the Eye

re·mem·brance
Please Subscribe to read the full chapter

#Someone send a runner
Through the weather that I'm under
For the feeling that I lost today
Someone send a runner
For the feeling that I lost today#

The National- England

“Yuk, ke the Eye”, dan Hani berdiri di depan Xiumin mencetuskan ide gilanya.

Six hours ago…

Usai dibilangin adeknya suruh terapi, Hani beneran pergi terapi. Sebenernya dia males sama yang namanya terapi. Kayaknya dia berasa bodoh banget nggak bisa mecahin teka-teki yang diberikan oleh perawat soal ingatannya yang ilang. Belum kepalanya yang pusing minta ampun setiap kali dia dipaksa buat menggali ingatan-ingatannya. Rasanya dia mau nyerah aja, tapi Hojun bilang semua yang dia tanyakan selama setahun belakangan ini akan muncul kalo dia rajin terapi.

“Coffee, mixtape, dan waffle”, Rossie memberikan gambar-gambar itu di depan Hani. Seperti biasa, sebelum bertemu dengan dokter Johnson dia harus berlatih mengingat tulisan-tulisan yang diberikan Rossie untuk mengetahui sejauh mana perkembangannya.

“Coffee minuman yang saya minum setiap pagi. Waffle makanan favorite saya, dan mixtape…”, Hani berhenti.

Mixtape?

“Yang ini saya nggak pernah dengar”, kata Hani sambil mendorong kartu bertulisan mixtape ke arah Rossie. Nah yang gini nih yang bikin Hani berasa bodoh banget. Dia mencoba mengingat lagi, mixtape?

“Hani, you can come inside!”, belum selesai Hani mikirin soal mixtape, dokter memanggilnya. Hani duduk di depan dokter Johnson.

“Han”, panggilnya.

“Ya, Dok”, jawab Hani. Dokter menghembuskan nafas panjang. Hani tau, ini nggak bakalan berujung baik.

“Apa yang mau kamu cari di dalam ingatanmu yang hilang?”, tanya dokter.

“Banyak hal. Kayak kenapa saya bisa sampai di London, kenapa saya bisa kecelakaan, kenapa Ayah nggak pernah mau menatap mata saya dan…”, Hani berhenti.

“Dan?”, dokter menyuruhnya melanjutkan.

“Seseorang yang kayaknya ilang gitu aja dari hidup saya. Tanpa sadar saya mencari orang ini, saya mencari kartu yang dia kirim di tumpukan kartu ucapan yang dikirim orang, mungkin aja orang itu yang bikin saya kemari”, lanjutnya. Dokter mengeluarkan hasil ronsen otak Hani, ada dua. Yang satu adalah hasil ronsen otak Hani saat dia pertama kali kecelakaan, yang satu lagi baru diambil tadi pagi.

“Ini adalah ronsen tadi pagi, dan ini yang setahun yang lalu. Dari kasat mata saja bisa dilihat tidak banyak perubahan. Otak kamu sudah mengalami kerusakan parah sehingga ingatan kamu sudah tidak bisa kembali lagi. Terapi yang kita lakukan ternyata hanya mampu mengembalikan ingatan jangka pendekmu sebelum kecelakaan terjadi. Sisanya, kita tidak bisa mengembalikannya lagi”, kata dokter dengan berat hati. Hani mencelos.

“Jadi, saya nggak akan pernah inget lagi?”, tanya Hani.

“Begini Hani, kami juga nggak mengerti kenapa dengan terapi ini ingatan itu tidak kembali. Mungkin karena ingatan yang hilang itu terlalu pahit sehingga secara tanpa sadar otak kamu menolak untuk mengingatnya”, jelas dokter.

“Gimana saya bisa tahu sepahit apa kenangan itu kalau saya sama sekali nggak ingat dan orang di sekitar saya nggak pernah jawab apa yang sebenarnya ada di dalam ingatan saya”, kata Hani.

“Karena kamu mungkin tidak siap dan bisa saja menimbulkan depresi. Apapun yang dipaksakan itu tidak baik”, kata dokter. Nafas Hani tercekat. Dia terdiam. Vonis yang ditetapkan dokter udah nggak bisa diubah. Dia nggak akan pernah tau kenapa dia ada di London, kenapa dia rela menukar mimpinya sebagai psikolog anak dengan menjadi pekerja di perusahaan iklan yang berkerja di bawah tekanan, atau siapa yang selalu tanpa sadar ia cari. Hani bangun dari tempat duduknya, ia bersiap-siap pergi.

“Apa benar-benar nggak ada sedikit kemungkinan untuk ingatan itu kembali?”, tanya Hani. Dokter menggeleng. Hani tersenyum pahit.

“Thank you”, katanya lalu pergi.

                                                                                                                ***

Hani kembali ke apartemennya, tapi dia nggak mau sendirian. Kalau dia sendirian mungkin dia akan tenggelam dengan vonis yang dijatuhkan dokter tadi, bahwa dia nggak bisa mengingat lagi ingatan yang hilang itu. Ke kantor juga nggak mungkin, dia keburu ngambil cuti seharian karena dia pikir hari ini dia akan menjalani beberapa sesi terapi. Dea nggak bisa dihubungi, mungkin dia lagi ketemu klien. Dia memutuskan pergi ke perpustakaan kota.

