Jealous! (JuriParu)

AKB48 Fanfic OS Collection

Di tengah kesunyian dan kegelapan malam, di pinggir jalan seorang gadis berambut pirang sibuk menatap layar ponsel sembari melihat waktu yang terus berjalan secara terus menerus. Dia berdiri di sana sembari menyandarkan punggungnya di pintu mobil, menunggu seseorang yang spesial keluar dari studio acara radionya. Rasa tidak sabar ingin bertemu dengannya membuat gadis itu kini mondar mandir dengan menggeretakan kakinya.

"Mengapa dia begitu lama?!" Tak lama seorang gadis berlari dengan melambaikan tangan ke arahnya.

"Jurinaaa... I'm sorry! Kau pasti sudah menunggu lama."

"Your late Salt! Aku hampir berakar karena menunggumu bodoh!"

"Gomen gomen gomen! Jobku bertambah jadi aku sedikit terlamabat."

"Dua jam sedikit katamu?”

“Hehehehe gomen gomen gomen!” Rayu gadis itu dengan memeluk tubuhnya. Seketika Jurina di buat gugup dengan orang yang di sukainya itu.

“Ano... Karena kau terlambat, cium aku!" Katanya dengan menunjuk bibirnya.

"Hah? No! Memangnya kau siapa berani meminta hal semacam itu." 

"Kau lupa aku adalah monster kiss yang sudah mencicipi banyak bibir!" 

"Eeeeeeee!!!" Gadis itu bergidik ngeri mendengarnya.

"Hora atau aku akan memaksamu!" Jurina mendekatkan bibirnya. 

"YADA!!!" Gadis itu mendorong bahunya agar menjauh darinya.

"Paruru!"

"NO!!!" Gadis yang bernama Paruru itu menyingkirkan tubuh Jurina lalu masuk ke dalam mobilnya.

"Awas kau asin!" Jurina menyusulnya masuk ke dalam mobil dengan memasang wajah cemberut.

"Aku kesal sekarang!"

"Karena apa?"

"Haaah... Selain asin kau bahkan tidak peka!" Mengerti dengan ucapannya, Paruru mendekat lalu mendaratkan ciuman di pipi Jurina.

"Permintaan maafku karena membuat temanku kesal hehe" Jurina menyentuh pipinya dengan tidak percaya. 

"P-paruru, aku kan hanya bercanda!"

"Lalu?"

"Jika kau melakukannya mengapa bukan di bibir dan malah di pipi?" Jitakan kecil pun melayang.

"Jangan harap! Oh ya aku punya sesuatu untukmu." Paruru mengambil sebuah cincin couple dari saku celananya.

"Cincin?" 

“Hmm, maaf saat itu aku tidak bisa hadir di acara ulang tahunmu dan aku membeli ini sebagai kado pertemanan kita."

"Uhh daijoubu." Paruru meraih tangan kiri Jurina lalu memasangkan cincinnya di jari manis Jurina dengan lembut. Seketika hal itu membuat Jurina gugup dengan perasaannya sembari memandang wajah cantiknya.

"Aku tidak salah memilih, ternyata memang pas. Aku benar-benar berterimakasih karena kau selalu ada untukku dan begitu peduli denganku."

"H-hai, malah sebaliknya justru kau yang selalu ada untukku dan sangat peduli padaku." 

"Kita berdua!" Paruru menatap wajah Jurina dengan tatapan yang menggoda dan lagi membuat Jurina semakin gugup. 

DAMN YOU!

"Pasangkan cincin ini untukku juga!" Jurina menelan ludahnya lalu meraih cincinnya dan memasangkan cincin itu di jari manis Paruru. 

"Nani kore? Kita seperti pasangan yang sedang bertunangan hahaha"

"Anggaplah begitu dan aku harap kau juga melupakan Rena-san jauh-jauh dari pikiranmu!"

"Memangnya kenapa?"

"Baka! Kau dan aku adalah orang yang tersakiti. Mereka semudah itu membuang kita dan melupakan kita, mengapa kita tidak? Masa lalu itu menyakitkan untuk di pikirkan. Aku sudah membuang jauh-jauh Yui dari pikiranku dan sebagai teman baik aku tidak mau melihatmu menangis lagi karena masa lalumu. Kau tampak kuat dari luar tapi nyatanya kau lemah dengan perasaanmu. Sudah seharusnya kau membuka hati untuk orang baru yang lebih baik darinya." 

Sudah... Dan orang baru itu adalah kau Paruru!

Jurina menatapnya dengan tersenyum. Setiap kali ada masalah yang berhubungan dengan Rena, Paruru selalu ada untuknya begitu pun sebaliknya. Setiap kali berada di dekatnya dia selalu merasa nyaman hingga perasaan cintanya tumbuh begitu saja. 

"Sepertinya kau sangat mengerti aku."

"Karena aku menyayangimu bodoh! Kau itu teman baikku." Jurina tersenyum tipis. 

Jadi hanya sebatas teman ya? Tidak kah kau menganggap aku lebih?

"Kau benar! Lagi pula aku memang sudah melupakannya."

"Itu malah bagus!" 

"Lalu bagaimana denganmu? Aku tau sebenarnya kau masih memikirkan dia juga hahaha"

"Aku tidak ingat siapa dia! Jalankan mobilnya."

"Chotto, kau bilang apa barusan?"

"Aku tidak mau membahasnya dan mengingatnya."

"Tapi aku masih penasaran apa kau benar-benar melupakannya?"

"MATSUI JURINA, GO!!!" Bentakan keras yang mengejutkan membuat Jurina  langsung melajukan mobilnya.

"Dasar garam asin! Tadi itu kau seperti tokoh si wanita penjual rumah."

"I'm sugar not salt! Hmm, aku korban drama." Jurina hanya tersenyum dan fokus menyetir. Sesekali ia menatap cincin pemeberian gadis yang ada si sebelahnya itu. Setelah lama di tinggalkan kekasihnya ia tidak sabar ingin jujur terhadap perasaan kepada Paruru, si gadis asin yang tampak membosankan namun memiliki hati yang sangat baik dan kuat. 

"Jurina, ngomong-ngomong aku sangat haus."

"Aaaa... Chotto matte!" Jurina menghentikan mobilnya di dekat mini market. Dia meminta Paruru untuk diam sementara dirinya pergi keluar untuk membeli sebotol air. Ingin menikmati angin segar sejenak, Paruru juga keluar dari mobilnya. 

"Akkkhhh!" Tidak jauh darinya seseorang terjatuh. Terasa sangat mengenalinya, Paruru menyipitkan matanya melihat orang itu.

"Bukan kah itu... Y-yui?!" Tanpa basa basi Paruru menghampirinya dengan berjongkok memandangnya.

"P-paruru!"

"Daijoubu? Jalan itu lihat-lihat sehingga kau tidak akan terjatuh." Paruru membantunya berdiri lalu membawanya duduk di bangku yang ada di samping mereka.

"Tidak ku sangka bisa bertemu denganmu disini, Paruru sayang!" Tangan jahil Paruru kemudian menekan kaki Yui yang terkilir.

"Akkkh... Apa yang kau lakukan?"

"Kakimu terkilir bukan? Aku mencoba memijatnya."

"Kau masih peduli denganku ternyata." Paruru terdiam sesaat.

Apa yang aku lakukan? Baka, seharusnya aku tidak peduli dengannya. Tapi aku sudah terlanjur menolongnya juga.

Paruru melanjutkan pertolongannya dengan memijat kakinya. Dari luar mini market, Jurina yang menyaksikannya menatap keduanya dengan api kecemburuan.

"Apa aku tidak salah lihat?!” Sembari mengepalkan tinjunya ia berjalan dengan gagah menghampiri mereka.

"HOOOY!!!" 

"ITAI!!!" Paruru tidak sengaja menyakiti kaki Yui karena terkejut.

"Gomen! Yah kau mengagetkan saja."

"Apa yang kau lakukan? Dan mengapa kau ada disini?" Dengan menunjuk Yui.

"Aku disini sedang mendapat pertolongan dari mantanku. Ku pikir kau sudah pulang setelah show tadi." 

"Oh ya? Karena aku harus menjemput si asin ini terlebih dahulu." Jawabnya dengan memasang senyum paksa. 

"Mungkin kau harus mendapatkan perawatan lebih, apa kau bisa berjalan?"

"Ini terlalu sakit Paru!" Dengan sedikit mendesah Paruru bangkit menatap Jurina.

"Apa tidak apa-apa?" Jurina yang mengerti maksudnya memalingkan wajahnya dengan kesal.

"Jurina?!"

"HAI... Bawa dia ke dalam mobil." Jurina meninggalkan keduanya.

“Dasar anak kecil! Pergi tanpa rasa ingin membantu.” Paruru hanya mendesah lalu membantu Yui untuk berdiri. Sebelum masuk, Jurina berbalik untuk melihat mereka berdua.

What the hell are you doing?! 

Dia menggeretakan giginya melihat Paruru memeluk pinggang Yui kemudian masuk ke dalam mobilnya dengan membanting pintu.

"Apa yang dia lakukan sih? Dia bilang dia tidak ingat dengannya tapi mengapa dia menolongnya dan terlihat sangat peduli dengannya? Kau mengecewakanku Salt, i hate you!" Tak lama keduanya masuk dengan duduk di bangku belakang. Dari kaca spion, Jurina melihat Paruru dengan kerutan di keningnya kemudian berbalik melihat ke belalang dengan gerakan lucunya. 

"Paruru?"

"Nani?"

Mengapa kau duduk di sebelahnya? Kau seharusnya duduk di sampingku bukan di sampingnya, why? Pindah ke bangku depan bakaaaaa!

"A-air minummu!" Jurina menyodorkan botol airnya kemudian kembali ke posisi sembari menatap silau Paruru melalui kaca spionnya. 

"Arigatou! Yui, apa kau mau minum?"

"Hmm." Paruru memberinya minum dengan tangannya sendiri dan Jurina yang menyaksikannya  semakin panas dengan menatap silau melalui kaca spion. 

"Jurina, kita pergi sekarang." Jurina tidak mendengarnya dan masih sibuk menatap sinis mereka.

"Jurina, go!"

"HAI!"

Jurina berdecak kesal kemudian langsung menginjak gasnya. Dari belakang, Yui yang sedari tadi menyadari sikap Jurina yang tampak cemburu membuatnya tersenyum evil. 

“Umh Jurina, antar saja aku ke rumah Yuria. Kebetulan aku ada janji dengannya dan juga ada klinik tidak jauh dari rumahnya.”

“Hmm.”

"Ano Paru, aku cukup aneh denganmu. Kau bilang tidak peduli lagi denganku tapi kau malah terlihat sangat peduli denganku sekarang." Paruru memutar bola matanya.

"Yang aku lakukan saat ini hanya menolong orang yang membutuhkan pertolongan."

"Really? Tapi saat ini kau menolong orang yang dulu sangat kau cintai!" 

What you say? 

Jurina menggeretakan giginya sembari mencengkram stirnya dengan kuat sementara Paruru hanya tenang menatap jalan. Yui melirik Jurina sekilas kemudian bergeser untuk lebih dekat dengan Paruru.

"Asin seperti biasanya. Ngomong-ngomong, lama setelah melepasmu kau malah semakin terlihat cantik!" Yui menatapnya dengan dalam sembari membelai rambut Paruru dengan lembut. Melihat hal itu membuat Jurina gemas ingin menggorok leher Yui dan membuang mayatnya jauh-jauh. 

