“Hyung, itu gadis yang kau ceritakan?”

“Jadi, apa alasanmu menghajar temanmu itu?”

       Jungkook menundukkan kepalanya, malu. Sejak setengah jam yang lalu, ia dan Taehyung telah menceritakan apa maksud kedatangan mereka ke flat Grace, apa yang terjadi pada Jungkook, dan mengapa Jungkook tidak bisa menghubungi orang tuanya. Mau tidak mau Jungkook pun terpaksa membeberkan buruknya hubungan dirinya dan orang tuanya.

       Di sisi lain, Taehyung duduk di dekat pintu, memandangi teman dekatnyanya dan tetangga barunya berinteraksi, tanpa bersuara apapun. Di dalam pikirannya ia berdebat dengan pemikirannya sendiri bahwa Grace memiliki maksud lain dengan membantu Jungkook. Tapi kemudian hati kecilnya berkata bahwa Grace tulus membantu temannya itu. Gadis itu dengan sabar mendengarkan cerita-cerita Jungkook, dan ia tidak terlalu terkejut ketika diminta menjadi ‘wali’ Jungkook untuk memenuhi undangan sekolahnya.

       “Baiklah, aku akan membantumu. Tapi dengan satu syarat, aku tidak mau kau melakukan hal yang seperti ini lagi. Bukan karena aku tidak mau jadi walimu—itu sama sekali bukan masalah bagiku—tapi demi kebaikanmu juga. Jika dulu kau selalu lolos setiap berkelahi dengan temanmu, setelah surat pemanggilan ini statusmu di sekolah akan berbahaya jika sampai kau berkelahi lagi. Ingat, kau akan membutuhkan surat keterangan baik untuk bisa lulus dari sekolah itu. Mengerti?”

       Jungkook mengangguk dengan mata berbinar. Berkali-kali ia mengucapkan terimakasih pada Grace. Hal ini membuat Taehyung heran karena ia untuk pertama kalinya melihat Jungkook begitu antusias setelah sekian lama selalu memasang ekspresi dingin di wajahnya.

Jungkook pun berpamitan kepada Grace dan Taehyung. Ia menolak untuk diantarkan Taehyung. Alhasil, kini tinggal Grace dan Taehyung yang berdiri di depan flat Taehyung.

Suasana begitu hening setelah kepergian Jungkook. Merasa tidak sopan jika tidak mengatakan apa-apa sebelum masuk kedalam flat-nya, Grace pun mencoba mengeluarkan suara.

“Terimakasih.”

Taehyung menolehkan kepalanya dengan wajah heran. “Terimakasih karena tadi sudah mau membantuku di hadapan orang tuaku. Maaf sudah membuatmu tidak nyaman tadi. Sekali lagi terimakasih. Aku masuk dulu. Annyeong.”

Bibir Taehyung tidak bisa mengatakan apapun. Keheninganlah yang membalas ucapan terimakasih Grace sebelum ia masuk ke dalam flat-nya. Tiba-tiba ia teringat kalau ia baru saja meminta bantuan dari gadis itu. Untuk pertama kali setelah sekian lama, Taehyung menyesal karena tidak mengucapkan kata “Terimakasih” pada seorang gadis.

~

“Terimakasih, nuna. Berkatmu aku jadi dimaafkan oleh keluarga anak itu.”

Grace menepuk pundak Jungkook pelan. “Kau harus mentraktirku makan untuk hal ini.” canda Grace. Ia pun melambaikan tangannya dan meninggalkan sekolah khusus putra itu.    

Seorang lelaki berwajah familiar datang menghampiri Grace ketika ia akan berjalan menuju halte untuk pulang. Grace menggali memori dalam pikirannya untuk mendapatkan identitas lelaki itu. Ia masih belum menemukan apapun dalam memorinya sampai lelaki itu membungkuk di hadapannya.

       “Selamat siang, Nona Grace.” Sapa Jin. “Aku Jin, teman Jungkook dan Taehyung. Kita berdua pernah bertemu di restoran tempat kau bekerja.”

       Grace membuka mulutnya dan nyaris berteriak senang setelah mengingat wajah lelaki di hadapannya. Pada saat lelaki ini ke restoran tempatnya bekerja, Nyonya Inyoung memberitahunya bahwa lelaki ini teman Taehyung. Grace pun membungkukkan diri lalu berjalan bersama Jin menuju halte.

       “Terimakasih sudah membantu Jungkook, maaf merepotkanmu.” Ujar Jin.

       “Oh—tidak apa-apa, itu bukan hal yang besar. Sudah seharusnya aku membantu.” Balas Grace cepat. Grace diam-diam