… Woohyun sungguh iri dengan sosok Sunggyu dan ingin seperti Sunggyu. “Dia sangat arogan ketika sudah menjadi ketua osis,” bisik Sungjong ketika Sunggyu sudah terlihat menghilang di balik pintu perpus.

“Dia hanya melaksanakan tugasnya,” bela Woohyun sambil membersihkan sampah yang sudah dia buat.

“Yeah, bela terus pangeranmu…” sahut Sungjong sambil memutar bola matanya malas. Sungjong tahu bahwa Woohyun memiliki rasa kagum yang berlebihan kepada kakak kelas mereka itu.

“Jangan menangis ketika dia lulus, pergi dari sekolah ini dan sama sekali tidak tahu perasaanmu.” Ucapan Sungjong membuat Woohyun mendelik.

“Tak perlu terlalu jujur gitu, dong,” rengek Woohyun. Sungjong tersenyum.

“Aku hanya mengingatkan. Sudah ah, aku mau ngobrol dengan Myungsoo di kantin. Kau kutinggal, ok?” Sungjong berlalu tanpa menunggu persetujuan dari Woohyun. Woohyun bakalan selalu setuju, jadi ya tidak masalah.

Kata-kata Sungjong melekat erat di benak Woohyun. Sungjong benar, sebentar lagi Sunggyu akan lulus, bahkan jabatannya sebagai ketua osis akan segera di gantikan dengan yang baru untuk pemilihan yang akan di adakan sebentar lagi. Meski Woohyun sudah terbiasa memandang dan mengagumi Sunggyu dari kejauhan, tapi jika harus berpisah tanpa mengungkapkan perasaan…. Woohyun rasanya tak sanggup. Woohyun ingin merasakan bagaimana rasanya memiliki hubungan di masa remaja seperti Sungjong dan Myungsoo. “Sepertinya, aku harus putusan sebentar dengan buku…” gumam Woohyun dan menerawang memikirkan bagaimana caranya untuk menyatakan cinta kepada senior yang merupakan cinta pertamanya.

***

"Hei, hei, hei…seragammu, rapikan!” teriak Sunggyu kepada seorang murid laki-laki yang tidak mengenakan blazer seragamnya. Murid itu langsung merogoh tasnya, mencari blazer dan meminta maaf berkali-kali kepada Sunggyu. Sunggyu akhirnya menyuruhnya masuk gerbang sekolah setelah memberikan kuliah tujuh menit mengenai poin-poin peraturan sekolah. “Rokmu….manis….terlalu pendek. Kau tahu dunia ini jahat, kan?” ucapnya sambil menyeringai. Gadis yang di tegur yang merupakan murid baru malah tersenyum tak jelas, merasa bangga di perhatikan oleh ketua osis mereka yang tampan.

“Hei kau! Di peringati bukannya mengerti malah senyum-senyum!” teriak guru BK mereka yang bernama Pak Lee Sungyeol. Guru berperawakan kurus kering, tinggi meski tampan tapi kekanak-kanakan dan suka menghukum dengan hukuman yang terlewat kekanak-kanakan pula (Misalnya ke sekolah menggunakan kostum mermaid untuk yang tidak mengenakan seragam dengan benar). Gadis itu langsung mendelik kepada Pak Lee Sungyeol sangking kesalnya karena perhatian Sunggyu sekarang bukan kepada dia lagi.

“Dasar guru tua tapi kayak anak TK…” gumam gadis itu pelan sambil berlalu tapi berhasil Sungyeol dengar.

“Ya! Ya! Ya! Anak kecil. Siapa namamu? Kelas berapa? Tunggu pembalasanku!!!!” teriak Sungyeol dengan sekuat tenaga.

Woohyun yang melihat beberapa murid sedang push up dan mendapatkan omelan dari Pak Sungyeol menghentikan lari marathonnya yang terlambat menuju sekolah. Semua karena ulah kakak laki-laki satu-satunya Boohyun yang memaksanya untuk sarapan sebelum ke sekolah. Sekarang perutnya terasa sakit karena setelah makan langsung menuju ke sekolah, berlari ke halted an sekarang berlari menuju gerbang sekolah. Gerbangpun mulai di tarik untuk di tutup oleh penjaga sekolah yang bernama Park Ujang. Woohyun gelagapan dan langsung menahan dorongan Park Ujang untuk menutup. Penjaga yang bertubuh gembul dengan perut buncit itupun langsung heran kenapa dorongannya tidak berpengaruh, ternyata di ujung gerbang ada sosok kurus kecil yang menahan. Meski kurus, dia kuat juga ternyata.

“Boss Park Ujang…biarin Woohyun masuk yaaa…” rengek Woohyun dengan membulatkan matanya. Ujang paling lemah kalau di panggil dengan sapaan ‘Bos’ apalagi Ujang bisa melihat di balik kacamata tebal anak yang bernama Woohyun itu, matanya sudah di bulat-bulatkan dengan imut. Park Ujang bertubuh gembul dan lemah dengan aegyo.

