Ini semakin rumit.

Wild Rose
WILD ROSE




Cast:
Do Kyungsoo!main
All Member Exo
Min Dae Shin/Shinji (OC)
Park Hee Rin/Rin (OC)
M.D (bad guy)
Yongha (bad guy)
J (bad guy)
Mr. Black (bad guy
Yang lain menyusul

Disclaimer: I didn't own anything but the story and OC is mine!










• ~Lyla Angelica's present~ •







Warning! BoyxBoy!







Dont like dont read!







I WARNED YOU









"Kyungsoo!"

Kyungsoo merasa namanya dipanggil. Saat dia menoleh ke belakang seorang gadis berlari ke arahnya.

"Sulli?" Gumamnya. Gadis itu berlari hingga roknya sedikit tersingkap hingga menampakkan pahanya. Tapi Kyungsoo tidak tertarik sama sekali.

"Kau dari mana saja?!" Sulli memukul pundak Kyungsoo, "Kau tahu, Tao terus berwajah masam saat kau tidak ada."

"Hahaha." Kyungsoo tertawa garing. 'Aku diculik dan hampir tewas.' "Aku hanya sakit biasa kok..." Kata Kyungsoo yang tidak sesuai dengan kata hatinya.

"Kau tahu, minggu depan adalah festival tahunan untuk merayakan hari jadi sekolah kita."

"Benarkah?" Tanya Kyungsoo, dia sedikit tertarik. Dia menatap Sulli, Sulli yang di tatap oleh Kyungsoo sedikit merona.

"Iya, nanti lebih jelasnya Mr.Kang akan memberitahukannya kepada kita." Kyungsoo mengangguk mendengar ucapan Sulli. Tanpa sadar mereka sudah sampai didepan kelas. Kyungsoo masuk ke dalam diikuti oleh Sulli, Kyungsoo langsung menuju kursinya.

"Kau sudah baikan Kyung?" Kyungsoo memutar kepalanya, Tao sedang duduk di kursinya sambil memainkan ponsel. Dia menatap Kyungsoo dalam.

"Um, terimakasih." Jawab Kyungsoo dengan senyuman manis diwajahnya. Tao ikut tersenyum, dia tidak memalingkan wajahnya sedikitpun dari pemandangan indah di hadapannya. Tak lama getaran dari ponselnya menyadarkannya. Saat melihat hal yang menyebabkan ponselnya bergetar, senyumannya memudar. Tao terlihat cemas, terlihat jelas diwajahnya. Kyungsoo yang melihat perubahan wajah Tao mengangkat satu alisnya.

"Ada apa Tao?" Tanya Kyungsoo. Tao menatap Kyungsoo, tatapan khawatir terpancar dari sorot matanya. Tao bangun dari posisinya dan menarik sebuah kursi ke sebelah Kyungsoo. Tidak enak jika ada seseorang yang mendengarnya.

"Kau harus lebih berhati-hati Kyung." Kata Tao.

"Hah? Maksudmu apa?" Tanya Kyungsoo bingung. Tao terlihat ragu, tapi dia harus memberitahukan hal ini.

"Namjoon kabur dari penjara."

DEG

Mata Kyungsoo membola, jantungnya terasa copot dari tempatnya. Jangan bilang...

"Dia menulis namamu di dinding dengan darahnya."

Jangan bilang Namjoon kabur dari penjara untuk mencarinya. Kyungsoo menggigit bibirnya, matanya panas, dia tidak tahu akan jadi rumit seperti ini. Tao yang mengetahui perasaan Kyungsoo berusaha menenangkannya, dia merengkuh tubuh Kyungsoo dan mengelus surai kelam Kyungsoo. Kyungsoo menyandarkan kepalanya di dada bidang Tao.

"Kau tidak perlu khawatir Kyung... Suho hyung sedang berusaha menangkap Namjoon kembali, dan aku juga tidak akan membiarkanmu terluka."

Kyungsoo tersenyum, dia merasa beruntung memiliki teman seperti Tao. "Terimakasih Tao... Kau memang teman yang baik..." Lirih Kyungsoo. Tao tersenyum miris.

'Hanya teman ya...'

Mereka terdiam dengan posisi yang sama. Tao yang dengan nyaman memeluk Kyungsoo. Kyungsoo memejamkan matanya, menahan emosinya.

"EKHEM"

Mata Kyungsoo sontak terbuka, dilihatnya wajah jahil teman sekelasnya.

