Memori Masa Lalu

Wild Rose
WILD ROSE






















Cast:
Do Kyungsoo!main
All Member Exo
Min Dae Shin/Shinji (OC)
Park Hee Rin/Rin (OC)
M.D (bad guy)
Yongha (bad guy)
J (bad guy)
Mr. Black (bad guy)
Boys Scout/BTS (they're still random...)
Yang lain menyusul



Disclaimer: I didn't own anything but the story and OC is mine!












• ~Lyla Angelica's present~ •











Warning! BoyxBoy!











Dont like dont read!











I WARNED YOU














Pria itu menatap tajam sebuah bingkai foto, dielusnya perlahan foto itu.

"Seharusnya kau tahu...."

Pria itu menggenggam erat tangannya sendiri.

"Bahwa aku sangat mencintaimu."

Pria itu mengayunkan tangannya, foto itu terhempas hingga hancur menabrak dinding. Kemudian pria itu berdiri.

Dia menatap datar kalender yang dilingkari salah satu tanggalnya. Salah satu tanggal bersejarah baginya. Tapi itu masih terhitung dua-tiga minggu lagi.

"Sudah dekat.... Tinggal persiapan terakhir...."

Pria itu tersenyum mengerikan, "Setelah itu permainan akan di mulai."

Dia mengambil telepon dan menghubungi seseorang.

"Lakukan. Dia sudah melaporkan kalau orang itu memang melakukannya." Kemudian sambungan itu terputus. Dia tidak memerlukan jawaban. Karena dia tahu jawabannya.

"Kita lihat sekacau apa kalian..."





















Jujur saja Kyungsoo bosan hanya diam saja dirumah. Tapi dia tidak mau jalan-jalan keluar dan mengambil resiko bertemu Hyunsik. Jadinya Kyungsoo hanya duduk saja di kasur sambil membaca buku.

CKLEK

"Kyungsoo... Teman-temanmu berkunjung."

Rin membuka pintu kamar Kyungsoo, wajahnya sedikit lebih segar sehabis menangis bersamanya tadi. Kyungsoo melirik jam digital kemudian mengerutkan keningnya.

'Masih jam sebelas. Siapa yang berkunjung?' Jika itu Tao atau Shinji tidak mungkin karena hari ini seharusnya mereka masih di sekolah. Jangan bilang kalau itu...

"Hai baby Soo...."

Kyungsoo langsung menundukkan kepalanya. Dia jadi teringat kejadian di taman rumah sakit. Wajahnya memerah melihat sosok pangeran yang berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Kau menghalangi jalanku Albino!"

"Salahmu punya badan pendek bebek!"

"Minggir!"

"Aww! Kau sengaja menendang kakiku yang terluka ya?!"

"Salahmu sendiri menghalangiku!"

"Hei! Kalian berdua sopanlah dirumah orang!"

Kyungsoo menahan tawanya melihat kelakuan Sehun dan Baekhyun yang berebutan masuk duluan. Rin bahkan sudah tidak bisa menahan tawanya lagi.

"Hahaha, aku akan membuatkan minum untuk kalian." Rin pamit turun, membiarkan tujuh orang aneh itu bersama adik kesayangannya.

"Minggir! Biarkan pangeran tampan ini menemui tuan putri." Kai yang sudah jengah dengan pertengkaran aneh Sehun dan Baekhyun menerobos masuk tanpa peduli dengan ocehan kedua orang itu.

"Hai Kyung, bagaimana kabarmu?" Tanya Kai sambil meletakkan sebuah kotak biru di meja.

"Baik... Terimakasih, kalian semua berkunjung?"

"Iya, aku dengar dari Tao kau tidak masuk sekolah karena sakit. Jadi kami datang menjenguk." Kai tersenyum tampan, walaupun kepalanya diperban Kai tetap terlihat tampan. Apalagi saat Kai menyeringai melihat wajah Kyungsoo memerah.

"Umm... Memangnya kau dan Sehun tidak sekolah?" Tanya Kyungsoo yang mengalihkan perhatiannya kepada Sehun yang sedang beradu pandang dengan Baekhyun. Kyungsoo tahu Kai dan Sehun satu angkatan dengannya.

"Mereka membolos." Kyungsoo mengalihkan pandangannya kepada Kris, "Mereka adalah anak SMA nakal yang kerjanya hanya malas-malasan."

"Aku tidak seperti itu Hyung!" Sehun memekik kesal pada Kris.

"Tapi memang begitu kenyataannya."

