Harsh Reality

Pure Obsession
Please Subscribe to read the full chapter
Pure Obsession

 

A storyline by KimMoon

 

A KrisHan/KrisLu/FanHan fanfiction

.

.

.

^^ Happy Reading ^^

.

.

.

Chapter 11 : Harsh Reality

 

 

 

 

Tao meminum gelas alkoholnya yang kelima. Pertemuannya dengan Yundao—kakeknya, begitu mempengaruhi mood seorang Huang Zitao.

Bartender yang melayani Tao, terlihat begitu cemas dengan pemuda yang tengah duduk di depan meja bar dengan kepala tertelungkup di atas meja. Walau Tao tidak terlalu mabuk, tapi ocehan-ocehan dan makiannya membuat si Bartender khawatir dan takut jika tiba-tiba Tao bisa saja mengamuk. Karena itu dengan setengah ragu, ia menggoyangkan tangan Tao yang tergeletak lemas diatas meja.

“Hei, apa kau baik-baik saja?” Tanya si Bartender hati-hati. Tidak ada jawaban tentu saja, pria mabuk mana peduli dengan sekitarnya.

“Apa kau punya seseorang yang bisa dihubungi? Kau terlihat mengkhawatirkan.”

Tao menyingkirkan tangan si Bartender. Kepalanya ia naikan dan menatap tajam si Bartender. “Kau benar-benar sungguh cerewet.” Cibirnya.

“Bukan begitu maksudku, kau terlihat sangat kacau, Bung.”

Tao memijit pelipisnya yang terasa begitu berat akibat alkohol. Lalu ia memberikan ponselnya pada si Bartender. “Telepon kontak yang bernama Luhan, dia sepupuku.”

Si Bartender mengangguk paham, dan segera mencari kontak sesorang yang bernama Luhan. setelah berhasil, ia segera menekan dial dan menunggu telepon tersambung.

“Hallo, Zitao ge?”

“Maaf, aku bukan Zitao tapi...bisakah kau datang sekarang ke City Light Bar? Zitao tengah mabuk.”

Luhan melebarkan bola matanya sambil menatap layar ponselnya. “Apa? Oh, oke baiklah. Aku akan kesana. Kumohon jagalah kakakku.” Luhan langsung menutup teleponnya. Setelah meraih sweater nya, Luhan segera menuju ke Bar yang tadi disebut oleh orang yang Luhan tidak tahu nama dan siapa orang tadi.

 

Yifan memarkirkan Maseratinya dibahu jalan dan keluar dari mobil menuju ke sebuah bar yang kebetulan Tao juga ada disana. City Light.

Yifan duduk di kursi bar dengan berjarak tak jauh dari Tao. Keduanya tidak saling menyadari satu sama lain. Tao masih dalam posisi menunduk sambil memijit pelipisnya agar mengurangi efek dari alkohol.

“Berikan aku cocktail.” Kata Yifan saat seorang bartender menghampirinya. Dan Bartender tersebet mengacungkan jempolnya pada Yifan.

Dada Yifan begitu bergemuruh, rasanya ia ingin meledak sekarang juga. Kecewa dan sakit. Itu yang ia rasakan. Bagaimana tidak, ibunya yang selama hampir delapan tahun ia cari kini memberikan satu luka lain. Yifan benci wanita seperti yang ayahnya bawa kerumah dan apa yang ia lihat tadi. Itu ibunya, ibu yang sangat ia rindukan. Rasanya Yifan ingin mati. Kenapa harus ibunya? Kenapa ibunya seperti itu?

Walaupun Yifan masih belum terlalu percaya, tapi bukti yang ia lihat berhasil menguasai pikirannya. Membuatnya menarik kesimpulan sarkastis dan penghakiman.Tanpa sadar Yifan mengepalkan tangannya terlalu kuat hingga kukunya bisa saja menembus ke kulit. Beruntung, Bartender segera datang mengalihkan perhatian Yifan.

Ponsel Tao berdering, tapi sang empu nampak tidak peduli. Kepalanya terlalu sakit dan deringan itu membuatnya semakin nyeri. Tao nyaris melempar ponselnya jika saja Bartender tadi tidak mencegahnya. “Dilarang membuat keributan disini.” Katanya tegas. “ Biar aku yang angkat. “Hallo,”

“Aku sudah berada diluar barnya.”

Si Bartender langsung menutup teleponnya. “Hei, sepupumu sudah berada diluar. Sekarang lebih baik kau pergi.”

“Kurang ajar. Tidak ada yang bisa mengusirku keparat.” Tao meletakkan uangnya sambil menggebrak meja cukup keras dan menarik perhatian beberapa orang yang duduk disana. Termasuk Yifan.

Yifan memicingkan mata, tentu dia masih hapal si bangsat yang waktu itu dia temui di rumah sakit. Orang yang diketahui Yifan sebagai sepupu Luhan. Apa yang dilakukan lelaki brengsek itu?

 

“Zitao ge, kau baik-baik saja?” Luhan langsung menghampiri Tao yang sedikit limbung saat berjalan. Tapi Tao menepis tangan sang sepupu.

“Ini semua salahmu, Luhan.”

“Apa? Gege kau sedang mabuk. Lebih baik kita pulang sekarang.”

Tao menampilkan senyum setannya. “Pulang? Apa kau berniat membunuhku, huh? Dengan apa kau membawaku pulang? Kau bahkan tak becus mengendarai mobil. Terlalu manja.”

Mata Luhan sudah berkaca-kaca, Tao baru saja kembali dari Amerika dan Luhan belum memberitahu pada sepupunya itu jika dia sudah mendapatkan SIM. Tapi, Tao masih saja meremehkannya. Luhan memilih diam.

“Gege, sebaiknya kita pulang.” Luhan kembali membujuk Tao dengan lembut. Justru Luhan yang sok lembut lah yang membuat Tao menjadi semakin muak. Sampai kapan sepupu bodohnya ini bisa menjadi wanita yang tangguh?

“Kau bodoh, Luhan. Tidakkah kau sadar kalau kau memang tidak berguna?”

“Tao ge, apa maksudmu? Kenapa kau bicara seperti itu?” Luhan mencoba untuk tidak menangis.

“Kau tidak berhak atas saham kakek. Kau tidak pantas, Luhan.” Tao menarik napas, meredam amarah yang mulai melonjak. Ia sadar mereka tengah berada di tempat umum. Beberapa orang yang lewat di sana memandang heran.

“Ge, kumohon, jika kau ingin marah lakukan dirumah. Aku mohon, sekarang pulanglah.”

“Berhenti bersikap baik. Aku muak denganmu.”

Zitao ge, kenapa kau begitu membenciku? Kenapa kau begitu peduli pada wasiat itu?

“Dengar, aku ingin kau meminta kakek agar menulis ulang wasiat sialan itu. Atau setidaknya kau berikan 45 persen sahammu padaku.” Tao lagi-lagi tersenyum licik. Tao yang setengah sadar membuat seringainya menjadi lebih menakutkan.

Luhan memilih diam ditempat saat Tao sudah meninggalkannya. Kakinya terlalu kaku untuk sekedar berjalan apalagi mengejar Tao yang ketika Luhan lihat sudah masuk kedalam mobilnya dan beberapa detik kemudian pemuda itu melaju tanpa memperdulikan Luhan.

Air mata Luhan sudah turun mengalir membasahi pipinya. Luhan menolak untuk terisak, walau rasanya begitu sesak. Luhan tersentak saat ia merasa ada yang menggenggam pergelangan tangannya. Dan matanya yang basah melebar saat melihat lelaki tinggi yang sangat familiar. Wu Yifan.

Wu Yifan menarik Luhan dengan lembut dan memberinya rasa aman lewat dekapan hangatnya. Ia tahu, gadisnya tengah terluka sekarang. Si keparat itu, Yifan akan mengambil perhitungan padanya.

Luhan mulai terisak didalam dekapan Yifan. kepalanya bersandar di dada bidang pemuda itu. Luhan dapat merasakan Yifan yang semakin merekatkan pelukannya dan secara ajaib dapat menenangkan rasa sesak di dada Luhan.

“Yifan,” Luhan memanggil nama pemuda itu tanpa merubah posisi.

“Hm,?”