“Ya sudah…” sahut Park Ujang dengan lemah. Woohyun melompat senang. Namun kesenangannya langsung menghilang ketika Sunggyu meneriakinya.

“Ya! Kacamata tebal. Cepat kemari. Sudah terlambat, banyak bertingkah pula.”

Mendengar celotehan Sunggyu, Sungyeol terkekeh. Dia membiarkan Sunggyu mengeksekusi makhluk terlambat itu dan fokus kepada anak-akan lain yang sedang push up.

“Push up terus sambil bilang ‘Sungyeol guru paling keren’ “ Sungyeol mengingatkan. Anak-anak yang di hukum mau muntah rasanya. Bukan karena capek, tapi karena sikap gurunya yang berlebihan. Woohyun berjalan menghampiri Sunggyu dengan gontai.

"Push up 20 kali,” perintah Sunggyu.

Woohyun ternganga kaget. Woohyun sebenarnya sangat suka olahraga, tapi kali ini perutnya sedang tidak bersahabat karena di paksa sarapan dan berlari-larian. Dia takut dia akan pingsan.

“Kak, saya tahu saya salah. Tapi jangan push up, kak ya. Saya mohon. Perut saya sakit, kak…tadi di paksa kakak saya buat sara – “

“Ah, alasan!” potong Sunggyu yang langsung membuat Woohyun menutup mulutnya. Sunggyu kalau sudah mendelik gitu menakutkan memang. Tapi kebiasaannya yang memotong pembicaraan Woohyun membuat Woohyun kesal.

“Jangan monyong-monyong kayak anak SD gitu, gak cocok,” marah Sunggyu lagi yang otomatis membuat Woohyun menutup mulutnya. Malu dia. “Serius kak, perutku sakit. Jangan push up kak.” Dengan mata yang di imut-imutkan Woohyun lagi-lagi memohon. Sunggyu malah ngerasa benar-benar kasihan, soalnya semakin kelihatan kayak anak kucing jalanan, bukan kayak anak di sinetron anak jalanan yang keren-keren (katanyaaaa)

“Kalau bukan push up, jadi maunya apa? Lari?” “Jangan lari juga kak…”

“Terus apaan? Sit up aja?”

“Jangan juga kak, tambah sakit nanti perut saya…” “Lah, jadi apa? Back up aja kalo gitu”

“Jangan kasih hukuman aja, bisa kak?” tanya Woohyun akhirnya sambil senyum malu-malu. Sungyeol melihat Sunggyu yang mulai goyah karena melihat senyuman Woohyun langsung menengahi. “Enak aja gak di hukum!” teriaknya. “Push up 10 kali atau pilih keliling lapangan 20 kali sambil teriak ‘Mr. Sungyeol guru paling keren’ pilih yang mana?”

Woohyun otomatis membulatkan matanya dan dengan cepat memilih push up. Dari pada malu keliling lapangan sambil teriak hal bodoh… Melihat Woohyun yang langsung push up membuat Sunggyu mengacungkan jempol kepada Sungyeol yang membuat Sungyeol tersenyum bangga.

***

Dan…di sini Woohyun sekarang, terbaring lemas di UKS setelah pelajaran matematika selesai. Dengan susah payah Woohyun menahan sakit di perutnya hingga jam istirahat. Sungjong baru saja meninggalkannya setelah Woohyun memakan obat penahan rasa sakit. Dala

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
alonelover
Ramuan gak selesei-selesei. 😂😂😂

Comments

You must be logged in to comment
pistachio88 #1
Chapter 7: Uh dari semua story d sini aku paling suka sm Take The Guy Out. Berasa nonton take me out beneran wokwowk. Tata bahasa yg digunakan rapi banget, jadi semangat bacanya ga bikin sakit mata heuheuehu. Keep it up authornim! <3
pistachio88 #2
Chapter 2: Wokwowkok kimchi Sungyeol is the best XD
NewclearWGS_28
#3
Chapter 7: Kgen bgt m U, authornim.
Kgen Woogyu jg.. sllu suka tulisanmu... update yg Woohyun jd bodiguard sunggyu tu dong saeng.. yg di WP
Pnsran ??????????
inspiritwgs
#4
Chapter 7: Yaampun, sekuel buat take the guy out dong, Authornim.
Pelissss
Aseli mereka lucu dan manis bgt, udh kyk karakter mereka bener2 di khdpn nyata, SUKAAAAAAAAA
Makin rindu woogyu moment deh hiks
Ngga berhenti senyum2 ketawa sendiri kyk lg jatuh cinta pas bacanya TTTTTTTTT

Pelisss sekuel TTTTTTT
tamakikaname
#5
Chapter 7: Astagaaaa butuh part 2 dari ini. Sunggyu cool bgt dah, Woohyun pd abis. Tapi mereka lucu klo dgabunginnn
gari_chan #6
Chapter 6: manist bgt akhirnya
gari_chan #7
Chapter 6: manist bgt akhirnya
akitou
#8
Chapter 6: aduy.... ni 2 orang bkin ngiri aja
Anisa_kyuzizi #9
Chapter 6: manisnya mereka ya ...dudududu...
buat lagi dong thornim...