"Aduh, yang lagi kasmaran..." Kata Sulli yang menyenggol lengan Yoona. Kyungsoo sadar kalau mereka menjadi tontonan. Kyungsoo mendorong tubuh Tao untuk menjauh darinya. Kemudian menundukkan kepalanya dengan pipi yang merah.

"Kalian mengganggu." Kata Tao datar.

"Dasar! Modus terus bisanya!" Bomi melempar bola kertas ke arah Tao.

"Bilang saja iri." Ucapan Tao malah membuatnya semakin banyak menerima lemparan bola kertas. Kyungsoo masih menunduk, tidak peduli dengan keadaan kelasnya yang kacau. Diam-diam dia tersenyum manis.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kyungsoo, sabtu malam nanti kita ke game centre yang biasa yuk."

"Boleh, bagaimana kalau kita mengajak Tao juga?"

"Ide bagus tuh, lebih banyak orang lebih menyenangkan."

Kyungsoo dan Shinji berjalan dengan tenang di trotoar, jalanan lumayan ramai. Mereka sesekali mengobrol ringan dan bergurau.

"Shinji, bukankah itu ibumu?" Kyungsoo menunjuk seorang wanita cantik yang sedang berbicara dengan seorang pria didepan sebuah toko.

"Benar, ibu sedang apa disana?" Shinji memicingkan matanya. Kemudian dia tersenyum jahil.

"Jangan-jangan... Dia 'calon' ayahku..." Kata Shinji.

"Hahaha, mungkin saja. Dia lumayan tampan." Kyungsoo memperhatikan pria itu dengan seksama.

"Tapi aku harus tahu dia pantas atau tidak untuk ibuku. Ayo Kyungsoo, kita hampiri mereka." Shinji menarik tangan Kyungsoo, tapi Kyungsoo tidak bergeming sedikitpun dari tempatnya. Shinji mengangkat satu alisnya, Kyungsoo tersenyum.

"Ini urusan keluarga." Ucap Kyungsoo. Shinji tersenyum.

"Ya sudah, hati-hati di jalan." Shinji menepuk pundak Kyungsoo, kemudian dia berlari pelan ke arah ibunya. Kyungsoo memperhatikan keluarga itu dari jauh. Tapi kemudian dia mengerutkan keningnya.

'Kenapa pria itu menatapku seperti itu?' Pria yang berbicara dengan ibunya Shinji menatap Kyungsoo dengan aneh. Kyungsoo merasa bulu kuduknya berdiri seketika, dia kemudian memutuskan untuk menjauh dari sana. Tapi dia sedikit menoleh ke belakang, wajah Shinji terlihat begitu serius. Untung saja dia tidak mengikuti Shinji, takut mengganggu.

BRUK

"Hei! Perhatikan jalanmu!"

"Maaf, maaf."

Kyungsoo membungkukkan badannya beberapa kali kepada seseorang yang ditabraknya. Pemuda itu mengangkat alisnya.

"Kyungsoo?"

Kyungsoo menegakkan tubuhnya, seketika matanya membulat kaget melihat pemuda yang berdiri di hadapannya.

"Kyungsoo! Ini benar dirimu?!" Pemuda itu berteriak senang dan mencengkeram pundak Kyungsoo. Kemudian pemuda itu memeluk Kyungsoo dengan erat, seolah takut jika Kyungsoo pergi. Dia tidak mempedulikan tatapan heran dari pejalan kaki. Karena saat ini mereka berpelukan di trotoar dekat lampu merah.

"Kyungsoo! Aku merindukanmu! Kenapa kau tiba-tiba menghilang begitu saja?!" Pemuda berambut hitam itu berteriak girang. Kyungsoo memberontak dan mencoba melepaskan diri, setelah berusaha keras dia berhasil menjauh dari pemuda itu.

"Ma,maaf, sepertinya anda salah orang." Cicit Kyungsoo. Dia mundur perlahan, tapi pemuda berambut hitam yang menawan di hadapannya semakin memajukan dirinya.

"Tidak Kyungie! Aku tahu itu kau!" Pemuda itu berusaha memegang tangan Kyungsoo.

"Dengar Kyung, aku minta maaf soal waktu it-" Dengan cepat tangannya ditangkis oleh pemuda manis itu. Kyungsoo berbalik dan berlari secepat yang dia bisa. Pemuda itu mengejarnya.

"Kyungsoo! Tunggu!"

