Bitter And Sweetness

Pure Obsession
Please Subscribe to read the full chapter

P U R E    O B S E S S I O N

 

Storyline By KimMoon

 

A KrisHan Fanfiction

 

KrisHan/FanHan/KrisLu (GS) !!!!

.

.

WARNINGS :

-Typo might everywhere

-Kiss scene might in every chapters

-Bersikaplah sopan!!

-Dilarang copy-paste tanpa seijin saya!!!!

 

.

.

 

^^ HAPPY READING ^^

 

.

.

 

 

Chapter 12 : Bitter And Sweetness

 

 

“Yifan,” Panggil wanita itu dengan lirih.

Seketika yang namanya dipanggil pun menoleh dengan ekspresi menahan kesal akibat pria itu ditambah mata elangnya yang menyiratkan sebuah kekecewaan.

Luhan memperhatikan wanita itu. Tatapan matanya begitu sendu, dan kerinduan itu begitu nyata terlihat dalam tatapannya untuk Yifan. Luhan memahami bagaimana rasanya.

Jia segera menenangkan situasi dengan mencoba memberikan pengertian. Dan membujuk Yifan agar ikut dengannya. Walau awalnya Yifan menolak dan ingin segera berlalu dari sana, tapi Luhan menahannya. Memintanya agar mengikuti ibunya. Bukankah Yifan memang ingin tahu kebenarannya. Dan Yifan melakukannya semata-mata hanya karena Luhan yang memintanya.

.

.

Jia membawa mereka berdua kerumahnya yang berada tiga blok dari sana. Hanya sebuah rumah sederhana. Hati Yifan mencelos, seharusnya ibunya mendapatkan yang lebih layak dari ini.

Luhan dan Yifan duduk bersampingan dengan melipat kedua kakinya sopan. Sementara Jia ke dapur mengambil minuman. Tak berapa lama Jia kembali dengan membawa dua gelas air dan memberikannya pada mereka berdua.

“Terima kasih.” Itu Luhan yang merasa canggung sekaligus tidak enak hati karena Yifan masih tetap enggan bicara bahkan ekspresi wajahnya terlihat acuh.

Jia menatap nanar putra bungsunya. Ia sedikit menyesali caranya bertemu dengan Yifan. Kenapa harus dengan kesalahpahaman seperti ini? Dia berpisah dengan putranya begitu lama. Andai dia bisa bertemu dengan cara yang lebih baik, mungkin Jia akan memeluk putranya dengan sangat erat. Walau nyatanya ia memang sangat ingin memeluk Yifan, tapi dia tahu bahwa putranya tengah kecewa dan dia berhutang penjelasan pada Yifan.

“Yifan, bagaimana kabarmu?” Suara Jia terdengar ragu-ragu.

Luhan melirik Yifan saat pemuda itu tak segera menjawab pertanyaan Jia. Entah kenapa Luhan merasa tidak enak hati pada Jia, dan lagi kecanggungan ini begitu membuatnya tidak nyaman.

Yifan menghela napas pelan, mengalihkan wajahnya kelain sisi. Membuat Jia merasa bersalah.

“Yifan, ibu­­—“

“Apa yang kau lakukan ditempat seperti itu?”

Luhan kembali menoleh pada Yifan dan beralih menatap Jia yang terkejut karena ucapannya terpotong.

“Itu tidak seperti yang kau pikirkan, Yifan.”

Yifan tersenyum miring. “Lalu apa yang kau lakukan ditempat itu?”

Luhan ingin sekali memukul Yifan karena tidak bersikap sopan pada ibunya.

“Aku memang bekerja disana, tapi bukan—“

“Cukup!” Potong Yifan lagi. “Lalu apa hubunganmu dengan pria tua itu?”

“Yifan, dengarkan ibu dulu,” pinta Jia dengan lirih.

“Katakan siapa pria itu?” Yifan kembali menuntut.

“Dia hanya teman ibu,”

“Oh ya?” Yifan kembali tersenyum meremehkan.

Jia sudah merasa tidak nyaman dengan reaksi Yifan yang terkesan meremehkannya. “Yifan, kau salah paham. Kenapa kau marah-marah seperti itu?”

“Apa kau baru saja membelanya?” Nada Yifan terdengar tidak suka.

Jia menghela napas frustasi. “Yifan, bukan begitu maksud ibu,” Jia memberanikan diri meraih tangan Yifan, namun Yifan langsung menepisnya sedikit kasar. Membuat Jia begitu kecewa.

Yifan juga tak kalah kecewanya. Rasa sakit ini, rasa rindunya semuanya terasa begitu menyesakkan. Maka ia putuskan untuk bangkit dari duduknya dan berniat meninggalkan rumah itu. Tapi, Jia mencoba untuk menanahannya. “Yifan, tunggu. Dengarkan ibu dulu,” Mata Jia berkaca-kaca dan membuat Luhan sedikit panik. Tapi Yifan tak menghiraukan Jia dan dia segera lenyap di balik pintu.

“Yifan,” Panggil Luhan walau Yifan sudah tak terlihat lagi. Lalu mata rusanya menatap ke arah Jia.

Rasa iba Luhan mencuat melihat Jia yang begitu lemah. “Ma-maaf, kumohon jangan marahi Yifan. Aku akan memberitahunya nanti.”

Jia tersenyum tipis, Merasa malu dengan gadis cantik didepannya. Jia menggeleng pelan sebagai jawabannya.

“Kalau begitu, aku pamit pulang dulu.”

“Maaf, karena sudah membuatmu tak nyaman.” Ujar Jia pada akhirnya.

“Ah, tidak. Aku tidak apa-apa.” Luhan tersenyum agar Jia tak merasa bersalah.

Luhan bersiap berbalik sebelum Jia menahan langkahnya. “Tunggu,” Luhan menatap Jia heran.

“Siapa namamu?”

“Aku Luhan.” Luhan membungkukan badannya sekaligus meminta maaf karen atak memperkenalkan dirinya lebih awal.

“Baiklah Luhan, tolong jaga Yifan. Dan sampaikan permintaan maafku.” Luhan mengangguk paham lalu ia pamit sekali lagi sebelum benar-benar meninggalkan rumah Jia.

.

.

Luhan mempercepat langkahnya saat dilihatnya Yifan tengah berdiri disamping mobilnya. Mungkin pemuda itu sudah lama menunggunya. Pikir Luhan.

Yifan segera masuk kedalam mobilnya saat Luhan sudah tiba. Luhan hanya menghela napas pasrah saat dirasanya Yifan bersikap dingin padanya. Lalu dengan segera, Luhan juga masuk kedalam mobil.

Luhan merasa canggung, karena Yifan tak juga menjalankan mobilnya. Luhan menerka mungkin pemuda itu masih memikirkan hal yang tadi. Luhan juga merasa kasihan dengan hubungan Yifan dan ibunya. Seharusnya tidak seperti ini. Luhan tahu Yifan sepertinya sangat menyayangi ibunya dan sangat merindukannya tapi kejadian hari ini sudah pasti membuatnya kecewa dan sedih.

“Tadi ibumu bilang dia minta maaf.” Luhan memberanikan diri untuk mengatakannya pada Yifan.

“Aku tidak peduli.” Jawabnya ketus. Dan membuat Luhan seketika menoleh kearahnya dengan tatapan tidak percaya.

“Kau tidak boleh bicara seperti itu.” Luhan mengingatkan.

Yifan menautkan alisnya, menatap Luhan dengan marah. “Kenapa memangnya kalau aku bicara seperti itu, hm?”

“Kau harus minta maaf pada ibumu. Sikapmu hari ini membuatnya kecewa, Yifan.”

“Apa?” Yifan menatap Luhan seolah tidak percaya bahwa gadisnya seolah menyalahkannya. “Apa kau tengah menyalahkanku?”

“Aku tidak menyalahkanmu. Tapi kau harus minta maaf pada ibumu.”

“Kau pikir aku tidak kecewa? Kau pikir aku tidak merasa sakit? Kau pikir aku tidak merasakan hal yang sama dengan ibuku?” Yifan menjeda ucapannya. Menatap Luhan dengan emosi yang coba ia tahan agar tak berteriak pada Luhan. “Aku jauh lebih mengerti, Luhan. Aku dan ibuku, bagaimana kehidupan kami sebelumnya. Aku mengerti.” Yifan masih tetap menatap Luhan intens dengan tatapan penuh lukanya.

