Chapter 4

Unpredictable (Irresistible Series)

Aku kembali ke gedung internship. Aku berjalan menuju ruanganku melewati studio musik. Aku melihat Tristan yang masih saja berada di dalam studio. Aku membuka pintu studio lagi-lagi Tristan tidak menyadarinya. Entah sengaja atau tidak. Aku berjalan semakin dekat dan melihatnya bermain drum sambil memakai headset dan bernyanyi. Mungkin mengikuti lagu yang ia dengar dari ipodnya itu.

"Hey." Aku menepuk pundaknya.

"Oh, Hai!" Tristan terlihat terkejut dan melepaskan headsetnya. "Aku tidak tahu kau datang."

"Tentu saja." Kataku sambil menirukan gayanya memakai headset. "Kau dari tadi disini? Tidak istirahat?" Aku duduk di kursi tempat aku duduk tadi pagi.

"Iya, aku hanya bermain disini saja. Apa latihannya sudah akan dimulai?"

"Masih 25 menit lagi."

"Bagaimana kalau kita berlatih lebih dulu?" Tristan mengeluarkan Beberapa lembaran naskah We Will Rock You.

"Okay."

Aku mulai menyuruh Tristan untuk memainkan beberapa bagian. Ia terlihat sangat antusias dan bersemangat menjadi bagian dalam drama ini. Ia selalu tertawa saat ia melakukan sedikit kesalahan. Aku ikut tertawa melihat ekspresinya saat tertawa. Pemain musik yang lainnya mulai berdatangan dan kami berhenti untuk berlatih. Mr. Wade masuk ke dalam ruangan lalu latihan sesi kedua untuk hari ini dimulai.

-

Latihan pun selesai. Aku meninggalkan studio dan kembali ke ruang internshipku. Aku mengecek kembali barang-barang di meja kerja memastikan tidak ada yang tertinggal lalu pergi meninggalkan gedung. Aku berjalan ke area parkir.

"Cameron!"

Aku menoleh dan menghentikan langkahku. Aku melihat Tristan berlari ke arahku.

"Hey." Katanya saat berada di sebelahku.

"Ada apa?"

Tristan tertawa kecil. "Tidak apa-apa." Ia kembali tertawa.

"Kenapa kau terus tertawa? Apa kau melihat sesuatu yang lucu padaku?"

Tristan menggelengkan kepalanya dan lagi-lagi ia tertawa. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin tertawa pada diriku sendiri. Aku berlari memanggilmu tapi aku tidak tahu untuk apa."

"Tris..." Aku mulai berjalan dan ia mengikutiku. "Kau yang memarkir mobil di sebelah mobilku. Kau parkir dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak hati-hati."

"Oh ya? Itu mobilmu? Ah... Maafkan aku. Aku hanya tidak ingin terlambat di hari pertamaku."

Kami pun sampai di tempat mobil kami diparkir.

"Bye, Cam. See you tomorrow?"

"Sure!"

Tristan tersenyum padaku dan berjalan ke mobilnya. Aku pun masuk ke dalam mobilku.

-

Aku memarkir mobilku. Mobil Kim sudah ada di depan rumahku. Aku masuk ke dalam rumah dan melihat Kim dan Jess duduk di ruang keluarga.

"Hey kalian..." sapaku yang langsung membuat mereka beranjak dari sofa. Mereka mengikutiku ke dalam kamar. Aku menaruh tasku di atas meja dan duduk di atas tempat tidurku. Kim dan Jess duduk di samping-sampingku.

"Bagaimana tadi malam?" tanya Jess.

"Semua sudah tidak apa-apa. Aku hanya harus mencoba mengerti posisi Liam sekarang. Entahlah." Aku mengangkat kedua bahuku.

"Tapi kalian baik-baik saja kan?" Kim meyakinkanku.

"Sure." Aku tersenyum pada Kim dan Jess. "Aku bertemu seseorang."

"No. Jangan katakan itu, Cam." Jess menatapku serius.

"Hey, tidak seperti yang kalian pikirkan. Aku hanya bertemu seseorang."

