Favorite Color

Yellow Dandelion

Joonmyeon buru-buru keluar dari ruang Ketua Murid ketika Nam Jihyun, wakilnya, memanggilnya dan memberitahukan bahwa beberapa murid tertangkap Divisi Kedisiplinan gara-gara melanggar tata tertib sekolah. Seperti hari Senin pada umumnya, Joonmyeon, selaku ketua murid, akan memberikan sanksi bagi siapa saja yang menyalahi aturan. Ia bersama beberapa anggota organisasi siswa berjalan cepat menuju gerbang depan dimana para murid pelanggar peraturan biasa dikumpulkan.

"Seungyoon bilang, banyak murid kelas satu yang tertangkap," kata Jimin, sekretarisnya, yang selalu membawa buku tebal berjudul Garis Besar Haluan Peraturan Sekolah serta notes kecil untuk mencatat nama murid yang melanggar peraturan.

"Haah, baru juga dua bulan mereka mulai tahun ajaran," desah Joonmyeon tak habis pikir. Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, hmm ia punya waktu lima belas menit sebelum jam pertama dimulai.

"Oh Tuhan!"

Joonmyeon mendongak mendengar pekikan tertahan Jihyun. Beberapa meter dari mereka, berdiri sekumpulan murid-murid yang berbaris rapi di lapangan dekat tiang bendera, beberapa anggota Divisi Kedisiplinan berada di antara mereka. Biasanya, murid-murid melanggar peraturan terkait seragam--dasi yang tidak dipakai dengan benar, rok yang terlalu pendek, tidak memakai kaos kaki, tidak mengenakan papan nama, atau lainnya--tapi yang satu ini baru pertama kalinya Joonmyeon alami. Ia sendiri tak bisa menahan mulutnya yang ternganga melihat seorang anak perempuan--jelas-jelas murid kelas satu--menundukkan kepalanya yang berwarna... putih.

Joonmyeon tak percaya ada cewek sekolahan yang mencat rambutnya dengan warna putih.

Putih.

Bukan pirang.

Putih. Warna tembok rumah sakit.

Ia mendengar Jihyun dan Jimin tersedak menahan tawa. Begitu pula anggota Divisi Kedisiplinan yang mati-matian menahan tawa agar harga diri mereka tidak jatuh. Joonmyeon sendiri ingin tertawa terbahak-bahak, tapi lebih dari itu ia ingin meratapi dirinya--apakah saat penerimaan murid baru beberapa bulan yang lalu tak ada yang mendengar pidatonya? Tak adakah yang mendengar ia berkoar-koar tentang tata tertib pada murid baru?

Murid perempuan yang mencat rambutnya putih itu menunduk menyembunyikan wajahnya, entah malu entah memang karena mereka disuruh untuk menundukkan kepala.

Joonmyeon berdiri di hadapan murid perempuan itu dan berdeham. "Siapa namamu?"

Murid perempuan berambut putih itu mengangkat kepalanya dan... ah, andai Joonmyeon sedang berdiri di atap sekolah, ia akan terjun bebas dengan senang hati daripada mendapati wajah yang begitu dikenalnya berdiri di hadapannya dengan cengiran bodoh.

Minseok.

Kim Minseok.

Adik kandungnya.

Joonmyeon ingin bunuh diri.

"Oppa..." 

Suara Minseok membuat Joonmyeon kembali ke dunia nyata, ia berusaha menegarkan dirinya, berusaha menghalau pertanyaan-pertanyaan tentang dosa apa yang telah diperbuatnya pada masa lalu demi mendapat adik seperti ini. Mungkin pada kehidupannya yang lalu ia adalah tukang jagal hewan atau casanova berdarah dingin, karena itu Tuhan menghukumnya dengan ini...

"Mi-Mi-Minseok," bisiknya tak percaya. Ia meneliti wajah adiknya yang cantik itu, berusaha meyakinkan dirinya apakah perempuan di hadapannya itu benar-benar adik kandungnya, Kim Minseok. Usianya belum genap lima belas tahun tapi mengapa kehidupannya telah ternoda dengan kelakuan bodoh tidak bertanggung jawab yang mempermalukan kakaknya? Ah, Minseok, bila benar ia adalah Minseok, Joonmyeon ingin sekali membuka jaket blazernya dan menutupkannya ke kepala adiknya dan menyeretnya pulang ke rumah.

"A-a-apa? Rambutmu... rambutmu kenapa?" Joonmyeon berusaha merangkai kalimat walau terbata-bata. Pandangannya tertuju pada helai-helai rambut adiknya yang kemarin masih berwarna coklat gelap.

"Minseok-ah," panggil Jihyun yang juga mengenal Minseok dengan baik. "Apa kau... kau tahu, sedang uhm... tergila-gila dengan Kakashi?"

Joonmyeon kontan memberi Jihyun pandangan tak percaya. 

"Eonni!" Suara Minseok terdengar menyanggah. "Tentu saja bukan..." 

Ya, tentu saja bukan, pikir Joonmyeon, lagipula Minseok tak akan sebodoh itu menirukan warna rambut tokoh fiktif, benar kan?

"...tapi Luhan-sunbae bilang warna kesukaannya putih jadi aku...."

Joonmyeon ingin terjun bebas. Tanpa parasut.

...

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
puuuuun
#1
Chapter 7: it will be good if that boy not luhan
dan cowok itu jadi suka atau mulai ngedeketin minseok
biar luhan cemburu gitu
(kalau luhannya beneran cemburu siapa tau dia malah bodo amat ahhahaha)
Miochin
#2
Gueeee ngaaaakaaak guling guling baca ini cerita super dah
kajujul
#3
Chapter 7: AKHIRNYA UPDATEEEE
HOMINA
HAIL QUEEN MINSEOK
Navydark
#4
Chapter 7: Kalo punya adek kayak minseok mah dipelukin tiap hariii, tiap jam bahkan menit. Trus dibeliin bakpao biar dia gak ngambek dipelukin terus. Hehe
Apakah itu luhan? Apakah akhirnya luhan menyadari keberadaan minseok? Woaaaaa
Navydark
#5
Chapter 2: Kyaaaaa, minseok ah kamu unyu bangeeet. Kalo punya temen gini udah gue uyel-uyel pipinya. Gemesiiiiiin
ZhaRezha
#6
Chapter 7: aaahhhhhcowo yg di toilet itu luhan kan. luhan kan.
minseok sama luhan bakal ketemu kan. aaaaaa
mamski #7
Chapter 7: Ya ampun minseookk,perjuanganmu luar biasa nak....sampe abangmu sakit kepala mikirin kelakuanmu...
Tp tunggu,kalo cowok di toilet itu bang luhan,berarti dia g tau minseok dong?minseok kudu piye.,.minseok mulai lelah..haha
Chyeraa
#8
Chapter 7: Jangan bilang laki-laki itu si Luhan.. Gyaaaa~ >.<
Astaga joonmyeon over sekali.. Tapi kalo liat kepolosan minseok eonnie... Yah wajar kalau dia gitu kkk~
Chyeraa
#9
Chapter 6: astagaaa lucu banget ahahaha sepertinya minseok emang lg sial ya gagal mulu kkk xD