Kyungsoo berlari terus hingga tidak sengaja menabrak pejalan kaki lainnya. Dia merasakan matanya memanas. Tidak dipedulikannya orang-orang yang menatapnya heran karena pemuda itu terus berteriak memanggil dirinya.

"Kyungsoo! Jangan lari! Jangan pergi lagi!"

"Kau salah orang Hyunsik!"

"Tidak! Aku yakin itu kau! Kau bahkan tahu namaku!"

Kyungsoo merutuki dirinya karena dia adalah pembohong yang payah. Kyungsoo menoleh ke belakang, Hyunsik cukup jauh disana karena terhalang pejalan kaki yang padat. Dia memanfaatkan kesempatan ini untuk masuk kedalam sebuah gang sempit. Dia terus berlari melewati gang itu hingga sampai didepan sebuah gedung, gerbangnya terbuka lebar dengan halaman yang tidak terlalu luas tapi terawat dengan baik.

Sebuah Gereja. Dibalik gedung mewah bertingkat.

Great, mungkin dunia hampir tamat. Kyungsoo menetralkan nafasnya, kemudian berjalan perlahan memasuki gereja tua itu. Di dalamnya sangat klasik, patung yang terukir dengan indahnya, bahkan lukisan mozaik sangat indah diterpa cahaya senja.

Kyungsoo duduk disalah satu kursi panjang yang terbuat dari kayu jati. Dia menatap lukisan mozaik yang terletak ditengah. Lukisan dari sosok yang sangat dikaguminya. Tanpa sadar airmata mengalir dengan indahnya.

"Hiks, kenapa begini.... Hiks, aku sangat ingin melupakan hal itu... Tapi kenapa... Hiks, seakan Engkau tidak mengizinkan aku untuk melupakannya..." Kyungsoo menundukkan kepalanya, dia menggigit bibirnya untuk meredam isakannya. Matanya terpejam erat, mengingat masa lalunya.

'Hai, kau siapa?'

'Aku Hyunsik...'

Itu saat mereka pertama kali bertemu.

'Kenapa menangis?'

'Aku kesepian...'

'Ayo bermain bersamaku.'

Semua terasa begitu indah saat itu.

'Aku tidak suka saat kau berdekatan dengan sunbae itu Kyungie.'

'Kenapa?'

'Sunbae itu terlihat tidak baik untukmu.'

Tapi semua berubah saat mereka SMP.

'Kyungsoo, rasanya sesak jika aku harus melihatmu bersama mereka.'

'Maksudmu apa? Mereka temanku Hyunsik.'

Kejadian itu membuatnya kembali ke rumah penuh kenangan itu.

'Hyunsik! Apa yang kau lakukan?!'

'Maaf Kyungsoo, tapi aku menginginkanmu.'

'Hentikan Hyunsik! Hentikan!!'

"Hiks.... Kenapa kau lakukan itu Hyunsik..." Tangisan Kyungsoo malah terdengar semakin keras. Kyungsoo menumpahkan semua emosinya. Dia sedih, marah, kecewa, rindu, semua bercampur. Ditambah lagi dengan masalah-masalah sebelumnya, rasanya dia ingin berteriak sekencang-kencangnya dan melepaskan semua beban yang menimpanya. Kyungsoo menekuk kakinya dan memeluk lututnya sendiri. Dia terus menangis sampai tidak menyadari adanya seseorang yang berdiri di dekatnya, orang itu menatap Kyungsoo sedih.

GREP

Kyungsoo sontak membuka matanya, airmata masih mengalir dari kedua matanya yang indah.

"Menangislah..."

Kyungsoo semakin menenggelamkan wajahnya di dada orang itu. Pria itu mengelus surai hitam Kyungsoo, melantunkan lagu indah untuk menenangkan pemuda manis yang sedang menangis di pelukannya.

.

.

.

.

.

.

TING TONG

Cklek

"Kyungsoo! Darimana sa-Astaga Kyungsoo!" Rin panik begitu membuka pintu bukan wajah lesu adik kesayangannya itu, tapi Kyungsoo yang pingsan di gendongan seorang pria asing.

"Kyungsoo pingsan setelah menangis hebat."

"Astaga, masuklah." Rin membuka pintu lebar-lebar dan mempersilahkan pria itu untuk membaringkan Kyungsoo di kasurnya. Kemudian Rin mengajak pria itu ke ruang tamu dan membuatkan segelas teh hangat.

"Ini, minumlah. Terimakasih sudah mengantar adikku pulang." Rin menyodorkan segelas teh yang masih mengeluarkan sedikit uap.