"Hanya saja kau tiba-tiba mengatakannya setelah apa yang terjadi tadi malam." Kata Kim dengan nada seperti menyindirku.

"Kalian tahu aku sangat mencintai Liam."

"Okay, okay. Jadi kau ingin bercerita tentang seseorang ini?" tanya Jess.

"Aku baru hari ini bertemu dengannya di Mayhem Musical. Entahlah, aku hanya melihat dia sangat lucu."

"Stop it, Cam." Kim terdengar sangat serius.

"Hey, Kim, tenanglah." Aku tertawa melihat Kim dan Jess yang terlihat sangat khawatir. "Tidak akan terjadi apa-apa dengan aku dan Liam, okay? His name is Evans. Tristan Evans."

"What?!" Jess terlihat sangat terkejut saat aku mengucapkan namanya. "Tristan Evans the drummer?"

"Jess? Kau mengenalnya? Iya, drummer." Aku semakin penasaran. Aku melihat ke arah Kim yang hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pada kami.

"Oh, Gosh." Jess menutup sesaat wajahnya dengan kedua tangannya. "Salah satu dari mereka adalah Birkbeck."

"Mereka? Oh, band nya?" Aku terus bertanya pada Jess.

"Sudahlah, Cam. Apakah kau perlu mengetahui semuanya?" Kim mencoba menghentikan rasa penasaranku tapi aku tidak peduli dengan kata-katanya.

"Iya..." Jess menjawab ragu sambil melihat ke arah Kim. "Mereka sering tampil di acara Birkbeck. Aku sempat dekat dengan salah satu dari mereka. Hanya sebentar dan berlalu begitu saja."

"Jadi kau kenal dengan mereka semua?" Jess menganggukkan kepalanya. Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur. "Aku hanya suka melihat ekspresi wajahnya yang terkadang terlihat sangat lucu. Dan cara dia memainkan drumnya."

"Apa yang ia lakukan di Mayhem Musical?" tanya Jess.

"Ia lolos audisi untuk salah satu naskah yang aku tangani saat ini." Aku melihat Kim yang menghela nafasnya padaku. "Kim..."

"Kau harus mengerti Liam sangat sibuk di posisinya saat ini." Aku tau Kim mencoba untuk mengingatkanku tapi aku tidak ada maksud-maksud lain.

"Aku hanya mengagumi nya saja. Tidak lebih. Ini tidak ada hubungannya dengan Liam. Okay?"

"Untuk saat ini. Entahlah, aku hanya merasakan perasaan yang buruk tentang ini."

"Kim, kita harus percaya Cam pasti ingat semua ada batasnya." Jess mencoba untuk membuat Kim tidak terlalu khawatir dengan aku dan Liam.

-

Hari ini internshipku berjalan seperti biasa. Sama dengan hari-hari sebelumnya. Berlatih dua sesi dengan pemain musik, membuat laporan untuk Mayhem Musical dan laporan untuk kampus, makan siang bersama Liam, dan sedikit berbincang-bincang dengan Tristan. Aku beranjak dari kursi meja kerjaku dan lagi-lagi melihat Tristan yang berdiri di ambang pintu.

"Hey, Tris. Kau tidak pulang?"

"Tentu aku akan pulang, aku hanya ingin tau apakah kau punya sedikit waktu luang untuk meminum secangkir teh atau kopi bersamaku." Tristan tersenyum padaku. Entah kenapa tiba-tiba seperti ada kupu-kupu di dalam perutku. Ya Tuhan, aku tidak boleh merasakannya.

"Sekarang?" Tanyaku sedikit ragu sambil berpikir apa aku harus mengiyakan atau menolak ajakannya.

"Tentu. Aku juga tidak keberatan kalau kau ingin melakukannya lagi di lain waktu."

"Aku tidak akan pernah berjanji untuk yang satu itu, Tris. Tapi untuk sekarang, kenapa tidak?" Apakah aku mengiyakan ajakan Tristan? Ya, dengan jelas aku mengiyakannya. Apa aku salah?