Di sana Hani mencari tentang berita kecelakaan bus di London setahun lalu. Kecelakaan pada tanggal 6 September 2014. Beritanya cukup terkenal karena bus yang mengantarkannya dari Southampton ke London terguling karena jalanan licin. Nggak ada korban jiwa, tapi Hani jadi salah satu korban dengan luka parah karena duduk di belakang supir. Kepala Hani terbentur benda keras yang akhirnya membuat Hani hilang ingatan.

Ini yang menjadi pertanyaan Hani. Ngapain dia pergi ke Southampton di hari kerja? Kenapa dia kembali ke London jam dua dini hari? Apa dia pergi sendiri atau ditemani? Apa dia pergi ke sana untuk menemui seseorang? Siapa? Klien? Teman? Nggak mungkin, dia nggak pernah ngerasa punya teman di sana. Atau orang itu? Hani tiba-tiba menyingkirkan koran-korannya. Ini Cuma bikin dia makin penasaran. Makin bikin dia sedih karena sampe kapanpun dia nggak akan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.

Biar nggak bosen Hani mencari novel C.S Lewis selain The Chronicles of Narnia. Miracle menjadi salah satu pilihannya. Di buku ini Lewis beragumen soal studi sejarah apakah miracle atau keajaiban itu pernah terjadi. Hani tertarik, karena di saat seperti ini dia berharap kalau keajaiban itu terjadi. Kalau memang ada sesuatu yang bertentangan dengan hukum alam.  Dimana mungkin aja dia bisa mengingat apa yang udah divonis nggak akan pernah kembali.

Hani asyik sendiri ngebaca Miracle sampai seorang petugas perpustakaan menghampirinya. Dia bilang perpustakaan akan tutup dalam 15 menit lagi. Saat Hani melirik jam tangannya, sudah menunjukan pukul setengah delapan malam. Hani terpaksa pulang, tapi rumah sepertinya bukan jadi tujuan. Dari kejauhan bianglala raksasa terlihat. The Eye, sepertinya menatap ke arah Hani. Seolah-olah dia mengajak Hani untuk melihat kota tempat ia berada sekarang. Kota yang ia datangi tanpa tau apa jawabannya.

The Eye tetap menatap Hani dari kejauhan, mengundang Hani untuk cepat-cepat naik dan memperlihatkan kota London di atas ketinggian 135 meter. Hani tersenyum,  ia tau harus kemana sebelum pulang.

                                                                                                                ***

“Gila, tapi ini kan udah jam delapan kurang”, kata Xiumin melihat ke arah jam tangannya.

“So?”

“The Eye kan tutup jam setengah sembilan”, jawab Xiumin.

“Ya makanya daripada lo kebanyakan bacit mending kita buruan ke sana naik Tube (Subway di London) ke sana turun di Waterloo juga Cuma sepuluh menit doang. Keburu lah kalo jalan sekarang”, kata Hani nunjukin handphonenya lengkap dengan peta Tube.

“Ta…tapi”

“Lama lo”, tukas Hani. Xiumin menghembuskan nafas. Akhirnya dia terpaksa mengikuti Hani. Jalannya dipercepat, mengejar jam operasional the Eye yang

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Chanseong196 #1
I’m not indonesian...but still it’s great that you could make the readers understand and feel from your story??
Navydark
#2
Chapter 9: Ini ff xuihani pertama yg aku baca. Kereeeeen. Kirain aku doang yg demen mereka. Hehe
Ini sequel mixtape ya thor?
anmade #3
Chapter 9: Oh sweet~~ :D akhirnya hani inget xiumin lagi~ thanks for update! ^^
scarletwriter #4
Chapter 8: Aduh kenapa gw nyesek ya baca ini? T_T SAKIT ATI NENG BANG UMIN UDA SAMA ENENG AJA
Gw jg ga ngerti kenapa gw bs ketemu ff ini, xiumin bias aja bukan tp gw lg cari ff yg hani sih. Gw jarang baca ff yg non english, indo kdg2 terlalu baku jdnya aneh ato terlalu gaul bahasanya mengurangi keindahan literatur #ceileh. Tapi punya lu ok punyaaa authornimmm~~~~

Semoga skripsinya lancar ya authornim
Dan aku akan selalu menunggu update muuu

Btw authornim mgkn bs kasi tag xiuhani? Biar lbh gampang dicari
ilyxmn #5
Update lagiii~ aku nyesek nyesek bacanya :"D HAPPY ENDING DONG INI BAPER SERIUSAN AHAHA I LOVE THIS ♡♡
xx_phj
#6
Chapter 7: sakit bgt gilakkkk. hani jangan gitu dong. xiumin juga jangan dengerin hani. balikan aja apa!!:"((
anmade #7
Chapter 7: Lhooo Hani~~ nooo T^T jangan dong hiks Umin gimana :'(
Anyway, thanks udah update ^^
anmade #8
Chapter 6: uwaaaah sedih pas tau ingatan Hani gak bs balik :( Xiumin yg sabar yaa.. mereka berantem kah? jd makin penasaran nih hehe