"Terimakasih, namaku Yixing, kau bisa memanggilku Lay. Aku guru di sekolah Kyungsoo. Kebetulan bertemu dengannya saat mampir di gereja." Lay mengambil gelas itu dan meminumnya sedikit.

"Terimakasih sudah mengantarkan adikku Lay-ssi, namaku Rin."

"Tidak perlu seformal itu padaku, kurasa usia kita tidak jauh berbeda."

Rin mengangguk pelan, dia menatap Lay ragu-ragu. "Umm... Kenapa Kyungsoo menangis?"

Lay mengangkat bahunya. "Aku tidak tahu, saat aku melihatnya dia sedang menangis sendirian di dalam sebuah gereja tua yang biasanya aku kunjungi." Jelas Lay. "Dia terus menangis sampai pingsan karena kelelahan."

Rin mengangguk mendengar penjelasan Lay.

"Oh iya. Tadi dia sempat meracaukan nama seseorang." Lay tiba-tiba teringat sesuatu.

"Siapa?" Tanya Rin.

Lay mengetuk dagunya dengan telunjuknya."Kalau tidak salah... Namanya.... Hyun siapa ya? Ah iya, HYUNSIK."

Seketika Rin mencelos mendengarnya. Tatapannya berubah khawatir, dia menggigit kukunya sendiri.

"Kenapa? Memangnya siapa Hyunsik? Apa itu buruk?"

"Sangat buruk...." Gumam Rin. Lay yang tidak jelas mendengarnya hanya mengerutkan keningnya. Rin menatap Lay.

"Maaf, tapi bisa kau izinkan Kyungsoo untuk tidak sekolah besok? Aku rasa keadaannya masih tidak baik."

"Tentu, aku akan menyampaikannya kepada wali kelasnya."

Rin tersenyum, setidaknya Kyungsoo bisa menenangkan dirinya besok. Lay melirik jam tangannya, sudah lewat pukul sembilan.

"Sebaiknya aku pulang sekarang, sudah larut malam."

"Silahkan..." Rin mengantarkan Lay sampai ke pintu, setelah mobil Lay menjauh dari pekarangan rumahnya Rin menghela nafas. Dia menutup pintu dengan pelan dan menguncinya. Dia langsung naik untuk melihat keadaan Kyungsoo. Saat membuka pintu kamarnya, suasana remang menyambutnya. Dia mendekati kasur Kyungsoo, raut wajahnya berubah sedih.

"Kyungsoo...." Rin mengelus rambut hitamnya. Wajah Kyungsoo terlihat sangat kelelahan, matanya sembab karena terlalu banyak menangis.

"Padahal kau sudah pergi dari Ilsan dan kembali kesini, tapi kenapa dia masih mengejarmu Kyungsoo..." Sebuah kristal bening meluncur dari sudut matanya.

"Kenapa nasibmu seperti ini Kyungie sayang..." Rin berucap lirih. Dia menatap jendela yang memperlihatkan bulan yang tertutup awan di langit malam.

.

.

.

.

.

.

.

Pria itu menatap keluar jendela yang terbuka lebar, mempersilahkan sinar rembulan menerangi ruangan gelap itu. Sesekali menghisap rokok yang di apit diantara jari tengah dan telunjuknya. Dia menyandarkan dirinya di sandaran kursi, kedua kakinya dia letakkan di atas meja.

"Kau terlihat santai RapMon."

Sesosok manusia muncul dari balik pintu yang rusak memprihatinkan. Hoodie hitam dan topi hitam menutupi wajahnya. Pria yang dipanggil RapMon hanya berdecak, kemudian kembali menghisap batangan tembakau yang sudah menjadi candu.

"Kupikir siapa, ternyata itu kau. Jangan panggil aku dengan sebutan itu."

"Sudah kukatakan jangan sampai dia terluka." Sosok yang berdiri dihadapannya seperti sedang menahan emosi. Pria berambut mohawk itu hanya tersenyum sinis.

"Maaf, aku kelepasan."

Sosok itu menggeram rendah."Beruntung aku tidak menembak kepalamu saat itu Kim Namjoon." Dia mendengus melihat Namjoon yang menyebalkan dimatanya.

"Semua temanmu sudah bebas. Sekarang kau tidak ada ikatan lagi dengan kami." Sosok itu membalikkan tubuhnya, sebelum benar-benar menghilang ditelan kegelapan dia menoleh.

