Teman Lama

Wild Rose
WILD ROSE




Cast: Do Kyungsoo!main
All Member Exo
Min Dae Shin/Shinji (OC)
Yang lain menyusul

Disclaimer: I didn't own anything but the story and OC is mine!










• ~Lyla Angelica's present~ •







Warning! BoyxBoy!







Dont like dont read!







I WARNED YOU









Pagi yang cerah. Tapi tak secerah hati makhluk menggemaskan yang satu ini. Kyungsoo berjalan gontai di lorong sekolah menuju kelasnya. Tadi pagi sebelum berangkat dia dengan penuh perjuangan berhasil menyingkirkan tujuh alien tampan yang terdampar di ruang tamunya. Tapi dia harus rela menjadi objek ciuman masal. Meski tidak sampai kena bibir, tapi tetap saja membuat suasana hatinya buruk.

"Pagi Kyungsoo."

Kyungsoo menoleh ke belakang, Shinji sudah tersenyum lebar seperti biasa. "Pagi Shinji..." Balas Kyungsoo tidak semangat.

"Ada apa? Kelihatannya kau sangat murung."

"Tidak ada, aku hanya kurang bersemangat saja hari ini."

"Kau lihat berita tidak? Katanya ada seorang pejabat dari Cina dibunuh dan dimutilasi, kemudian mayatnya dibuang ke sungai Han."

"Aku tahu, itu memang mengerikan."

"Pembunuhnya kejam sekali ya, dia pasti punya penyakit jiwa."

"Ya, mungkin begitu." Kyungsoo merasa bersalah karena tidak menceritakan yang sebenarnya pada sahabatnya sejak SMP ini.

Drrt drrt drrt

Kyungsoo merasakan ponselnya bergetar. Diambilnya ponsel dari saku celananya, kemudian membuka pesan dari Kai. 'Tunggu, sejak kapan aku punya nomor Kai?' Pikir Kyungsoo bingung, seingatnya dia tidak pernah memberitahu nomor ponselnya ataupun meminta nomor Kai. Kyungsoo tak ambil pusing dengan masalah itu.

'Datanglah ke atap istirahat nanti. Ada yang ingin aku bicarakan.'

Kyungsoo mengerutkan kening, ada perlu apa Kai dengannya?

"Pesan dari siapa?" Tanya Shinji yang mengintip isi pesan di ponsel Kyungsoo.

"Dari Kai."

"Kai? Siapa itu? Kekasihmu?" Ucapan Shinji sukses membuat wajahnya memerah dan dengan senang hati Kyungsoo meninju lengan Shinji.

.

.

.

.

.

.

"Jadi bisa kita simpulkan sistem pertidaksamaan yang melalui titik 6x dan 8y adalah...."

Kyungsoo menghela napas lelah, pemandangan di luar jendela lebih menarik perhatiannya daripada guru yang berkoar-koar di depan. Kyungsoo tidak ada niatan sama sekali untuk belajar, fokusnya terbagi antara 'Dia' dan pesan Kai tadi. Kyungsoo melihat ke arah jam dinding, sebentar lagi bel istirahat berbunyi, dia hanya perlu menunggu sebentar lagi. Kyungsoo kembali menghela napas dan mencatat soal di depan, dia tidak ingin ketinggalan pelajaran meski tidak ada pelajaran yang nyangkut di otaknya.

KRIIIINGGG

Bel istirahat berbunyi, teman sekelasnya berteriak senang setelah jenuh selama tiga jam berkutat dengan angka. Guru yang mengajar juga dengan cepat membereskan peralatan mengajarnya dan keluar dari kelasnya. Hampir semua temannya keluar dan menghambur entah kemana. Kyungsoo memasukkan bukunya ke dalam tas dan bangkit dari kursi, berniat untuk pergi ke atap.

"Mau kemana Kyung?"

Oops, Kyungsoo lupa kalau 'hampir' berarti tidak semua. Kyungsoo menoleh ke belakang, Tao menatapnya dengan wajah penasaran.

"Err, aku ingin ke kamar mandi. Kau tidak ke kantin?"

"Aku tidak lapar."

Kyungsoo mengangguk, dia kemudian pergi keluar kelas. Tao yang memperhatikannya sedari tadi mengangkat satu alisnya bingung, dia merasa ada aneh.

'Seingatku kamar mandi terdekat ada di arah kanan, kenapa dia ke arah kiri?'

.

.

.

.

.

.

Kyungsoo membuka pintu atap gedung, angin yang bertiup cukup kencang langsung menyambutnya. Kyungsoo menyingkirkan anak rambut yang menutupi pandangannya, rambut hitamnya melambai-lambai tertiup angin. Di ujung sana ada seorang pemuda yang berdiri, matanya tertutup menikmati angin yang berhembus. Tangannya bertumpu pada pagar pembatas. Kyungsoo mendekati pemuda itu.

"Kai?" Panggil Kyungsoo pelan. Kai menoleh, kemudian tersenyum manis melihat orang yang sudah di nantinya. Kai menyuruh Kyungsoo untuk mendekat padanya, Kyungsoo menurut.

"Ada apa?" Kyungsoo bertanya pada Kai saat dia sudah dekat dengan Kai. Tapi tidak ada tanggapan dari Kai. Kai hanya menatap lurus pada Kyungsoo.

"Kai? Kau kenap-WUAAA!" Kyungsoo memekik kaget saat tiba-tiba Kai menarik tangannya, sampai Kyungsoo menabrak dada bidang Kai. Kyungsoo membelalakkan matanya karena dia berada dalam pelukan Kai. Keadaan hening seketika, hanya terdengar suara hembusan angin.

".....Kai?"

"Sebentar saja Kyung.... Biarkan seperti ini."

Kai mengeratkan pelukannya, Kyungsoo semakin tenggelam di pelukan Kai. Wajahnya bisa dipastikan memerah saat ini.

DEG DEG DEG

'Aduh... Jantung, tenang dong...' Kyungsoo merutuki jantungnya yang tidak bisa di ajak kompromi.

"Kau membuatku semakin terperosok Kyung..." Kai berbisik di telinga Kyungsoo. Kyungsoo mengerutkan keningnya, terperosok? Kalimat Kai begitu ambigu. Mereka terdiam dengan posisi yang sama cukup lama. Kai menikmati aroma apel yang tercium dari rambut Kyungsoo.

Kai melonggarkan pelukannya, ditatapnya wajah manis Kyungsoo. Kyungsoo menahan nafas saat melihat wajah tampan Kai dari dekat, rasa panas berkumpul di kedua pipinya. Kai tersenyum tampan, sangat tampan. Tangannya dia bawa mengelus pipi tembam Kyungsoo.

"Lepaskan tanganmu dari Kyungsoo."

Sebuah suara mengagetkan mereka berdua, refleks Kyungsoo mendorong tubuh Kai menjauh. Dia semakin kaget lagi melihat seseorang yang berdiri tidak jauh dari mereka dengan wajah datar.

"Tao..."

Tao berdiri disana dengan mengepalkan kedua tangannya. Kyungsoo tahu kalau Tao sedang menahan emosinya saat ini.

"Kyungsoo, menjauhlah. Aku akan menyelesaikan urusanku dengannya." Ucap Tao dingin. Kyungsoo memandang khawatir pada Tao, kemudian beralih pada Kai. Kai juga sepertinya tidak dalam keadaan yang baik. Kyungsoo semakin khawatir, auranya sangat berat saat ini.

"Tu-tunggu, aku mohon kalian berdua bicaralah baik-baik." Kyungsoo berdiri diantara mereka, tangannya meremas seragamnya hingga kusut. Tao dan Kai sama-sama menatapnya datar.

"Ak-aku akan meninggalkan kalian berdua disini, ta-tapi aku mohon jangan sampai a-ada yang terluka. Atau ak-aku akan membenci ka-kalian." Kyungsoo berucap tergagap, dia resah karena aura yang tidak menyenangkan. Dia juga khawatir pada mereka berdua. Kyungsoo melangkah ke arah pintu dengan menunduk saat melewati Tao, takut hanya untuk sekedar melihatnya. Sebelum dia benar-benar pergi, Kyungsoo sempat menoleh kepada mereka dan berucap,

"Aku tidak ingin kalian terluka, karena kalian adalah temanku." Setelah itu Kyungsoo berlari menuruni tangga.