Luhan segera menundukan kepalanya. Memainkan ibu jarinya saat ia sedang gugup. “Maaf,” katanya lirih.

Yifan menghela napas, sekarang perasaannya dua kali lipat lebih sakit saat sadar bahwa dia baru saja membuat Luhan sedih.

“Lu,” Yifan menggenggam tangan Luhan. “Maafkan aku.” Luhan mengangkat wajahnya, menatap manik kelam itu begitu dalam. Serasa tersihir, Luhan enggan untuk melepas tautan matanya. Mata itu terilhat begitu rapuh. Luhan tidak mau melihat Yifan yang seperti ini, karena itu juga akan membuatnya sakit. Dan Luhan masih menganggap kalau dia hanya simpati serta dia menyalahkan dirinya sendiri yang tidak tega melihat kesedihan orang lain.

“Tidak apa-apa, Yifan. Ini salahku. Maaf akrena telah mencampuri urusanmu.” Kata Luhan sambil menarik lagi tangannya dari genggaman Yifan. Rasanya begitu hangat, ditempat yang Yifan genggam tadi.

Yifan mengatur napasnya sebelum ia kembali bicara. “Luhan, malam ini menginaplah dirumahku.”

“Tap..tapi Yifan...” Luhan nampak kaget dan keberatan tentu saja.

“Kumohon Lu,” Yifan memohon lirih. Dan Luhan menangkap tatapan rapuh itu lagi. Apa yang harus Luhan lakukan, jika ia menolak apa Yifan akan melakukan hal tak terduga untuk memaksanya. Tapi Jika Luhan mengatakan iya, bisa jadi Yifan juga akan melakukan sesuatu padanya. Itu membuat Luhan bergidik.

Tapi, tatapan itu begitu terluka. Bagaimana jika Yifan menyakiti dirinya lagi?

Luhan kembali merasa takut, ia tidak mau Yifan melakukan hal ekstrem apapun. Luhan menghela napasnya , mencoba menenangkan dirinya sendiri. Kemudian ia menatap Yifan. “Baiklah, Yifan.”

Ada secercah binar yang tersirat dimata Yifan. Lalu ia membawa punggung tangan kekasihnya kedepan mulutnya dan mencium lembut punggung tangan itu. Mata Luhan bergerak kesana-kemari demi meredam rona merah yang akan semakin jelas terlihat jika dia tak mengendalikan detak jantungnya.

Kemudian Yifan segera menyalakan mesin mobilnya dan melaju menuju kediamannya bersama dengan Luhan. jujur saja, Yifan hanya bisa mengulum senyum saat membayangkan hal apa saja yang akan dia lakukan bersama dengan Luhan nanti dirumah.

 

-Pure Obsession-

 

Yifan sudah memarkirkan mobilnya didepan rumahnya. Lalu membukakan pintu mobil untuk Luhan. Menggenggam tangan Luhan dengan erat seolah dia takut jika Luhan akan melarikan diri. Hingga sampai didepan pintu.

“Lu, aku akan memberi tahu password pintu rumahku.”

Luhan menatap tak mengerti apa yang pemuda itu maksudkan.

“Kau hanya perlu menekan nomor ini,” Yifan menekan beberapa angka dengan perlahan agar Luhan dapat menghapal passwordnya. Setelah itu yang terjadi adalah bunyi ‘klik’ terdengar tanda bahwa pintu terbuka.

“Kenapa kau memberitahuku passwordnya?” Tanya Luhan saat keduanya berjalan masuk kedalam.

“Agar kau tak perlu lama menunggu maid untuk membukakan pintunya.” Tukas Yifan. Dan Luhan tak membalas kalimat pemuda itu.

Luhan sedikit heran saat Yifan membawanya kesuatu tempat dimana bukan menuju kamarnya seperti biasa. Tapi sebelum Luhan bertanya, mereka berdua sudah tiba di dapur.

Luhan menatap Yifan seperti bertanya ‘apa maksudnya’ pada Yifan. Tapi pemuda itu justru mengabaikan tatapan Luhan dan berjalan menuju lemari pendingin. Mengambil sebotol minuman dan menuangkannya ke dalam gelas. Cairan berwarna oranye itu pastilah jus jeruk.

“Minumlah,” Kata Yifan sambil menyodorkan gelas kristal itu pada Luhan. Dan Luhan menerimanya. “Terima kasih.” Ujar Luhan.

“Tunggulah disini. Aku akan segera kembali.”

Luhan menoleh kiri dan kanan. “Gege?” Dahi Yifan berkerut dengan maksud Luhan yang memanggil gege. Luhan menangkap ketidakmengertian Yifan, lalu ia menjelaskan. “Gege yang waktu itu,...”

Yifan mengerti. “Maksudmu kakakku?” Luhan mengangguk. “Dia sedang tak dirumah. Begitu juga ayahku.” Luhan kembali mengangguk paham tak ingin lebih jauh membicarakan keluarga Yifan. Demi menjaga perasaan pemuda itu, Luhan tahu Yifan selalu kelihatan tidak nyaman saat membicarakan keluarganya. Dan pemuda itu, meninggalkan Luhan sendirian di dapur.

Agar tak merasa bosan Luhan memilih duduk di sebuah kursi. Meletakkan gelasnya yang hampir kosong di atas meja panjang yang terbuat dari marmer berkualitas tinggi berwarna hitam.

Beberapa menit berlalu, dan sebuah suara langkah kaki membuat Luhan menoleh kebelakang dan disana nampak Yifan yang sudah berganti pakaian. Pemuda itu menggunakan kaos polos hitam tetapi masih menggunakan celana sekolahnya. Pemuda itu tersenyum tipis padanya dan menghampiri lemari pendingin.

“Kau suka semangka?” Tanya Yifan yang sudah menghampiri Luhan dan meletakkan sepiring buah semangka segar yang sudah dipotong dadu berukuran sedang.

“Aku suka.” Jawab Luhan.

Buah favoritnya adalah semangka.

Entah kenapa kalimat Yifei waktu itu langsung terngiang begitu saja ditelinga Luhan. Yifei pastilah tahu banyak tentang Wu Yifan.

“Apa kau begitu menyukai buah ini?” Tanya Luhan dan kemudian gadis itu bangkit dari kursi.

“Apa perlu sebuah alasan khusus kenapa aku begitu menyukai semangka?” Yifan merasa heran dengan pertanyaan Luhan.

Sebenarnya Luhan juga tidak tahu, tapi... “Aku rasa setiap orang pasti punya alasan khusus kenapa mereka menyukai sesuatu atau seseorang. Maksudku, seperti daya tarik begitu,”

Yifan nyaris t

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sky_Wings
#1
❤_❤
sendulce #2
ini apaaa? setelah hampir setahun hiatus baca ff dan nemu ff ini itu rasanyaaaa~~ selamat membuat saya bavver sebavvernyaa haha
kannykim
#3
Chapter 12: Weh si yipan pikirannya naena mulu nih -_-

Tadi kenapa gak lanjutin aja coba? ^^ *plakk
yupsyupi
#4
Chapter 11: Ahhh jia itu maminya yifan, tp jia sendiri lupa? Gt kah.

Aduh gatel bgt sm zitao yg cemburuan sm luha. Udah sih lo udah banyak harta juga.

Lhah kan kebawa emosi... Hahahha
kannykim
#5
Chapter 11: Baca epep ini berasa lagi nonton drama2 china. Ke inget film never gone jadinye. Dibayangan gue settingannya kek ntu film. Gak berasa koreanya. Biasanya gue klo baca epep pasti kebayangnya drakor2 gitu. Baru kali ini deh, nuansanya beda bgt. Mungkin gara2 pemainnya namanya china semua kali ye. Hehehe
Tapi gapapa ane ttp suka. Lanjut juseyooo~
kannykim
#6
Chapter 10: Next author~
Suka deh tiap ipan mau nyium lulu ^^
kannykim
#7
Chapter 10: Yifan frontal aned pen naenaan ama lulu -_-
Pan lulu jadi atut pan
sparklingyeollie #8
Chapter 1: oh tidak ini gs..
ricayong #9
Chapter 9: Next ditunggu
kannykim
#10
Chapter 9: Semoga likun kagak jahat ye kesananye -_-

Btw epep deal with love nya ditunggu loh kelanjutannya ^^