Something Hidden

Pure Obsession
Please Subscribe to read the full chapter

A Storyline by KimMoon

Present ....

 

 

 

PURE OBSESSION

 

Warnings : Typo might everywhere. Sm.ut scene might in every chapters. Jika kalian merasa tidak nyaman dengan adegan menjurus yang terkandung dalam FF saya, silahkan di skip oke ^^

 

 

^^ Happy Reading ^^

 

 

Chapter 5 : Something Hidden

 

 

 

Yifan menggandeng Luhan dari perpustakaan hingga menuju ke taman belakang sekolah dan mereka memasuki sebuah rumah kaca dimana banyak jenis bunga dan tanaman terawat dengan baik didalamnya.

Luhan begitu takjub, dia baru mengetahui kalau ternyata sekolah memiliki rumah kaca sebesar dan seindah ini. Sudah Luhan tetapkan jika rumah kaca ini adalah tempat favoritnya di sekolah.

Setelah puas mengelilingi rumah kaca itu, Yifan mengarahkan Luhan untuk duduk disebuah bangku kayu yang terdapat didalam rumah kaca itu.

“Apa lukamu sudah lebih baik?” Luhan meraih tangan Yifan yang terluka dan mengusapnya pelan seperti dapat menyembuhkannya jika ia mengusapnya.

Yifan berdesir hebat hanya karena Luhan melakukan hal kecil seperti itu. Bagi Luhan, itu mungkin tidak berpengaruh apapun tapi untuk Yifan, gadis itu membuatnya seperti terhipnotis dengan segala bentuk kontak fisik yang Luhan lakukan dengan Yifan. Membuat Yifan candu.

“Sudah lebih baik.” Jawabnya singkat dan Yifan menarik tangannya yang digenggam Luhan. Entahlah, Yifan hanya terlalu takut jika harus mengumbar kebenarnannya.

“Kenapa kau bisa terluka?” Luhan begitu penasaran dari mana dan bagaimana Yifan mendapatkan luka ini ditambah luka yang berada di bisep kirinya juga sepertinya belum sembuh benar.

“Apa kau khawatir padaku?” Yifan menatap lekat mata Luhan, sengaja ingin melihat rona merah dipipi Luhan.

“Aku hanya penasaran, darimana kau mendapat luka itu karena kita ...” Luhan memalingkan wajahnya begitu malu dan merutuki pemilihan kata yang memicu kesalahpahaman.

Alis Yifan terangkat dan seringai tipis tercetak disana, “Kita apa?”

“Maksudku, hingga kemarin sore kau masih baik-baik saja. Aku takut kalau terjadi sesuatu padamu saat menyetir. Apa karena kau marah soal ...” Luhan menggantungkan kalimatnya, karena ia takut Yifan akan marah atau kesal. Kemudian menganggap Luhan mencampuri urusannya.

“Saat aku memotong buah apel yang berada ditanganku, tidak sengaja itu mengenai telapak tanganku. Kau puas?”

Luhan menatap Yifan dengan pandangan ngeri. Membayangkannya saja sudah membuat Luhan merinding. “Yifan, itu ...” Luhan speechless.

“Dan jangan beritahu siapapun.” Kata Yifan. Yeah, Yifan ingat dia memberi jawaban yang berbeda pada kakaknya. Untungnya luka itu tidak memerlukan jahitan dan akan sembuh dalam beberapa hari.

Luhan mengedarkan pandangan kesekeliling rumah kaca itu. Bukankah ini membingungkan, bagaimana Luhan menjauh dari pria ini jika Luhan terus saja bersama dengan lelaki pemaksa seperti Yifan.

Luhan berdebar kencang saat ia merasakan telapak tangan Yifan yang hangat mengelus lembut pipinya dan ia segera menoleh pada pemuda itu. “Aku suka dengan rona merah dipipimu.” Yifan mencium lembut pipi Luhan membuat gadis itu membuka matanya lebar-lebar karena terkejut.

“Apa kau merasakan sesuatu?” Yifan berbisik tepat ditelinga kanan Luhan sambil menghembuskan napasnya lembut menggelitik gadis itu.

“A..apa?” Luhan tidak bisa mengeluarkan banyak suara saat ini. Hatinya begitu berpacu karena jarak mereka yang ekstrem.

“Merasakan sesuatu disini,” Yifan menyentuh bagian tengah dada Luhan dengan tangan kanannya. Luhan merasa lututnya begitu lemas. “Apa kau mencintaiku?” Tanyanya tanpa mengubah posisi seinchipun.

“Yifan, aku tidak mencin- ah Yifan.” Luhan mendorong tubuh Yifan saat pemuda itu dengan lancangnya meremas payudara kanannya. “Kau sungguh keterlaluan, itu tidak sopan.” Luhan berdiri dan menatap tajam Yifan dan pipinya semakin merah antara malu dan kesal.

“Tidak apa-apa jika sepasang kekasih saling menyentuh.”

Luhan tidak percaya dengan pemuda ini, bukan karena kata-katanya tapi bagaimana cara dia mengatakannya. Tanpa beban, tanpa rasa bersalah seolah yang dia lakukan adalah hal biasa. Biasa bagi gadis lain, tapi ini pertama kalinya bagi Luhan disentuh oleh pria seperti itu.

“Apa kau marah?” Yifan yang melihat kediaman gadis itu ikut berdiri dan memeluknya dai belakang. Mendekapnya begitu erat.

“Lepaskan aku, Yifan.”

“Kenapa kau selalu minta dilepaskan? Aku tidak akan melepaskanmu.”

“Yifan, kumohon,”

“Kumohon apa?”

“Biarkan aku pergi, kita tidak saling mencintai.”