Kyungsoo tertawa lepas, dia sangat senang dengan kehadiran tujuh pemuda yang tingkahnya absurd.

"Hei, ini untukmu. Aku membuatnya semalaman penuh." Kris menyerahkan sebuah gulungan kertas yang diikat pita merah. Kyungsoo menerimanya dengan tersenyum manis.

"Terimakasih hyung, ini apa ya?" Kyungsoo membuka pita itu dengan perlahan. Jantung Kris berdegup kencang, menunggu reaksi si mungil. Saat kertas itu terbuka, Kyungsoo terdiam. Kai mencoba melihat isinya, seketika matanya membulat dan dia menahan nafas melihat isi kertas itu.

"Ini...." Kyungsoo kehabisan kata-kata, Kai membalikkan tubuhnya membelakangi Kris. Tertawa tanpa suara.

"Bagaimana? Bagus tidak?" Tanya Kris was-was, tapi itu tertutupi sempurna oleh y face andalannya.

"Ini sangat....artistik hyung, aku bahkan tidak bisa mengerti artinya. Mungkin hanya seorang ahli yang mampu memahami karyamu." Kata Kyungsoo polos, padahal sejujurnya dia memang tidak mengerti gambar buatan Kris. Entah itu manusia atau hewan tapi yang jelas itu lebih parah dari makhluk jadi-jadian.

Kris tersenyum lebar, baru kali ini ada seseorang yang menganggap hasil karyanya sangat artistik. Kris, kalau boleh jujur, anak sepuluh tahun bahkan bisa menggambar lebih baik daripada dirimu. #plakk #dibuang kelaut

"Aku akan menempel ini di dinding nanti, terimakasih ya hyung." Kyungsoo menggulung kembali kertas itu dan meletakkannya di meja. "Kyung, kami membelikanmu cake coklat. Dengar-dengar coklat membantu perasaanmu menjadi bahagia." Chen membuka kotak biru berisi kue coklat yang sudah dipotong beberapa bagian, kemudian mengambil sepotong.

"Buka mulutmu, aaaaa~" Chen menyuruh Kyungsoo membuka mulutnya, berniat menyuapi, Kyungsoo menurut dan membuka mulutnya.

"Mmm, ennakh~" Kyungsoo tersenyum, pipinya menggembung karena makanan yang sedang dikunyah. Matanya yang bulat terlihat sipit.

"Kau imut sekali Soo-ie~" Luhan yang tidak tahan mencubit pipi Kyungsoo pelan, takut membuatnya tersedak. Kyungsoo hanya terkekeh pelan.

"Mau apa kau kemari?! Pergilah!!"

Mereka terdiam, mendengar keributan di bawah sana.

"Bukankah itu suara noona mu Kyung?" Tanya Kai.

"Iya, tapi kenapa dibawah ribut sekali?" Kyungsoo mengerutkan keningnya. Dia mendengar suara orang lain selain noona nya.

"Pergilah! Kyungsoo tidak ada disini!"

"Kumohon Noona, izinkan aku bertemu dengan Kyungsoo sebentar saja."

"Kyungsoo tidak akan pernah mau menemuimu lagi, kau sudah menyakitinya!" Rin mendorong tubuh seorang pemuda berambut hitam dihadapannya.

"Maafkan aku Noona, saat itu aku kelepasan, aku ingin meminta maaf padanya." Pemuda itu menahan dirinya agar tidak terdorong keluar.

"Pergi!" Rin berusaha keras menahan Hyunsik yang bersikeras untuk bertemu Kyungsoo, Kyungsoo sedang tidak dalam kondisi baik saat ini.

"Kumohon noona, izinkan aku bertemu dengan Kyungsoo!"

"Tidak akan pernah!"

"Ada apa ini?"

Hyunsik dan Rin menoleh ke arah pemilik suara berat itu. Kris berdiri di dekat tangga, wajahnya menyiratkan kebingungan yang amat sangat. Dia mendekati Hyunsik dan Rin yang masih bersitegang. Yang lain menyusul Kris dan berekspresi sama sepertinya.

"Kau siapa?" Tanya Xiumin.

"Dimana Kyungsoo? Aku ingin bertemu dengannya."

Xiumin menaikkan satu alisnya, "Aku bertanya padamu kenapa malah balik bertanya?"

"Aku hanya ingin bertemu Kyungsoo, dia dimana sekarang?"

"Dia sedang istirahat, kalau ingin bertemu besok saja."

"Aku ingin bertemu sekarang."