"Aku rindu momen seperti ini, aku rasa aku masih mencintaimu Paru!"

CKIT!!!

Jurina menginjak remnya sekaligus hingga keduanya berpisah karena tersungkur. 

"Apa yang terjadi?"

"Nothing!" Jawab Jurina dengan datar lalu kembali melajukan mobilnya dengan api kecemburuan yang semakin membara. Melihat perubahan sikap Jurina sedari tadi membuat Paruru bingung sekarang. 

Sepuluh menit kemudian, Paruru membawa Yui ke tempat di mana Yuria menunggu. 

"Yuria tolong urus dia."

"Pasti."

"Paru, bagaimana dengan perasaanmu padaku saat ini?" 

"Aku tidak ingat siapa kau, puas?!" Yui terkekeh.

"Sudah ku duga. Maaf sebelumnya, tadi aku hanya bercanda dan sengaja menggodamu. Aku tau dia sangat cemburu dengan kita berdua." Paruru mengerutkan keningnya.

"Siapa yang kau maksud?"

"Kau sudah tau jawabannya.”

“Jurina ya?!” Celetuk Yuria.

“Jurina? Cemburu denganku?”

“Perlu kau tau Paru-san, kami diam-diam sering membagi rahasia. Dia mengatakan bahwa saat ini dia sangat menyukai seseorang yang berhasil menghilangkan Rena-san dari hatinya dan orang itu adalah kau! Hanya itu yang bisa aku katakan.” 

"Kau pasti berbohong!" Paruru terdiam sesaat.

“Yuria benar! Ku pikir kalian akan cocok dengan status kalian yang di buang mantannya. Dan mungkin Jurina jauh lebih baik untukmu di bandingkan aku dulu. Dia memang jauh lebih muda darimu, tapi itu bukan kendala karena yang aku tau dia cukup dewasa dan setia di banding aku." Paruru mengangguk dengan mengigit bibir bawahnya. Dari jauh Jurina menatap mereka dengan silau sampai akhirnya Yui menyadarinya.

"Ano, mungkin ini sedikit tidak sopan. Aku mohon ijin sebelum kau pergi Paru, apa boleh?"

"Nani?" Yui memeluk tubuhnya dengan erat sembari melihat ke arah Jurina yang menatap mereka dengan tatapan mematikan.

"Y-yui... Kore?"

"Diamlah, aku sedang menggoda si pirang itu. Lihatlah betapa marahnya dia sekarang haha" Dengan sedikit tidak nyaman Paruru hanya diam mematuhi perintah Yui hingga bunyi kelakson keras memisahkan mereka.

"Lebih baik kau segera hampiri dia. Maafkan aku sebelumnya."

"Kau baru saja membuat masalah Yui." Yui hanya terkekeh lalu Paruru berpamitan kemudian kembali masuk ke dalam mobil. Kali ini dia kembali duduk di sebelah Jurina dengan menatap wajahnya dari samping.

"Apa terjadi sesuatu? Kau terlihat sangat kesal."

"Baka!" Jurina melajukan mobilnya dengan kencang. 

Sedari awal melaju Paruru terus memikirkan perkataan Yuria dan Yui. Dan juga sikap Jurina saat ini membuat Paruru merasa tidak nyaman. 

"Jurina, aku tau ada salah denganmu."

"MEMANG!”

“Apa karena aku dan Yui?” Jurina menarik napasnya.

“Ya itu karena kalian, aku sangat kesal denganmu sekarang. Pertama, kau bilang kau sudah lupa padanya, tapi kau menolongnya, memeluknya, kau juga malah duduk di sebelahnya dan bukan di sebelahku! Bahkan kau diam saja saat dia menggodamu. Satu lagi, kalian berpelukan dan aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, aku marah!" 

Yuria benar!

"Dasar anak kecil, itu kan hanya hal sepele!”

“Kau bilang sepele? Itu masalah besar bagiku bodoh! Aku sakit hati melihat kalian seperti itu.”

“Kau cemburu?"

CKIT!!!

Jurina menginjak remnya sembari terdiam menatap jalan.

Yabai kore! Haruskah... Aku jujur saja padanya?

Jurina menelan ludahnya dan terdiam dalam posisinya beberapa saat. Tak lama tangannya bergerak untuk melepas sabuk pengamannya. Dengan rasa yang amat gugup, Jurina menatap Paruru yang kini tengah menatapnya dengan bingung. Perlahan ia mencondongkan tubuhnya ke arah Paruru hingga jarak mereka hanya beberapa inci dan tak lama kemudian ciuman manis pun mendarat di bibir basah Paruru. Tegang, itu yang dirasakan Paruru saat ini namun ia menikmati momen ciuman ini. Perlahan Jurina menggerakan bibirnya dengan melumat bibir atas dan bawah  Paruru secara bergantian dengan lembutnya. Tidak ada perlawanan dari Paruru sampai akhirnya Jurina memecahkan ciumannya.

"G-gomen. Diam-diam aku mencintaimu Paruru! Aku sangat cemburu melihatmu dengan Yui."

Paruru mencoba menyembunyikan ketegangannya dengan memperlihatkan wajah tenangnya. 

"Sejak kapan?"

"Entahlah, sudah cukup lama aku merasakannya. Aku sangat nyaman ketika berada di dekatmu."

"Baiklah, bawa aku ke rumahmu!"

"Hah?!"

"Go!"

"Untuk apa?"

"RIGHT NOW!!!"

"H-hai."

***

 

Di tengah kegelapan dan kesunyian, dua orang gadis yang tak lain adalah Paruru dan Jurina berdiri di dalam kamar dengan saling menatap ke mata masing-masing.  

“Kau yang mengundangku loh!”

“Hmm, hanya melalui ini aku bisa merasakan cintamu.” Jurina tersenyum kemudian mendekatinya hingga jarak mereka hanya beberapa senti.

“Apa yang kau mau?”

“Cium aku!” Jurina kembali tersenyum kemudian menyimpan kedua tangannya di bahu Paruru.

"I love you Paruru!" Jurina mencium bibirnya. Ciuman lembut dan manis, Paruru sangat menyukainya. Dia memeluk tubuh Jurina dengan sangat erat, merasakan perasaan yang ia rasakan terhadap Jurina saat ini hingga ia merasakan jantungnya berdebar-debar tak karuan dan sampai akhirnya dia menemukan jawabannya. Keduanya kemudian saling membalas lumatan hingga suara decakan terdengar cukup keras.

Seiring berjalannya waktu perlahan ciuman mereka tumbuh menjadi panas. Jurina mendorong lidahnya untuk masuk dan Paruru memberinya akses penuh untuk bermain-main dengan lidahnya. Tak mau kalah dalam mendominasi, Paruru membalasnya dengan liar hingga kemudian mereka memecahkan ciumannya karena kehabisan oksigen. Jurina mendorong tubuh Paruru secara perlahan ke tepi ranjang dengan membaringkannya. Selanjutnya dirinya menindih tubuh Paruru dengan menatap wajahnya sejenak.

“Apa kau mencintaiku Paru?” Paruru memperlihatkan senyuman termanisnya.

“Aku mulai mencintaimu, dari sekarang hingga seterusnya. Jangan pernah meninggalkanku seperti yang mereka lakukan kepada kita.”

“Aku berjanji dan aku juga tidak ingin hal itu terjadi. Aku hanya ingin hidup bersamamu Paru, hontouni aieru yo!” Jurina mengecup dahinya sebelum kembali mencium bibirnya.

END

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
pink48 #1
Chapter 1: Too hoooot!!!