Previous part:

...     Taehyung membalikkan badannya dan masuk ke dalam rumah. Hal ini membuat Grace panik. Panik karena firasatnya mengatakan Taehyung mendengarkan pembicaraannya dengan Haeryu tadi. 

Tanpa berpikir lama, Grace berlari keluar rumahnya untuk memastikan bahwa Taehyung tidak salah paham padanya. Ia baru saja membuka pintu rumahnya dan dalam sekejap tubuhnya sudah menempel pada dinding di depan pintunya. Kedua bahunya dicengkram erat oleh orang yang ada di depannya. Grace membuka matanya dan langsung berhadapan dengan muka Taehyung yang berjarak tidak jauh dari mukanya sendiri.

“Taehyung,“

“Kau—“ Taehyung menggeram menahan amarahnya. “apa maumu, hah!?”

“Taehyung, biar aku jelaskan—“

“Jawab aku! Apa maumu!?”

Grace mengernyit. “A—aku hanya ingin membantu—“

“AKU TIDAK BUTUH BANTUANMU!” Taehyung menekan lebih kuat tubuh Grace ke dinding. “Aku tidak butuh bantuan siapapun!”

Grace kembali mengernyit, ia menahan diri untuk tidak memelintir tangan Taehyung dengan teknik beladiri yang pernah ia pelajari semasa SMA-nya. “Tapi Tae—“

“Berhenti mengganggu hidupku dan urus saja hidupmu sendiri!” tutup Taehyung yang langsung melepaskan tangannya dari bahu Grace, lalu pergi meninggalkan Grace.

Grace dapat merasakan bahunya berkedut dan ia yakin nanti malam ia akan sulit mencari posisi tidur karena bahunya yang sakit.

~

“Hyung, apa kau benar-benar tidak memiliki teman wanita yang  bisa membantuku?” tanya Jungkook sekali lagi. Jin menggeleng. “Kau yakin?”

Jin mengangguk. “Kau tahu sendiri, teman-teman dekatku di kampus kebanyakan laki-laki. Dan kau juga tahu, kalau aku menghubungi salah satu teman wanitaku, semuanya akan menjadi gosip dan reputasi—“

“Oke, hyung, aku mengerti.” Potong Jungkook lemas. “Kalau denganmu bagaimana, hyung? Apakah ada?”

Taehyung tenggelam dengan pikirannya sendiri. Kejadian tadi pagi terus diputar di kepalanya. Ini bukan pertama kalinya ia melakukan hal yang bisa dikatakan “kasar” kepada perempuan. Sebelumnya, ia pernah melakukan hal serupa kepada gadis-gadis yang suka mengganggu atau bahkan menguntitnya. Namun kali ini, ada satu hal yang berbeda. Ia merasa emosinya begitu meledak pada gadis itu. Aku tidak tertarik padanya, aku hanya ingin membantunya. Taehyung mengambil napas panjang dan berharap kata-kata itu tidak terus terngiang di telinganya.

“Taehyung hyung?” panggil Jungkook lagi. Taehyung lalu menoleh dengan wajah kebingungan seakan-akan baru kembali dari alam bawah sadarnya. “Kau memikirkan apa?”

“Tidak ada.” Jawab Taehyung singkat.

Jungkook mengerlingkan matanya. “Jangan bilang kalau kau memikirkan gadis itu lagi.”

“Apa!? Tidak—tentu saja tidak. Untuk apa aku memikirkan pengganggu itu.”

“Gadis mana?” tanya Jin kepada keduanya.

“Gadis yang diceritakan Taehyung hyung beberapa hari yang lalu, tetangga baru yang terus mengganggunya itu. Gadis pantang menyerah demi mendapatkan hati seorang Kim Taehyung.”

Sebuah bantal tiba-tiba mendarat di kepala Jungkook. Jungkook m