Chapter 5

My Last One

Sooyeon bergegas mengepak barang-barangnya. Dia telah berpikir lebih dari 12 kali tentang ini. Meninggalkan Soojung sendiri di Korea, ia belum pernah melakukan itu sebelumnya. Dulu ketika orang tuanya meminta mereka untuk pindah, mereka menolak karena berpikir akan menyenangkan hanya tinggal berdua dan jauh dari orang tua. Terbukti, memang menyenangkan.

Pagi ini Sooyeon akan berangkat ke California, sendirian. Penerbangannya sempat ditunda karena Soojung yang terlalu lama memikirkan untuk ikut atau tidak. Akhirnya dia telah memutuskan untuk tetap tinggal di Seoul, tanpa alasan yang jelas. Sooyeon tidak mau memaksa tentang itu, sudah bisa ditebak Soojung tidak akan bisa menjelaskannya secara logis. Sooyeon selalu bisa membaca pikiran Soojung, dan tau apa yang diinginkannya .

Pukul 10 pagi, pesawat lepas landas. Waktu yang tersisa tinggal 30 menit. Mereka –Jung bersaudara- sudah sampai di bandara Incheon. Sepanjang jalan mereka hanya diam, tidak seperti biasanya. Soojung membuang pandangannya keluar jendela. California... mengapa ia menolaknya? Bahkan ia tidak menangis. Akankah ia akan menyesalinya? Sooyeon pasti akan sangat menikmati liburannya disana, belanja banyak sekali barang-barang antik yang akan ia pamerkan kepada Soojung. Dan yang terpenting, bertemu Ayah dan Ibu. Batin Soojung terus bertanya, membuatnya frustasi.

Setelah sampai di bandara, mereka duduk di sebuah bangku.

“Sooju—“

“Eonni—“

“Kau duluan,” ujar Sooyeon .

“Tidak, eonni dulu saja.” tolak Soojung.

Sooyeon mengela nafas panjang, “Soojung-ah,”

“Hmmm....”

“Kau  benar-benar tidak ingin ikut bersamaku?” 

“Ani....”

“Apa setelah ini kau akan berlibur bersama Sehun dan Sunyoung?”

“Tidak, juga. Kupikir?”

“Lalu apa yang akan kau lakukan sendirian? Kau tidak akan merasa kesepian?” Sooyeon memandang wajah adiknya.

Soojung mempoutkan bibirnya, “Temanku bukan hanya Sehunnie dan Sunyoung eonni, dan aku tidak akan merasa kesepian.”

“Apa kau tinggal karena Jongin?”

Soojung menoleh, “Apa? Aku bahkan tidak memikir.... Jongin?”

Sooyeon membuang muka, “Ne, wae? Kau benar-benar tinggal karena dia? Ku dengar kau semakin akrab dengannya.”

“Tidak. Sudah jangan bicarakan tentang dia, kau membuatku tidak nyaman.”

Kemudian mereka diam, cukup lama. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Soojung berpikir ulang, sebenarnya apa alasannya tetap tinggal? Ia menolak liburan bersama Sehun dan Sunyoung. Jongin? Bahkan ia tidak mengingat namja itu sejak tadi. Berbicara tentang kesepian, Soojung belum tau apa yang akan ia lakukan sendirian, selain tidur sepanjang hari.

 

5 menit sebelum pesawat lepas landas, Sooyeon benar-benar mengkhawatirkan Soojung. Senyum palsunya tak bisa ia sembunyikan lagi.

“Soojung-ah, kau benar akan baik-baik saja?” tanya Sooyeon untuk kesekian kalinya.

“Eonni, aku bukan anak kecil lagi. Aku bisa menjaga diri. Aku akan menelponmu.”

Sooyeon menarik nafas panjang, “Jangan makan ramen, makanlah nasi. Jangan menghabiskan uangmu. jangan menerima orang asing masuk. Jangan bertindak bodoh di depan umum. Jangan makan apel! Aku tau kau sangat menyukainya. Dan, jangan terlibat masalah lagi. Arrachi? Hubungi aku jika terjadi sesuatu.” nasihat Sooyeon sambil mengacak rambut adiknya penuh sayang.

“Ne, arraseo.” jawab Soojung tersenyum, kemudian memeluk kakaknya.

Setelah mengecup kilas pipi Soojung, Sooyeon langsung berjalan meninggalkannya. 1 lambaian tangan terakhir sebelum ia naik ke pesawat. Meskipun ia hanya pergi untuk liburan, menurutnya benar-bear berat.

~ ~ ~

Sendian. Tanpa satupun sanak saudara dan sahabat, Soojung sedikit menyesali mengapa ia membiarkan Sehun dan Sunyoung pergi berlibur. Seharusnya ia melarang mereka pergi agar ia tidak kesepian. Ini membuatnya gila.

Soojung mengambil ponselnya, berinisiatif untuk menghubungi Sunyoung.

“Soojung-ah! Kami sedang menikmati musim semi di Jeju! Bunga-bunga bermekaran, sangat indah! Ah, sayang sekali kau tidak ikut! Setelah ini kami akan pergi ke Namsan Tower, kami menyewa villa, kami tinggal bersama dan tidur bersama....”

Ah tidak! Sunyoung akan memamerkan semua kegiatannya bersama Sehun dan itu akan membuatnya iri. Mungkin mereka akan memancing, menikmati musim semi, atau menaiki sekoci, pergi ke Namsan Tower, menyewa villa dan, tidur bersama? Soojung segera membuang pikiran anehnya. Hah, mengapa ia bisa berpikiran senegatif itu. Mereka tidak mungkin melakukan itu.

Soojung mendial nomor Sehun, mungkin menghubungi Sehun akan lebih melegakan.

“Yeoboseyo? Oh Soojung-ah! Tentu saja aku menikmati liburanku bersama Sunyoung noona. Kami menaki sekoci, bernyanyi bersama. Apa? Aku sedang tidur. Nonna di sebelahku. Kau mau berbicara padanya?”

Aaah TIDAK! Berhenti mengkhayal yang tidak-tidak, Jung Soo Jung.

Soojung melempar ponselnya ke tempat tidur. Kemudian ia merebahkan badannya, memejamkan mata. Sudahlah, jangan ganggu Sehun dan Sunyoung. Mereka tidak akan melakukan hal-hal aneh.

Mungkin sedikit udara segar bisa menjernihkan pikirannya. Soojung bangun, mengambil ponsel dan kunci mobilnya.

 

Mengitari jalanan Seoul tanpa tujuan yang jelas, hanya mengikuti kemana kata hatinya ingin pergi. Benar-benar tanpa tujuan. Selang 10 menit kemudian, sambil terus bernyanyi dan menancap gas, Soojung tidak menyadari kakinya membawa dia menuju suatu tempat. Baru ketika lagu yang ia putar habis, Soojung menyadari ia berada di sebuah pusat rehabilitasi.

Masih berpikir mengapa ia bisa sampai ke tempat ini, perlahan langkahnya mulai berjalan memasuki gedung itu. Tak butuh waktu lama untuk seseorang menyapanya,

“Soojung-ssi!”

“Ahjussi?” Soojung melambaikan tangannya ketika melihat Yi Fan.

“Kebetulan sekali aku ingin bertemu denganmu. Kau bisa membaca pikiran orang? Atau kita punya kontak batin?” hahaha....” canda Yi Fan.

Soojung hanya menatapnya malas, “Jongin... apa dia baik-baik saja?”

Yi Fan menarik nafas panjang, lalu mengembuskannya lagi. “Yah, kurasa tidak sama seperti dulu.”

“Maksudmu?”

“Bagaimana kalau kita bicarakan ini di dalam, disini terlalu banyak yang mendengar.” Yi Fan melangkah menuju ruangan pribadinya, diikuti Soojung dibelakangnya. Dari sini bisa terlihat para tahanan sedang bermain bola di lapangan.

“Dia masih bisa bermain bola,” ucap Yi Fan sambil memandang ke lapagan bola.

“Itu tidak akan bertahan lama. Cepat atau lambat ia harus benar-benar istirahat total. Apa dia masih merokok? Dia harus mengentikan itu dan kebiasaan minumnya.” ujar Soojung.

Yi Fan balik menatap Soojung, “Minum? Maksudmu alkohol? Soju?” Soojung mengangguk. “Ya, aku sering mengajaknya minum. Hey, apa kau seorang dokter?” muka Yi Fan terlihat sangat polos setelah mengungkapkan itu.

Mendengar pengakuan Yi Fan, Soojung langsung bangkit, “Apa kau gila?! Maksudku, kau sudah tau dia mengidap kanker paru-paru dan kau tetap membiarkannya minum alkohol?!”

Yi Fan menelan air ludahnya, “Kupikir itu tidak papa....” lalu berjalan sedikit mundur melihat wajah Soojung yang merah.

“Menurutmu untuk apa dia dimasukkan kesini kalau bukan untuk menglhilangkan kebiasaan buruknya itu?! Lambungnya juga bermasalah. Aku bukan dokter seperti itu, tapi aku tau itu tidak baik untuknya. Berhenti mengajaknya minum atau dia akan bertambah parah.” ujar Soojung sambil ikut memandang ke lapang bola. Disana, Jongin, masih berlari seperti tidak terjadi apa-apa dalam tubuhnya.

 

 

Jongin berlari penuh semangat menghampiri Soojung yang melambai padanya di pinggir lapangan.

“Mengapa kau kesini? Kau harus bermain dan mencetak gol.” ucpa Soojung. Jongin terlihat bergitu lelah, nafasnya terengah-engah membuat Soojung sedikit khawatir. Tapi ia masih tersenyum sangat cerah.

“Aku lelah. Mereka tidak membiarkanku mencetak gol.” ujar Jongin kemudian duduk di bangku penonton, diikuit Soojung.

Soojung memberikan sebotol minuman kepada Jongin. “Bagaimana keadaanmu?” Jongin menatap bingung Soojung, kemudian Soojung memberi isyarat bahwa ia menanyakan tentang paru-parunya.

“Aku merasa biasa saja.” jawab Jongin datar, tanpa beban sama sekali. “Ngomong-ngomong, malam itu, kau mau pergi kemana?”

Mengingat kejadian kurang lebih 1 bulan yang lalu, saat diamana mereka bertemu, sebenarnya membuat Soojung tidak nyaman. “Pergi ke rumah temanku.”

“Di cuaca dingin seperti itu? Kau, wanita, pergi sendirian, berjalan ditenah hujan salju, malam hari. Kau tidak takut seseorang berbuat jahat padamu?” tanya Jongin polos, tidak merasa bersalah sama sekali.

Soojung tertawa kecil, kemudian menatap lurus mata Jongin. “Tapi seseorang telah berbuat jahat kepadaku. Memaksaku masuk ke dalam club, membuatku terlibat masalah, dan terus menganggu pikiranku.”

Tatapan Jongin berubah sayu. Perlahan ia menghindari tatapan Soojung, menundukkan wajahnya dan mengalihkan pandangannya. “Orang itu pasti sangat bersyukur karena membuatmu memiliki tanggung jawab.” ujar Jongin dengan smirinya,

“Soojug menelan ludah, mulai horor dengan smirk Jongin. “Maksudmu...?”

“Mungkin jika dia tidak menabrakmu waktu itu, ia masih berkeliaran sebagai buronan di Seoul. Ia masih terus menghamburkan uang untuk gadis yang dicintainya. Masih menjadi pecundang yang tidak tau bahwa ternyata ia telah membunuh dirinya sendiri secara perlahan dan, dengan cara menyenangkan.”

Soojung mulai tidak nyaman dengan arah pembicaraan ini, “Apa yang kau bicarakan? Kau---”

“Dan dia sangat berterimakasih padamu. Dan ‘memiliki’ dirimu sebagai tanggung jawabnya. Juga mendekam disini.” Jongin menatap dalam Soojung. “Soojung-ah, aku ingin sembuh. Aku tidak ingin menjadi pecundang lagi. Aku, membutuhkanmu.”

~ ~ ~

 

 

Tidak ada habisnya jika membicarakan tentang dunia selebritis. Selalu saja ada gossip yang beredar di media setiap harinya. Tidak semua selebritis membenci reporter, tapi mereka sangat terganggu dengan aktivitas para reporter itu. Terlebih, sasaeng fans dan anti-fans.

Minggu lalu, seorang reporter berhasil mengambil sebuah foto, sepertinya ini akan menjadi skandal baru dalam dunia selebritis.

 

Sehun tersedak membaca koran pagi hari ini. Matanya membulat sempurna melihat wajah yang tercetak pada halaman depan koran harian.

“Noona!!!” teriak Sehun. Sunyoung yang merasa terpanggil bangun dari tempat tidurnya malas-malasan.

“Wae....”

“Ppali! Noona!!!” teriak Sehun sekali lagi. Sunyoung berjalan menghampiri Sehun masih dengan mata tertutup. Sehun langsung membentangkan halaman koran di depan muka Sunyoung. Begitu Sunyoung membuka mata, tak satupun kata keluar dari mulutnya. Rasa kantuknya hilang, energinya seperti langsung terisi begitu melihat wajah seorang yeoja yang sangat ia kenali.

~ ~ ~

 

“Oh eonni, apa kabar?” Soojung membalik-balik halaman majalah yang sedang ia baca. “Wae? Ada apa dengan dirimu? Kau tidak memamerkan liburanmu? Apa kau... tidur bersama Sehunnie?”

“Ya! Aku tidak mungkin tidur dengan adikku! Apa yang kau pikirkan, huh?” suara Sunyoung disebrang sana terdengar sedikit bergetar.

“Mwoya, mengapa nada bicaramu seperti itu? Mengaku saja kau tidur dengan Sehun, kan? Hahaha!” Soojung memaksa Sunyoung untuk mengakui hal yang bahkan tidak terpikirkan olehnya sama sekali. Untuk apa Sunyoung tidur bersama Sehun?

“Soojung-ah, kau tau, kau merusak liburan kami. Kau harus bertanggung jawab untuk itu.” suara Sehun tiba-tiba saja menyambung pembicaraan Sunyoung dengan Soojung.

“Yah, apa maksudmu? Kita benar-benar tidak tidur bersama!” elak Sunyoung. “Soojung-ah, jangan percaya kata-kata bocah ini, eoh?”

“Bagaimana jika aku mempercayainya?” goda Soojung sambil merebahkan tubuhnya di sofa.

“Kau tidak akan marah padaku jika Sehun benar-benar tidur denganku?” tanya Sunyoung, nada bicaranya terdengar serius.

“Tentu saja tid—“ tiba-tiba Soojung berhenti. Jadi mereka benar-benar tidur bersama? Tuhan!

“Kau tidak marah? Sunggguh?” sahut Sehun. Perasaannya tiba-tiba menjadi aneh. Soojung tidak marah? Apa ini?

“Tidak,”

Sunyoung dan Sehun saling bertatapan. Dari nada bicara Soojung, Sunyoung tau ia tidak nyaman dengan pembicaraan ini, walaupun dia yang memulainya. Begitu juga raut wajah Sehun yang kecewa jika Soojung benar-benar tidak marah karena hal ini, meski mereka tidak pernah tidur bersama.

“Kami sedang perjalanan ke Seoul, aku akan menelponmu jika sudah sampai. Sampai bertemu.” Klik. Sunyoung memutuskan sambungan telepon.

 

Sehun masih diam. Tetap fokus menyetir dan memandang ke depan. “Berapa lama lagi kau akan menunggu?” tanya Sunyoung.

“Aku tidak tahu.”

“Kau sudah berusaha cukup keras, dapatkan dia jika kau memang ingin memilikinya. Sebelum semuanya terlambat. Sehun-ah,”

Sehun menghela nafas, “Tapi kurasa Soojungie tidak marah jika aku benar-benar tidur bersamamu. Apa itu cukup menjelaskan semuanya?”

“Kau percaya itu?”

“Kurasa persahabatan—“

“Aku ingin kau bersaing secara sehat. Kulihat Soojung mulai memperhatikan Kim Jong In.” potong Sunyoung. Sehun hanya menanggapinya dalam diam. Jongin, apa yang bisa diharapkan dari pria itu? Masa depannya sungguh sangat suram. Sehun rasa tidak perlu khawatir jika benar Jongin menyukai Soojung. Soojung pernah berkata ia ingin menikah dengan orang yang berhasil, jauh sekali dari seorang narapidana yang mantan buronan.

 

 

Keadaan ini begitu aneh. Tidak seperti biasa saat mereka berkumpul bersama. Udara dinign menyelimuti ruangan ini. Sebuah surat kabar tergeletak di meja.

“Bagaimana kau akan menghindari ini?” tanya Sehun khawatir.

Soojung menggigit bibir bawahnya, sekarang bukan masalah Sehun tidur bersama Sunyoung atau tidak, tapi kini dirinya tercetak sempurna dalam halaman surat kabar. Diatasnya terdapat tulisan “Jung Soo Jung,  Satu-satunya Orang Yang Boleh Menemui Kim Jong In.” Soojung membaca artikel itu, disana tertulis bahwa dirinya dan Jongin memiliki hubungan khusus. Dan Choi Jin Ri sangat cemburu padanya. Jinri menangis setiap hari karena marindukan Jongin. Menurut gossip yang beredar, ini adalah sebuah cinta segi tiga.

“Jadi selama ini aku digossipkan warga Seoul?” tanya Soojung polos.

“Menurutmu?”

“Berapa kali kau pergi ke tempat itu dalam sehari?” tanya Sehun.

“Sehari? Aku hanya mengunjunginya 3 hari sekali....” Soojung menundukkan wajahnya.

“Hanya? Ya Jung Soo Jung, kau tau semua orang mengenal Jongin? Mungkin hanya kau yang tidak tau, atau baru tau setelah insiden itu. Tapi Jongin sangat populer dan kekasihnya, seorang selebritis terkenal. Kau masih tidak tau? Aku tidak suka padanya karena dia selalu saja membuat skandal baru.” Sunyoung sudah sangat frutasi dengan masalah Soojung. Nada bicaranya terkesan sedikit membentak.

“Choi Jin Ri, aku baru tahu sekitar sebulan yang lalu, kukira itu bukan masalah.....”

Sehun menarik nafas panjang. “Sudahlah. Kami akan membantumu.”

“Tidak, sudah kubilang aku akan mengurus semuanya sendiri. Dan kumohon, jangan beritau Sooyeon eonni, dia sedang di California sekarang, aku akan memberitaunya kalau waktunya sudah tepat. Jangan paksa dia untuk pulang, kumohon.” Soojung mempoutkan bibirnya, berharap Sunyoung dan Sehun akan luluh.

“Lalu mengapa kau tidak ikut bersamanya? Bukankah kau sangat ingin pergi ke California?” pertanyaan Sehun sukses membuat Soojung terpaku dalam duduknya. Ini lagi, Soojung sungguh tidak tau apa jawabannya.

“Aku hanya sedang malas liburan. Sebentar lagi aku akan bekerja di rumah sakit. Aku harus menyiapkan segala sesuatunya.” jawab Soojung. Sunyoung tau bukan itu alasan sebenarnya, tapi ia tidak ingin berdebat lebih panjang.

 

Hari-hari berikutnya, Soojung harus menggunakan pakaian tertutup jika ingin menemui Jongin.

~ ~ ~

Hari ini Soojung membuat permintaan pada Yi Fan. Untuk pertama dan terakhir ia memohon agar itu dikabulkan. Setelah pikir panjang, Yi Fan mengabulkan permintaannya.

Belakangan ini Soojung sering mendapat telepon dari orang-orang aneh. Ini sangat membuatnya depresi. Terakhir yang ia terima, dari Choi Jin Ri. Ia meminta agar Soojung membuatnya bertemu dengan Jongin. Dari raut wajahnya ia terlihat sangat merindukan kekasihnya itu. Karena ‘kasihan’, Soojung menyampaikan permintaannya kepada Yi Fan.

 

15 menit waktu yang sangat berharga. Akhirnya setelah sekian lama, Jinri bisa bertemu dengan Jongin. Tak bisa dipungkiri juga betapa bahagianya Jongin melihat gadisnya berada disini. Pertemuan ini begitu singkat dengan penjagaan yang sangat ketat, Soojung juga ada diluar ruangan. Tak ada satupun wartawan yang tau. Koneksi Jongin dengan para gangster itu sudah putus. Tak ada satupun dari mereka yang mau lagi membantu Jongin keluar dari penjara. Terlalu jahat jika dibilang mereka membiarkan Jongin membusuk di penjara.

“Bagaimana keadaanmu?” tanya Jinri.

“Buruk. Bagaimana denganmu? Apa kau masih suka menghamburkan uang?” mengingat tentang penyakit yang diidapnya, Jongin tak mau Jinri tau tentang itu. Biarkan Soojung dan Yi Fan saja yang tau. Dia sudah meminta mereka agar tidak memberitau ini kepada siapapun, bahkan orang tuanya.

Jinri terkekeh, “Tentu saja. Aku selebritis, aku butuh banyak barang baru yang mewah.” Jongin hanya tersenyum tipis. “Aku mendapat banyak tawaran iklan.”

“Itu bagus, turut senang mendengarnya. Kau bisa membeli barang dengan uangmu sendiri.” ujar Jongin.

Jemari mereka bertautan. 5 menit sebelum waktu habis, Jongin mengecup bibir Jinri. Terlihat dalam dan lembut. Sungguh ia merindukan bibir manis itu. Berapa lama ia tidak merasakannya? Ini sudah cukup untuk membunuh rindunya.

Soojung tidak sengaja melihat sekilas kejadian itu dari kaca. Kemudian ia terpaku di tempatnya. Mengapa sangat sulit mengalihkan pandangan dari kedua sejoli yang sedang dimabuk rindu itu? Tiba-tiba Yi Fan menepuk pundaknya. Barulah ia bisa bernafas sebentar dan menyingkir dari sana.

Setelah melepaskan kecupannya, Jinri berbisik pelan di telinga Jongin. “Kau, jangan berharap kau bisa tetap hidup setelah kau bebas. Jangan lupakan tentang hutangmu.” 1 kecupan lagi di pipi Jongin, kemudian ia meninggalkan ruangan itu.

Mata Jongin membulat. Apa maksudnya? Oh, hutang? Ia hampir lupa. Selama ini ia meminjam uang kepada Bos Choi, pemilik Black Club. Uang itu hanya untuk memanjakan Jinri. Hutangnya sekitar 2 juta won. Belum ada sepeserpun yang ian bayar.

 

Jongin pasrah dibawa lagi ke dalam sel. Ketika melewati Soojung, ia berhenti sejenak. Tidak mengeluarkan kata apapun, hanya diam menatapnya lalu melanjutkan langkahnya.

~ ~ ~

Media diributkan dengan issu hubungan Choi Jin Ri dengan pria pemilik sebuah club di gangnam bernama Choi Seung Hyun. Tak ada kabar yang bisa mereka rekut dari Kim Jong In, mereka pikir Jinri sudah mengakhiri hubungannya dengan pria itu yang kini mendekam di penjara.

Berita yang lain adalah tentang penangkapan CEO dari Golden Group, Kim Young Won. Bersama istrinya, Han Ga In, mereka ditangkap atas tuduhan penggelapan uang perusahaan. Lucu memang, karena itu adalah perusahaan mereka sendiri. Jaman sekarang orang-orang memang gila harta.

Kim Jong In ditangkap karena telah menjadi buronan sejak dulu, kemudian orang tuanya juga ditangkap karena penggelapan uang perusahaan mereka sendiri. Bagaimana menjelaskan ini, mereka sungguh keluarga yang bermasalah.

 

Jongin benar-benar depresi ketika Bos Choi mendatanginya kemarin. Apa yang telah ia katakan kepada Soojung hingga Soojung menyetujuinya untuk bertemu dengan Jongin? Bos Choi bukan menagih hutang, tapi mengancam Jongin.

“Dalam waktu 5 bulan setelah kau bebas, kau harus sudah melunasi hutangmu. Atau seorang gadis yang akan menjadi jaminannya. Aku akan menunggu sampai kau bebas. Bukankah aku orang yang baik?” ingat Jongin akan ancaman Bos Choi. Bagaimana dia akan mendapatkan 2 juta won hanya dalam waktu 5 bulan? Jongin tidak memiliki pekerjaan, perusahaan Ayahnya juga akan segera ditutup. Ini bukan ancaman, tapi pembunuhan secara halus. Seorang gadis katanya? Entah mengapa Jongin berpikir 2 kali untuk Soojung, buka Jinri.

Hanya bisa pasrah, Jongin tidak yakin ia bisa melunasi hutangnya. Hari-harinya berjalan sangat cepat. Ia berpikir akan melakukan hal terbaik selama sisa hidupnya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
hyeeunkim13
please leave a comment after read :) thank you ^^

Comments

You must be logged in to comment
BintangAnandaa
#1
Chapter 8: hufttt mau kali jd soojung:"
BintangAnandaa
#2
Chapter 5: huhhh blm trlalu klihatan.ni sukasukaannya:" to aku,bakal bc lagi^^ annyeong^^
jungsister #3
Chapter 6: hwaaaaa daebak, tp menurutku ini agak mirip sama kdrama that winter the wind blows, iya gak sih?
vevewu #4
Chapter 8: whoooo daebak!!! dari ushername aff sama kaya ushername twitter gak? kalo iya kita saling kenal loh, dek. wkwk
ghinanne #5
Chapter 8: Aaaa aku suka banget ceritanya thor :))
Sequel please... :D
jungjojung
#6
Chapter 8: Aaaahhhh sweet bgt finalnya. Untunglah semuanya bahagia walo agak kaget sehun mau nikah. Jongin gak neko neko langsung nglamar lol pacarannya pas kawin ajaa wkwkkk
Citraysm #7
Chapter 8: Iam pretty swear this is very damn cool D:
u wrote with beautiful way.. Love it.
dwigitanoramalia #8
Chapter 8: satu kata untuk ff ini
D
A
E
B
A
K
Valklight
#9
Chapter 8: Ini daebak banget!!! Akhirnya happy ending :") ini ada sequelnya kah? Tentang kehidupan married life kaistal, pasti so sweet bgttt :))
Citraysm #10
Chapter 7: Aaa english version pls/?
This is sweet. Tp kasian sehun-,