Kini tersisa Tao dan Kai yang saling menatap. Mereka berdiri tanpa kata menatap lawan masing-masing.

"Hei..." Tao berucap memecahkan keheningan. Kai menatap tepat pada mata panda Tao, menanti ucapan selanjutnya.

"Sudah saatnya kita membicarakan hal ini sebagai teman."

Kai tersenyum, Tao tersenyum. Angin berhembus menerbangkan helaian rambut mereka. Udara sekitar terasa menghangat.

"Kau benar... Sebagai teman..."

.

.

.

.

.

.

Kyungsoo melangkahkan kakinya keluar dari gerbang sekolah, dia membenarkan posisi tasnya yang sedikit melorot. Bel pulang sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Perasaan Kyungsoo cemas sekarang, dia tidak melihat Tao pelajaran terakhir tadi. Dia takut kalau Tao dan Kai benar-benar...

'Tidak, jangan sampai mereka berkelahi.' Kyungsoo mencoba membuang pikiran negatifnya. Kyungsoo berjalan dengan perlahan, dia masih memikirkan kedua temannya itu. Tak lama Kyungsoo di kagetkan dengan getaran ponselnya. Saat dia membukanya, ternyata ada kiriman foto dari Tao. Kyungsoo membuka foto itu, ternyata foto Tao dan Kai yang sedang tersenyum pada kamera. Mereka saling merangkul dengan latar belakang pemandangan yang dilihat dari atap sekolah.

Kyungsoo tersenyum lembut saat membaca pesan dibawahnya. 'Thank's Kyung, berkat dirimu kami berbaikan. Aku tidak menyangka kalau ternyata seperti itu kejadian yang sebenarnya. Aku terlalu terbawa emosi :P'

"Aku senang jika kalian kembali menjadi teman." Kyungsoo terkikik sendiri karena Tao mengirimkan foto wajah aneh dirinya dan Kai.

BRUK!

"Aww..."

Karena Kyungsoo tidak memperhatikan jalan di depannya dia tidak menyadari adanya seseorang yang berlari ke arahnya. Akhirnya mereka bertabrakan keras sampai Kyungsoo jatuh terduduk. Lelaki yang menabraknya jatuh tengkurap.

"Tolong! Dia mengambil tasku!"

Kyungsoo melihat ke depan, ada beberapa orang yang berlari ke arahnya, dan seorang gadis yang berteriak sambil menunjuk-nunjuk ke arahnya.

"Cih! Sialan!" Lelaki yang menabraknya tadi langsung bangun dan berlari, beberapa orang yang berlari ke arahnya mengejar lelaki itu. Sedangkan Kyungsoo bangun dan membersihkan seragamnya yang kotor. 'Ohh, pencurian.' Pikirnya.

"Dasar pencuri sialan! Untung saja dia menjatuhkan tas berharga milikku." Gadis yang berteriak-teriak tidak jelas itu memungut tas tangan berwarna merah yang tergeletak di trotoar. Kemudian gadis itu menatap Kyungsoo yang sedang membungkuk memungut ponselnya yang terjatuh. "Terimakasih ya, berkatmu tasku tidak jadi hilang."

"Ya, sama-sama." Kyungsoo menegakkan tubuhnya, seketika matanya membulat melihat gadis yang berdiri dihadapannya. Gadis itu juga sama kagetnya dengan Kyungsoo.

"Rin noona?" Tanya Kyungsoo, matanya masih membulat lucu.

"Kyungsoo?! Kau Kyungsoo kan?" Gadis itu mencoba memastikan.

"Iya, ini aku."

"Kyaaa! Akhirnya aku menemukanmu pororo!" Gadis itu berteriak excited dan memeluk Kyungsoo dengan kuat, bahkan Kyungsoo sulit bernafas di buatnya.

"Kau tahu Kyungie sayang, aku sudah berkeliling di sekitar alamat yang kau berikan tapi hasilnya aku malah tersesat, saat aku beristirahat di halte aku malah hampir kehilangan tas yang berisi uang dan kartu identitasku, untung saja aku bertemu denganmu disini, aku senang sekali bisa melihatmu penguin kecilku!" Rin berceloteh panjang lebar. Dia memeluk Kyungsoo seperti memeluk boneka.

"Iya noona... Tapi lepaskan aku dulu..." Kyungsoo kesulitan bicara karena kuatnya pelukan Rin, jangan heran karena meskipun badannya kecil dia sudah memiliki sabuk hitam karate.

"Maaf Kyungsoo sayang." Rin melepas pelukannya, Kyungsoo bisa bernafas lega.

"Kenapa noona kesini?" Tanya Kyungsoo bingung, karena setahunya sepupunya ini tinggal di London. Hanya beberapa kali pulang ke rumahnya di Geoyang.

"Aku sedang cuti kuliah sayang, aku juga ingin mengunjungi adikku yang manis ini." Rin mencubit pipi Kyungsoo gemas.

"Kau sendirian pergi ke Seoul?" Tanya Kyungsoo tidak percaya. Kyungsoo saja jika berkunjung kerumah bibinya tidak berani pergi sendirian.

"Tentu saja! Perempuan hebat sepertiku pasti bisa melakukan apapun yang aku inginkan. Hahaha..." Rin tertawa bangga, Kyungsoo menggelengkan kepalanya, sepupunya tidak pernah berubah sejak dulu.

"Kau sangat nekad noona, ayo pulang kerumahku, tidak terlalu jauh dari sini."

"Ayo, aku sudah lapar, kau masak apa Kyung?"

"Aku belum memasak, nanti sekalian kita masak bersama."

"Aduh, aku lelah Kyung, kau saja yang memasak."

"Noona ini..."

Mereka berjalan ke arah rumah Kyungsoo dengan diselingi obrolan ringan dan canda tawa. Mereka melewati halte yang hanya di duduki oleh seorang pemuda yang memakai topi hitam dan hoodie hitam. Setelah mereka berlalu, pemuda itu bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah yang berlawanan dengan Kyungsoo dan Rin.

.

.

.

.

.

.

Pria itu duduk dengan angkuh, tangan kanannya memainkan gelas kristal berisi red wine. Matanya memandang sebuah foto di tangan kirinya. Kemudian tersenyum sinis, 'Kenangan begitu indah.' Pikirnya.

Tok Tok Tok

"Masuk."

"Bos, aku ingin melaporkan kalau polisi sudah mencium gerakan kita."

"Baiklah, kau bisa keluar. Aku akan menyelesaikan ini."

"Baik bos."

Setelah anak buahnya keluar dari ruangannya dia berdiri dari duduknya. Pria bertopeng itu meminum wine dengan mata tertutup, merasakan sensasi terbakar di kerongkongannya. Kemudian dia membuka mata, sebuah senyuman miris tercipta di bibirnya.

"Sebentar lagi.... Maafkan aku sayang, tapi kau yang membuatku seperti ini."

.

.

.

.

.

.

"Kyungsoo! Cepatlah! Nanti kesiangan!"

"Sabarlah sebentar noona!" Kyungsoo mempoutkan bibirnya, dia mempercepat mengikat tali sepatunya. Seharusnya minggu pagi dia masih bersantai di sofa dengan cemilan sambil menonton film pororo. Tapi Rin noona menyeretnya untuk ikut dengannya ke suatu tempat.

Setelah selesai dia mengikat tali sepatu Kyungsoo berlari keluar rumah tidak lupa mengunci pintunya. Kyungsoo menghampiri Rin yang berkacak pinggang.

"Kau lama sekali sayang, aku jamuran menunggumu disini."

"Ya ampun noona, kau hanya menunggu lima menit."

"Ya sudah, bawa ini." Rin menyodorkan kantung plastik besar.

"Apa ini?" Kyungsoo mengintip isinya, kantung itu penuh dengan permen dan makanan ringan. "Kenapa kau membawa permen sebanyak ini noona? Memangnya kita mau kemana?"