“Kenapa kau ada disini?”

“Aku hanya kebetulan lewat.”

Yifan melepaskan pelukannya dan menghapus air mata Luhan yang masih mengalir dipipinya.

“Aku akan mengantarmu pulang.” Kata Yifan dan Luhan mengangguk. Seraya dengan anggukan Luhan, Yifan merangkul Luhan dan membawa gadis itu menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari sana.

 

Selama perjalanan Luhan memilih diam, rasanya masih terasa sesak saat mengingat sikap Tao tadi. Padahal Luhan tak pernah membenci Tao sedikitpun. Kenapa Tao begitu terobsesi pada warisan. Dan lagi, sebenarnya Luhan juga tidak tahu mengapa kakeknya memberikan bagian saham sebesar itu padahal Luhan tidak berharap apalagi meminta. Zitao ge benar, aku memang tidak berguna. Tapi apa gege harus membenciku seperti itu? Aku menyayangimu ge.

“Luhan!”

Luhan tersentak saat Yifan memanggil namanya dengan sedikit hentakan pada nada suaranya. Dan dengan ekpresi kaget, Luhan menoleh pada Yifan yang masih menyetir mobil.

“Iya?”

“Kau melamun. Aku memanggilmu beberapa kali tadi. Apa yang kau pikirkan?”

“Maaf. Aku sedang tidak memikiran apapun.”

Yifan memutar bola mata. Memangnya dia bodoh, sudah jelas bahwa Luhan tengah memikirkan sesuatu. Dan tidak ada gunanya mengelak dari seorang Wu Yifan.

“Kau memikirkan kata-kata si brengsek itu?”

Si brengsek? “Maksudmu Zitao ge?”

“Lantas si brengsek mana lagi yang marah-marah di jalanan seperti orang gila dan memaki seorang gadis? Awas saja, aku akan menghajarnya.”

“Tidak perlu berlebihan, Yifan. Gege sedang mabuk dan pikirannya agak kacau.”

“Tapi aku tidak suka dia memperlakukanmu seperti itu.”

Luhan mengahadap ke depan. Tatapannya sendu.

“Apa yang membuatnya bersikap begitu?”

“Aku tidak tahu. Zitao ge lebih banyak menghabiskan waktu di Amerika.”

“Kalian memang tidak terlalu akrab. Kelihatan sekali.” Yifan juga mempunyai saudara yang sangat ia benci. Dan ia tahu bagaimana rasanya. Tao benci Luhan dan Yifan membenci Changmin. Tapi Yifan lebih benci jika orang yang dia kasihi dikasari oleh orang lain. Sialan si Huang itu.

“Dia begitu terobsesi pada harta warisan kakekmu,”

Jadi Yifan mendengar semuanya?

“Aku tidak terlalu tertarik akan hal itu. Menurut Zitao ge, aku tidak pantas mendapatkan bagian saham sebesar itu. Dia menyebut aku tidak berguna. Dan dia memang benar.”

“Kata siapa? Jangan karena sepupumu berkata demikian maka kau pasrah begitu saja,”

Luhan menoleh ke arah Yifan.

“Kau hanya perlu membuktikan padanya, kau tidak seperti apa yang dia pikirkan.”

Luhan tersenyum getir. Seorang Wu Yifan baru saja memberi kata-kata motivasi untuknya?

“ Zitao ge memang lebih baik dariku dalam segala hal.”

“Dia itu terlalu materialistis. Atau kau berikan saja seluruh saham itu aku bisa memberikannya lebih banyak padamu jika kau mau.”

Sekarang Luhan tambah tidak mengerti. “Yifan, apa maksudmu?”

“Kau dan aku menikah.”

Mata Luhan melebar. “Me-menikah?”

“Kau tidak tuli, Luhan.”

“Yifan, kurasa itu tidak mungkin.”

“Apanya yang tidak mungkin?”

“Pernikahan adalah dimana dua orang saling mencintai.”

“Aku mencintaimu.”

Tapi aku ...

“Yifan, berhenti di depan. Kau nyaris melewati rumahku.”

Yifan langsung mengerem mobilnya dan menatap Luhan yang tengah menatap kedepan.