“Aku mencintaimu.”

“Yifan,”

“Kau hanya perlu berada disisi ku dan mencintaiku.”

“Aku tidak bisa.”

“Kenapa? Apa kau menyukai pria lain.”

“Tidak. Bukan itu,”

“Bagus. Jadi tidak ada alasan lagi. Kau harus mencintaiku.”

Yifan menggerakan tangannya disekitar tubuh Luhan membuat Luhan menggeliat kecil. “Kau hanya perlu percaya padaku, Lu.”

Lu, dia memanggilku Lu.

“Yang perlu kau lakukan adalah menikmatinya.” Yifan berbisik seduktif ditelinga Luhan dan menggerayangi tubuh mungil Luhan, meraba tubuh bagian depan Luhan dengan lembut tapi di beberapa bagian Yifan memberikan sedikit penekanan.

Luhan memejamkan kelopak matanya, saat sensasi asing itu mendera setiap sel saraf dalam tubuhnya. Yifan sangat pandai dimana ia harus memberi penekanan dalam setiap sentuhannya. Entah ini mimpi atau bukan tapi Luhan merasakan sesuatu yang keras berada di antara bokongnya.

Demi Tuhan, menyentuh Luhan sangatlah menyenangkan. Yifan begitu mabuk dengan gadis ini. Yifan menginginkan lebih.

“Eungh,” Luhan tanpa sadar mulai mendesah saat tangan Yifan yang entah sejak kapan sudah menyelinap kedalam roknya hingga membuatnya sedikit tersingkap dan memperlihatkan paha mulus Luhan. Tangan Yifan mengelus bagian paha gadis itu.

Rasanya Luhan tidak sanggup berdiri lagi, kala bibir Yifan mencium lehernya bertubi-tubi. Seandainya telapak tangan kiri Yifan tidak terluka pastilah ia dengan bebas sudah meremas buah dada Luhan dan bukannya hanya menganggur di area perut Luhan sambil menahan tubuh gadis itu.

Luhan membuka matanya dan melihat pantulan dirinya di dinding kaca. Luhan tidak percaya jika gadis yang tengah berada dalam kungkungan Yifan adalah dirinya. Itu dirinya yang sedang diraba Yifan, dan itu dirinya yang dicumbu Yifan. Posisi mereka begitu erotis.

Akal sehat Luhan sudah terkumpul kembali. Luhan menangkap tangan Yifan yang berada di pahanya membuat Yifan berhenti mengelus bagian itu. Dan perlahan berbalik menghadap Yifan.

Luhan tahu Yifan kecewa, terlihat jelas dari mata pemuda itu. Tapi Luhan tidak peduli, ini harus diakhiri. “Yifan, tak seharusnya kita seperti ini.”

“Tapi kau juga menyukainya , kan?”

Luhan menunduk malu. “Lu, tidak ada yang salah dengan ini. Kau adalah kekasihku.”

Luhan mendongak dan mereka saling menatap hingga lagi-lagi tanpa sadar Yifan berhasil mencuri satu ciuman. Sempat terkejut, namun Luhan harus mempertahankan akal sehatnya.

“Yifan, aku tidak menc—“

Yifan meletakan telunjuknya di bibir Luhan. “Kita harus kembali ke kelas sekarang, atau kau mau aku melanjutkannya?” Yifan sengaja memotong cepat agar Luhan berhenti meracau tentang penolakan gadis itu.

“Dasar mesum.” Cibir Luhan dan ia melangkah mendahului Yifan sambil merapihkan seragamnya.

Sebelum Luhan membuka pintu kaca itu, Luhan menghentikan langkahnya kala suara bel terdengar. Dan ia melihat jam tangannya. Mata Luhan melebar, memangnya sudah berapa lama ia dan Yifan menghabiskan waktu disini. Bel barusan adalah tanda jam pelajaran telah usai. Itu artinya Luhan dan Yifan membolos setelah istirahat.

“Tidak perlu kaget, aku senang karena tidak terjebak da

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sky_Wings
#1
❤_❤
sendulce #2
ini apaaa? setelah hampir setahun hiatus baca ff dan nemu ff ini itu rasanyaaaa~~ selamat membuat saya bavver sebavvernyaa haha
kannykim
#3
Chapter 12: Weh si yipan pikirannya naena mulu nih -_-

Tadi kenapa gak lanjutin aja coba? ^^ *plakk
yupsyupi
#4
Chapter 11: Ahhh jia itu maminya yifan, tp jia sendiri lupa? Gt kah.

Aduh gatel bgt sm zitao yg cemburuan sm luha. Udah sih lo udah banyak harta juga.

Lhah kan kebawa emosi... Hahahha
kannykim
#5
Chapter 11: Baca epep ini berasa lagi nonton drama2 china. Ke inget film never gone jadinye. Dibayangan gue settingannya kek ntu film. Gak berasa koreanya. Biasanya gue klo baca epep pasti kebayangnya drakor2 gitu. Baru kali ini deh, nuansanya beda bgt. Mungkin gara2 pemainnya namanya china semua kali ye. Hehehe
Tapi gapapa ane ttp suka. Lanjut juseyooo~
kannykim
#6
Chapter 10: Next author~
Suka deh tiap ipan mau nyium lulu ^^
kannykim
#7
Chapter 10: Yifan frontal aned pen naenaan ama lulu -_-
Pan lulu jadi atut pan
sparklingyeollie #8
Chapter 1: oh tidak ini gs..
ricayong #9
Chapter 9: Next ditunggu
kannykim
#10
Chapter 9: Semoga likun kagak jahat ye kesananye -_-

Btw epep deal with love nya ditunggu loh kelanjutannya ^^