"Sudahlah, ikut saja. Kau akan tahu nanti." Rin berjalan mendahului Kyungsoo, Kyungsoo mengekor dibelakangnya. Mereka berjalan ke arah halte terdekat.

.

.

.

.

.

.

.

.

Kyungsoo berjalan dengan menggerutu, di tangannya sekarang terdapat dua kantung plastik besar. Rin bilang permen dan makanan saja tidak cukup, jadi tadi mereka mampir sebentar ke toko mainan dan membeli cukup banyak mainan dan boneka.

"Cepatlah Kyung, kita hampir sampai!" Kyungsoo makin manyun saat Rin dengan teganya menyuruhnya berjalan cepat dengan dua kantung plastik yang berat.

"Sudah sampai!" Kyungsoo mendongak ke atas, dia terdiam melihat sebuah bangunan yang cukup tua.

'Jadi noona mengajakku ke panti asuhan, rasanya sudah lama sekali aku tidak bermain ke sini.' Kyungsoo mengikuti Rin yang berjalan di hadapannya memasuki halaman panti yang luas, banyak anak-anak yang sedang bermain disana.

"RIN NOONA DATANG!!" Kyungsoo di kagetkan dengan sebuah suara melengking yang cukup keras. Seorang anak laki-laki imut yang sedang bermain pasir berlari mendekati Rin begitu melihatnya. Anak-anak yang lain ikut menghampiri Rin sambil berteriak kegirangan.

"Eonni kenapa lama tidak bermain ke sini?"

"Eonni, aku rindu pada eonni."

"Noona, nanti kita akan bermain bersama kan?"

Kyungsoo tersenyum, melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah-wajah manis tanpa dosa itu membuat hatinya nyaman. Kyungsoo memperhatikan Rin yang sedang membagikan permen dan mainan kepada anak-anak yatim piatu, Kyungsoo semakin kagum pada kakak sepupu yang besar bersamanya. Kyungsoo tahu Rin adalah anak adopsi dari panti asuhan, mereka terpaut usia tujuh tahun. Saat pertama kali bertemu Rin adalah anak yang sangat pemalu, bicara saja masih pelit, tetapi sekarang dia sudah berubah, dan Kyungsoo lebih menyukai Rin yang ceria.

"Hai noona manis."

Kyungsoo sangat kaget karena mendengar suara yang tiba-tiba terdengar di telinganya.

"Chen hyung!" Chen tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Kyungsoo yang lucu. Kyungsoo kembali memanyunkan bibirnya karena kesal.

"Kau manis sekali Kyungsoo..." Chen mencubit pipi Kyungsoo dengan kuat.

"Aaakhh!" Kyungsoo meringis kesakitan, di pukulnya lengan Chen sampai cubitannya terlepas. Kyungsoo menggerutu kesal, kenapa orang-orang senang sekali mencubit pipinya?

"Kau sedang apa disini hyung?" Tanya Kyungsoo, tangannya masih mengelus pipinya yang memerah.

"Tadi aku melihat teman lama." Jawab Chen santai.

"Teman lama? Siapa?"

"CHEN-CHEN!!"

Kyungsoo kembali kaget entah yang keberapa kalinya hari ini. Dia melihat Rin yang berlari ke arahnya.

"Noona! Lama tidak bertemu!" Chen dan Rin kemudian bersalaman, Kyungsoo menatap aneh cara bersalaman mereka.

'Itukan gaya bersalaman antar lelaki.' Sekarang Kyungsoo berpikir kalau sepupunya ini aneh.

"Kau kenal dengan Kyungsoo?"

"Tentu saja noona, dia kan kekasihku."

BLUSH

"Bu-bukan! Kami hanya teman!" Kyungsoo mencoba mengelak ucapan Chen yang asal ceplos. Wajahnya sudah semerah tomat, matanya yang bulat semakin bulat.

"Jangan mengelak chagiya~" Chen semakin gencar menggoda Kyungsoo, dia merangkul pundak Kyungsoo yang lebih pendek beberapa senti darinya. Pipi Kyungsoo semakin merah.

"Apa-apaan sih!" Kyungsoo mencubit pinggang Chen, membuat Chen melepas rangkulannya dan memegang pinggangnya yang terasa nyeri karena cubitan maut Kyungsoo.

"Hihihi... Kalian cocok kok." Rin ikut menggoda Kyungsoo.

"Noona! Kami hanya teman!" Kyungsoo mempoutkan bibirnya, tapi tidak di pungkiri kalau pipinya memerah.

Chen dan Rin tertawa melihat Kyungsoo yang kesal. Wajah Kyungsoo sangat imut saat kesal seperti itu. Kemudian mereka bermain-main dengan anak-anak panti, Kyungsoo sangat senang berada disini. Dia bisa tersenyum lebar merasakan kehangatan bersama anak-anak panti yang polos, seperti tidak mengetahui bahayanya dunia luar, tanpa didampingi oleh orangtuanya. Bahkan sebagian besar dari mereka tidak mengetahui orangtuanya. Kyungsoo berpikir kalau dia tidak sekuat mereka.

'Ternyata selama ini aku lemah... Andai saja aku lebih kuat saat itu, pasti tidak akan terus terbayang sampai sekarang.' Kyungsoo tersenyum miris, mengingat masa lalunya yang dipenuhi warna hitam yang suram.

Kyungsoo tersadar dari lamunannya karena merasakan seseorang menarik-narik celananya. Kyungsoo berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan seorang anak laki-laki yang sepertinya masih berusia empat tahun.

"Ada apa adik manis?"

"Noona, tolong bukakan pelmennya." Anak itu menyodorkan permen lolipop yang masih di bungkus rapi. Kyungsoo mengambil permen itu lalu membuka plastiknya dan kembali memberikannya pada anak itu.

"Telima kasih noona." Anak itu menjilati permennya dan kembali bergabung dengan teman-temannya. Kyungsoo menghela napas, sebenarnya dia agak risih dengan embel-embel 'noona' tapi anak-anak itu tidak mau memanggilnya 'hyung' atau 'oppa'. Jadinya Kyungsoo pasrah saja di panggil seperti perempuan begitu.

Kyungsoo kembali menegakkan tubuhnya dan menatap Chen yang berdiri di sebelahnya. Kyungsoo heran karena Chen hanya diam saja dan memperhatikan ke arah jalanan. Kyungsoo ikut melihat ke arah yang di perhatikan Chen, tapi dia tidak menemukan hal yang menarik disana. Hanya jalanan yang cukup lenggang dan pepohonan.

"Kau lihat apa, Chen?"

Chen beralih menatap Kyungsoo, kemudian dia tersenyum. "Tidak ada, ayo kita ikut bermain bersama mereka." Chen menarik tangan Kyungsoo mendekati Rin yang sedang bernyanyi diantara anak-anak panti. Kyungsoo hanya menurut saja meskipun dia masih bingung.

Tepat diarah yang tadi diperhatikan oleh Chen muncul seorang pemuda yang memakai hoodie hitam dan topi hitam dari balik pohon. Mata tajamnya menatap ke arah anak-anak panti dan tiga orang remaja yang sedang bermain. Pemuda itu berjalan menjauh dari panti asuhan, kemudian bibir itu tersenyum sinis.

"Mereka mulai mengganggu, sepertinya mereka harus diberi pelajaran."

.

.

.

.

.

.

.

.

Kyungsoo merapatkan jaketnya, tangannya dia gosok-gosokkan untuk mendapatkan kehangatan. Kyungsoo duduk sendirian di halte bus, menunggu bus yang lewat. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, keadaan sudah sangat sepi. Kyungsoo benar-benar akan mencubit pipi Rin kalau dia sampai kenapa-napa. Rin seenaknya saja menyuruhnya untuk membeli makanan di tengah cuaca yang dingin begini.

