Chapter 3

My Last One

SM National University, Februari 2011

Pesta kelulusan yang begitu meriah. Semua mahasiswa yang telah selesai mengampu pendidikan di universitas itu tangah merayakan kelulusan mereka dengan berbagai cara. Soojung memilih menikmati saat-saat terakhirnya di tempat ini. Menghirup udara dalam-dalam, mengingat semua kenangan yang tertulis dalam catatan hariannya. Esok ia akan mengenakan jas putih, bayangnya begitu bahagia.

“Soojung-aaaah!” Sunyoung berlari ke arah Soojung yang duduk manis di bawah sebuah pohon dekat kolam.

“A-akh! Y-ya! Hhh...” Soojung berusaha mengambil nafas ketika Sunyoung memeluknya begitu erat.

“Aigoo kau tidak bersenang-senang bersama mereka? Jangan sia-siakan kesempatan ini, ayo pergi ke tempat karaoke. Aku ingin merayakan hari ini!” tanpa persetujuan, Sunyoung langsung menarik Soojung menuju mobil Sehun.

“Kemana saja kau? Aku mencarimu kemanapun tapi kau tidak ada.” ucap Sehun sambil membenarkan sabuk pengamannya.

“Aku menemukannya di bawah pohon.” sahut Sunyoung. Tanpa basa-basi lagi Sehun langsung menancap gas menuju tempat karaoke.

 

 

Ditengah-tengah keceriaan mereka, Sunyoung terus menyanyi dengan suara indahnya. Sehun sadar suaranya tidak semerdu Soojung dan Sunyoung. Maka ia hanya memberi beberapa sentuhan seperti “Yeah” atau “A-ha” atau rapp di beberapa bagian.

“...Almost, almost is never enough,
So close to being in love...
If I would have known that you wanted me,
The way I wanted you,
Then maybe we wouldn't be two worlds apart,
But right here in each others arms...
Yeah we almost, we almost knew what love was...
But almost is never enough....”

Sehun dan Soojung diam terpaku menyaksikan Sunyoung menyanyi dengan emosi dan mimik wajah yang sangat bagus. Gadis ini, mengapa dia begitu pandai berakting? Batin Sehun terus iri padanya. Keinginannya dari dulu adalah membuat sebuah lagu dan menyanyikannya untuk gadis yang kini bersandar di pundaknya. Tapi kenyataannya malah suara gadis itu lebih bagus darinya. Menyedihkan.

Tiba-tiba ponsel Soojung bergetar. Sehun melirik, tertera nama ‘Kantor Polisi’ di layar ponsel Soojung. Ponsel itu telah bergetar 2 kali, tapi Soojung tidak juga mengangkatnya. Sehun baru sadar Soojung telah terlelap. Berniat tidak mengusik tidurnya, Sehun iseng(?) mengangkat telepon itu.

“Yeobose...”

“Yeoboseyo, nona Jung? Bisa Anda kemari sekarang? Ada hal yang ingin kami bicarakan. Terimakasih.”

Klik. Sambungan terputus. Sehun menatap sebal ponsel itu. Hampir saja ia melempanya, menginat itu adalah ponsel Soojung ia tidak mungkin melakukannya. Melihat Soojung yang tidur dengan wajah damai seperti ini, sungguh ia tidak tega membangunkannya. Perlahan-lahan Sehun menempatkan kepala Soojung di sofa, kemudian membenarkan posisi tidurnya.

“Noona, aku ada urusan sebentar. Tidak lama, aku akan kembali.” pamit Sehun pada Sunyoung yang membalas anggukan.

 

~ ~ ~

 

“Aku datang mewakili nona Jung Soo Jung.”

Seketika semua pandangan mengarah pada Sehun. Yi Fan, polisi yang menangani masalah Jongin, langsung datang mengahadap Sehun, kemudian melihat penampilannya dari ujung kaki hingga ujung rambut. “Mwoya? Kau bocah itu? Aku tidak memanggilmu kemari. Pulanglah.” ucapnya dingin.

Sehun menatap sebal Yifan, “Hey Pak, apa kau tau Soojung lebih muda dariku?”

“Tidak,”

“Soojungie sedang sakit. Jadi aku mewakilinya. Katakan padaku apa yang harus dia tandangani lagi? Apa kau akan membuat perjanjian Soojung harus membuatkan sarapan setiap hari atau tinggal disini?”

“Soojungie? Haha apa yang kau bicarakan?” ucap Yi Fan sambil memberikan selembar kertas. Sehun membacanya dengan seksama. Entah rasanya ingin tertawa, sedih atau gembira. Ia tengah memikirkan bagaimana Soojung setelah mengetahui ini.

Setelah itu, Sehun pulang dengan senyum merdeka.

 

~ ~ ~

Jarum pendek telah menunjuk angka 10. Soojung belum juga kembali ke apartemennya. Ponselnya tidak aktif membuat Sooyeon begitu khawatir. Sehun dan Sunyoung juga tidak mengangkat teleponnya. Sooyeon benar-benar akan gila, ia tetap menunggu yedongsaeng tercintanya di ruang tamu. Rasa khawatir membuatnya lupa akan rasa kantuk yang kian menjadi. Mereka tidak pernah sesusah ini untuk dihubungi.

35 menit kemudian terdengar pintu apartemen dibuka. Sooyeon yang setengah tertidur segera melompat dari sofa menuju pintu masuk. Namun, rencanya akan marah pada Soojung gagal total. Bukan wajah adiknya yang cantik yang dilihatnya, tapi wajah namja yang sangat kelelahan.

“Soojungie... Apa yang terjadi?!” Sooyeon berteriak histeris. “Sehun-ah?!”

“Biar ku letakkan dia di kamarnya.” ujar Sehun lalu membawa Soojung menuju kamarnya. Sooyeon tetap tidak bisa tenang, dahi Soojung terasa panas. Sooyeon terus mengejar Sehun untuk memberitau apa yang terjadi. Tapi Sehun masih diam sampai dia bisa mengatur nafasnya degan baik ketika duduk di sofa ruang tamu.

Sooyeon tetap menatap Sehun seperti anak anjing yang meminta bola lemparnya kembali. “Adikmu, ternyata berat ya? Hahaha.” canda Sehun.

“Itu tidak lucu.” ucap Sooyeon sinis sambil mengubah tatapannya dingin.

Sehun menyembunyikan wajahnya di balik bantal. “Jangan menatapku seperti itu, kau membuatku takut.” kemudian Sooyeon memberikan senyum terbaiknya. “Jadi, Soojungie...” Sooyeon bersiap memasang telinganya dengan baik. “Ah, noona, aku tidak bisa mengatakannya sendiri.”

“Maksudmu?!”

Sehun mengambil nafas panjang. “Begini... kau tau Kim Jong In...?” tanyanya dengan hati-hati.

“Tentu saja, dia yang mengambil voucher belanjaku untuk kekasi... tunggu. Apa hubungannya Soojung dengan Jongin?” wajah Sooyeon menampakkan mimik khawatir.

Sehun kembali mengambil nafas panjang. Lebih panjang dari yang sebelumnya. Kemudian ia mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu.

 

“Soojung-ah, gwaenchanna? Apa surat ini mengusikmu?” Sunyoung memegang dahi Soojung yang terasa panas.

“Mengapa kepalaku rasanya pusing sekali....” ucap Soojung sambil memegang kepalanya yang terasa berat.

“Apa kau sakit? Kau minum alkohol?” sahut Sehun.

“Soojung tidak bisa minum alkohol, pabo.” kata Sunyoung.

 

“.....yah begitu. Aku juga tidak mengerti, sebelumnya dia baik-baik saja saat kelulusan. Tapi dia hanya duduk di bawah pohon tanpa melakukan apapun, kata Sunyoung noona. Lalu aku datang ke kantor polisi untuknya. Ketika aku kembali, aku memberitau Soojung tentang ini. Dan dia menjadi diam, lalu tertidur dan sakit.” jelas Sehun panjang lebar menjelaskan kejadian bagaimana Soojung bisa berhubungan dengan Jongin. Sooyeon tidak banyak berkomentar. Ia mengingat tentang ucapannya yang akan memberi hadiah kepada orang yang berhasil memasukkan Jongin ke penjara. Tapi kemudian pikirannya berputar lagi. Orang itu, adik kandungnya.

“Tapi, noona, tolong jangan marahi Soojungie. Dia sangat takut kau mengetahui hal ini. Dia takut kau akan marah karena dia telah berurusan dengan polisi. Dia telah menyimpannya dengan rapi selama beberapa waktu belakangan. Ketika Sunyoung noona menelponmu dan berkata Soojung akan mentraktir kami makan malam, sebenarnya Soojung sedang memohon agar dia tidak mengatakan ini padamu.” lanjut Sehun.

Sooyeon diam sejenak. Mencerna baik-baik penjelasan Sehun tadi. Memikirkan apa yang akan ia katakan pada adiknya besok, sungguh ia tak bisa marah padanya. Justru sangat bangga, tapi mengingat ini akan menjadi urusan yang panjang dengan Jongin, Sooyeon memutar otak kembali. Pikirannya kacau. “Bagaimanapun aku berterimakasih padamu, Sehun-ah. Soojung tidak pernah menyembunyikan rahasia sekecil apapun padaku. Aku tau kau menyayangi Soojung, aku tidak bisa marah padanya.” ujar Sooyeon.

Wajah Sehun memerah seketika, kamudian ia menundukkan kepalanya. “Ah, noona....”

“Hahaha, wae? Aku benar kan? Soojung bercerita tentang itu. Kapan kau akan mengatakannya langsung? Dia tidak suka menunggu. Menurutku kau menggantungnya.” kata Sooyeon.

Sehun mengangkat wajahnya seketika. “Maksudmu? Aku belum pernah mengatakannya, bagaimana...dia bisa.....”

“Perilakumu. Perhatianmu. Senyummu padanya. Caramu menatapnya. Itu cukup terlihat, tidak perlu penjelasan.”

Sehun mengangguk mengerti. “Jika aku mengatakannya, apa kau akan setuju dan memberiku restu?” candanya.

“Kita lihat saja nanti,” ucap Sooyeon sambil tersenyum. “Ngomong-ngomong, mengapa setelah perjanjian itu Soojung menjadi demam? Apa yang dirasakannya jika Jongin mengikuti pelatihan itu... menurutku itu bagus. Dia akan bertaubat setelah itu.”

“Molla... aku tidak mengerti. Sungguh. Jangan tanya padaku.” kata Sehun sambil menopang dagu. “Ini sudah sangat larut. Aku harus pulang. Sampaikan salamku pada Soojungie besok pagi. Selamat malam noona,” Sehun membungkuk memberi salam sebelum berjalan ke pintu keluar. “Semoga mimpi indah.”

~ ~ ~

Tidak seperti biasanya, pagi ini Sooyeon bangun lebih awal dari Soojung. Di meja sebelah tempat tidur Soojung sudah tersedia semangkuk bubur dengan segelas susu putih. Ketika Soojung bangun, ada sebuah kain yang sedikit basah menempel di dahinya. Samar-samar ia mendengar suara televisi.

“Eonnie....”

“Ne??” Sooyeon langsung berlari begitu mendengar suara adiknya. “Kau sudah bangun? Bagaimana keadaanmu?” sambil memegang dahi Soojung, Sooyeon mengambil bubur dan menyuapkan satu suapan. Panas Soojung sudah turun.

“Aku sakit?” tanya Soojung polos.

Sooyeon tersenyum. “Sehun menggendongmu pulang. Dia bilang tubuhmu berat,”

Sontak Soojung langsung menutupi tubuhnya dengan selimut. “Aku? Sehun? Menggendongku?!”

Sooyeon tertawa kecil, “Ne.” kemudian Soojung menyembunyikan wajahnya yang sedikit berubah menjadi merah jambu.

“Ngomong-ngomong, Sehun memberitauku sesuatu,”

“Huh?”

“Kau menyembunyikan sesuatu padaku? Jujur saja, aku tidak akan marah.”

Wajah Soojung menjadi sedikit khawatir. “Apa... yang kau bicarakan?”

“Jongin,”

Glek. Soojung merasa terpojok. “Itu... Sehun sudah memberitahumu? Kurasa kau sudah tahu dan tidak perlu dipertanyakan karena....”

“Soojung-ah, ini bukan dirimu.” Sooyeon tersenyum getir.

Mereka terdiam sejenak. “Aku hanya tidak mau membuatmu khawatir, atau marah padaku. Aku benci saat melihatmu mengkhawatirkanku seperti anak kecil.”

“Tapi kau telah membuatku marah, eottokhe?” balas Sooyeon.

Mereka tersenyum, kemudian berpelukan.

~ ~ ~

Jung bersaudara tengah mengendarai mobil menuju kantor polisi. Mereka bernyanyi dan tertawa sepanjang perjalanan. Soojung sudah benar-benar sembuh. Demamnya kemarin mungkin hanya karena dia kaget dengan kenyataan ini.  10 menit kemudian mereka sampai di kantor polisi.

“Selamat pagi nona Jung.” sapa Yi Fan. “Nugu?” tanya Yi Fan sambil menunjuk Sooyeon.

“Jung Soo Yeon. Eonniku.” jawab Soojung bangga memperkenalkan kakaknya.

“Annyeong hasseyo, Jung Soo Yeon imnida.” ucap Sooyeon tersenyum seraya membungkuk memberi hormat.

“Dia tidak mirip denganmu,”  canda Yi Fan. “Mari kuantar kesana. Butuh tumpangan?”

“Tidak, kami membawa mobil. Aku akan mengemudi.” ujar Sooyeon sinis. Yi Fan hanya tertawa kecil melihat Sooyeon yang langsung pergi keluar.

Soojung tidak bisa menahan tawanya melihat Sooyeon menjadi jutek seperti ini. “Dia memang begitu, jangan membuatnya menjadi benci padamu. Dan, jangan berpikir kami benar-benar dingin.” ancam Soojung sambil menuding Yi Fan. Yi Fan hanya tersenyum memperhatikan kedua bersaudara itu yang menurutnya lucu.

 

 

Lapangan bola hijau membentang. Salju masih samar-samar menghiasi beberapa bagian. Musim dingin akan segera berakhir, sebentar lagi musim semi akan tiba. Soojung sangat menyukai musim semi. Banyak bunga bermekaran, semuanya akan terlihat lebih indah. Ia juga sudah mulai bekerja di sebuah rumah sakit di Seoul.

Para namja di lapangan bola itu terlihat sangat gembira. Tertawa sambil menggiring bola menuju gawang. Mereka terlihat seperti tak punya beban sama sekali. Indahnya menikmati hidup disini. Ya, karena takkan ada kekerasan. Yang ada hanya tawa, keceriaan dan kebahagiaan. Namun itu hanya berlaku untuk mereka yang sudah setahun lebih menetap disini.

Soojung berjalan menuju bangku penonton. Melihat orang-orang yang sedang bermain bola. Sesekali tersenyum jika salah satu dari mereka menyalahkan teman satu timnya karena berbuat salah. Beberapa  saat kemudian, seorang namja menghampirinya. Soojung tidak menyadari di sebelahnya terdapat sebuah botol dan sebuah handuk kecil. Soojung ingin sekali pergi dari tempat itu. Tapi ia tidak bisa berkutik, kakinya terasa kaku untuk digerakkan. Namja itu mengambil botol di sebelah Soojung.

“Annyeong,” sapa Soojung.

“Nuguseyo?” tanya namja itu memandang Soojung sekilas lalu meletakkan botolnya lagi. Kemudian ia berlalu ke tengah lapangan lagi.

Entah mengapa, rasanya seperti baru saja dijatuhi batu. ‘Nuguseyo’, kalimat macam apa? Apa dia benar-benar tidak mengingatnya? Ini baru satu bulan, kalau begitu ingatannya pasti benar-benar buruk. Soojung segera beranjak meninggalkan tempat itu. Bahkan tidak memperdulikan Sooyeon yang berbicara padanya.

 

“Keadaannya semakin buruk setelah adikmu jarang menjenguknya. Aku juga tidak mengerti. Aku baru pertama kali menangani kasus seperti ini. Kim Jongin, bahkan dia seorang gangster. Setiap hari dia berteriak frustasi. Mungkin karena tidak bisa minum, atau menyentuh barang-barang haram itu. Terpaksa kami memasukannya kesini. Oh Se Hun sudah menandatangani suratnya, mewakili Jung Soo Jung. Kurasa itu cukup karena tidak ada perlawan dari nona Jung.” jelas Yi Fan. Sooyeon mengangguk tanda mengerti. “Ah, sebelumnya sudah ada perjanjian bahwa hanya nona Jung Soo Jung yang boleh mengunjungi Jongin, kini kuubah. Kau juga boleh mengunjunginya, bersama adikmu.” Yi Fan tersenyum. “Untuk ini, tidak perlu menandatangani surat. Tapi kuharap kau tidak memberitau ini kepada siapapun. Cepat atau lambat media akan tau. Aku khawatir dengan keselamatan adikmu. Kau tau bagaimana Choi Jin Ri,”

Sooyeon mengangguk lagi tanpa mengalihkan pandangannya dari Jongin yang sedang bermain bola di lapangan. “Menurutmu, kalau dia disini dalam waktu yang lama, apa dia akan sembuh dari candunya?” tanya Sooyeon.

Yi Fan mengambil nafas panjang. “Sebenarnya, rehabilitasi tidak membantu banyak. Itu tergantung dirinya sendiri, seberapa besar keinginannya untuk berubah menajdi lebih baik.” ujarnya.

Sooyeon tersenyum getir, kemudian menatap Yi Fan dengan tajam. “Kurasa, Soojung harus membantunya sembuh.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
hyeeunkim13
please leave a comment after read :) thank you ^^

Comments

You must be logged in to comment
BintangAnandaa
#1
Chapter 8: hufttt mau kali jd soojung:"
BintangAnandaa
#2
Chapter 5: huhhh blm trlalu klihatan.ni sukasukaannya:" to aku,bakal bc lagi^^ annyeong^^
jungsister #3
Chapter 6: hwaaaaa daebak, tp menurutku ini agak mirip sama kdrama that winter the wind blows, iya gak sih?
vevewu #4
Chapter 8: whoooo daebak!!! dari ushername aff sama kaya ushername twitter gak? kalo iya kita saling kenal loh, dek. wkwk
ghinanne #5
Chapter 8: Aaaa aku suka banget ceritanya thor :))
Sequel please... :D
jungjojung
#6
Chapter 8: Aaaahhhh sweet bgt finalnya. Untunglah semuanya bahagia walo agak kaget sehun mau nikah. Jongin gak neko neko langsung nglamar lol pacarannya pas kawin ajaa wkwkkk
Citraysm #7
Chapter 8: Iam pretty swear this is very damn cool D:
u wrote with beautiful way.. Love it.
dwigitanoramalia #8
Chapter 8: satu kata untuk ff ini
D
A
E
B
A
K
Valklight
#9
Chapter 8: Ini daebak banget!!! Akhirnya happy ending :") ini ada sequelnya kah? Tentang kehidupan married life kaistal, pasti so sweet bgttt :))
Citraysm #10
Chapter 7: Aaa english version pls/?
This is sweet. Tp kasian sehun-,