Chapter 2

My Last One

Pagi-pagi sekali ponsel Soojung sudah berdering lebih dari 7 kali. Terlalu malas untuk mengangkatnya. Hingga dering ke-10 ia baru punya niat untuk menjawab telepon itu.

“Yeoboseyo... ne? Ah, iya benar... Mengapa harus aku? Ahjussi, katakan saja padanya untuk tetap tinggal disana. Ini masih pagi, kau tau aku benci musim dingin.”

“Agasshi, masa tahanannya akan diperpanjang.”

“Ne? Wa-wae? aishh mengapa hukum begitu kejam. Baiklah aku akan datang 1 jam lagi.”

Soojung membuka matanya. Beberapa kali berkedip dengan lucu. Mengumpulkan nyawa yang masih tertinggal di alam bawah sadarnya. Dia masih berpikir mengapa harus dirinya yang bertanggung jawab atas namja tak dikenalnya itu? Bukankan ia punya keluarga? Hukum memang kejam.

 

“Kau sudah lihat berita pagi ini?” tanya Sooyeon sambil memberikan koran pagi. Karena sedang minum air, Soojung tersedak ketika melihat halaman utama koran itu. “Wae? Mengapa kau terkejut?”

“A-aniyo...” jawab Soojung sedikit terbata.

“Orang hebat yang bisa membawanya masuk ke penjara. Kim Jong In, sungguh aku membenci namja itu. Kau tau, dia mengambil voucer belanjanku untuk pacarnya. Aku bahkan menangis karenanya. Gangster itu harus segera musnah. Sungguh, aku akan memberi penghargaan kepada orang yang membuatnya masuk penjara.” cerita Sooyeon. Soojung hanya fokus dengan supnya. “Kau kenapa? Mengapa wajahmu aneh?”

“A-ani...” Soojung berhenti sejenak. “Kau, sungguh akan memberinya penghargaan? Berapa yang akan kau berikan?”

Sooyeon menatap adiknya penuh tanda tanya. “Wae? Kau mengenal orang itu? Kenalkan aku padanya!”

“Tidak, maksudku, lupakan saja.”

~ ~ ~

Kantor polisi terlihat ramai sekali. Banyak wartawan berkerumun mengelilingi seorang yeoja di sana. Yeoja itu seperti menangis, tapi wajahnya terlihat menampakkan kebohongan. Tidak tertarik dengan hal itu,  Soojung masuk ke dalam kantor polisi.

“Ahjussi, aku akan bertanya untuk yang terakhir kali. Mengapa harus aku?” tanya Soojung setelah membaca sebuah surat persetujuan.

“Tentu saja karena kau bersamanya malam itu.” jawab polisi itu dengan malas.

“YA! Berapa kali aku harus bilang, aku adalah korban. Seharusnya aku dilindu—“

“Dengar, nona manis. Orang tuanya tidak akan peduli. Mereka terjerat kasus penggelapan uang. Kau tidak tau? Dia satu-satunya putra pewaris Golden Group. Aku saja tidak mengerti mengapa dia menjadi gangster, bukannya bekerja di kantor ayahnya.”

“Penggelapan uang? Eottokhe, perusahaan itu miliknya tapi mereka menggelapkan uang mereka sendiri? Golden Group? Jinjja?!” tanya Soojung masih tak mau menandatangani surat itu.

“Bagaimana aku bisa tau?! Kau ini cerewet sekali, tanda tangani saja surat ini lalu kau bisa pergi.” ujar polisi itu seolah tak mau tau.

Sebelum memberikan tanda tangannya, Soojung kembali bertanya. “Disini tertulis... hanya aku yang boleh mengununginya? Kau kira aku akan sudi mengunjunginnya? Perjanjian macam apa....”

Pak polisi menghembuskan nafas panjang, menahan sabar yang sudah di ubun-ubun. “Namja itu, Kim Jong In, siapa yang tidak tau dia? Gangster paling ditakuti di Seo—“

“Aku, aku tidak mengenalnya.” ucap Soojung polos.

“...ul. Dia buronan sejak dulu. Kami berterimakasih padamu karena berhasil membuatnya masuk penjara. Malam itu dia kabur dengan bantuan teman-temannya. Kau kira kami akan memasukkannya dalam sel yang sama?”

Tak ingin berdebat lebih lama, Soojung segera menandatangani surat itu. Ia juga tak mau berurusan dengan polisi. Setelah selesai, ia langsung meninggalkan kantor polisi. Wartawan sudah tak sebanyak tadi. Yeoja yang menangis tadi juga sudah tidak ada.

“Kau dengar itu, bahkan kekasihnnya tidak boleh menjenguk.”

“Ku kira mereka pasti akan merencanakan cara lagi untuk melarikan diri. Mungkin itu alasannya.”

“Hanya ada satu orang yang boleh menjenguknya, aku harus menemukan orang itu.”

Kekasih? Soojung mengira pasti yeoja yang menangis tadi adalah kekasih Jongin. Mencoba mengingat-ingat, namanya adalah Choi Jin Ri. Dia artis, pantas saja banyak wartawan.

“Tunggu, Jinri saja tidak boleh menjenguk Jongin, dan hanya aku yang diizinkan. Mungkinkah... aku akan terlibat masalah dengannya? Oh tidak. Tidak. Aku tidak mau media tau, tapi cepat atau lambat mereka pasti akan tau.” Soojung sibuk sendiri dengan pikirannya. Kemudian mengambil ponsel untuk menelpon Sunyoung. Ia belum berencana akan memberitau Sooyeon tentang hal ini. Meski dia bilang akan memberi hadiah kepada orang yang berhasil membawa Jongin ke penjara, tetap saja dia akan marah jika tau Soojung berurusan degan polisi.

“Yeoboseyo eonni, eodiga? Oh, ne.”

 

 

Soojung tertunduk di depan Sunyoung dan Sehun, sama sekali tidak berani menatap mereka.

“Kau, aishh.” adalah Sehun yang paling frustasi diantara mereka bertiga. “Ya, kau selalu saja menambah bebanku.”

“Tapi kau tidak pernah marah dan tetap membantuku.” Soojung membela diri.

“Soojung-ah. Meskipun kau bukan anak kecil lagi, kau tetap maknae diantara kami. Kali ini kau berurusan dengan polisi. Sooyeon eonni harus tau.” Sunyoung mengambil ponsel di sakunya, hendak menelpon Sooyeon. “Yeoboseyo, Sooyeon eonni....”

“Eonni-ya, jebal, Sunyoung eonni, jangan beritau dia... jebal....”

“Ne, ada yang ingin aku....”

“Aku akan mentraktir makan malam!” ujar Soojung penuh harap sambil memperlihatkan giginya yang rapi. Sunyoung memberinya smirk, Sehun hanya geleng-geleng frustasi.

“Soojungie....”

“Aku akan menyelesaikan ini sendiri. Aku tidak akan membawa kalian. Aku janji.” ucap Soojung menunduk. Sedetik kemudian ia memberikan aegyo dan puppy eyes andalannya. Sunyoung diam sejenak.

“Yeoboseyo? Sunyoung-ah, ada apa dengan Soojung? Yeoboseyo?!”

“Soojungie....” Soojung semakin terlihat merengek. “Akan mentraktir kami makan malam. Dia bilang agar kau memesan makanan karena dia tidak akan memasak malam ini.”

“Gurae? Oh, baiklah.” Klik. Sunyoung memutuskan sambungan telepon. Soojung menghela nafas lega.

Sunyoung tidak mengatakan apapun setelah itu. Sehun hanya menatap mereka malas. “Apa ada yang mau ramen?” tanya Sehun. “Aku akan membuatnya untuk kalian.”

“Apa kau hanya makan ramen setiap hari?”

“Tidak, Soojung akan mentraktir kita malam ini.” sahut Sunyoung.

“Ya....”

Sunyoung mengambil ponselnya lagi. Bersiap mendial nomor Sooyeon lagi sambil melihat reaksi Soojung. “Baiklah aku yang traktir!” ucap Soojung akhirnya. Sunyoung tersenyum penuh kemenangan.

 

~ ~ ~

Sekian lama berteman dengan Sehun, Soojung tidak tau kalau sebenarnya nafsu makan Sehun begitu besar. Uang Soojung hampir habis untuk mentraktir mereka berdua. Sebenarnya ia tidak perlu melakukan itu, toh cepat atau lambat Sooyeon akan tau masalah ini. Hanya waktunya yang belum tepat saja. Entah cara apa yang akan dilakukan Soojung agar kakaknya tidak marah padanya.

Pagi ini Soojung pergi ke kantor polisi dengan membawa sekotak makanan dan sekotak susu segar. Polisi bernama Wu Yi Fan yang biasa berdebat dengan Soojung tentu saja kaget dengan hal ini. Dengan senang hati ia membukakan pintu sel untuk Soojung.

“Hei bocah, lihat siapa yang datang.” ucap Yi Fan. Namun yang diajak bicara masih berselancar dalam alam bawah sadarnya.

“Biar aku yang mengurusnya.” ujar Soojung. Yi Fan hanya mengangguk kemudian berlalu, tak lupa mengunci pintu sel lagi. 1 polisi lain tetap berjaga di depan sel.

Soojung berdiri di dekat pintu sel, “BANGUNNNN SUDAH PAGI AYO BANGUNNNN!!!” teriak Soojung sambil memukul-mukulkan sendok ke pintu sel. Jongin terlihat terusik, kemudian membenarkan posisi tidurnya agar lebih nyaman.

Soojung tidak menyerah, ia akan terus memukulkan sendok sampai Jongin bangun. Tidak peduli namja itu akan marah padanya atau melemparnya dengan apa saja. “JONGIN-AH, BANGUNNNN!!!”

“JONGIN-AH?!” Sontak Jongin langsung terbangun. Soojung tersenyum merdeka. Usahanya berhasil. “Kau benar-benar tidak tahu sopan santun?! Kau membangunkanku seperti ayam, kemudian memanggilku, ‘Jongin-ah?!’”

“Berapa umurmu? Tahun berapa kau lahir?” tanya Soojung sambil melipat tangannya.

“Cih, untuk apa kau bertanya.”

Soojung tidak memperdulikannya. Ia duduk di depan jongin sambil membuka kotak makanannya. Jongin melihatnya kebingungan, tapi tidak mengatakan apapun. “Ku dengar hanya ada ramen di dalam penjara.” Jongin terus memperhatikannya tanpa bersuara.

Melihat Jongin yang diam tak berkutik dan terus memandanginya, Soojung balas menatap dengan death glare terbaiknya, “Aku membuat ini tanpa sepengetahuan eonni ku. Aku pergi ke sini dengan susah payah.”

Jongin tetap diam.

“YA! Apa kau tuli? Atau bisu dalam sesaat?!”

Jongin mengambil sumpit di depannya, lalu mulai memakan nasi dan lauknya sedikit demi sedikit. “Maa.” ucapnya sambil tersenyum tipis. Soojung termangu di depannya, menyaksikan jongin makan dengan lahap seperti tidak pernah makan berhari-hari.

5 menit kemudian polisi membuka pintu sel. Waktu besuk sudah habis. Tepat setelah Jongin menghabiskan sarapannya. Kemudian Soojung keluar sambil membawa kotak makanannya yang telah kosong. Sebelum Soojung meninggalkan sel, “Hei, gomawo.” ucap Jongin sambil tersenyum.

 

 

 

Kini hampir setiap hari Soojung membawakan makanan untuk Jongin. Peraturan memang menegaskan hanya Soojung yang boleh menjenguknya, tapi tidak setiap saat ia bisa masuk ke dalam sel. Maka dari itu ia haya menitipkan makanan untuk Jongin kepada polisi.

Hingga pada saatnya Soojung harus kembali meneruskan kuliahnya. Tentu saja ia tidak bisa membuat sarapan untuk Jongin. Sooyeon lebih suka memesan makanan daripada membiarkan adiknya yang harus berangkat kuliah memasak sarapan.

 

“Soojung-ah!” seru Sehun begitu melihat Soojung di gerbang kampus. Soojung tidak menggubrisnya dan terus berjalan. Meninggalkan Sehun yang ngos-ngosan setelah berlari ke arahnya. “Yaaaaa!” teriak Sehun sembari menyamakan langkahnya dengan langkah Soojung.

“Wae?” tanya Soojung tanpa perasaan bersalah membuat Sehun berusaha keras mengatur nafasnya.

“Sudah berapa hari kau tidak menjenguk narapidana itu?” tanya Sehun setelah nafasnya kembali normal.

Soojung menerawang. Mengingat kapan terakhir kali ia memberinya sarapan. “Mmm... satu minggu? Tidak. Dua minggu? Tiga? Empat....”

“Kunjungi dia sesekali saja. Kau memberinya makanan seperti hewan peliharaan.” ujar Sehun datar, yang kemudian diberi death glare oleh Soojung. “Dia terkurung disana. Tidak pernah melakukan apapun selain menunggumu yang hanya bisa bertemu dengannya. Ketika kau datang dia akan terlihat begitu ceria seperti menemukan mainan baru. Bukankah itu seperti hewan peliharaan,”

“Ucapanmu terdengar sedikit menyakitkan.” Soojung berhenti sejenak, “Tapi kau ada benarnya juga.” Sehun tersenyum. “Tapi apa maksudmu dengan ‘mainan baru’? Kau mengupamakan aku adalah mainan anjing? Huh?!”

Sehun berhenti. “Ani... Bukan itu maksudku....”

“Lupakan. Aku tidak akan menemuinya lagi.”

 

 

 

Hari yang begitu panjang dengan tugas-tugas kuliah yang kian hari semakin menggunung. Ini sedikit membuat Soojung lupa dengan Jongin. Dia harus lulus tahun ini, tidak akan menunggu terlalu lama mendekam di kampus itu. Membayangkan rasanya akan segera menjadi seorang dokter, pekerjaan yang sangat mulia. Soojung belajar begitu giat. Ia benar-benar lupa akan Jongin.

Sementara itu di penjara, keadaan Jongin kian hari kian memburuk. Rasanya benar-benar frustasi tidak menghisap barang bernama rokok dan alkohol sehari saja. Candu yang begitu hebat hingga Jongin merasa depresi. Kantung maatanya semakin menghitam karena kurang tidur. Hari-harinya begitu suram dengan sebungkus ramen dan sebotol air mineral.

Jujur saja, ia begitu merindukan kotak makanan berisi sarapan dengan berbagai bentuk yang lucu. Kadang ada pesan singkat di dalamnya, seperti kalau ia tidak menghabiskannya makan gadis itu tidak akan membuat sarapan untuknya lagi. Tapi kenyataannya Jongin selalu menghabiskan sarapan dan susu segarnya. Dan gadis itu tidak lagi datang membawa sekotak makanan atau hanya makanan ringan.

Jongin bertanya-tanya mengapa. Mengapa ia bisa merindukannya. Bukan hanya sekotak makanan itu, tapi juga orang yang mengirimkannya. Ku dengar hanya ada ramen di dalam penjara. Mungkinkah ia membuatkan sarapan hanya karena kasihan padanya, entahlah.

Jongin terus bertanya-tanya, hingga putuslah sudah harapanya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
hyeeunkim13
please leave a comment after read :) thank you ^^

Comments

You must be logged in to comment
BintangAnandaa
#1
Chapter 8: hufttt mau kali jd soojung:"
BintangAnandaa
#2
Chapter 5: huhhh blm trlalu klihatan.ni sukasukaannya:" to aku,bakal bc lagi^^ annyeong^^
jungsister #3
Chapter 6: hwaaaaa daebak, tp menurutku ini agak mirip sama kdrama that winter the wind blows, iya gak sih?
vevewu #4
Chapter 8: whoooo daebak!!! dari ushername aff sama kaya ushername twitter gak? kalo iya kita saling kenal loh, dek. wkwk
ghinanne #5
Chapter 8: Aaaa aku suka banget ceritanya thor :))
Sequel please... :D
jungjojung
#6
Chapter 8: Aaaahhhh sweet bgt finalnya. Untunglah semuanya bahagia walo agak kaget sehun mau nikah. Jongin gak neko neko langsung nglamar lol pacarannya pas kawin ajaa wkwkkk
Citraysm #7
Chapter 8: Iam pretty swear this is very damn cool D:
u wrote with beautiful way.. Love it.
dwigitanoramalia #8
Chapter 8: satu kata untuk ff ini
D
A
E
B
A
K
Valklight
#9
Chapter 8: Ini daebak banget!!! Akhirnya happy ending :") ini ada sequelnya kah? Tentang kehidupan married life kaistal, pasti so sweet bgttt :))
Citraysm #10
Chapter 7: Aaa english version pls/?
This is sweet. Tp kasian sehun-,