Kris mengerutkan keningnya, anak ini keras kepala sekali, pikirnya. Tiba-tiba saja Kris merasa ada seseorang yang menarik baju belakangnya. Kris sedikit melirik ke belakang, dia terkejut melihat Kyungsoo yang berada di belakangnya dengan raut wajah ketakutan. 'Sejak kapan dia disini?'

"Kyungsoo? Kau di situ?" Kris menoleh ke depan, Hyunsik terlihat berbinar melihat Kyungsoo yang berada dibelakangnya. Tapi berbeda jauh dengan Hyunsik, Kyungsoo terlihat sangat ketakutan, dia terlihat seperti seorang anak kecil yang melihat badut horor tersenyum.

Sehun yang melihat ekspresi Kyungsoo kini mulai paham, pasti ada sesuatu diantara mereka. Sehun langsung menghadang Hyunsik yang mencoba mendekati Kyungsoo. Dia mendorong tubuh Hyunsik menjauh.

"Apa-apaan kau?!" Hyunsik merasa tersinggung dengan sikap Sehun.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi kau bisa lihat sendiri bahwa Kyungsoo ketakutan saat melihatmu." Ucap Sehun tajam. Hyunsik melihat ke arah Kyungsoo, saat mata mereka bertemu, terpancar ketakutan dan kekecewaan dari mata Kyungsoo saat melihatnya. Berbeda dengan mata Kyungsoo yang hangat dan menenangkan saat mereka pertama kali bertemu.

"Kyungsoo....aku..." Hyunsik kehabisan kata-kata saat melihat mata Kyungsoo yang berair.

"Kau yang membuatnya begitu Hyunsik..." Lirih Rin. Dia kembali mengingat saat-saat Kyungsoo terlihat hancur dan rapuh.

"Kyungsoo...."

"Pergilah Hyunsik... Aku memaafkanmu... Jangan ganggu aku lagi...."

Jantung Hyunsik terasa berhenti berdetak. Kyungsoo mengucapkan kalimat itu dengan suara yang serak dan lirih.

Keadaan hening sesaat. Semua menunggu reaksi Hyunsik. Sementara Kyungsoo semakin erat mencengkeram kemeja Kris, kepalanya terasa berat. Ingatan peristiwa itu kembali mampir di kepalanya.

"Baiklah Kyungsoo.... Aku akan pergi.... Mianhae...." Ucap Hyunsik pelan. Hyunsik membalikkan tubuhnya, tangannya terkepal kuat di sisi tubuhnya. Dia berjalan perlahan ke arah pintu. Dia meninggalkan rumah Kyungsoo tanpa menoleh ke belakang. Rin hanya memandang kasihan pada punggung Hyunsik, kemudian menutup pintu rapat-rapat.

Kyungsoo sudah tidak tahan lagi. Kepalanya semakin sakit dan dunia terasa berputar. Kyungsoo ambruk ke arah Kris yang dengan cepat menahan tubuh Kyungsoo sebelum menyentuh lantai.

"Aku akan membawanya kembali ke kamar." Kris menggendong Kyungsoo yang masih sadar, tapi matanya terpejam. Kyungsoo mencengkeram kemeja depan Kris dengan kuat hingga membuatnya kusut.

"Noona, siapa anak tadi?" Tanya Xiumin saat Kris sudah naik ke lantai atas. Rin menghela nafas, kemudian menyuruh mereka semua duduk di sofa.

"Anak itu bernama Hyunsik, dia teman SMP Kyungsoo saat dia masih di Ilsan." Rin mulai bercerita. Mereka mendengarkan dengan seksama.

"Sebenarnya aku enggan mengungkit hal ini, tapi sepertinya aku bisa mempercayai kalian." Rin menatap mereka satu-persatu. "Dulu Kyungsoo bukan anak yang pendiam dan tertutup seperti sekarang." Rin mulai menerawang.

"Dia adalah anak kecil yang aktif dan penuh rasa penasaran. Dia selalu membawa keceriaan, seperti matahari yang bersinar." Rin tersenyum sendiri mengingat masa saat Kyungsoo masih di taman kanak-kanak.

"Tapi suatu kejadian mengubah semuanya."

Rin berubah sedih. "Orangtuanya tewas terbunuh saat hari libur musim panas." Mereka terkejut mendengarnya.

"Tepat di depan matanya, dia menyaksikan semua pembunuhan itu."

Kini semua makin terkejut.

"Saat itu aku masih tinggal di Goyang, begitu aku mendengar kabar itu aku langsung pergi ke Seoul. Tapi begitu sampai, hatiku langsung mencelos melihat keadaan Kyungsoo." Mata Rin mulai berkaca-kaca.

"Dia terlihat seperti boneka. Tanpa jiwa."

"Kami melakukan segalanya untuk mengembalikan senyuman Kyungsoo. Kami hampir menyerah setelah sepuluh bulan Kyungsoo masih dalam keadaan yang sama."

"Tapi akhirnya, perlahan Kyungsoo mulai kembali. Dia sudah mulai membuka diri. Dia tidak lagi menolak makanan yang aku buatkan untuknya. Padahal sebelumnya dia tidak pernah sedikit pun menyentuh makanan sebelum kami memberinya vitamin."

"Karena saat itu aku masih sekolah, aku tidak bisa berlama-lama menemani Kyungsoo. Selama kelas empat sekolah dasar sampai SMP Kyungsoo ikut dengan pamannya yang berada di Ilsan. Selama itu juga aku tidak tahu apa yang terjadi padanya."

"Saat aku sudah lulus sekolah, aku berkunjung ke Ilsan. Saat itu Kyungsoo sudah memasuki kelas satu SMP. Aku juga mengenal Hyunsik, dia adalah sahabat Kyungsoo yang dekat dengannya. Awalnya aku tidak merasa ada yang aneh dengannya, tapi instingku mengatakan hal yang berbeda setelah beberapa kali bertemu dengannya."

"Ternyata benar. Instingku tidak salah." Rin tidak lagi menahan airmata yang mengalir di pipinya.

"Aku sangat ingat saat itu, saat itu hujan deras. Aku menunggu Kyungsoo yang masih di sekolah, aku pikir dia akan pulang telat karena menunggu hujan berhenti. Tapi, saat petir masih menyambar dan hujan semakin deras, Kyungsoo pulang dalam keadaan yang parah."

"Dia menangis dan menggigil kedinginan. Rambutnya acak-acakan dan seragamnya berantakan. Bahkan ia pulang tanpa membawa tas. Saat ia langsung berlari ke kamarnya, aku baru menyadari sesuatu. Seragam Kyungsoo sedikit koyak di bagian punggungnya, seperti bekas tertarik. Aku juga menyadari beberapa lebam di lengannya. Aku pikir dia habis berkelahi, tapi aku tidak menemukan luka di wajahnya, hanya lebam di beberapa bagian lengannya seperti habis membentur sesuatu yang keras."

"Sejak hari itu, Kyungsoo mengurung dirinya dikamar. Dia tidak mau makan dan minum, pintunya selalu terkunci. Aku bahkan sudah membujuknya dengan berbagai cara, tapi tidak berhasil. Karena kami khawatir, akhirnya paman nekad membongkar kunci kamar Kyungsoo. Tapi yang kami lihat terasa seperti deja vu. Aku melihat sekali lagi Kyungsoo yang hancur. Tapi kali ini dia menangis."

"Setelah kami membujuknya, akhirnya dia mau bercerita. Dia mengalami hal yang sangat menyakitkan setelah kematian orangtuanya." "Yaitu pelecehan." Suara Rin memelan saat mengucapkan kata itu. Tidak ada yang mengatakan sesuatu. Mereka telah menerima banyak kejutan dari seorang Do Kyungsoo.

"Dia tidak mengatakan siapa orangnya, tapi saat Hyunsik menjenguknya, aku menyadarinya. Kyungsoo tidak menerima kehadiran Hyunsik, dia bahkan mengusir dan memaki Hyunsik. Itu adalah pertama kalinya Kyungsoo memaki seseorang. Dia menyebut Hyunsik 'pengkhianat'. Aku bingung kenapa Kyungsoo begitu, setelah itu Kyungsoo memaksa untuk pulang ke Seoul. Kami mengizinkannya walau dengan berat hati."

"Tiga hari setelah Kyungsoo pergi, ada tiga siswi teman sekelasnya mengembalikan tas Kyungsoo. Dia bilang dia menemukannya di gudang olahraga. Tapi kemudian dia mengatakan hal yang membuatku sepeti tertimpa batu besar. Dia bilang,"

'Kami melihat Kyungsoo dan Hyunsik memasuki gudang olahraga saat itu, setelah agak lama Kyungsoo berlari keluar gudang. Padahal saat itu hujan deras.'

'Oh iya, tak lama kemudian Hyunsik juga menyusul, aku tidak tahu kenapa mereka seperti itu.'

'Tapi aku yakin kalau saat itu aku melihat seragam Kyungsoo robek.'

Semua yang mendengarnya terkejut.

"Jangan-jangan... Pelecehan itu... Dilakukan oleh..." Luhan menggantung ucapannya, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi saat Rin mengangguk.

"Benar... Hyunsik yang melakukannya... Saat itulah aku merasa diriku payah, aku adalah kakak yang buruk baginya..." Rin menangis sesenggukan. Mengingat betapa payahnya dia. Semua yang ada di sana terdiam, larut dalam pikiran masing-masing. Begitu juga dengan seseorang bertubuh tinggi yang berada di balik tembok.

Kris terdiam di tempatnya. Niatnya ingin kembali ke ruang tengah setelah memastikan Kyungsoo tidur dengan nyaman. Tapi dia mengurungkan niatnya saat mendengar cerita Rin. Dia tidak menyangka kalau Kyungsoo mengalami hal seperti itu. Entah kenapa dia merasa ikut merasakan sakit di hatinya.

'Orangtuaku juga meninggal, tapi tidak pernah aku merasakan hal yang seperti Kyungsoo rasakan.' Kris termenung sendiri, dia ingat saat masih tujuh tahun Ibunya meninggal karena kecelakaan. Lima tahun kemudian ayahnya menyusul ibunya. Tapi dia tidak terlalu sedih atas meninggalnya mereka, dia sendiri bingung atas perasaannya saat itu.

'Oh, mungkin karena mereka tidak ada disampingku saat aku membutuhkan mereka.' Kris tersenyum pahit. Dia tidak memiliki hubungan yang baik dengan orangtuanya, mereka selalu sibuk dengan pekerjaan. Mereka hanya memiliki sedikit waktu untuknya.

Karena itulah dia tumbuh menjadi pemuda yang dingin dan tidak terlalu peduli pada orang lain. Tapi karena kesepian dia menjadi stress. Dia beruntung bertemu dengan Sehun di padang rumput kecil di dalam hutan, yah... Meski dia harus melihat wajah jelek Sehun yang sedang menangis...

"Hiks...."

Kris menoleh ke arah pintu kamar Kyungsoo. Dia yakin dia mendengar suara isakan dari dalam sana. Kris memutuskan untuk kembali ke kamar Kyungsoo, begitu membuka pintu, dia melihat Kyungsoo sedang duduk di kasurnya. Menangis.

Kris menghampiri Kyungsoo dengan perlahan. Dia duduk pinggir kasur. Tangannya perlahan terulur untuk menyentuh pundak Kyungsoo yang bergetar.

"Kyungsoo..." Panggilnya lembut. Dirasakannya Kyungsoo tersentak kaget, Kyungsoo mengangkat kepalanya yang sedari tadi dia tenggelamkan di kedua lututnya yang dia lipat. Wajah Kyungsoo terlihat sangat kelelahan.

'Dia mendapat banyak beban di usia semuda ini.' Batin Kris. Sebelum ini dia hanya memikirkan diri sendiri, ditambah enam curut yang menjadi orang terdekatnya. Tapi setelah dia bertemu Kyungsoo, hatinya yang beku telah meleleh hanya dengan melihat senyuman Kyungsoo.

"Hyung..." Kyungsoo mengusap airmatanya yang tidak kunjung berhenti. "Hyung, aku-"

"Sshh..." Kris menghentikan ucapan Kyungsoo, tangannya bergerak untuk menghapus airmata dari wajah yang indah itu. "Aku sudah tahu semuanya, kau bisa percaya pada kami Kyungsoo...." Kris tersenyum lembut. Senyum yang sangat jarang dia berikan.

Sesaat Kyungsoo terpesona oleh pesona seorang Kris. Dia membiarkan Kris mengelus pipinya, tanpa dia sadari jarak mereka semakin mendekat.

'Ya tuhan, apa yang aku lakukan?!' Kris mencoba sadar. Tapi saat mata elangnya bertemu dengan mata yang memancarkan kesedihan dan kesepian, hati kecilnya ingin membuat mata itu bersinar cerah. Dirinya seakan terhanyut oleh keadaan.

'Tuhan, kumohon jangan hukum aku karena menodai malaikat manis ini.'

Kyungsoo sadar apa yang dilakukan oleh Kris. Tapi dia membiarkan dirinya ditarik mendekat oleh tubuh kekar yang ada di depannya.

CHU~

Mata Kris terpejam, merasakan betapa lembutnya benda kenyal dan terasa hangat. Hanya sekedar menempel, tidak lebih. Kyungsoo memperhatikan wajah Kris yang terlihat tampan dari dekat. Ralat, sangat tampan. Kyungsoo tidak mengalihkan perhatiannya sama sekali dari wajah Kris. Hatinya berkecamuk saat ini.

Ciuman itu sangat lembut dan penuh perasaan. Dan cukup untuk menghancurkan perasaan seorang anak adam yang menyaksikannya dari pintu yang sedikit terbuka. Wajahnya tidak menunjukkan emosi apapun. Tapi tangan yang terkepal erat dan tatapan tajamnya cukup untuk menjelaskan bahwa sosok itu sangat tidak menyukai pemandangan yang dilihatnya saat ini.

Hal perusak persahabatan yang paling menakutkan selain dendam adalah cinta.

Sementara itu keadaan di ruang tengah masih hening. Mereka masih larut dalam pikiran sendiri. Chen berkali-kali membuang nafas, dia bingung kenapa dia terus-menerus terpikir dengan masa lalu Kyungsoo. 'Siapa yang tidak terus kepikiran kalau seorang malaikat cantik seperti Kyungsoo punya masalah yang rumit?'

"Maaf menunggu, silahkan di minum." Rin datang dari arah dapur dengan nampan ditangannya. Coklat hangat di cuaca dingin adalah pilihan yang bagus. Juga setoples cookies menjadi teman minum yang komplit.

"Terimakasih noona, kau tak perlu repot-repot..." Xiumin tersenyum canggung.

"Tidak apa, aku merasa sedikit lega karena sudah menceritakan hal itu pada kalian. Aku yang seharusnya berterimakasih." Rin tersenyum manis, meski matanya masih membengkak karena habis menangis.

"Kau lama sekali hanya memanggil mereka." Kai menatap seseorang yang baru saja turun dari lantai atas.

"Sehun, bagaimana keadaannya?" Tanya Luhan kepada Sehun yang duduk di sebelahnya.

"Dia sedang tidur, dan Kris hyung juga ikutan tertidur di kursi. Aku tidak mau membangunkannya." Kata Sehun datar seperti biasa.

"Wah, gawat darurat kalau Kris tidur, sangat susah dibangunkan." Kata Luhan sambil mengunyah cookies yang tadi diambilnya.

"Ya, sama seperti rusa cina ini." Kata Xiumin menyindir Luhan dengan terang-terangan.

"Aku tidak seperti itu, gendut!"

"APA?!"

Xiumin dan Luhan saling mengejek satu sama lain. Baekhyun dan Chen malah memprovokasi keduanya, sementara Kai hanya memandang bosan mereka sambil menikmati coklat hangatnya.

"Sehun, silahkan diminum coklatnya. Udaranya semakin dingin saja akhir-akhir ini. Padahal hari masih siang." Tawar Rin kepada Sehun yang sedari tadi hanya diam.

"Iya noona..." Sehun mengambil secangkir lalu meminumnya. Disaat seperti ini coklat yang manis terasa pahit baginya.

Karena dia tidak bisa menghilangkan bayangan yang dilihatnya tadi.





















Udara semakin dingin akhir-akhir ini. Musim semi tahun ini terasa begitu dingin, tapi pada musim panas akan terasa sangat panas. Mungkin ini adalah pengaruh dari global warming. Kebanyakan orang berdiam diri di rumah atau menggunakan pakaian agak tebal. Tapi berbeda dengan pemuda yang satu ini, dia hanya mengenakan pakaian tipis. Dia duduk di salah satu bangku taman. Dia tertunduk dalam, tidak menghiraukan udara dingin yang menusuk.

"Aku memang bodoh...." Sesekali terdengar gumaman pelan dari bibirnya, nafasnya sudah mengeluarkan uap putih. "Sebodoh itukah diriku sampai kau membenciku..."

"Kyungsoo... Maafkan aku.... Maafkan aku...." Airmata mengalir dari kedua matanya.

"Apa yang sudah kulakukan.... Aku benar-benar bodoh..." Hyunsik tidak bisa berhenti mengutuk dirinya sendiri. Semakin malam udara semakin dingin. Tapi Hyunsik tidak beranjak dari posisinya.

Hatinya terasa hancur saat melihat wajah Kyungsoo yang terlihat ketakutan. Dia tidak tahu apa yang dia pikirkan saat itu, pikirannya mendadak blank saat Kyungsoo mengatakannya di gudang sewaktu mereka mengembalikan peralatan olahraga saat itu.

'Kyungsoo, apa hubunganmu dengan Gyoeul?' Tanya Hyunsik saat mereka sedang membereskan peralatan yang mereka gunakan tadi.

'Apa maksudmu? Aku hanya berteman dengannya, itu saja.' Kata Kyungsoo santai, dia memasukkan beberapa bola basket ke dalam keranjang bola.

'Oh... Tapi kau kelihatan dekat dengannya.'

'Dia itu mirip sepupuku, aku jadi merasa memiliki seorang kakak lagi saat melihatnya.'

'Tapi aku merasa kalau dia punya perasaan yang lain padamu.' Hyunsik menatap tajam Kyungsoo yang sedang berjongkok untuk mengumpulkan bola tenis yang entah kenapa berceceran di lantai. Kemudian memasukkan bola itu satu-persatu ke dalam keranjang kecil yang ada ditangannya.

'Kau ini bicara apa sih? Menurutku dia biasa saja padaku.' Kyungsoo tertawa pelan.

'Lalu bagaimana denganku?'

'Apanya?'

'Kau menganggapku apa?'

'Aku menganggapmu teman terbaik yang pernah aku miliki. Aku juga sayang padamu, kau sudah seperti saudaraku.'

Kyungsoo mengucapkan kalimat itu dengan senyuman manis, tidak mengetahui ucapannya membuat seseorang merasakan hatinya remuk.

'Teman ya.... Tapi aku tidak berharap demikian....' Hyunsik tersenyum tipis, dia menatap mata Kyungsoo. Kyungsoo menatapnya dengan wajah bingung. Setelah itu dia tidak ingat apalagi yang terjadi setelahnya. Dia hanya mengingat bola yang terjatuh dan memantul kesana kemari. Teriakan Kyungsoo, suara hujan yang turun, juga dia melihat mata jernih yang berlinang airmata, juga memancarkan ketakutan.

Dia sadar saat merasakan sakit di wajahnya yang terkena lemparan tas dari Kyungsoo, Kyungsoo sudah pergi jauh, lari menjauhinya. Dia melihat tangan kanannya sendiri, ada sebuah kain yang tersobek paksa. Itu... Kain dari seragam Kyungsoo....

"AAARRGGHHH!!!" Hyunsik berteriak keras, dia menjambak rambutnya sendiri. Kemudian dia menangis.

"Aku ini bodoh sekali.... Payah.... Pengecut...." Dia mulai meracau serampangan. Taman sangat sepi, cuaca sangat tidak bersahabat, awan hitam terlihat menggantung di cakrawala, udara semakin dingin. Tapi Hyunsik tidak berniat pergi dari tempatnya.

Tap

Hyunsik membuka matanya, ada sepasang sepatu hitam dihadapannya. Kemudian dia mendongak.

"Ada perlu apa?" Tanya Hyunsik datar, dia tidak peduli dengan keadaannya yang berantakan. Pria itu hanya diam, tapi matanya yang tajam terus menatap Hyunsik.

"Apa aku mengenalmu?" Tanya Hyunsik lagi. Pria didepannya menggunakan topi pemburu dan mantel hitam panjang, membuatnya semakin misterius.

"Apa masalahmu-" Hyunsik tercekat, matanya membelalak, dia terhuyung ke depan. Pria dihadapannya menangkap tubuh Hyunsik, kemudian menyenderkan tubuh itu ke sandaran kursi taman.

"Kau memang bodoh datang kemari..." Ucap pria itu, dia membuang revolver yang sudah kosong itu ke tempat sampah, kemudian melepas sarung tangan hitam yang dikenakannya dan dibuang juga ke tempat sampah.

Dia menatap datar sosok pemuda berambut hitam dihadapannya, dia menutup mata Hyunsik yang masih terbuka, matanya beralih melihat dada Hyunsik yang mengeluarkan darah dari bekas tembakan peluru kaliber. Tepat di jantung. Darah itu mulai merembes mengotori pakaian Hyunsik.

"Kau bergerak sangat cepat kawan..."

Pria itu menatap datar seorang pria yang berdiri bersandar di tiang lampu jalan. Pria itu menaikkan kacamata yang dikenakannya, tersenyum tipis menatap pria yang tidak jauh darinya.

"Padahal aku ingin ingin mengorek informasi lagi darinya. Melihatnya menangis di gereja saat itu membuatku penasaran."

"Itu hanya akan memperlambat waktu. Aku tidak sepertimu William." Pria itu membuka mantel hitam yang digunakannya, kemudian menyelimuti tubuh Hyunsik yang mulai kaku. Menutupi noda darahnya.

"Benar-benar gaya khas seorang J, sniper handal berdarah dingin." William menatap mata tajam J. "Kau hanya melakukan tugas membunuh, persis yang di katakannya. Tidak melakukan hal lain, hanya membunuh."

"Kenapa? Kau keberatan?" Tanya J dengan nada yang tidak bersahabat.

"Kau juga sama buruknya denganku. Membohongi teman-temanmu, keluargamu, dan murid-muridmu." J menekan setiap kata yang diucapkannya.

William tersenyum tipis, atau mungkin lebih tepatnya menyeringai. Sorot matanya berubah mengerikan.

"Mungkin kau lupa satu hal, aku tidak memiliki keluarga."

J menatap datar pria yang juga memiliki masa lalu kelam seperti dirinya, tapi William bisa menutupi masa lalu itu dengan baik. Bahkan dari sahabatnya sekalipun.

"Aku sudah mengirim mereka ke neraka."

Hingga tidak ada yang menyangka, bahwa pria tampan dan baik yang menjadi seorang guru ini adalah seorang pembunuh berdarah dingin yang sanggup membunuh seluruh anggota keluarganya sendiri.

























TBC/DELETE?




LYLA IS BACK!!!! XD

Maaf ya, saya udah lama gak nongol X_X

Semoga Chap ini tidak mengecewakan....

Saya sedang sibuk dengan ujian praktek untuk kejuruan di minggu2 ini, sementara minggu depan adalah ujian untuk mata pelajaran T.T

Saya akan hiatus sebentar, bulan depan akan di lanjutin lagi, karena bulan depan kan liburan ^3^

Do'a kan saya semoga bisa melewati ujian dengan baik dan benar :D

Ada yang tahu William itu siapa? Terus disini saya menyelesaikan satu masalah baby Kyung Kyung, sebagian dari masa lalunya sudah di ketahui oleh para serigala ganteng kita ^3^

Tinggal masalah utama yang belum terpecahkan. Saya belum kasih tau ortunya Kyungie ya? Chap depan bakal di jelasin kok, juga hubungannya dengan kepolisian, Mr. Black, dan alasan kenapa Kyungie sangat dilindungi oleh kepolisian seperti itu.

Terima kasih banyak kepada semua yang udah mau baca. Yang cuma silent reader juga gak masalah kok, karena saya juga sering jadi silent rider #plakk #jangan ditiru Mind to review? ^^
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
OWLove #1
Chapter 15: duhh.
lanjut lanjut thor.
seru deh
penasaran akuu TT
ini harus dilanjut author nim tercinta (eaaaakkk) :D
namjoon mau ngapain tuuh hayoooo,.... duh, author jago bikin penasaran hikseuuu TT

buruan updet ya thoorr. jebaall (buing buing ) #SeketikaAuthornyaMuntah

keep writing thor.
semangat yaaa, mumpung liburan jangan banyak males XD
lopyuu thoor #AuthorNggakLopSamaKamuWekk
:*:*:*
LylaAngelica
#2
Tenang, Ada abang2 ganteng yang jagain baby Soo kok ^3^
DOut29 #3
Baru sempat baca, akhirna ngebut XD
Beuh, akhirnya Krisoo muncul! ♥
duh duh jd penasaran, siapa sih yg ngincar ksoo itu >_<
DOut29 #4
Chapter 3: Ini kira2 main pairnya apa ya? Semoga aja kalo ga Krisoo, Kaisoo atau Hunsoo #plak XD
Krisoo momennya dibanyakin donk :D
*nasib Krisoo shipper minim hiburan*XD
Chansoo sama Laysoo blm ketemu nih? aduh makin penasaraaan >_<
Kira2 siapa ya yg bunuh ortunya Babysoo? :/
update ASAP juseyooooo
DOut29 #5
Chapter 2: sebenarnya saya udah baca di ffnet, tp susah ngereview kaga masuk2 -_-
saya review disini aj ya :D
Penasaran sama yg bunuh ortunya ksoo, sadis bener, kasian soo nya jd trauma gitu π_π
Ah, KaiTaoBaek udah muncul, nunggu KriSoo sama HunSoo momen ini XD
itu Baek main bawa kabur anak org aja coba :v
update juseyooo
MilkyPocky #6
Chapter 1: Lanjutkan~
DOut29 #7
menarik! jarang2 ada ff Kyungsooxeveryone bahasa indo di AFF XD
ditunggu lanjutannya authornim :D