Chapter 5

Unpredictable (Irresistible Series)

Sudah sekitar 2 minggu berlalu. Aku dan Kim tidak saling bicara. Aku dan Jess baik-baik saja. Aku dan Liam? Tidak ada yang spesial. Sama seperti biasanya, kami hanya makan siang bersama ditengah kesibukannya dan internshipku. Kami sudah lama tidak berkencan. Aku hanya terus mencoba mengerti, sesibuk itu kah Liam? Ya, mungkin saja. Aku tidak ingin mulai berpikiran yang buruk tentang hal ini. Aku mencintainya, ya, tentu saja. Aku dan Tristan? Mungkin aku tidak ingin mengatakan yang sesungguhnya. Tapi aku merasa kami semakin dekat. Ia terus mendekatiku. Dan aku membutuhkannya untuk proyek internshipku. Kami sering menghabiskan waktu bersama setelah selesai jam kerja, biarpun itu tidak lama, dan hanya duduk-duduk di kedai kopi atau apalah. Aku tidak pernah membicarakan Liam pada Tristan, begitu juga sebaliknya. Apa aku salah? Aku mulai memikirkan kata-kata Kim. Tapi aku tidak berselingkuh.

Aku memarkir mobilku di lapangan parkir kampus. Hari ini aku akan bertemu pembimbing internshipku dari kampus untuk melaporkan hasil kerjaku. Minggu depan We Will Rock You akan dipentaskan. Aku sungguh tidak sabar. Aku merasa aku sudah melakukan pekerjaanku dengan sangat baik sampai dengan hari ini. Semoga akan terus baik-baik saja sampai pada hari pementasan nanti. Dari dalam mobil aku melihat Liam berjalan keluar melewati gerbang depan kampus. Aku segera turun dari mobil dan mengejarnya.

"Liam!" Aku berlari ke arahnya. Aku melihatnya menghentikan langkahnya dan tersenyum lebar saat melihatku.

"Hey, baby." Katanya saat aku berdiri di hadapannya lalu ia memberikan satu kecupan di keningku. "Apa yang kau lakukan di kampus? Kau tidak bekerja?"

"Hari ini aku harus melaporkan hasil kerjaku pada Prof. Longley. Kau mau kemana?"

"Aku harus membawa dokumen ini ke UL Student Union." Jawab Liam sambil menunjukkan padaku sebuah map di tangan kanannya.

"Hey, ini hari jumat kan? Mungkin kita bisa melakukan sesuatu nanti malam. Makan malam atau..."

"Aku akan meneleponmu nanti. Bye, honey. Take care." Kata Liam sambil mengelus pipi kananku lalu pergi meninggalkanku.

"Okay..." kataku pelan pada diriku sendiri.

Aku berjalan masuk ke dalam gedung dan menemui Prof. Longley. Aku masuk ke dalam ruangannya dan menyerahkan dokumen hasil kerjaku. Aku menatap nya yang dengan sangat serius membaca rangkuman hasil kerjaku. Kadang ia mengerutkan keningnya saat membaca, kadang ia sedikit tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

"Bagus. Saya akah hadir di pementasan nanti. Melihat secara nyata bagaimana hasil kerjamu."

Aku sekit terkejut sesaat. "Akan menjadi suatu kehormatan bagi saya, prof. Terima kasih."

Ia menyerahkan kembali dokumen itu padaku. Aku meninggalkan ruangannya. Aku harus segera kembali ke Mayhem Musical. Prof. Longley akan melihat pementasan secara langsung. Aku akan memberitahukan hal ini pada Mr. Wade, dan juga Ashton, mungkin. Saat aku berjalan menuju lapangan parkir aku melihat Harry, Niall, dan Louis berjalan berlawanan arah denganku. Aku akan berpapasan dengan mereka. Seperti sudah lama aku tidak bertemu dengan mereka. Aku hanya memperhatikan Harry yang sudah menatapku dari jauh. Aku menundukkan kepalaku. Aku tidak ingin melihatnya.

"Hey, Cam!" Niall menyapaku saat kami berpapasan. Mereka bertiga menghentikan langkah mereka. Begitu pun juga aku di hadapan mereka.

"Oh, hey, kalian. Sudah lama kita tidak bertemu rasanya."

"Kau sibuk bekerja di Mayhem Musical. Liam memberi tahu kami tentang pementasannya. Kami akan datang." Kata Louis.

"Oh ya? Aku sangat senang kalau kalian semua bisa datang."

"Pastinya. Kami sangat penasaran dengan hasil kerjamu dan rekan kerjamu." Kata Harry yang lagi-lagi aku tidak mengerti apa maksud dan tujuannya. Aku hanya mengangkat alisku pada Harry dengan ekspresi wajah sebal.

"Aku harus kembali ke Mayhem Musical. Sampai ketemu lagi." Aku dengan cepat meninggalkan mereka.

Aku sampai di lapangan parkir Mayhem Musical. Aku masih duduk di dalam mobilku memikirkan tentang semuanya, Kim, Liam, Ashton, internshipku. Dan perkataan Harry. Apa ia bercerita pada yang lainnya tentang Ashton? Aku harus fokus pada internshipku. Tidak ada hal yang lebih penting daripada itu saat ini, aku rasa. Aku menghela nafas panjang dan menutup mataku.

Aku samar-samar mendengar suara ketukan di jendelaku. Aku perlahan membuka mataku. Ah, aku tertidur. Sial. Aku bangun dan membuka lebar mataku untuk melihat Ashton yang mengetuk jendela mobilku.

"Hey, apa yang kau lakukan di sana?"

Aku mendengar suaranya dari luar mobilku. Aku segera mengambil tasku dan membuka pintu mobilku yang membuat Ashton menjauhi pintu mobilku.

"Ya Tuhan, aku tertidur. Aku harap Mr. Wade belum mencariku. Apa yang kau lakukan di luar sini?" tanya ku sambil berjalan ke arah pintu masuk gedung. Ashton berjalan bersamaku.

"Aku meninggalkan sesuatu di mobilku. Jadi aku kembali untuk mengambilnya dan melihat mobilmu yang sudah terparkir dan orangnya." Ashton tertawa kecil. "Mr. Wade bilang kau akan ke kampus dulu hari ini."

Aku mengangguk. "Ya, ini aku baru saja dari kampus. Mungkin aku sedikit lelah, makanya aku tertidur."

"Kau sudah lelah di pagi hari?" Ashton menggelengkan kepalanya. "Kau bukan lelah, tapi kau bosan dengan rutinitasmu."

"Aku tidak merasa bosan. Aku menikmatinya."

"Tapi kau mungkin perlu refreshing. Aku akan mengajakmu bersenang-senang kalau kau mau."

"Nah, tidak perlu."

Kami memasuki gedung dan mulai berlatih. Aku tidak dapat berkonsentrasi. Pikiranku melayang entah kemana. Aku tidak memperhatikan para pemain musik. Kadang aku hanya melihat Tristan dan memperhatikannya sesaat. Latihan sesi pertamapun selesai. Mr. Wade berjalan menghampiriku.

"DeLonge. Ada apa denganmu hari ini?"

"Sir..." Aku tidak tahu harus menjawab apa.

"Apa kau sakit? Kau terlihat tidak segar seperti biasanya. Kau butuh istirahat?"

"Tidak, sir. Aku rasa aku baik-baik saja." Aku tersenyum.

"Baiklah kalau begitu. Tapi kalau kau butuh istirahat kau bisa pulang tidak perlu ikut latihan sesi kedua hari ini. Kau sudah sangat bekerja keras untuk pementasan ini." Kata Mr. Wade lalu pergi meninggalkan teater. Aku menghela nafas panjang.

"Hey." Tristan menepuk pundakku dari belakang. Aku menoleh ke arahnya. "Kau yakin tidak ingin pulang dan beristirahat?"

Aku menganggukkan kepalaku dengan pasti. "Aku baik-baik saja."

"Okay." Tristan tersenyum padaku dan menepuk pelan pundakku lalu pergi.

Aku melihat jam tanganku. 10 menit lagi jam makan siang. Aku berjalan ke lobby untuk menunggu Liam menjemputku. Aku melewati studio dan dapat melihat Tristan yang lagi-lagi menghabiskan waktu istirahat siangnya untuk tetap bermain drum. Aku duduk di sofa yang ada di lobby gedung menunggu Liam. Aku terbangun kaget karena ada yang tiba-tiba duduk di sampingku. Aku tertidur lagi?

"Tris?" Aku menegakkan tubuhku. Tristan hanya tertawa melihatku. "Aku tertidur lagi." Aku menggelengkan kepalaku.

"Pulanglah dan beristirahat. Jam istirahat sudah habis. Sebentar lagi sesi kedua akan dimulai."

Aku terkejut. Mataku terbuka lebar. Aku melihat jam. Ya, memang sudah bukan jam istirahat. Apa Liam tidak kemari? Aku mengambil handphoneku tetapi tidak ada notifikasi apapun.

"Mungkin aku memang harus beristirahat."

"Kalau kau ingin bersenang-senang kau bisa menelepon ku. Malam ini mungkin?"

Aku tertawa kecil. "Bye, Tris." Aku pergi meninggalkan gedung.

"Tak care!" Aku mendengar suara Tristan dari dalam gedung yang sedikit berteriak ke arahku.

Entah kenapa aku bukannya menyetir pulang ke rumahku. Aku menyetir ke arah apartemen Jess. Aku hanya berharap Jess tidak pergi. Aku memarkir mobil dan mencoba menelepon Jess tapi tidak diangkat. Akhirnya aku nekat untuk turun saja. Aku berkali-kali menekan bel dan akhirnya mendapat jawaban.

"Hey, Cam? Masuklah." Jess masih dengan wajah bantalnya dan piyama berwarna ungu.

"Kau baru bangun? Jam berapa ini?" kataku sambil berjalan masuk ke dalam apartemen Jess.

"Aku tidak tidur semalaman mengerjakan proyek kuliahku. Tea?" kata Jess sambil membuat teh.

"No, thanks. Aku hanya lelah. Mungkin aku lelah dengan rutinitasku." Aku mengingat perkataanTristan. "Mungkin aku bosan. Liam tidak datang untuk makan siang bersamaku tadi. Aku sempat bertemu dengannya di kampus. Aku mencoba mengajaknya pergi nanti malam tapi ia tidak memberikanku jawaban." Aku merebahkan tubuhku di sofa empuk Jess. "Mungkin Tristan benar. Aku butuh refreshing, bersenang-senang. Dan ia menawarkan untuk pergi bersamanya malam ini. Bagaimana menurutmu?"

Jess duduk di sebelahku sambil meminum teh dari cangkirnya dan meletakkan cangkirnya di meja di depan kami. "Kau mengajak Liam pergi tapi kau berpikir untuk pergi dengan yang lain?"

"Liam tidak menjawabku. Liam hanya bilang akan meneleponku. Aku tidak tahu. Aku mungkin merindukan menghabiskan waktu bersamanya."

"Ya, tentu saja. Cobalah untuk meneleponnya dan bertanya lagi."

"Mungkin aku akan mencobanya. Aku akan meneleponnya." Aku mengambil handphoneku dan mencoba meneleponnya.

L : Cam, kau dimana?

Aku terdiam sesaat.

C : Hey, Li. Aku di apartemen Jess.

L : Maaf tadi aku terlambat. Jadi aku membawakanmu makanan ke Mayhem. Tapi kau tidak ada.

C : Aku... aku hanya sedikit lelah jadi aku pulang. Tapi aku malah kemari tidak pulang ke rumah.

L : Kau ingin makan makanan yang aku bawa bersamaku?

Lagi-lagi aku terdiam saat mendengarnya bertanya seperti itu. Aku hanya merasa tersentuh. Aku benar-benar merindukannya.

C : Tentu.

L : Aku akan menunggumu di Red Lion Square Garden. See you there, baby.

Aku menutup telpon dan melihat ke arah Jess yang tersenyum ke arahku.

"Senyum apa itu?" tanyaku pada Jess.

"Kau akan bertemu dengannya?"

Aku menganggukkan kepalaku. "Liam menungguku di taman depan. Aku akan langsung pulang setelah bertemu dengannya. Maaf aku sudah membangunkanmu hanya untuk transit sebentar." Jess tertawa. " Bye, Jess!"

Red Lion Square Garden adalah sebuah taman di kompleks Red Lion Square dimana apartemen Jess berada. Aku dapat mencapai taman itu hanya dengan menyebrangi jalan dari apartemen Jess. Aku duduk di salah satu bangku yang ada di taman menunggu kedatangan Liam. Tiba-tiba mataku terturup oleh tangan seseorang yang aku sangat yakin adalah kedua tangan Liam yang menutup kedua mataku.

"Liam..." kataku sambil melepaskan tangannya. Liam duduk di sampingku mengeluarkan dua buah paper bag berwarna cokelat dari dalam tasnya dan memberikan satu untukku. "Thank you."

"Selamat makan." kata Liam sambil menyantap burger nya.

Aku membuka paper bag ku dan mulai menyantap makan siangku.

"Kenapa tadi siang kau terlambat?"

"Dokumen yang aku serahkan ke UL Student Union, banyak yang harus di revisi. Harus diserahkan siang tadi. Aku tidak sempat memberi kabar."

Aku menganggukkan kepalaku. "Jadi, bagaimana nanti malam? Kau punya waktu kan?" Aku menyantap gigitan terakhir burgerku.

"Tentu."

Aku hampir tersedak mendengarnya. Aku segera meneguk minumanku. "Kau serius?"

Liam tersenyum dan menganggukkan kepalanya padaku. "Ya, tentu saja."

"Yay!" Aku memeluk Liam dengan erat. "Thank you, thank you, thank you. I miss you, Liam."

Liam membalas pelukanku lalu membelai rambutku. Aku sangat senang. Sangat sangat senang.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet