Chapter 7

Unpredictable (Irresistible Series)

Suara handphoneku membubarkan lamunanku. Aku melihat di layar handphoneku. Jess meneleponku.

C : Jess...

J : Cam? Kau tidak apa-apa?

C : Hmm... Ya, aku rasa.

J : Kemarilah bergabung bersama kami.

C : Tidak, mungkin aku ingin sendiri untuk saat ini.

J : Okay, lalu ada apa kau meneleponku tadi? Ada sesuatu?

C : Tidak Jess. Tidak apa-apa. Aku harus menyetir pulang dulu. Aku masih di Mayhem Musical. Sampai nanti, Jess. Bye.

Aku menutup telepon lalu menyalakan mesin mobilku. Aku mulai mengendarai mobilku meninggalkan lapangan parkir Mayhem Musical. Kali ini Tristan mendominasi pikiranku. Aku tidak ingin Tristan menjauhiku. Mungkin benar apa yang Tristan pikirkan terhadapku. Tapi aku rasa aku baru saja melakukannya, aku baru saja membuatnya menjauhiku. Tidak, apa yang aku lakukan? Tidak seharusnya aku terlalu memikirkannya. Bagaimana dengan Liam? Sejenak aku aku merasa aku sangat egois. Aku ingin terus bersama Liam, dan aku juga tidak ingin Tristan menjauhi karena hal itu. Waktu-waktu yang aku lalui bersama Tristan sangat menyenangkan. Ia selalu mempunyau cara untuk membuatku tertawa. Aku tidak ingin kehilangan Tristan. Sebagai temanku. Tetapi Liam, sepertinya ia sudah berpikir buruk tentang Tristan.

Tanpa aku sadari aku mengendarai mobilku menuju rumah Liam. Mungkin ini saat yang baik untuk kembali berbicara dengannya. Semoga saja ia tidak pergi. Aku sampai di depan rumah Liam. Mobil Liam terparkir di garasi nya, syukurlah. Aku turun dari mobil dan berjalan ke arah pintu rumahnya. Sesampainya aku di teras rumahnya, pintu rumah Liam terbuka. Aku melihat Liam keluar dengan pakaian yang rapi. Mungkin dia akan pergi ke kampus atau ke kantor UL Student Union. Liam sedikit terkejut melihatku. Ia hanya dia memandangku yang berdiri di teras rumahnya. Ia pun tidak bertanya mengapa aku ada disini.

"Hai." Aku merasa sangat bodoh hanya mengatakan satu kata itu.

"Ada apa, Cam?" tanyanya sambil menutup kembali pintu rumahnya. Ia benar-benar akan pergi.

"Aku hanya ingin bicara kalau kau punya waktu. Tapi sepertinya tidak." Aku tersenyum padanya.

"Aku akan pergi sebentar saja untuk menandatangani beberapa dokumen di kampus. Kau bisa ikut bersamaku. Kalau kau mau."

Aku menganggukkan kepalaku. "Tentu."

Aku mengikutinya ke mobil dan masuk ke dalam mobil. Liam mulai mengendarai mobilnya.

"Kau masih marah padaku?"

"Aku tidak marah padamu. Aku hanya kecewa padamu." Jawabnya dengan pandangan tetap lurus kedepan.

Kali ini aku bingung harus menjawab apa. Jadi aku hanya meminta maaf padanya. "Maafkan aku. Untuk semuanya, apapun itu yang membuatmu kecewa."

"Semuanya? Apapun itu? Apa kau sendiri mengerti apa yang membuatku kecewa?"

Aku menundukkan kepalaku biarpun ia tidak memperhatikannya karena ia terus menatap jalanan di depannya. Tidak terasa kami sudah sampai di kampus. Liam memarkir mobilnya.

"Aku hanya sebentar. Kau mau ikut turun atau tunggu disini saja?"

"Aku... tunggu disini saja."

Liam pun turun dari mobilnya dan berlalu. Sekitar 15 menit berlalu akhirnya Liam kembali. 15 menit terasa sangat lama untuk kali ini. Kami meninggalkan kampus.

"Kau belum menjawab apa yang aku tanya, Cam."

"Aku minta maaf atas apa yang terjadi semalam.Tentang Ashton, dan yang lainnya."

"Ini bukan tentang pria itu, atau apalah. Ini tentang kita. Hanya antara kau dan aku, Cam. Aku tidak pernah menyembunyikan sesuatu darimu, dan aku ingin kau melakukan yang sama."

"Liam. Bukannya aku ingin menyembunyikan sesuatu darimu."

"Tapi aku tidak tahu apapun tentangnya, sedikitpun, dan tiba-tiba aku melihatnya datang kerumahmu dengan sebuah buket bunga. Apa begitu caramu? Kalau saja aku datang lebih lambat, mungkin sampai saat ini aku tidak mengetahuinya."

Lagi-lagi aku memikirkan kata-kata Kim. Ternyata Kim benar, seharusnya aku bilang pada Liam. "Iya, aku mengerti. Aku salah, Liam. Aku tidak pernah bercerita apapun tentangnya padamu."

Liam menghela nafas panjang. "Jadi apa saja yang tidak aku ketahui?"

"Kami hanya bertemu di tempat kerja. Kadang-kadang kami ke kedai kopi di sebelah gedung Mayhem setelah jam kerja. Tapi tidak lama, hanya sebentar. Hanya itu. Tidak ada apa-apa antara aku dan Ashton."

Liam tertawa sinis padaku. "Kedai kopi?"

"Liam, please. Kami hanya minum dan berbincang-bincang. Percayalah padaku."

"Okay."

"Okay?"

"Ya, okay, aku percaya padamu. Ada lagi yang ingin kau bicarakan?"

"Tidak, Liam. Kau?"

Liam menggelengkan kepalanya. "Kita pulang saja ya. Nanti malam kita bertemu lagi. Louis mengajak ke Nightjar bersama yang lainnya. Kim atau Jess sudah memberi tahumu?"

"Oh, belum. Mungkin aku akan kerumah Kim setelah ini."

"Okay, kami akan menjemput kalian nanti malam."

-

Aku menuju rumah Kim. Sampai di rumah Kim aku melihat mobil Jess terparkir di samping mobil Kim di garasi. Aku memarkir mobilku di depan rumah Kim dan segera turun.

"Oh, hai, Cam." Kata Landon saat membuka pintu. "Masuklah, mereka di kamar." Landon berlalu, aku belum sempat menjawabnya.

Aku berjalan ke arah kamar Kim. Aku membuka pintu kamar Kim yang tertutup. Tetapi aku mendengar samar-samar suara mereka berbincang-bincang di dalam.

"Hai." Sapaku yang membuat Kim dan Jess menoleh ke arah pintu.

"Cammy!" Kim berlari kearahku dan memelukku erat. Reaksi yang sangat diluar dugaanku.

"I'm sorry." Kataku pelan pada Kim sambil membalas pelukannya. Aku melihat Jess yang tersenyum lebar kearah kami dari tempat tidur Kim.

Kim melepaskan pelukannya. "I'm sorry, too." Kim menggandengku ke tempat tidurnya dan kami bertida duduk disana.

"Jadi bagaimana nanti malam? Kau sudah tau rencana nya?" tanya Jess padaku.

Aku menggangguk. "Ya, Liam sudah bilang padaku tadi. Mereka akan menjemput kita."

"Semua baik-baik saja kan?" tanya Jess padaku. Sepertinya ia masih penasaran mengapa aku meneleponnya tadi. Belum sempat aku menjawah handphoneku berbunyi. Aku mengambilnya dari dalam tas ku. Ada satu pesan baru.

From : Tristan

Hey, tidak seharusnya aku meninggalkanmu begitu saja. Maafkan aku, Cam, aku harap semua baik-baik saja. Kalau kau ingin, aku dan bandku akan tampil di Nightjar malam ini. Datanglah! :)

Aku hanya membuka mulutku saat membaca pesan dari Tristan. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Nightjar adalah semacam bar dengan live music. Dan Tristan dan bandnya akan mengisi live music disana malam ini, bersamaan dengan aku, Liam, dan teman-teman akan kesana. Bagaimana jika Liam melihat Tristan? Bagaiman jika tiba-tiba Tristan menyapa dan menghampiriku saat aku bersama Liam? Aku tidak ingin menimbulkan kembali kemarahan Liam.

"Hey, ada apa?" tanya Kim padaku yang masih menatap layar handphoneku. Aku bahkan tidak menjawab Kim.

"Cam?" Jess mengambil handphoneku dari tanganku lalu membaca pesan dari Tristan. "No..." katanya.

"Ada apa sih?" tanya Kim semakin penasaran. Jess menunjukkan pesan itu pada Kim. Kim menoleh karahku setelah membaca pesan itu. "Kau masih dekat dengannya?"

Aku menghela nafas panjang. Aku mulai menceritakan pada Kim dan Jess apa yang terjadi semalam sampai siang ini. Sampai akhirnya aku berada disini bersama mereka. "Seharusnya aku mendengar kata-katamu, Kim." Aku menggigit bibir bawahku.

"Semuanya sudah terjadi, kau harus menghadapinya. Kita akan tetap ke Nightjar." Kata Kim.

"Iya, aku tau. Hanya saja baru saja aku membahas dan mencoba menyelsaikan ini dengan Liam. Tapi hanya selang beberapa jam Liam harus bertemu lagi dengan Tristan. Aku hanya tidak siap untuk apa yang mungkin akan terjadi." Aku menundukkan kepalaku.

"Tenang, Cam. Semoga tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Aku sebenarnya juga jadi terpikir sesuatu. Kalau Tristan dan bandnya ada disana, berarti...." Jess menghela nafas dan tidak melanjutkan kata-katanya.

"Ada apa, Jess?" tanya Kim.

"That McVey guy. Ia akan ada disana juga."

"Mc...Vey...guy?" tanya ku.

"Aku pernah bilang aku sempat dekat dengan salah satu dari mereka kan? Nama salah satu dari mereka itu James. James McVey."

"Oh, ya, aku ingat. Apa yang terjadi?"

"Sudahlah, aku tidak ingin membicarakannya. Aku hanya berharap ia tidak mengingatku." Kata Jess lalu ia tertawa.

-

Aku sudah berada di dalam mobil Harry bersama yang lainnya menuju Nightjar. Sampai di Nighjar Harry memarkir mobilnya tepat di samping mobil yang sangat familiar, ya, mobil milik Tristan. Kami pun turun dan masuk ke dalam bar. Kami mulai duduk dan memesan minuman. Aku melihat ke arah stage yang masih kosong.

"Hey, apa yang kau lakukan? Jangan terus menatap ke arah sana." Jess berbisik padaku. Aku tersenyum pada Jess dan mulai ikut mengobrol dengan yang lainnya.

Aku mendengar dan memperhatikan Liam yang bercerita tentang kesibukannya. Memang kedengarannya sangat sibuk, ditambah dengan kelas-kelas yang harus dia kejar. Tapi sepertinya ia sangat menikmati kesibukannya. Wajahnya selalu ceria, dan ia sama sekali tidak pernah mengeluh.

Tiba-tiba terdengar suara dari stage. Seseorang berbicara dari stage. Aku menahan diriku untuk tidak melihat ke arah stage sampai aku mendengar suara drum yang mulai dimainkan. Aku dapat melihat stage dengan jelas dari tempat duduk kami. Aku duduk di antara Liam dan Jess. Aku tidak tahu apakah Liam menyadari pandanganku ke arah stage atau menyadari siapa yang ada di stage itu. Aku menikmati musik yang dimainkan oleh mereka.

"The drummer looks so familiar." Kata-kata Liam membuatku mengalihkan pandanganku dari stage lalu memandangnya. "Kau tahu dia akan ada disini juga?"

Aku bingung harus berkata jujur atau bagaimana. Tapi aku sudah berjanji pada Liam. "Setelah kau bilang kita akan kemari, lalu aku tau. Dia bilang padaku."

"Untuk apa dia bilang padamu?"

"Hanya memberi tahu siapa tau aku akan datang melihat mereka."

Aku berharap Liam tidak melanjutkan pertanyaan-pertanyaannya. Aku tidak ingin membicarakan ini. Apalagi di depan teman-teman yang lain, di tempat umum seperti ini. Tetapi Liam memang tidak melanjutkannya. Ia hanya diam. Setelah ia diam beberapa saat, ia mulai kembali berbicara dengan yang lainnya. Jess menyikut lenganku, aku rasa ia mendengar pembicaraan kami. Aku hanya mengangkat bahuku pada Jess.

Tristan dan teman-temannya turun dari stage setelah membawakan sekitar 5 lagu. Aku melihat mereka yang mulai berbaur di bar. Semoga Tristan tidak melihatku dan menghampiriku.

"Jessica?"

Suara itu membuat kami yang lagi asyik mengobrol satu sama lain memandang ke satu arah, ke arah datangnya suara itu. Aku melihat seorang pria berdiri di hadapan meja kami. Aku rasa ia adalah salah satu teman Tristan, pasti yang pernah dekat dengan Jess.

"Oh, hai. James?" Aku dapat melihat Jess yang berpura-pura seperti baru mengingat pria itu. "Itu tadi kau bersama dengan teman-temanmu yang di panggung?"

Pria yang bernama James itu tersenyum mengiyakan pertanyaan Jess.

"Guys, ini James. Ia yang bermain gitar dan backing vocal di stage tadi." Jess memperkenalkan James pada kami.

"Kau ingin bertemu yang lainnya?" tanya James pada Jess.

"Mmm..." Jess menoleh ke arah ku, lalu Kim, lalu Louis. Jess terlihat bingung. Mungkin antara mau dan tidak mau. "Okay." Jawab Jess lalu beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan kami mengikuti Luke. Kami melanjutkan pembicaraan kami tanpa Jess.

Tiba-tiba aku ingin ke toilet, mungkin aku terlalu banyak minum. Aku beranjak dari tempat dudukku dan berjalan menuju toilet. Saat aku membuka pintu toilet aku melihat Jess disana.

"Hey, kau disini? Kau sudah bertemu dengan mereka?" tanyaku lalu aku masuk ke dalam salah satu bilik.

"Sudah. Tristan menanyakanmu. Ia tahu aku temanmu."

"Oh, iya, aku pernah bercerita. Lalu kau bilang apa padanya?"

"Aku bilang kau disini juga bersama Liam dan teman-teman yang lain. Lalu ia diam."

Aku keluar dari bilik. "Kau dengar yang Liam tanyakan tadi? Bagaimana menurutmu?"

"Aku rasa ia masih bertanya-tanya kenapa Ashton harus memberi tahumu atau apapun itu, yang pasti masih ada sesuatu yang mengganjal pikirannya. Kau haru benar-benar membicarakannya sampai selesai, Cam."

"Yah, aku juga inginnya begitu."

Aku dan Jess kembali ke meja kami. Beberapa saat kemudian kami memutuskan untuk pulang. Kami berjalan keluar meninggalkan bar. TIba-tiba aku mendengar suara yang sangat aku kenal memanggil namaku.

"Cameron!"

Ya, itu suara Tristan. Kenapa ia harus memanggilku? Aku menghentikan langkahku dan menoleh ke arah datangnya suara itu. Aku melihat Tristan yang berjalan mendekatiku dengan senyum lebarnya.

"Hai, kau datang."

"Iya, aku dan teman-temanku sudah berencana kesini sebelum kau mengabariku tadi."

"Kebetulan sekali."

Aku menoleh mencari Liam. Aku ingin memperkenalkan Liam pada Tristan. Aku tidak ingin terjadi salah paham lagi. Tapi Liam sudah tidak ada bersamaku. Padahal aku berjalan bersamanya tadi. Apa ia meninggalkanku karena ia melihat Tristan? Aku melihat Kim dan Jess yang seperti menungguku jauh di depanku, di dekat mobil Harry.

"Kau buru-buru?"

"Sepertinya mereka sudah menungguku."

"Okay, Cam. Sampai ketemu hari Senin. Take care." Tristan tersenyum dan kembali ke dalam bar.

Aku berjalan menuju mobil Harry. Kami bertiga masuk ke dalam mobil. Harry mulai mengemudikan mobilnya. Aku melihat Liam yang terlihat seperti tidak ingin memandangku. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet