Mission Impossible 2

Yellow Dandelion

Byun Baekhyun tak percaya ia berdiri satu ruangan dengan sosok idolanya, hanya terpaut satu meter, dan Baekhyun bahkan bisa merasakan aura seorang bintang yang dipancarkan wanita tersebut.

Kim Yujin. Dua puluh tiga tahun. Atlet renang nasional ketika masih SMA, pemegang medali emas olimpiade renang dan lari marathon, runner-up Miss South Korea, aktris dan model tenar, baru saja lulus dari Sunkyunkwan University dengan predikat cumlaude dan dua gelar kesarjanaan, dan sekarang sedang sibuk mengembangkan bisnis keluarga di dunia fashion.

Byun Baekhyun tak akan percaya bahwa Kim Yujin, pujaannya, adalah kakak kandung Minseok dan Joonmyeon andai saja ia tidak melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.

"Aku mulai yakin bahwa Minseok itu anak pungut," desah Baekyun tak sadar, matanya terpaku menatap sosok Yujin yang sekarang sibuk mendandani Minseok untuk berpura-pura menjadi lelaki seperti rencana gilanya semula.

"Jaga mulutmu," tukas Kyungsoo dengan suara pelan sambil tak lupa menyikut perut Baekhyun.

"Coba kau lihat saja," bisik Baekhyun tak mau kalah. "Masak kakak dan adik bisa seperti langit dan bumi begitu sih? Tapi aku mulai merasa Joonmyeon tak ada apa-apanya juga sih dibanding Yujin-eonni."

"Yah, kata nenek kami itu gara-gara ketika Bibi Soohyun hamil Yujin-noona, ia mengidam sushi dengan ikan tuna segar yang diimpor langsung dari Jepang, sedangkan saat ia hamil Minseok... tiap hari ia makan kaki ayam yang dijual di pinggir jalan, kurasa itu yang membuat mereka berbeda." Jongdae menambahi dengan ekspresi sok tahu yang dibuat-buat.

"Bisakah apa yang keluar dari mulutmu itu setidaknya sedikit berbobot?" decak Kyungsoo kesal, ia punya toleransi rendah terhadap orang-orang yang dirasanya bodoh--seperti Jongdae contohnya. "Dan Zitao, berhentilah memandangi Yujin-eonni dan hapus ilermu!"

...

Sore itu Joonmyeon sedang menyelesaikan laporan mingguannya di ruang Ketua Murid bersama para anggotanya. Ketenangannya terganggu ketika Chanyeol, salah satu anggotanya, kembali dari kamar kecil dan berkata, "Sepertinya ada insiden kecil dengan klub sepak bola."

"Ada apa memangnya?" Jimin, sekretarisnya, bertanya penasaran. Joonmyeon menghentikan kegiatannya mengetik dan mendengarkan dengan saksama. Di klub sepak bola itu ada seseorang yang sangat dikagumi adiknya, siapa tahu berita ini tentangnya.

"Kalian tahu, hari ini adalah hari tryout untuk anak kelas satu yang ingin bergabung dengan tim," mulai Chanyeol dengan tawa yang berusaha ia sembunyikan. "Ketika aku kembali dari toilet tadi, entah bagaimana banyak anggota tim dan bahkan Guru Shim yang berkumpul di dekat ruang kesehatan. Sepertinya ada anak kelas satu yang cedera saat tryout."

Ah, anak kelas satu, bukan Luhan, pikir Joonmyeon, mengabaikan kelanjutan cerita Chanyeol dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Namun ia mulai terusik ketika satu nama keluar dari bibir Chanyeol.

"Jongdae?" tanya Joonmyeon mengkonfirmasi.

Chanyeol mengangkat bahunya. "Entahlah, kudengar yang cedera adalah Kim Jongdae. Ah, bukannya ia saudara sepupumu, Hyung?"

Joonmyeon mengangguk dengan dahi berkerut. Untuk apa Jongdae ikut tryout? Seingatnya ia sangat membenci kegiatan outdoor yang mengeluarkan keringat. Sebuah perasaan tak nyaman mulai menghinggapi Joonmyeon.

"Chanyeol-sunbae, kurasa kau salah, mungkin bukan Kim Jongdae yang kau maksud," bantah Seulgi yang selama ini diam saja mendengarkan. "Aku sekelas dengan Jongdae dan tadi selesai kelas ia dipanggil Guru Park untuk membantunya di klub paduan suara, jadi tidak mungkin dia ikut tryout."

"Oh, entahlah tapi kudengar..."

Joonmyeon tak menunggu Chanyeol menyelesaikan ucapannya ketika ia berdiri dengan cepat dan melesat keluar dari ruangan. Ia berlari secepat mungkin, meminta maaf ala kadarnya ketika ia hampir menabrak seseorang, dan menuju ruang kesehatan di lantai satu. Sesampainya di depan ruang yang ia tuju, beberapa anak dari klub sepakbola masih berkumpul dan mengobrol santai. Joonmyeon mengatur nafasnya yang memburu dan membuka pintu ruang kesehatan.

Ia punya firasat buruk akan hal ini.

Jantungnya serasa turun ke perutnya ketika dilihatnya Jongdae, Baekhyun, dan Kyungsoo berkumpul di sekitar sebuah ranjang yang diisi seseorang.

"Yah, adikmu benar-benar luar biasa." Ia tersentak ketika seseorang menepuk pundaknya. Yoseob, salah satu teman baiknya yang juga anggota klub sepak bola. Dilihatnya Yoseob berusaha menyembunyikan senyum gelinya, ia berlalu dan keluar dari ruangan setelah menyapa Joonmyeon.

Joonmyeon menatap tajam pada Baekhyun, Kyungsoo, dan Jongdae yang tak berani mengangkat kepala mereka dan malah sibuk menatap lantai. Ada sesuatu yang mereka sembunyikan di belakang mereka dan berusaha mereka tutupi. "Minggir," kata Joonmyeon singkat, berusaha menahan dirinya.

"Ah, Hyung, aku bisa menjelaskan apa yang terjadi..."

"Kubilang minggir, Jongdae-ah."

Melihat Joonmyeon yang begitu menyeramkan, Jongdae mengangguk patuh, mereka bertiga pun menyingkir dari hadapan Joonmyeon.

"Halo, Oppa!"

Wajah riang Minseok--terlepas dari kapas yang menutup lubang hidungnya, bercak-bercak darah di kaos jersey-nya, rambutnya yang sependek rambut lelaki, dan memar biru di keningnya--menyambut Joonmyeon. 

"Uh, eh, aku bisa menjelaskannya, sebentar Oppa, kau tidak boleh menghukum orang yang sedang terluka kan?" Minseok nyengir.

Joonmyeon bisa merasakan tekanan darahnya naik.

...

Pertama, saya ingin meminta maaf atas keterlambatan update ini (kehidupan kampus sangat mencekik, apalagi ujian yang bertubi-tubi membuat orang-orang seperti saya ini yang IQ-nya pas-pasan menjadi kewalahan).

Kedua, saat saya sudah mulai menyicil chapter buat Gray, eh...komputer saya hang, dan sampai sekarang belum dibenerkan, ya sudahlah, hilang sudah keinginan saya buat nulis.

Ketiga, mengingat kebaikan hati para readers yang mau membaca, mensubscribe, mengupvote, dan ngomen, maka saya putuskan untuk bangkit mulai dari awal. Dimulai dari story ini tentunya, yang gampang dan super enteng.

Maka begitulah, terima kasih telah menunggu, saya masih mengumpulkan ide untuk kelanjutan Gray dan Rose Pink.

Next chapter, flashback kejadian yang bikin Minseok berakhir di ruang kesehatan.

xoxo

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
puuuuun
#1
Chapter 7: it will be good if that boy not luhan
dan cowok itu jadi suka atau mulai ngedeketin minseok
biar luhan cemburu gitu
(kalau luhannya beneran cemburu siapa tau dia malah bodo amat ahhahaha)
Miochin
#2
Gueeee ngaaaakaaak guling guling baca ini cerita super dah
kajujul
#3
Chapter 7: AKHIRNYA UPDATEEEE
HOMINA
HAIL QUEEN MINSEOK
Navydark
#4
Chapter 7: Kalo punya adek kayak minseok mah dipelukin tiap hariii, tiap jam bahkan menit. Trus dibeliin bakpao biar dia gak ngambek dipelukin terus. Hehe
Apakah itu luhan? Apakah akhirnya luhan menyadari keberadaan minseok? Woaaaaa
Navydark
#5
Chapter 2: Kyaaaaa, minseok ah kamu unyu bangeeet. Kalo punya temen gini udah gue uyel-uyel pipinya. Gemesiiiiiin
ZhaRezha
#6
Chapter 7: aaahhhhhcowo yg di toilet itu luhan kan. luhan kan.
minseok sama luhan bakal ketemu kan. aaaaaa
mamski #7
Chapter 7: Ya ampun minseookk,perjuanganmu luar biasa nak....sampe abangmu sakit kepala mikirin kelakuanmu...
Tp tunggu,kalo cowok di toilet itu bang luhan,berarti dia g tau minseok dong?minseok kudu piye.,.minseok mulai lelah..haha
Chyeraa
#8
Chapter 7: Jangan bilang laki-laki itu si Luhan.. Gyaaaa~ >.<
Astaga joonmyeon over sekali.. Tapi kalo liat kepolosan minseok eonnie... Yah wajar kalau dia gitu kkk~
Chyeraa
#9
Chapter 6: astagaaa lucu banget ahahaha sepertinya minseok emang lg sial ya gagal mulu kkk xD