Aku mendekati Tristan dan berjalan beriringan dengannya meninggalkan gedung. Saat kami keluar gedung Tristan mulai merangkul pundakku. Lagi-lagi kupu-kupu itu datang memenuhi perutku. Kenapa aku terus merasakannya? Aku tidak mungkin menyukainya. Aku punya Liam. Mungkin aku salah sudah mengiyakan ajakannya.

Kami berjalan kaki ke Starbucks yang tidak jauh dari gedung Mayhem Musical. Aku memesan Toffee Nut Latte dan Ashton memesan Caffe Latte. Kami mengambil tempat di meja yang ditata di luar di pinggir jalan raya. Pesanan kami pun datang.

"Jadi minggu depan kita sudah akan mencoba dengan pemain drama?" tanya Tristan.

Aku menganggukkan kepalaku. "Iya, aku sudah tak sabar ingin melihatnya." Aku meneguk minumanku. "Apa yang kau lakukan di luar berlatih di Mayhem?"

"Bersenang-senang dengan teman-temanku." Tristan sedikit tertawa.

"Bandmu?" Ashton menganggukkan kepalanya. "Aku kemarin sedikit bercerita tentang mu pada temanku dan ia mengenalmu."

"Kau bercerita tentang aku?" Tristan tersenyum lebar.

Aku memutar bola mataku padanya. "Ya, aku hanya sekedar bercerita tentang internshipku. Jessica Hoppus. Kau kenal?"

Tristan membuka mulutnya hendak berkata-kata tapi tidak mengeluarkan satu katapun. Ia lalu tersenyum padaku. "Ya, aku mengenalnya."

Aku melihat tatapan Tristan yang tiba-tiba terfokus oleh sesuatu di belakangku. Di arah jalan di belakangku. Belum sempat aku menoleh aku mendengar suara yang sangat aku kenal.

"Cam?"

Ya, itu suara Kim. Aku sangat mengenalnya. Aku menoleh ke belakang dan melihat Kim bersama Harry. Kenapa harus ada Harry?

"Hey, Kim." Aku beranjak dari tempat dudukku. "Kim, Tristan. Trisan, Kim." Aku saling memperkenalkan mereka satu sama lain. Tristan mengulurkan tangannya dengan senyum yang lebar dan Kim menjabat tangan Ashton sambil mengerutkan keningnya padaku.

"Oh, dan ini Harry." Aku memperkenalkannya pada Ashton juga. Mereka pun berjabat tangan.

"Sampai ketemu nanti malam di apartemen Jess, Cam." Kim berlalu begitu saja bersama Harry. Aku dan Ashton kembali duduk di kursi kami. Aku diam untuk beberapa saat.

"Hey, ada apa denganmu?" tanya Tristan. "Kau mau pulang? Tidak apa-apa kalau kau harus pulang. Kau ada janji dengan temanmu tadi kan?"

"Oh, tidak ada apa-apa, Tris. Aku rasa aku masih bisa disini untuk beberapa menit ke depan."

-

Aku menekan tombol bel di depan pintu apartemen Jess. Tidak lama kemudian pintu terbuka dan aku melihat Jess.

"Hey, kau tidak bilang akan kemari? Masuklah."

Aku berjalan masuk dan menutup pintu apartemen Jess. "Kim bilang padaku untuk bertemu malam ini disini. Kim tidak bilang?" AKu merebahkan tubuhku di sofa besar berwarna cream di ruang tamu Jess.

"Kim tidak bilang apa-apa." Jess duduk di sebelahku. "Kapan dia bilang padamu?" Belum sempat aku menjawab, bel berbunyi. "Itu pasti dia." Jess beranjak dan membukakan pintu.

Jess kembali ke ruang tamu bersama Kim. Mereka duduk di sofa yang sama denganku.

"Jadi, ada apa ini? Aku bahakan tidak tau kalian akan kemari. Untung saja aku tidak kemana-mana." Tanya Jess.

"Harry terus bertanya padaku. Apa Liam tau tentang dia? Dan sebagainya." Kata Kim.

"Bertanya apa? Dia siapa yang kau maksud, Kim?" tanya Jess tidak mengerti.

"Mungkin kau mau mengatakannya pada Jess, Cam?"

Aku menghela nafasku. "Okay. Aku dan Ashton hanya minum kopi di Starbucks setelah selesai jam kerja dan aku bertemu dengan Kim dan Harry."

"Kau tidak tau bagaimana menyebalkannya Harry saat ingin tau tentang Tristan. Sebelum aku menyapamu, kami melihatmu dan Tristan, Harry langsung bertanya-tanya. Mungkin ia hanya ingin memastikan kau dan Liam baik-baik saja." Kata Kim lalu mengangkat kedua bahunya.

"Aku hanya minum kopi dengannya, hanya sekali. Aku rasa itu tidak akan membuat aku dan Liam ada apa-apa."

"Kau sudah pernah bercerita tentang Tristan pada Liam?" tanya Jess.

"Apa itu perlu?" tanyaku lalu melihat ke arah Kim yang menundukkan kepalanya langsung menggelengkannya. "Kim, kau tidak perlu menganggap semua ini terlalu serius. Dari pertama aku bercerita tentang Tristan, kau sudah tidak menanggapinya dengan baik."

"Okay." Jawab Kim sambil mengutak-atik handphonenya. Kim tidak benar-benar mendengarkanku, ia hanya asal saja menjawabnya.

"Apa tidak sebaiknya kau cerita saja pada Liam? Memang kau tidak ada apa-apa dengan Tristan. Tapi ya sekedar cerita kau bertemu dengannya di tempat kerja atau apalah."

"Tidak, itu tidak perlu. Semua akan baik-baik saja. Liam tidak perlu tau tentangnya."

"Kau takut?" tanya Kim dengan emosi.

"Kim, ada apa denganmu? Kau seharusnya di pihakku seperti yang Jess lakukan. Bukan menyerangku balik seperti ini."

"Kalau memang tidak apa-apa kau tidak akan berkata kalau tidak perlu kau ceritakan pada Liam. Kalau seperti yang bilang pada kami, kau sangat mencintai Liam, tidak perlu ada yang harus kau tutupi."

"Sudah terlalu banyak yang harus Liam pikirkan di tengah-tengah kuliah dan jabatannya. Aku rasa aku tidak perlu menceritakan hal seperti ini yang bisa membuat ia berpikiran yang tidak-tidak karena kenyataannya memang tidak ada apa-apa antara aku dan Tristan."

"Kim, Cam, stop..." Jess mencoba untuk menengahi kami tapi Kim terlihat tidak peduli.

"Asal kau dan Tristan tidak berakhir seperti kau dan Louis."

Kata-kata Kim membuatku terdiam. Bagaimana bisa ia mengatakannya?

"Kau dan... Louis?" Jess menatapku penuh arti. Aku hanya membalas tatapan Jess tanpa berkata satu kata pun. Baru pertama kali ini aku merasa aku sangat marah pada Kim. Apa aku berlebihan kalau aku merasa saat ini aku membencinya?

"I'm sorry, Jess. I'm leaving. I'll see you tommorow." Seperti tanpa rasa bersalah Kim meninggalkan kami berdua di apartemen Jess. Aku masih tidak percaya atas apa yang dilakukan Kim.

"Jess...." Aku memeluk erat Jess dan air mataku mengalir. "Aku tak mengerti kenapa Kim menjadi seperti ini."

Jess melepaskan pelukanku dan meremas kedua pundakku dengan tangannya. "Cam... Aku disini, okay? Ada yang ingin kau katakan?"

"Aku dan Louis..." aku pun mulai menceritakan semuanya poin demi poin pada Jess. Tidak satupun yang aku lewatkan. "Maafkan aku, aku tidak cerita padamu sebelumnya."

Jess menepuk pelan pundakku. "Tidak apa-apa, Cam. Semua sudah berlalu. Itu bukan masalah." Jess tersenyum padaku. Aku kembali memeluknya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet