Chapter 3

Unpredictable (Irresistible Series)

Aku memarkir mobilku di area parkir Mayhem Musical. Saat aku mau membuka pintu mobilku aku terkejut dengan mobil dengan kecepatan yang cukup tinggi untuk memarkir mobil tiba-tiba berbelok dan parkir di sebelah mobilku. Untung saja aku sadar dan tidak tetap membuka pintu mobilku, bisa-bisa pintu mobilku tertabrak oleh mobil itu. Saat mobil itu sudah berhenti di sebelah mobilku, aku membuka pintu mobilku secara perlahan lalu turun dari mobilku. Aku melihat seorang cowok yang tergesa-gesa, sepertinya dia yang mengendarai mobil di sebelahku itu. Ia sedikit berlari memasuki gedung.

Aku memasuki gedung dan berjalan menuju ruangan Mr. Jon Wade, pembimbingku yang juga salah satu Musical Director dan Producer disini. Saat aku mau masuk ke dalam ruangannya langkahku terhenti karena ada orang lain yang di dalam sana sedang berbicara dengan Mr. Wade. Aku duduk sofa yang tidak jauh dari ruangan itu. Orang-orang lain mulai berdatangan. Ada yang mulai berlatih naskah, koreografi, dan musik. Beberapa pekerja menyapaku.

Aku beranjak dari sofa saat melihat seseorang di ruangan Mr. Wade sudah berhenti di ambang pintu mau berjalan keluar ruangan tetapi tertahan karena masih membicarakan sesuatu dengan Mr. Wade. Aku berjalan mendekati ruangan saat ia sudah mulai berjalan keluar. Kami pun berpapasan dan ia tiba-tiba tersenyum padaku. Aku pun membalas senyumannya lalu masuk ke dalam ruangan Mr. Wade.

"DeLonge." Mr. Wade tersenyum ke arahku. "Bagaimana? Kau sudah siap untuk beralir ke bagian Music Director?"

Tiga bulan sebelumnya aku bersama pembimbing pertamaku Mr. Yojiro Ichikawa di bagian Director. Dan aku sukses melaluinya. Aku berharap yang sama untuk tiga bulan kedepan bersama Mr. Wade.

Aku menganggukkan dengan tegas kepalaku. "Yes, Sir."

"Sit." Mr. Wade mempersilahkan aku untuk duduk di kursi di depan meja nya. "We Will Rock You." Mr. Wade menyerahkan sebuah naskah dengan judul We Will Rock You padaku yang dilengkapi dengan bagaimana musik akan mengiring drama tersebut. "Untuk musik dalam naskah ini akan banyak di permainan drum. Kau bertemu Tristan?"

"Tristan?" Aku kembali bertanya karena aku tidak tahu siapa Tristan.

"Evans. tristan Evans. Yang baru saja keluar dari ruangan ini tadi."

"Oh, iya aku berpapasan dengannya."

"Dia yang akan bermain drum di drama ini. Mungkin kau akan banyak berkomunikasi dengannya. Aku akan memperkenalkan kau dengannya. Dia ada di studio musik." Mr. Wade beranjak dari kursinya. Aku pun mengikutinya.

Mr. Wade membuka pintu studio dan aku melihat cowok yang parkir di sebelah mobilku tadi, yang ternyata bernama Tristan itu sedang asyik memainkan drumnya tanpa menyadari kedatangan kami. Rambutnya terpangkas rapi untuk seorang pemain drum handal yang dapat aku lihat dari cara dia menabuh seperangkat drumnya dengan bersemangat. Mr. Wade berdiri tepat di depannya tetapi Tristan masih terus bermain dengan matanya yang tertutup.

"Evans." Suara Mr. Wade yang sedikit lantang akhirnya berhasil membuat Tristan membuka matanya dan menghentikan permainannya.

"Mr. Wade." Tristan beranjak dari kursi nya sambil merapikan rambutnya. Wajahnya terlihat malu. "Maaf, saya tidak tahu anda berdiri disana."

"It's okay. Kau terlalu bersemangat. Kenalkan, Cameron DeLonge. Selama 3 bulan ke depan Cameron akan membantu dalam mengatur musik untuk We Will Rock You."

"Wow, great." Tristan tersenyum kepadaku lalu mengulurkan tangannya padaku."Tristan. Tristan Evans."

Aku menjabat tangannya. "Cameron."

"Cameron, kau menunggu saja disini. Latihan akan dimulai 30 menit lagi. Masih banyak pemain musik yang belum hadir. Saya akan kembali kesini." Mr. Wade pergi meninggalkan studio.

Aku duduk di kursi di dekat drum set. Tristan pun kembali duduk di kursi drumnya. Tristan mengambil botol minum dari tasnya dan meminumnya, membersihkan wajahnya dari sedikit keringat dengan handuk kecilnya.

"Kau baru bekerja disini?" tanya Tristan padaku.

"Oh, tidak. Aku hanya internship disini. Sudah 3 bulan berjalan."

"Oh ya, tentu saja. Dimana kau kuliah?"

"Royal Holloway. Drama & Music."

"Keren." Tristan kembali meneguk air dari botol minumnya.

"Kau sudah lama bergabung disini?"

Tristan menggelengkan kepalanya. "Ini permainan pertamaku. Mereka menemukanku saat aku sedang bermain dengan teman-teman bandku di festival band. Mereka datang padaku dan menawarkan aku untuk audisi naskah ini. Apa salahnya untuk mencoba."

"Jadi kau memiliki group band bersama teman-temanmu?"

"Ya, begitulah. Saat Mr. Wade memperkenalkanmu tadi, aku langsung teringat DL Studio. Seingatku pemilik studio itu juga seorang DeLonge. Kau tahu?" Aku pun tertawa lepas mendengarnya. "Ada yang lucu dengan kata-kataku?"

"Sorry, tidak, tentu saja tidak. Hanya saja..." Aku kembali tertawa. "Ayahku pemilknya."

"Ya Tuhan." Tristan tertawa. "Aku merasa bodoh mengatakannya tadi padamu. Kami beberapa kali melakukan rekaman di studio ayahmu. Entah mengapa kami sangat cocok dengan hasilnya dibandingkan dengan di studio lain yang pernah kami coba."

Tiba-tiba pemain musik yang lain berdatangan memenuhi studio. Mr. Wade menyusul di belakang mereka. Mr. Wade mulai melakukan pengarahan kepada para pemain. Lalu latihan pun di mulai. Untuk hari ini aku hanya memperhatikan terlebih dahulu.

Akhirnya Mr. Wade mengakhiri sesi latihan pagi ini. Sesi kedua akan dilanjutkan siang nanti setelah istirahat makan siang. Aku berjalan meninggalkan studio dan menuju ruang internship ku. Di dalam ruangan internship ada empat meja kerja yang disediakan. Tapi saat ini hanya aku saja sendirian disini. Mereka bilang mereka lagi membatasi internship di tahun ini, entah mengapa. Aku sangat beruntung masih bisa mendapatkannya.

Aku duduk di meja kerja ku. Aku mencoba untuk menelepon Liam.

L : Hey...

C : Hai, kau di kampus?

L : Iya, baru saja aku selesai rapat dengan beberapa ketua organisasi. Sebentar lagi aku akan ada kelas.

C : Apa kita akan makan siang bersama?

L : Ya, tentu saja. Aku akan menjemputmu nanti.

C : Okay, see you.

L : Bye, Cameron.

Aku mematikan panggilan teleponku ke Liam dan menaruh handphoneku di atas meja. Aku terkejut melihat Tristan yang berdiri mengamatiku di ambang pintu.

"Hey, sejak kapan kau berdiri disana?"

Tristan tertawa melihatku terkejut lalu berjalan masuk ke ruangan. Ia duduk di salah satu kursi meja kerja yang kosong. "Jadi apa yang kau kerjakan setelah mengawasi kami berlatih?"

"Aku tidak mengawasi kalian. Aku memperhatikan bagaimana Mr. Wade melakukannya dan aku akan beberapa kali menggantikan Mr. Wade. Ia akan menilai kerjaku."

"Oh, I see. Keren. Kalau tidak ada sesi latihan apa yang kau lakukan disini? Apa kau tidak bosan?"

"Tidak juga. Aku mengerjakan laporan untuk kampusku dan berjalan-jalan di dalam gedung ini melihat apa yang mereka lakukan." Aku mengangkat kedua bahuku. "Ya begitulah."

"Kalau begitu, bagaimana menurutmu permainanku di sesi pertama tadi?"

"Kau? Um... Aku rasa kau termasuk pemain yang cepat untuk menyesuaikan secara ini adalah permainan pertamamu. Tapi kau kan belajar lebih banyak ketika bergabung dengan pemain drama nya. Kau akan merasakannya nanti. Tapi bukan hal yang susah aku rasa. Semuanya menyenangkan."

"Ya, tentu saja. Okay aku rasa aku akan kembali ke studio. See you!" Tristan meninggalkan ruangan internship.

Tidak terasa sudah waktu istirahat siang. Aku berhasil mengetik beberapa halaman untuk laporan ke kampus sampai jam makan siang. Aku membereskan barang-barangku dan berjalan ke lobby untuk menunggu Liam disana. Tidak lama kemudia mobil Liam muncul di depan lobby. Aku segera keluar dan masuk ke dalam mobilnya.

"Hai." Sapaku.

"Hai." Liam tersenyum ke arahku. "Maafkan aku tadi pagi pergi bergitu saja."

"Tidak apa-apa. Aku mengerti kau sangat sibuk."

"Hey, jangan berkata seperti itu." Liam mulai mengendarai mobilnya meninggalkan gedung. "Kau mau makan siang dimana?"

"Chop'd."

"Chop'd? Kau yakin hanya ingin makan salad?" Aku menganggukkan kepalaku. "Okay."

Kami pun sampai di Chop'd. Menurutku disini lah salad bar paling enak di kota ini. Aku memesan Harissa chicken & falafel salad dan Liam memesan Chicken Caesar Wrap.

"Bagaimana internshipmu? Kau sudah pindah bagian?" tanya Liam sambil mulai menyantap pesanannya.

"Oh iya, hari ini aku sudah di Musical Director. Mr. Wade pembimbingku, aku rasa dia orang yang baik." Aku pun menyantap saladku. "Kami akan mementaskan drama musikal dengan judul We Will Rock You."

"Kapan kalian menampilkannya?"

"Tepat sehari sebelum internshipku selesai. Aku akan benar-benar ikut berperan dalam pentas ini sebagai Musical Director. Kau harus melihatnya nanti."

"Of course I will."

"Kita lihat saja nanti, Mr. President." Aku tersenyum sinis pada Liam. Liam hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya padaku.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet