Chapter 8 (Final Chapter)

My Last One

“Eonni!” seru Soojung. “Eonni-yaaaa!”

Sooyeon sedang dalam posisi ternyamannya berbaring di sofa, terlalu malas untuk menanggapi panggilan Soojung.

“Eonni, aku akan berkencan!”

“MWO?!” Sooyeon langsung bangkit begitu mendengar kelimat yang baru saja diucapkan adiknya.

“Aku, harus, bagai, mana.” ucap Soojung tersendat-sendat.

Sooyeon membuka lemari adiknya, “Sekian lama banyak yang yang mengajakmu berkencan, baru ini yang yang kau terima. Apa artinya ini... tunggu, siapa yang akan kau kecani? Aku harus memastikan orang itu aman bagimu. Sehunnie?”

“Eum,”

Sooyeon menghentikan aktifitasnya, “Nugu?”

“Jong...in.”

Seketika tatapan Sooyeon menjadi serius, “Dia? Kau masih berhubungan dengannya?”

“Ne... eonni, dia bukan lagi orang jahat. Dia sudah—“

“Ku dengar dia menjadi karyawan teladan di perusahaan mobil. Ku dengar dia telah sukses. Ku dengar hidupnya menjadi lebih baik. Aku banyak mendengar tentang dia akhir-akhir ini.” Sooyeon memotong kalimat yang akan dilontarkan adiknya. Soojung hanya menunduk, tidak berani menatap kakaknya. “Dengan begitu, aku memberimu izin.”

“Jinjja?!” teriak Soojung girang.

Sooyeon mengangguk. “Mari kita lihat, kau punya apa saja disini....” lanjutnya sambil memilah-milah baju di lemari Soojung.

“Eum, Jongin menyuruhku memakai ini.” kata Soojung lalu memerlihatkan dress yang tadi dikirim Jongin untuknya.

“Dia memberimu baju? Kurasa dia benar-benar niat.” canda Sooyeon.

 

Sebuah sedan hitam parkir di depan sebuah gedung apartemen. Seorang pria dengan kemeja coklat dan celana gelap yang duduk di kursi pengemudi keluar lalu melangkahkan kakinya masuk ke gedung itu.

Tibalah dia di pintu sebuah apartemen, langsung saja ia memecet bel nya.

Pintu terbuka, seorang gadis dengan kaos dan celana pendek berdiri di ambang pintu. Gadis itu memandangi pria di depannya dari atas kebawah.

“Soojung-ah....”

Pria itu menunduk kebawah, ketika ia hendak mengangkat kepalanya lagi, matanya bertemu dengan sepasang kaki jenjang yang sedang melangkah ke arahnya. Perlahan ia meninggikan pandangannya, hatinya bergetar hebat.

“Kau sudah datang? Eonni, kami pergi dulu ya!” Soojung berpamitan kepada kakaknya.

Sooyeon hanya mengangguk, “Aku akan membunuhmu jika kau membuatnya menangis lagi.” kemudian memberikan wink terbaiknya.

 

Jongin tidak mengeluarkan suara selama berada di mobil bersama Soojung. Tetap fokus dengan jalanan di depannya.

“Kita mau kemana?” tanya Soojung. Kakinya tidak bisa diam, kepalanya menoleh kesana kemari. “Apa kita akan menonton film? Pergi ke Namsan Tower dan menuliskan nama kita di love lock? Atau menaiki bianglala?”

Jongin tetap sibuk dengan pikirannya.

“Aish, mengapa kau diam saja?!”

“Kau ini cerewet sekali ternyata.” canda Jongin yang ditanggapi Soojung dengan pout andalannya.

 

Setelah 10 menit perjalanan, akhirnya mobil berhenti di sebuah taman bermain anak-anak. Soojung bingung dibuatnya. Dikiranya ini kencan, tapi taman bermain anak-anak?

“Mengapa kita kesini?” tanya Soojung.

Jongin keluar dari mobil, lalu membukakan pintu untuk Soojung.

Mereka berjalan berdampingan. Taman ini berada di pusat kota, makanya ramai setiap harinya. Kecuali saat musim dingin.

Soojung menyukai anak-anak. Dunia mereka benar-benar penuh keceriaan. Belum beremu dengan masalah, belum mengerti mengapa sahabat bisa menjadi lebih berarti dalam hidupnya. Hanya keceriaan dalam diri mereka. Mereka masih dalam jalan lurus, belum menempuh sulitnya lika-liku kehidupan. Dan, mereka belum mengerti apa itu cinta.

“Tunggu disini. Sebentar.” ujar Jongin. Soojung hanya mengangguk sambil kembali melihat anak-anak yang berlarian kesana kemari.

Ketika Jongin kembali, dia langsung menyodorkan sebuah permen kapas di depan muka Soojung. Terang saja Soojung kaget, tapi ia menerimanya. Lalu mereka berjalan lagi.

“Aku sangat suka permen ini, dulu Ibu sering membelikannya untukku.” curhat Jongin. Soojung masih memakan permennya sedikit demi sedikit. “Masa kecilmu pasti sangat manis.”  lanjut Jongin.

Soojung menerawang jauh. “Masa kecilku... aku dibesarkan di San Francisco. Ketika memasuki sekolah menengah, aku dan kakakku pindah ke Seoul. Orang tuaku berpikir Asia lebih cocok untuk kita berdua.”

“San Francisco?” mata Jongin mengerjap lucu.

“Yes,”

“Kau lahir dan besar di luar negri. Aku mengenalmu, dan berhasil mengajakmu kencan....”

Langkah mereka terhenti. “Wae?” tanya Soojung.

“Tidak,”

Soojung kembali melangkahkan kakinya. “Kau tau, sejak aku mengenalmu, aku baru saja merasakan bagaimana kehidupan orang-orang dibawahku.”

“Tentang penculikkan—“

“Ah lihat! Lollipop!” tanpa memperdulikan kalimat yang akan Jongin utarakan, Soojung langsung berlari begitu melihat lollipop yang terpajang di toko sekitar taman itu.

Jongin bersyukur, dia tidak harus melanjutkan kalimatnya tadi. Ia sendiri tidak yakin apakah kalimat itu akan mengalir sempurna tanpa mengusik perasaan Soojung.

 

Mereka menghabiskan waktu di taman bermain seharian. Membeli permen kapas, lollipop, ice cream, bermain bersama anak-anak disana. Mungkin sejenak untuk mengingat tentang masa kecil mereka yang manis tanpa goresan luka. Kini mereka telah dewasa, harus sudah menjalani kehidupan yang ‘sesunguhnya’.

Hingga pukul 8 malam, waktu yang akan mereka habiskan berdua saja. Jongin mengarahkan mobilnya menuju Sungai Han. Tenang, damai, hangat. Soojung menyukai suasana seperti ini.

“Saat itu, aku bertanya padamu apakah kau pernah jatuh cinta. Tapi kau tidak, maksudku belum menjawabnya.” ujar Soojung lalu meminum vanilla latte nya.

“Kau benar-benar ingin tau jawabanku?” tanya Jongin, Soojung mengangguk. “Pernah, dulu.”

“Dengan Choi Jin Ri?” Jongin mengangguk. “Bukankan dia yang menghabiskan uangmu?”

Jongin menghela nafas, “Seekor serigala akan tetap mencintai pasangannya meskipun mereka sama-sama suka memangsa binatang lain. Pekerjaan mereka hanyalah menyakiti makhluk lain, tapi mereka akan sangat setia hanya dengan 1 pasangan.”

Soojung mencoba mencerna kata-kata Jongin.

“Soojung-ah, kipikir kau telah mengenalku lebih baik darinya. Hubunganku dan Jinri hanya berjalan 6 bulan sebelum aku ditangkap. Tapi aku sudah ingin memilikinya sejak lama, saat itu aku tau yang Jinri butuhkan adalah uang.” lanjutnya. “Mungkin aku benar-benar mencintai Jinri. Kami hanya pasangan tidak berguna. Hanya bisa menyakiti perasaan orang lain. Tidak peduli seberapa besar mereka membenci, mencaci, dan menghardik kami.”

“Maksudmu kau dan Jinri liar seperti serigala?” tanya Soojung. Jongin tersenyum sambil mengangguk mengiyakan.

“Baru kusadari, Jinri hanya mencintai uangku. Sekarang saat aku telah kehilangan segalanya, dia meninggalkanku.”

Soojung teringat kejadian di kantor polisi waktu silam. Ketika mereka berdua saling melumat bibir. Kini Soojung baru menyadari mengapa hatinya sakit saat itu. Semua itu sulit dijelaskan dengan kata-kata.

 

 

“Jongin-ah, aku sedang di rumah teman. Ibunya sedang sakit, kurasa aku tidak bisa pulang ke apartemen. Tolong antar Soojung pulang.”

“Noona—“ Klik. Baru saja Jongin akan mengatakan bahwa Soojung telah tertiur di mobilnya, Sooyeon sudah memutuskan panggilan telepon.

Sekarang Jongin kebingungan. Bagaimana dia akan membawa Soojung pulang, apartemennya pasti dipassword. Mustahil jika dia membawanya ke rumah Chanyeol. Seakan pasrah, Jongin tetap membawa Soojung ke apartemennya.

Benar kan, password. Apa yang harus ia lakukan?

Soojung masih berada dalam rangkulan Jongin, terlalu berat untuk menggendongnya saat ia mencoba password apartemen. Ini sudah ke 27 kalinya, semuanya salah. Baru saja Jongin mencoba selanjutnya,

“Hmmm....” Soojung hampir saja terjatuh. Beruntung Jongin menangkapnya dengan cepat. Tapi yang terjadi malah Soojung jatuh ke dalam pelukan Jongin.

Sekarang harus bagaimana.

Mungkin sekali lagi mencoba. Jika gagal, Jongin akan memaksa Sooyeon untuk pulang. Oke ini yang terakhir. 941024 dan,

Berhasil.

Ternyata mudah sekali, itu tanggal lahir Soojung. Langsung saja Jongin masuk. Soojung masih tidur dalam gendongannya. Apartemen ini sangat luas. Ada dua  kamar tidur disini. Tapi anehnya  yang satu kosong. Mungkin Soojung tidur dengan kakaknya.

Setelah menidurkan Soojung di ranjangnya, Jongin berencana akan langsung pulang. Tapi tiba-tiba secara tidak sadar Soojung menggenggam tangan Jongin erat.

“Eonni, selamatkan aku. Sehun-ah, aku takut. Pria ini menakutkan. Eonni....” gumam Soojung.

Terpaksa Jongin terjebak disana. Tangannya tidak bisa bebas dari genggaman Soojung. Tiba-tiba Jongin merasa sangat bersalah. Gadis ini tersenyum dan tertawa seharian. Tanpa Jongin sadari Soojung masih menyimpan rasa trauma yang teramat mendalam. Dan semua itu karena dirinya.

Soojung masih gelisah dalam tidurnya. Entah apa yang sedang tergambar dalam mimpinya, siapa yang memasuki alam bawah sadarnya. Mungkinkah Jongin, atau yang lain. Tapi Soojung benar-benar gelisah. Jongin semakin takut dibuatnya.

Genggaman Soojung semakin erat, mungkin ini lebih ke mencengkram. Cengkraman itu semakin membuat wajah Jongin mendekat ke wajah Soojung. Semakin dekat hingga ia bisa merasakan desahan nafas Soojung yang tidak teratur.

Hangat. Jongin merasa tubuhnya memanas seketika. Entah bagaimana, bibir mereka dapat bertemu secara perlahan. Jongin bisa merasakan nafas Soojung yang semakin teratur. Sambil memejamkan mata ia menikmati bibir cherry Soojung yang terasa manis, mungkin bekas permen dan ice cream nya tadi.

~ ~ ~

“Sooju... OH TUHAN!“

Soojung membuka matanya karena teriakan Sooyeon barusan. Sedetik kemudian ia sadar tangannya berada dalam genggaman Jongin yang tidur di kursi samping tempat tidurnya.

“Jongin-ah? Jongin-aah?!” Soojung menggoyang-goyangkan tubuh Jongin hingga namja itu terbangun. Sooyeon masih terpaku di ambang pintu melihat kejadian di depannya.

Begitu Jongin tersadar, “Kami tidak tidur bersama kami tidak melakukan apapun kami tidak menyentuh....” teringat jemari mereka masih terkait, buru-buru Jongin melepaskannya. “...apapun. Aku tidak menidurinya aku tidah menyentuhnya aku tid—“

“Hahahahahahhahaahhaahhaa!” Sooyeon tertawa renyah melihat muka cengo Jongin.

Mata Jonging mengerjap lucu, “Mwoya... sungguh aku tidak melakukan apapun!” ucapnya sambil menunjukkan jari tengah dan telunjuknya.

 

Pagi ini Sooyeon memasak nasi goreng seafood favorit Soojung. Karena kejadian semalam, Soojung dan Jongin tidak banyak bicara.

Setelah selesai sarapan, Sooyeon menyodorkan sebuah kertas kepada mereka berdua. Betapa terkejutnya Soojung ketika membaca isinya.

Undangan pernikahan Sehun.

“Cha Hee Joo? Nugu?” tanya Soojung.

“Model. Cukup terkenal.” jawab Jongin. sepertinya dia banyak tau tentang dunia artis. Terang saja, kekasihnya, bukan, mantan kekasihnya adalah seorang artis.

“Sehunnie menitipkan ini untukmu.” ujar Sooyeon sambil memberikan sepucuk surat dalam balutan amplop putih.

Setelah sarapan, Jongin pamit untuk pulang. Ia tidak mau membuat Chanyeol khawatir karena tidak memberi kabar sebelumnya. Soojung bergegas mandi. Sebenarnya daritadi dia merasa aneh dengan dirinya, terlebih bibirnya. Apa maksud Jongin tidak melakukan apa-apa? Wajahnya tadi benar-benar gugup, seperti menyimpan sesuatu.

Soojung membuka surat dari Sehun.

“Annyeong hasseyo Soojungie~ Apa kabar? Ku harap kau baik-baik saja. Berapa lama kita tidak bertemu? Apa kau tidak merindukanku? Kkk~ Maaf aku terlalu sibuk dengan iklanku. Sunyoung noona mulai mencoba bermain drama! Apa dia juga tidak menghubungimu? Kau pasti sangat merindukan kami kkk~

Soojung berdecak membaca paragraf pertama yang ditulis Sehun, “Ckckck terus saja menyombongkan kalau dirimu semakin terkenal.”

“Soojung-ah. Mungkin kau terkejut ketika membaca ini. Aku benar-benar minta maaf tidak memberitahumu lebih dulu. Kulihat kau dan Jongin semakin dekat. Mungkin kau akan membenciku, atau menilaiku bukan laki-laki sejati.”

Soojung mengerutkan keningnya.

“Soojung-ah, aku menyukaimu. Sudah lama sejak kita bersahabat. Kau semakin membuatku jatuh hati padamu. Tapi lambat laun aku menyadari kau bukan diciptakan untukku. Ada orang lain yang lebih berhak memilikimu seutuhnya. Aku tidak pernah punya nyali untuk mengatakannya secara langsung, “Soojung-ah, aku menyukaimu. Maukah kau berkecan denganku?””

Perlahan Soojung mulai dalam membaca surat itu.

“Soojung-ah, aku akan menikah. Seseorang menungguku. Aku sadar dia adalah yang terbaik untukku. Maaf aku baru mengatakannya sekarang. Ini sudah lebih dari terlambat. Semoga kau bahagia dengan orang yang selalu ada di sampingmu.”

Entah mengapa air mata Soojung mulai menitik. Ternyata benar perasaanya selama ini, Sehun menyukainya. Dan perkiraannya benar, mereka tidak akan pernah bisa bersatu. Mereka lebih menjunjung tinggi arti persahabatan.

“Ah, kau harus datang ke pernikahanku! Aku berharap ada seseorang yang menggandeng tanganmu kkk. Sampai jumpa besok. Tertanda, Sehunnie.”

Baru Soojung sadari, pernikahan Sehun akan berlangsung lusa. Gila, dia baru mengirim undangannya hari ini. Sooyeon juga tidak bisa menjelaskan mengapa Sehun menyembunyikan ini dari Soojung. Apa dia merasa sakit hati karena cintanya tidak terbalas? Itu sudah pasti. Siapa yang mau cintanya bertepuk sebelah tangan?

~ ~ ~

 

 

31 Desember 2014

Sebuah gedung mewah di Seoul terlihat indah dengan lampu yang menggantung di ranting-ranting pohon. Gedung ini disulap dengan konsep garden yang mengagumkan. Indah sekali. Orang-orang sangat santai dengan suasana ini.

Karena ini acara pernikahan pasangan selebritis, terang saja banyak artis yang datang. Jalan masuk ke ruang utama diberi red carpet agar terlihat elegan.

Sebuah Limousine hitam berhenti di pintu gedung.  Seorang pria dengan tuxedo hitam turun dari mobil mewah itu. Dibelakangnya, ia menggandeng seorang wanita dengan mini dress hitam yang sangat manis di tubuhnya. Rambutnya dibiarkan terurai sempurna, berkilau terkena cahaya lampu.

Blitz kamera berebut mengambil gambar kedua pasangat yang kini melangkah menyusuri red carpet. Namja itu tersenyum penuh wibawa. Begitu juga yeoja di sampingnya yang tak pernah mengurangi senyumnya sedikitpun.

Tiba saatnya acara inti. Mempelai pria sudah berdiri di altar, menunggu calon istrinya yang kini berjalan perlahan menghampirinya. Wanita itu, Cha Hee Joo. Sangat manis, wajahnya begitu cantik. Beruntung sekali Sehun mendapatkan dia.

Soojung duduk bersama Jongin, Sooyeon, dan Sunyoung. Sooyeon melirik adiknya, senyum Soojung benar-benar tulus dan ikhlas melihat sahabat yang pernah, atau mungkin masih menyimpan rasa untuknya mengikat janji sehidup semati dengan wanita yang dipilihnya.

“Bagaimana perasaanmu?” tanya Sunyoung ketika Sehun mengecup bibir wanita yang kini resmi menjadi istrinya.

Soojung mengusap air matanya yang menitik, “Aku bahagia, sangat bahagia.” ujarnya.

Tanpa Soojung sadari, Jongin pergi meninggalkan ruangan tiba-tiba setelah mendapat telepon. Soojung terlalu sibuk memandangi pasangan yang sedang dimabuk cinta itu.

 

“Soojung-ah!” seru Sehun. Ia langsung menghampiri Soojung yang sedang berbicara dengan Sooyeon.

“Annyeong Sehunnie,” sapa Soojung. Masih merasa canggung karena Surat yang Sehun kirim kemarin. Tiba-tiba saja Sehun memeluk Soojung sekilas.

“Ya, banyak yang melihat... istrimu....”

“Salahkah jika aku melakukannya karena aku sangat merindukan sahabatku yang lucu ini? Aigoo kau manis sekali~” pujian Sehun berhasil membuat wajah Soojung merona.

Dalam suratnya, Sehun mengharap Soojung datang bersama seseorang. Tapi sekarang dia tidak menanyakan apapun tenatang itu. Begitu juga Soojung yang tidak sadar kemana perginya orang yang datang bersamanya tadi.

Sehun terus mengajak Soojung biacara. Mereka mulai  dengan hal-hal ringan seperti keadaan cuaca hari ini, sampai ke kegiatan masing-masing belakangan ini. Entah apa yang membuat Soojung terus menyamakan langkahnya dengan Sehun. Semakin jauh hingga mereka berada di belakang gedung, inilah ‘the real garden’.

“Soojung-ah!” beberapa meter di depan Soojung dan Sehun, terlihat Sunyoung melambaikan tangan ke arah mereka.

“Eonni!” ketika Soojung balas melambai ke arahnya, Sunyoung menghilang dari sana. Soojung dibuat bertanya-tanya karenanya. Tanpa memperdulikan Sehun, ia berjalan ke arah dimana Sunyoung berdiri tadi.

Tapi disini tidak ada apa-apa selain,

Soojung melihat sebuah papan berbentuk tanda panah bertuliskan “Follow Your Heart”. Panah itu menunjuk lurus ke depan. Karena penasaran, Soojung mengikuti arah papan tersebut.

Kini Soojung menemukan papan lagi bertuliskan “You’re in Right Way”.

Terus berjalanan lurus, sebuah papan lagi dengan tulisan “Don’t stop, Don’t look back.”

Jalan ini habis, ada sebuah tikungan di depan sana. Soojung terus melangkahkan kakinya. Betapa terkejutnya dia meliat jajaran botol yang tersusun rapi dengan lilin-lilin yang menghias pinggirnya. Soojung mengamati botol-botol itu, di dalamnya tersapat sebuah kertas.

Sebelum membuka botol pertama, Soojung melihat ke sekitar, mungkin saja ini milik orang lain. Tapi tak ada siapapun disini.

                “Hey, Jung Soo Jung.”

Ini memang ditujukan untuknya. Kemudian Soojung membuka botol-botol selanjutnya.

                “Wanna read a story? It’s about me, myself, my life.” Dua.

                “I just an odinary boy who falling in love with an angel without wings.” Tiga.

Soojung tersenyum.

                 “But she never confident with her look. It's so sad to think that she don't see what I see.” Empat.

                “It’s you, Jung Soo Jung. The Angel is You.” Lima.

                “Let me tell you something.” Enam.

                “You aren’t pretty. You aren’t perfect. I never like you.” Tujuh.

Benarkah? Ini sedikit membuat hati Soojung sakit.

   “But you’re so beautiful. You’re so amazing. I never like you, but I always love you, just the way you are. You make my life colorful. Make me feel    awesome.” Delapan.

Ini sukses membuat wajah Soojung merah merona.

                “When I see you on the first time, I’m afraid to know you.” Sembilan.

                “When I know you on the first time, I’m afraid to like you.” Sepuluh.

                “When I like you on the first time, I’m afraid to love you.” Sebelas.

                “When I love, more and more, I’m afraid I can’t have you.” Dua belas.

                “When I have you, I’m afraid to lose you.” Tiga belas.

Soojung tidak bisa berhenti tersenyum membaca memo di dalam botol-botol itu.

                “And it’s beautiful night, we're looking for something dumb to do.” Empat belas.

                “Hoping I wont hear a word which can hurting me.” Lima belas.

                “Let me be your guardian angel. I’ll find my wings to protect you.” Enam belas.

                “Please, let me find my happiness.” Tujuh belas.

                “I just wanna say it once.”  Delapan belas.

                “Soojung-ah.” Sembilan belas.

Soojung berhenti. Ini botol terakhir. Tiba-tiba lampu menyala. Ternyata banyak orang yang berada dismapingnya. Entah terlalu sibuk dengan botol-botol itu, karena gelapnya suasana, atau memang dia benar-benar tidak menyadari bahwa semua orang menatapnya sejak tadi.

Jantung Soojung berdegup kencang. Hanya ada dirinya ditengah tengah mereka. Ketika Soojung bingung menatap sekitarnya, tiba-tiba seorang namja muncul  di hadapannya.

“Maaf aku meminjam acara orang lain. Aku tidak bisa melakukan ini seperti apa yang kau impikan.”

Jongin, pria itu, menghampiri Soojung perlahan. Ketika tepat sampai di depannya, Jongin berlutut. Kemudian lampu-lampu kecil yang berada di belakang Jongin menyala terang membentuk tulisan,

“WILL YOU MARRY ME?”

Jongin mengeluarkan sebuah kotak berwarna hitam dari saku jasnya. Sebuah cincin dengan berlian kecil diatasnya.

Soojung tidak bisa menahan air matanya yang membendung. Ia tersenyum haru sambil menutupi bibirnya. Sedikit lama, orang-orang di sekitar mulai gelisah acara ini akan gagal.

Akhirnya Soojung mengangguk. Langsung tepuk tangan riuh orang-orang bersahutan. Mereka senang acara ini sukses. 1 perniakhan mewah dan 1 lamaran yang sangat manis.

Jongin memasangkan cicin itu di jari manis Soojung. Kemudian berdiri, mendekap erat gadisnya yang masih mengalirkan air mata haru. Terlihat Sehun dan Hejoo yang juga bahagia melihat mereka. Sooyeon bersama Donghae, dan Sunyoung yang masih sendiri. Disebelahnya ada Chanyeol, Shindong, Jinki, Siwon, dan Yi Fan. Sunyoung memegang bunga yang tadi dilemparkan Hejoo. Ini berita bagus, dia pasti akan segera menemukan tambatan hatinya.

“Hey, mengapa kau menangis?” tanya Jongin sambil memandangi wajah lucu Soojung.

“Ya, jangan menatapku seperti itu....” Soojung langsung menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Jongin. Merasa malu karena wajahnya pasti menjadi sangat jelek ketika sedang menangis seperti ini.

Jongin menusap air mata Soojung, “Uljima. Kau jelek sekali.” candanya.

Sebelum Soojung mengelak lagi, Jongin sudah lebih dulu mengecup keningnya dengan sayang. Menurutnya, kecupan ini lebih manis daripada kecupan di bibir. Begitu lembut hingga mata mereka terpejam.

“Saranghae, Jung Soo Jung.”

Semua orang kembali bersorak gembira ketika pasangan yang sedang dimabuk cinta itu berpelukan erat seperti takkan pernah terpisahkan.

~ ~ ~

 

 

Ada sebuah dongeng tentang seekor serigala yang jatuh cinta kepada seekor domba. Serigala berkata ingin sekali memiliki Domba, tapi Domba menolak karena yang dia tau Serigala hanyalah hewan pemangsa yang akan membunuh hewan sejenis Domba.

Serigala berusaha menjadi herbivora, tapi itu mustahil karena itu bukan jalan hidupnya. Dengan nyali dan segala kekurangannya, Serigala mengatakan ia benar-benar mencintai Domba. Seberapapun dia suka memangsa hewan lain, itulah dirinya. Bagaimanapun ia akan mencabik mangsanya, itulah dirinya. Dan dengan segala ketidaksempurnaannya, ia berani mencintai Domba dengan tulus.

Domba berpikir dua kali, melihat Serigala yang telah berjuang keras meyakinkannya. Bahkan mencoba untuk menjadi hebivora, yang Domba tau itu bukan dia yang seharusnya.

Akhirnya Domba menilai usaha Serigala. Dan ia mulai membuka hati untuknya.

Bukan tidak mungkin, mereka akan bersama dan hidup bahagia selamanya.

 

THE END.

 

Terimakasih, yang utama kepada Allah SWT. Kepada orang tuaku. Kepada teman dan sahabat yang selalu mendukungku menyelesaikan FF ini.

Terimakasih kepada siapa saja yang telah membaca hingga cahpter terakhir. Mohon untuk meninggalkan jejak komentar berupa saran, kritik, dsb. Karena itu akan membantuku untuk menulis lebih baik :)

One again, Thank you so much. You guys so AMAZING!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
hyeeunkim13
please leave a comment after read :) thank you ^^

Comments

You must be logged in to comment
BintangAnandaa
#1
Chapter 8: hufttt mau kali jd soojung:"
BintangAnandaa
#2
Chapter 5: huhhh blm trlalu klihatan.ni sukasukaannya:" to aku,bakal bc lagi^^ annyeong^^
jungsister #3
Chapter 6: hwaaaaa daebak, tp menurutku ini agak mirip sama kdrama that winter the wind blows, iya gak sih?
vevewu #4
Chapter 8: whoooo daebak!!! dari ushername aff sama kaya ushername twitter gak? kalo iya kita saling kenal loh, dek. wkwk
ghinanne #5
Chapter 8: Aaaa aku suka banget ceritanya thor :))
Sequel please... :D
jungjojung
#6
Chapter 8: Aaaahhhh sweet bgt finalnya. Untunglah semuanya bahagia walo agak kaget sehun mau nikah. Jongin gak neko neko langsung nglamar lol pacarannya pas kawin ajaa wkwkkk
Citraysm #7
Chapter 8: Iam pretty swear this is very damn cool D:
u wrote with beautiful way.. Love it.
dwigitanoramalia #8
Chapter 8: satu kata untuk ff ini
D
A
E
B
A
K
Valklight
#9
Chapter 8: Ini daebak banget!!! Akhirnya happy ending :") ini ada sequelnya kah? Tentang kehidupan married life kaistal, pasti so sweet bgttt :))
Citraysm #10
Chapter 7: Aaa english version pls/?
This is sweet. Tp kasian sehun-,