Merasa situasi mulai canggung, Luhan memilih untuk segera keluar dari dalam mobil. Sebelah kaki Luhan sudah akan menyentuh tanah sebelum panggilan Yifan menghentikan gerakannya.

“Luhan,”

Luhan kembali menoleh pada Yifan dan ia takut untuk bertatapan dengan mata elang Yifan. Seolah Luhan sudah tahu apa yang akan Yifan tanyakan.

“Kau bilang pernikahan adalah dua orang yang saling mencintai. Aku mencintaimu Luhan. Aku ingin kau merasakan cintaku hingga pada akhirnya kau jatuh cinta padaku.”

Luhan terdiam begitupun dengan Yifan. “Yifan, aku hanya ...” Bingung dengan perasaanku sendiri.

“Lu,” Yifan meraih telapak tangan Luhan yang dingin dan menggenggamnya erat. Luhan mendongak perlahan, memberanikan diri menatap mata Yifan. Mata setajam elang itu juga tengah menatapnya. Begitu rapuh dan terluka. Luhan segera menarik tangannya dari genggaman Yifan. Mengapa Luhan merasa luluh dengan mata itu. Tidak, Luhan harus mempertahankan dinding yang sudah ia bangun agar tidak semakin terpengaruh.

“Maaf, aku harus segera masuk. Terima kasih telah mengantarku, Yifan.” Luhan segera turun dari dalam mobil dan langkahnya ia percepat saat meninggalkan mobil pemuda itu. Jantungnya berdebar kencang, perasaan apa ini?

Yifan masih dalam posisinya dengan kekecewaan yang tergambar jelas dimatanya sejak Luhan menarik genggamannya. Menghela napas kasar demi menenangkan hatinya. Wu Yifan segera melaju kembali dengan Maseratinya.

 

-Pure Obsession-

 

Jam istirahat sudah pasti kantin adalah spot favorit para murid untuk mengisi perut mereka yang lapar. Begitu pula dengan Luhan, Xiumin, Likun dan jangan lupakan Anna yang selalu bergabung dengan mereka hanya saat jam istirahat. Berhubung Anna berbeda kelas dengan ketiganya jadi waktu paling sering mereka berkumpul adalah saat jam istirahat.

Keempatnya tengah mengantri untuk mendapat jatah makanan yang sudah disiapkan oleh kantin. Luhan kebetulan berada di posisi paling ujung dari mereka berempat.

“Rasanya aku ingin memakan semuanya.” Seru Xiumin sambil m

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sky_Wings
#1
❤_❤
sendulce #2
ini apaaa? setelah hampir setahun hiatus baca ff dan nemu ff ini itu rasanyaaaa~~ selamat membuat saya bavver sebavvernyaa haha
kannykim
#3
Chapter 12: Weh si yipan pikirannya naena mulu nih -_-

Tadi kenapa gak lanjutin aja coba? ^^ *plakk
yupsyupi
#4
Chapter 11: Ahhh jia itu maminya yifan, tp jia sendiri lupa? Gt kah.

Aduh gatel bgt sm zitao yg cemburuan sm luha. Udah sih lo udah banyak harta juga.

Lhah kan kebawa emosi... Hahahha
kannykim
#5
Chapter 11: Baca epep ini berasa lagi nonton drama2 china. Ke inget film never gone jadinye. Dibayangan gue settingannya kek ntu film. Gak berasa koreanya. Biasanya gue klo baca epep pasti kebayangnya drakor2 gitu. Baru kali ini deh, nuansanya beda bgt. Mungkin gara2 pemainnya namanya china semua kali ye. Hehehe
Tapi gapapa ane ttp suka. Lanjut juseyooo~
kannykim
#6
Chapter 10: Next author~
Suka deh tiap ipan mau nyium lulu ^^
kannykim
#7
Chapter 10: Yifan frontal aned pen naenaan ama lulu -_-
Pan lulu jadi atut pan
sparklingyeollie #8
Chapter 1: oh tidak ini gs..
ricayong #9
Chapter 9: Next ditunggu
kannykim
#10
Chapter 9: Semoga likun kagak jahat ye kesananye -_-

Btw epep deal with love nya ditunggu loh kelanjutannya ^^