CHAPTER 1: He Like Tornado
Somebody, Help Me!i.
Changmin mengakui dirinya termasuk mahasiswa yang tidak ragu-ragu untuk membolos atau datang telat ke kelas kuliah. Tapi itu tak akan pernah dilakukannya di kelas apapun yang dosennya adalah Gook songsaenim. Lalu hari ini dia melakukannya, melewatkan kelas media promosi, untuk pertama kalinya karena bangun kesiangan dan dia langsung dapat jackpot.
Jackpot itu adalah….
“Kamu beruntung mendapatkanku sebagai teman tim.”
Changmin melirik tajam ke arah lelaki di sebelahnya itu yang sibuk melipat kertas. Jung Yunho, angkatan atasnya dua tahun yang mengulang mata kuliah media promosi karena dulunya terlalu banyak absen. Lalu kini orang itu berkata seolah-olah dialah sang juru selamat padahal mereka berdua murni hanya sial semata.
“Aku sangat jago presentasi, jadi setidaknya kamu sudah amanlah nanti soal siapa yang maju presentasi saat ujian akhir,” seloroh Yunho yang kemudian menepuk kertas hasil lipatannya dengan bangga. Saat ini mereka berdua sedang membuat prototype untuk alat promosi berbentuk display.
Walau kesal harus berakhir satu tim dengan Yunho, karena hanya mereka berdua yang tersisa saat penunjukan kelompok, Changmin berpikir ada benarnya. Dia sangat payah public speaking dan dia tahu reputasi Jung Yunho di seantero fakultas ini betapa mahirnya dia bermulut manis.
“Tapi bukan berarti kamu menimpakan semua eksekusinya padaku dan hanya muncul saat hari presentasi ya! Kalau itu terjadi, aku akan mencoretmu.”
Yunho mengeluarkan senyuman mautnya. “Tentu saja tidak dongsaeng-ah..aku tidak mau mengulang mata kuliah sialan ini lagi.”
ii.
Tidak akan kabur pantatmu itu Jung Yunho sialan!
Desis Changmin emosi saat membaca balasan pesan dari Yunho ketika dikabarinya soal pengerjaan desain alat promosi mereka. Dia sebenarnya sudah curiga ketika Yunho mulai susah dihubungi sejak weekend kemarin. Diskusi berjalan mulus di 2 minggu pertama tapi kemudian mulai tersendat di pekan ketiga, lalu di pekan keempat sekarang ini Changmin mendapatkan jawaban “sorry, aku gak bisa karena ada kerjaan penting”.
Well, Yunho memang terkenal terlalu aktif di kegiatan organisasi kampus dibanding rajin hadir di kelas. Itu sebabnya dia tersisa sendirian diantara angkatannya. Tapi sepertinya dia tak terlalu ambil pusing statusnya itu karena toh tetap sibuk di berbagai event.
Sudah tak ada cara lain kalau begini keadaannya.
“Hei, Jung Yunho!” Changmin menepuk pundak Yunho keras sekali hingga pria itu menoleh dan terbelalak kaget.
“Kamu di sini?! Aku tidak tahu kamu suka evet seperti ini!” teriak Yunho di telinga Changmin untuk mengalahkan suara dentuman music EDM yang membahana. Malam ini memang ada event party closing sebuah pameran otomotif dan dia salah satu panitianya.
Changmin meremas pundak Yunho dan menarik kaosnya. “Ouw…ouw….calm down bro!” seru Yunho sembari menahan pergelangan tangan Changmin.
Yunho tak tahu dalam sesaat, Changmin merasa kaget sendiri. Ini kontak fisik pertama mereka sejak satu tim.
“Besok jam 8 pagi datang di selasar A kampus atau kucoret namamu hyung!”
Yunho berkedip beberapa kali sebelum menyadari ini pertama kali Changmin memanggilnya “hyung”. Lalu setelah Changmin melepas cengkeramannya dan berlalu, Yunho baru sadar bahwa itu terlalu pagi. Dia pun mengejarnya.
Changmin merasakan jantungnya mau copot ketika mendadak di depannya ada Yunho, dengan wajah pria itu sangat dekat dengannya. “Siang saja ya? Pleaseeeeeeeee!!”
Changmin menaikkan sebelah alisnya.
“Kamu tahu sendiri kan jam segini saja acaranya belum selesai, mana bisa jam segitu aku harus ke kampus. Aku…”
“Take it or leave it.”
“Sebagai partner seharusnya…”
“Memangnya yang punya acara penting kamu saja? Besok aku juga ada acara. Take it or leave it.”
Dengan berat hati Yunho mengangguk dengan tatapan ingin menguliti Changmin.
Itu tak jadi soal bagi Changmin. Karena persoalan akan jauh lebih besar jika ia terus-terusan memberikan Yunho excuse. Dia ogah disalahkan jika nantinya presentasi gagal padahal dia sudah kerja keras sendirian.
************
“Amazing. Kamu datang tepat waktu.”
Changmin memberikan tatapan datar melihat onggokan Jung Yunho dengan jaket tebal tidur di lantai dengan tasnya sebagai bantal. Bahkan setelah mengucapkan itu ia kembali memejamkan mata.
“Kamu menginap di sini?”
“Menginap? Kamu pikir ini hotel?” Yunho beringsut ganti posisi dan tetap memejamkan mata tanpa tahu ditatap Changmin dengan begitu detil. “Aku belum tidur dari semalam. Baru selesai beres-beres pagi ini dan aku langsung kemari. Kamu harus mengingat-ingat pengorbananku ini. Catat di bukumu!”
Yunho mendadak membuka mata dan memberikan tatapan tajam, membuat Changmin gelagapan mengalihkan pandangan. Untung dia membawa banyak material yang bisa dijadikan alasannya untuk sibuk. Tapi dia yakin Yunho sempat mengernyit curiga.
“Apa yang harus kulakukan?”
“Kalau begitu tidurlah dulu satu jam. Aku akan mencicil menyusunnya dulu.”
“Cih…kalau kamu menyuruhku tidur buat apa ngotot ketemu sepagi ini. Lebih baik aku tidur di kamarku.”
Benar juga sih, batin Changmin. “Oke, kalau begitu potong ini dulu.”
Tak butuh waktu lama bagi mereka berdua akhirnya fokus berkutat dengan gunting, cutte
Comments