"Kenapa busnya sangat lama?" Kyungsoo semakin merapatkan jaketnya, perasaannya mulai tidak enak. Kyungsoo memperhatikan sekelilingnya, tidak ada satupun kendaraan yang lewat. Entah kenapa perasaannya semakin cemas. Tak lama Kyungsoo melihat cahaya yang berasal dari sebuah mobil, Kyungsoo kira itu adalah bus yang dia tunggu-tunggu sejak tadi, tapi ternyata itu adalah mobil van hitam.

Kyungsoo merasa ada yang aneh, perasaannya tidak enak. Kyungsoo berdiri sambil menenteng plastiknya, berjalan dengan cepat menjauhi halte. Belum lima langkah dia berjalan tiba-tiba sesuatu membungkam mulutnya.

"Hmmmppfftt!" Kyungsoo mencoba melepaskan diri, dia sudah tidak peduli lagi dengan makanan pesanan Rin yang tercecer di trotoar. Kyungsoo mencoba mlepaskan tangan orang itu, tetapi tangan yang membungkamnya sangat kuat dan kekar. Kyungsoo merasakan sesuatu menutup hidungnya, kepalanya mulai pusing dan matanya terasa berat. Tubuhnya terasa lemas seketika. Kyungsoo merasa tubuhnya diangkat sebelum semuanya menjadi gelap.

Tak jauh dari mobil van hitam yang berhenti di dekat halte ada siluet seseorang yang berdiri di kegelapan. Bibirnya tersenyum puas menyaksikan Kyungsoo yang sedang di masukkan ke dalam mobil. Setelah pintu mobil tertutup, mobil itu melaju dengan cepat menuju suatu tempat. Pemuda yang sedari tadi melihat kejadian itu mulai beranjak dari tempatnya.

"Plan 1, Success..."

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC/DELETE?


Haaaaaiiii (^o^)/

Maaf ya kalau lama... #bungkukin badan 90 derajat
Bentar lagi mau Mid Semester, jadinya harus belajar terus daripada dapet telor ama kursi.

Big Thanks to reviewer and reader ^^

Lyla ngerasa kalo ceritanya makin aneh bin absurd >.<
Tapi masih pada mau baca kan....

Last, review please ^^
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
OWLove #1
Chapter 15: duhh.
lanjut lanjut thor.
seru deh
penasaran akuu TT
ini harus dilanjut author nim tercinta (eaaaakkk) :D
namjoon mau ngapain tuuh hayoooo,.... duh, author jago bikin penasaran hikseuuu TT

buruan updet ya thoorr. jebaall (buing buing ) #SeketikaAuthornyaMuntah

keep writing thor.
semangat yaaa, mumpung liburan jangan banyak males XD
lopyuu thoor #AuthorNggakLopSamaKamuWekk
:*:*:*
LylaAngelica
#2
Tenang, Ada abang2 ganteng yang jagain baby Soo kok ^3^
DOut29 #3
Baru sempat baca, akhirna ngebut XD
Beuh, akhirnya Krisoo muncul! ♥
duh duh jd penasaran, siapa sih yg ngincar ksoo itu >_<
DOut29 #4
Chapter 3: Ini kira2 main pairnya apa ya? Semoga aja kalo ga Krisoo, Kaisoo atau Hunsoo #plak XD
Krisoo momennya dibanyakin donk :D
*nasib Krisoo shipper minim hiburan*XD
Chansoo sama Laysoo blm ketemu nih? aduh makin penasaraaan >_<
Kira2 siapa ya yg bunuh ortunya Babysoo? :/
update ASAP juseyooooo
DOut29 #5
Chapter 2: sebenarnya saya udah baca di ffnet, tp susah ngereview kaga masuk2 -_-
saya review disini aj ya :D
Penasaran sama yg bunuh ortunya ksoo, sadis bener, kasian soo nya jd trauma gitu π_π
Ah, KaiTaoBaek udah muncul, nunggu KriSoo sama HunSoo momen ini XD
itu Baek main bawa kabur anak org aja coba :v
update juseyooo
MilkyPocky #6
Chapter 1: Lanjutkan~
DOut29 #7
menarik! jarang2 ada ff Kyungsooxeveryone bahasa indo di AFF XD
ditunggu lanjutannya authornim :D