May The Higher Being Know Your Effort, Dear

Yellow Dandelion

"Oppa menyuruhku untuk menunggunya."

Baekhyun menyesap habis bubble tea yang sempat ia beli di kantin sekolah setelah bel tanda kelas selesai berbunyi. Saatnya pulang. Uh oh, tapi sahabatnya tak mau diajak pulang bersama--walau pulang bersama berarti 'berjalan bersama sampai gerbang sekolah (kalau ada yang menjemput mereka) atau sampai halte di depan sekolah (jika mereka harus naik bis)'.

"Hari ini kau tak dijemput?" tanya Kyungsoo heran. Wajar ia bertanya begitu, Kim-bersaudara biasanya diantar-jemput sopir pribadi, atau setidaknya hanya Minseok bila Joonmyeon harus tinggal lebih lama di sekolah menyelesaikan tugasnya sebagai Ketua Murid.

Minseok menggeleng. "Paman Youngwoon ada urusan keluarga, jadi kami harus naik bis. Oppa tak mau aku naik bis sendiri setelah insiden itu."

Kyungsoo ber-aah sambil mengangguk-angguk. Insiden itu memang membuat orang-orang di sekitar Minseok panik, walau Minseok sendiri yang mengalaminya tak merasa bahwa itu adalah yang perlu dibesar-besarkan.

"Yah, kakakmu itu terlalu paranoid, kau kan bukan bocah enam tahun yang bisa nyasar dengan mudah," tukas Baekhyun tak habis pikir.

"Baekhyun-ah," Kyungsoo mengingatkan. "Kejadian saat ia salah bis dan nyasar sampai Busan baru sebulan yang lalu."

"Ah, benar juga." Baekhyun menggaruk dagunya sambil tersenyum kecut. Ia ingat bagaimana saat malam itu ia sedang sibuk berkencan dengan pacarnya, Chanyeol, ketika ia tiba-tiba ditelpon oleh Joonmyeon yang histeris menanyakan apakah Minseok bersamanya karena jam sudah menunjukkan pukul delapan malam sementara Kyungsoo, Jongdae, dan Zitao juga tak mengetahui keberadaan Minseok. Ponselnya tak bisa dihubungi. Ketika Joonmyeon hampir saja mengalami panic attack (dan menghukum dirinya sendiri karena mengijinkan Minseok naik bis sendiri untuk pertama kalinya ) dan akan menghubungi polisi, Minseok menelepon lewat telepon umum, mengatakan bahwa ia salah naik bis dan berakhir di pemberhentian terakhir di Busan.

Busan. Entah bagaimana ia bisa salah bis atau bahkan berakhir di kota yang benar-benar berbeda provinsi, tak seorang pun yang paham. Baekhyun dan Kyungsoo sudah lama menyerah untuk mendapatkan dimana logika dari kejadian tersebut.

"Yah baiklah kalau begitu, kau tunggu saja kakakmu sampai rapatnya selesai." Kyungsoo menepuk pundak Minseok dan memberinya senyuman lebar.

Sementara itu Baekhyun, setelah membuang botol bubble tea-nya yang kosong, tiba-tiba memeluk Minseok. "Hati-hati, Anakku. Ibu punya feeling bahwa selalu ada kejadian aneh kalau kau dibiarkan sendiri dan lepas dari pengawasan."

Minseok menabok pundak Baekhyun keras-keras. "Kau pikir aku anak macan?!"

...

Menunggu Joonmyeon adalah hal yang paling membosankan bagi Minseok. Apalagi karena kakaknya dengan tegas dan jelas menyuruhnya untuk menunggu tak jauh dari ruang Dewan Murid, dan melarangnya kemana-mana. Minseok mendengus, huh toh bila ia dibolehkan untuk kemana-mana juga dia tak akan beranjak--hari ini tim sepak bola sedang libur jadi ia tak bisa mengintip mereka. Dan Minseok juga tak ingin mengintip mereka diam-diam--insiden ia melukai Doojoon dan dikira siluman salju oleh pangerannya adalah hal yang cukup traumatis.

Tapi tetap saja menunggu adalah hal yang membosankan baginya. Beberapa kali ia menguap lebar-lebar. Minseok mengantuk dan ia secepatnya ingin pulang lalu beristirahat, tapi dimana Joonmyeon? Mengapa ia lama sekali? Mana ia tak boleh tidur di sembarang tempat pula. Kata Yujin, seorang perempuan apalagi putri keluarga Kim tak boleh tidur selain di tempat tidur, apalagi dengan mulut mangap dan iler kemana-mana (tentu saja ultimatum ini dikeluarkan Yujin setelah beberapa bulan yang lalu ia melihat foto adiknya yang tertidur dengan posisi mengerikan seperti itu di kelas--terima kasih pada Baekhyun yang telah memotretnya serta pada Jongdae yang menunjukkannya pada Yujin).

Maka dari itu, di sinilah Minseok berada, sedang membasuh mukanya di salah satu wastafel di sebuah kamar mandi sekolah. Di sini tempat semuanya bermula, ketika ia mendengar sebuah suara lelaki di salah satu bilik toilet di belakangnya...

"Aish, dasar Howon, seenaknya saja menumpahkan susu di celanaku, eii..."

Minseok tercekat. Suara anak laki-laki... di toilet perempuan?

Tukang AC?

Pengintip?

Penculik?

Oh tidak.

Darah Minseok serasa berdesir di telinganya, sementara jantungnya berdegup dua kali lipat. Minseok mengelap keringat dingin yang tiba-tiba membasahi keningnya. Ia menelan ludahnya dengan susah payah. Ada seorang pengintip di toilet cewek, oh bagaimana ini bagaimana ini... Kalau Minseok pergi begitu saja maka si Pengintip itu bisa kabur atau parahnya bisa ada anak perempuan lain yang masuk toilet dan tanpa tahu apa-apa ia menyelesaikan urusannya sementara Pengintip itu masih ada di sini.

Dengan panik Minseok meraba kantongnya, mencari ponsel yang akan digunakannya untuk menghubungi Joonmyeon dan meminta bantuan. Tapi oh sial, ia meninggalkan ponselnya di dalam tasnya, yang bodohnya lagi tasnya ia tinggalkan di bangku tempatnya menunggu di depan ruang Dewan Murid.

Dalam hati Minseok mengutuk kelalaiannya. Kim Minseok, kenapa di saat-saat seperti ini kedodolanmu kumat sih?

Minseok menggigit bibirnya, bingung tak tahu harus melakuka apa. Akhirnya, setelah mengumpulkan niat dan keberanian, ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu bilik yang dihuni oleh lelaki mencurigakan itu (ia sangat yakin orang itu adalah Pengintip yang berniat jahat!).

"Haloo, sedang ada orang di dalam, tolong jangan menendang-nendang pintu toilet, aku masih sibuk!" Terdengar jawaban dari dalam bilik.

"Aku tidak pakai kaki!"

Bodohnya, Minseok malah menyahuti ucapan lelaki mencurigakan itu.

"YAH! Kenapa perempuan ada di sini?" Suara lelaki itu terdengar kaget. Minseok makin bingung, ini beneran Pengintip atau orang gila sih?

"Ini toilet perempuan!" Sergah Minseok tak mau kalah. "Kau yang ngapain ada di dalam toilet perempuan, hah?"

Ah, Joonmyeon-oppa pasti bangga akan keberanian adiknya ini, pikir Minseok berbesar kepala.

"Ini toilet laki-laki, tahu! Kau yang salah masuk! Cepat sana keluar!" Suara di dalam bilik terdengar tak sabar. Minseok tak mau menyerah begitu saja, enak saja, si Pengintip itu pasti cari-cari alasan untuk kabur karena ketahuan. Minseok bersumpah tak akan membiarkannya begitu saja.

Ia memutar otak, mencari cara bagaimana agar pintu bilik itu dapat terbuka dan ia dapat menangkap si Pria Mencurigakan, karena memaksanya keluar sepertinya percuma saja. Minseok mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya... oh itu dia, ada sebuah alat pel diletakkan di dekat toilet berdiri.

...engg toilet berdiri?

Tunggu.

Seingatnya di kamar mandi cewek tidak ada toilet berdiri.

Eh?

EH?!

"AAAAAAAKKKHHHHHH!!!"

Minseok menjerit kencang ketika meyadari ia sedang berdiri di dalam toilet lelaki... yang mungkin saja dipenuhi kuman-kuman lelaki (apa pula itu kuman lelaki? Entahlah, yang jelas Baekhyun selalu menyuruhnya waspada agar jangan sampai terkena kuman lelaki. Minseok sendiri tak paham).

"Yah, kau kenapa? Apa kau baik-baik saja?" Lelaki di dalam bilik, yang Minseok sadari sepertinya adalah lelaki baik-baik dan tak bersalah, yang kemungkinan adalah siswa sekolah itu juga, bertanya dengan nada khawatir. "Kau kenapa? Uh... tunggu, sebentar lagi aku keluar!"

"Jangan!" Minseok tak ingin menanggung malu karena ketahuan salah masuk toilet, jangan sampai orang itu melihat wajahnya, bisa-bisa hancur reputasinya. "Ma-maafkan aku, aku salah masuk toilet..." Ia membungkuk berkali-kali di hadapan pintu bilik tersebut, entah mengapa merasa begitu tidak enak hati karena telah berprasangka buruk. Minseok ingin segera pergi dari tempat terkutuk itu (Baekhyun bilang toilet lelaki adalah tempat terkutuk dan haram dimasuki perempuan) dan melupakan kejadian memalukan ini.

Namun Tuhan berkehendak lain, karena begitu ia membalikkan badan untuk segera kabur, didengarnya suara segerombolan anak laki-laki yang mendekat, sepertinya mereka akan masuk ke toilet ini.

Mampus kau Minseok.

Dalam keadaan panik Minseok tanpa sadar membuka pintu bilik yang bersebelahan dengan bilik lelaki yang dicurigainya, lalu buru-buru menutup dan mengunci pintunya. Ia akan bersembunyi dulu di situ sampai situasi aman terkendali.

Benar dugaan Minseok, gerombolan anak lelaki itu memang memasuki toilet dan masing-masing menyelesaikan urusannya sembari mengobrol. Kaki Minseok sekejap terasa dingin dan rasanya jantungnya anjlok ke perutnya tatkala didengarnya suara...

"Eii, dasar Minseok, disuruh menunggu malah meninggalkan tasnya dan pergi begitu saja."

Ah, seberapa bencikah Tuhan padaku? jerit Minseok dalam hati.

"Tenang saja lah Hyung, adikmu itu paling juga sedang ke toilet atau membeli minum. Salahmu sendiri menyuruhnya menunggumu."

"Benar kata Chanyeol, kau tak kasihan apa pada Minseok, menunggumu selama berjam-jam. Kenapa tak kau suruh pulang dulu sih?"

"Ck, kalian yang tak punya adik seperti adikku, lebih baik tutup mulut."

"Wah, aku sih kalau punya adik seperti Minseok pasti senang sekali, dia lucu sih, menggemaskan dan imut sekali... ah, aku jadi ingin memeluknyaa..."

"Kwanghee-yah, kau minta dipukul, hah?"

...

Setelah menunggu (dan mendengarkan obrolan sampah) gerombolan anak lelaki yang tak lain dan tak bukan adalah kakaknya serta teman-temannya sesama Dewan Murid, Minseok memutuskan bahwa keadaan kembali aman dan ia bisa keluar sekarang. Dengan hati-hati ia membuka pintu bilik, mengintip untuk memastikan tak ada orang, dan akhirnya setelah yakin semuanya aman, ia berjingkat keluar dari bilik toilet.

"Hei!"

"Oh Tuhan!" Minseok memekik kaget tatkala suara lelaki terdengar begitu dekat dengannya. Oh, lelaki yang tadi dicurigainya ternyata masih di dalam bilik toh, ngapain sih dia sampai selama itu? Mencurigakan.

"Kenapa kau masih di dalam? Kau mencurigakan sekali, tahu!" balas Minseok.

"Itu... hmm... aku tak bisa keluar."

"Hah? Kau sembelit?"

"Bukan!" Lelaki itu menyanggah dengan cepat. "Begini... ceritanya, temanku tadi menumpahkan susu di celanaku dan dekat dengan bagian... yah, itu lah, pendeknya, celanaku basah dan aku tak bisa keluar dengan celana basah."

"Oohh..." Minseok mengangguk-angguk, baru ngeh alasan si lelaki yang tak keluar-keluar dari kamar mandi. "Lalu?"

"Aku ingin minta tolong untuk meminjamiku sesuatu... apapun untuk menutupi bagian celanaku yang basah ini, aku tak bisa naik bis dengan keadaan begini, ah sungguh memalukan."

"Tapi aku tak punya celana, aku pakai rok."

Si lelaki terdiam sebentar, mungkin sedang berpikir atau mungkin sedang menangis mendengar jawaban super-bodoh Minseok. "Kalau itu aku juga tahu. Maksudku, apa kau sedang memakai blazer atau jaket? Bolehkah kupinjam sebentar? Akan kukembalikan besok, aku janji!"

Minseok tak berpikir panjang untuknya melepas blazernya. Lelaki itu sudah berbaik hati, walau ia tahu Minseok bersembunyi di toilet ia tak berteriak-teriak agar Minseok ketahuan. Setidaknya Minseok ingin membalas kebaikan hati si lelaki misterius itu. Akhirnya Minseok berjinjit dan menawarkan blazernya lewat bagian atas pintu yang terbuka. "Ambillah, aku masih punya satu lagi kok."

"Benarkah?!" Lelaki itu pun menerima blazer yang disodorkan Minseok, dengan nada berbunga-bunga ia mengucapkan terima kasih berkali-kali.

...

"Kenapa lama amat sih?" Howon berdecak tak sabar ketika dilihatnya teman baiknya berlari-lari menghampirinya di halte bis. "Kita ketinggalan dua bis, tahu, gara-gara kau."

"Yah!" Lelaki itu balas meneriaki Howon. "Siapa suruh kau menumpahkan susumu di celanaku? Lihat, bagian bokongku basah tahu!" Ia menunjukkan celananya yang basah ditutupi sebuah blazer hitam, menyembunyikan bagian yang basah berbentuk lingkaran tepat di bagian pantatnya.

"Lalu itu punya siapa?" Minho bertanya penasaran karena setahunya tak satu pun dari mereka yang membawa blazer sekolah.

"Hum..." Si Lelaki memeriksa bagian dada dari blazer yang melilit pinggangnya. "Kim Minseok, kelas 1-2. Eh, kau tahu yang mana orangnya?"

...

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
puuuuun
#1
Chapter 7: it will be good if that boy not luhan
dan cowok itu jadi suka atau mulai ngedeketin minseok
biar luhan cemburu gitu
(kalau luhannya beneran cemburu siapa tau dia malah bodo amat ahhahaha)
Miochin
#2
Gueeee ngaaaakaaak guling guling baca ini cerita super dah
kajujul
#3
Chapter 7: AKHIRNYA UPDATEEEE
HOMINA
HAIL QUEEN MINSEOK
Navydark
#4
Chapter 7: Kalo punya adek kayak minseok mah dipelukin tiap hariii, tiap jam bahkan menit. Trus dibeliin bakpao biar dia gak ngambek dipelukin terus. Hehe
Apakah itu luhan? Apakah akhirnya luhan menyadari keberadaan minseok? Woaaaaa
Navydark
#5
Chapter 2: Kyaaaaa, minseok ah kamu unyu bangeeet. Kalo punya temen gini udah gue uyel-uyel pipinya. Gemesiiiiiin
ZhaRezha
#6
Chapter 7: aaahhhhhcowo yg di toilet itu luhan kan. luhan kan.
minseok sama luhan bakal ketemu kan. aaaaaa
mamski #7
Chapter 7: Ya ampun minseookk,perjuanganmu luar biasa nak....sampe abangmu sakit kepala mikirin kelakuanmu...
Tp tunggu,kalo cowok di toilet itu bang luhan,berarti dia g tau minseok dong?minseok kudu piye.,.minseok mulai lelah..haha
Chyeraa
#8
Chapter 7: Jangan bilang laki-laki itu si Luhan.. Gyaaaa~ >.<
Astaga joonmyeon over sekali.. Tapi kalo liat kepolosan minseok eonnie... Yah wajar kalau dia gitu kkk~
Chyeraa
#9
Chapter 6: astagaaa lucu banget ahahaha sepertinya minseok emang lg sial ya gagal mulu kkk xD