"Terimakasih karena tidak memberitahukan identitas kami." Kemudian sosok itu benar-benar pergi. Namjoon menghancurkan sisa puntung rokok di meja, kemudian bangkit dari kursi. Dia merenggangkan tubuhnya, diraihnya jaket kulit hitam dari kursi yang tadi diduduki dan disampirkan ke bahunya.

"Melepaskan aku dan teman-temanku? Suatu kesalahan besar." Namjoon tersenyum lebar, bahkan lebih mirip seringai seorang pembunuh.

"Mereka sama gilanya denganku." Namjoon berjalan keluar dari ruangan yang sudah tak layak huni. Sepanjang perjalanan keluar dari gedung yang sangat memprihatinkan dia memikirkan sesuatu. Atau lebih tepatnya seseorang. Seringai tidak pernah lepas dari bibirnya.

"Wajah manis itu, pasti akan sangat indah dengan warna merah."

Sementara itu, di sebuah lorong yang tidak terlalu luas. Lima orang pemuda berada di sana itu. Suasana yang sempit dan pengap tidak mengganggu mereka sama sekali.

"Rasanya senang menghirup udara bebas." Seorang pemuda berambut caramel merenggangkan tubuhnya. Seorang pemuda berwajah polos di sebelahnya meneguk minuman ringan dari sebuah kaleng yang dipegangnya.

"Ya... Dan aku sudah sangat bosan hanya di rumah saja berpura-pura menjadi anak baik." Pemuda itu melemparkan kaleng yang sudah kosong ke arah seorang pemuda berambut merah yang berada didepannya, pemuda itu menendang kaleng yang dilemparkan ke arahnya sampai menembus langit-langit yang sudah lapuk.

"Setidaknya kau tidak mencicipi rasa roti kacang basi Kookie."

"Atau roti bakar gosong di hari rabu." Pemuda bertubuh kecil yang duduk diatas meja di sebelahnya menambahi.

"Eww, anjing saja tidak akan mau memakannya." Pemuda berambut merah itu bergidik geli.

"Apa kabar Ketua kita yang hebat ini?" Pemuda berambut hitam yang bersandar di dinding kemudian menegakkan tubuhnya. Yang lain melihat arah dia menoleh, kemudian ikut menegakkan tubuhnya. Namjoon berjalan menuruni tangga, kemudian menatap anggotanya satu persatu.

"Sepertinya kita akan memiliki 'pekerjaan' yang banyak." Keenam pemuda yang ada disana menyeringai lebar.



.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

'Ibu, Ayah kenapa?'

'Ayah sedang ada urusan sayang, sebaiknya Kyungie tidur ya. Sudah jam sembilan malam.'

'Iya ibu.'

Tapi Kyungsoo kecil adalah anak yang nakal. Dia tidak mematuhi perintah ibunya. Diam-diam dia mengintip kedua orangtuanya yang sedang sibuk dengan beberapa orang berbaju hitam.

Tapi itu adalah hal yang paling dia sesali dalam hidupnya.

DOR

.

.

.

.

.

.

Mata Kyungsoo terbuka. Nafasnya memburu. Matanya bergerak liar kesana kemari. Kemudian dia memaksakan dirinya duduk. Kyungsoo mengusap wajahnya. Dia melirik jam digital di meja belajarnya. 07:36.

Kyungsoo menghela nafasnya. Kemudian dia memegang keningnya. 'Panas, apa aku demam?'

Kyungsoo menyingkap selimutnya, kepalanya pusing, dia mengurungkan niatnya untuk bangun dari kasur.

"Kau sudah bangun?"

Rin membuka pintu kamar Kyungsoo dengan nampan ditangannya. "Istirahat saja hari ini, Noona sudah meminta izin kepada gurumu." Rin meletakkan nampan itu di meja kecil di sebelah kasurnya. Rin membuka tirai jendela, membiarkan ruangan itu disinari cahaya matahari pagi.

"Terimakasih Noona..." Gumam Kyungsoo, dia mengambil segelas susu hangat yang disiapkan Rin.

"Noona tahu kau sedang kacau Kyungsoo. Karena Hyunsik."

Kyungsoo menatap Rin, "Darimana kau tahu Noona?"

"Semalam gurumu mengantarkanmu dalam keadaan pingsan. Dia bilang kau meracaukan nama Hyunsik."

Kyungsoo menatap gelas yang dipegangnya, wajahnya berubah sendu. "Aku bertemu dengannya lagi..." Ucap Kyungsoo dengan nada yang bergetar.

Mata Rin sudah berkaca-kaca.

"Dia sudah berbeda.... Dia bukan... Hyunsik kecil sahabatku dulu..." Airmata mengalir dari kedua mata Kyungsoo.

"Dan aku masih tidak percaya... Kalau dia adalah seseorang yang hampir melakukan hal kotor itu..."

Rin sudah tidak bisa menahan airmatanya lagi. Dia ikut menangis dalam diam.

"Hyunsik... Sahabatku... Berusaha melakukan hal itu..." Kyungsoo mulai meracau tidak jelas. Hati Rin semakin sakit melihat adik kesayangannya terluka seperti itu. Rin mengambil gelas yang dipegang Kyungsoo, kemudian meletakkannya di meja. Rin duduk disamping Kyungsoo dan memeluk tubuhnya. Rin mengelus rambut hitam Kyungsoo, kemudian memejamkan matanya.

'Rasanya seperti kembali ke saat itu...'

Ya, saat Rin bermain ke rumah pamannya di Ilsan yang juga ditempati oleh Kyungsoo yang masih kelas satu SMP. Saat itu Kyungsoo pulang kerumah dalam keadaan yang berantakan dan menangis hebat. Dia mengurung diri di kamar. Tanpa makan maupun minum.

Dia hanya menangis dan tidak mau sekolah. Dia bahkan tidak bergeming saat gurunya membujuknya.

Tapi yang membuat Rin dan pamannya lebih kaget lagi, dia bahkan memaki dan mengusir Hyunsik yang menjenguknya. Setelah itu, Kyungsoo meminta agar dia bisa kembali ke Seoul.

Setelah Kyungsoo kembali ke Seoul, Rin sadar. Kyungsoo menjadi korban pelecehan yang dilakukan oleh Hyunsik, sahabatnya sendiri.

Sejak saat itulah dia mengenal Kyungsoo yang pendiam seperti sekarang.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC/END?

Huaaaaa X{ telat update.....

Gue masih stress mikirin nilai Mid semester fisika, kewirausahaan, Matematika.... Gak lulus KKM X_X #nangis guling2

Gue masih nge-blank mau nulis cerita ini kayak gimana T_T Padahal gue udah nyiapin klimaksnya. #bahasane...

Gue tahu ini cerita aneh banget DX

Tapi masih mau baca and review kan? #puppy eyes
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
OWLove #1
Chapter 15: duhh.
lanjut lanjut thor.
seru deh
penasaran akuu TT
ini harus dilanjut author nim tercinta (eaaaakkk) :D
namjoon mau ngapain tuuh hayoooo,.... duh, author jago bikin penasaran hikseuuu TT

buruan updet ya thoorr. jebaall (buing buing ) #SeketikaAuthornyaMuntah

keep writing thor.
semangat yaaa, mumpung liburan jangan banyak males XD
lopyuu thoor #AuthorNggakLopSamaKamuWekk
:*:*:*
LylaAngelica
#2
Tenang, Ada abang2 ganteng yang jagain baby Soo kok ^3^
DOut29 #3
Baru sempat baca, akhirna ngebut XD
Beuh, akhirnya Krisoo muncul! ♥
duh duh jd penasaran, siapa sih yg ngincar ksoo itu >_<
DOut29 #4
Chapter 3: Ini kira2 main pairnya apa ya? Semoga aja kalo ga Krisoo, Kaisoo atau Hunsoo #plak XD
Krisoo momennya dibanyakin donk :D
*nasib Krisoo shipper minim hiburan*XD
Chansoo sama Laysoo blm ketemu nih? aduh makin penasaraaan >_<
Kira2 siapa ya yg bunuh ortunya Babysoo? :/
update ASAP juseyooooo
DOut29 #5
Chapter 2: sebenarnya saya udah baca di ffnet, tp susah ngereview kaga masuk2 -_-
saya review disini aj ya :D
Penasaran sama yg bunuh ortunya ksoo, sadis bener, kasian soo nya jd trauma gitu π_π
Ah, KaiTaoBaek udah muncul, nunggu KriSoo sama HunSoo momen ini XD
itu Baek main bawa kabur anak org aja coba :v
update juseyooo
MilkyPocky #6
Chapter 1: Lanjutkan~
DOut29 #7
menarik! jarang2 ada ff Kyungsooxeveryone bahasa indo di AFF XD
ditunggu lanjutannya authornim :D