Chapter 4

My Last One

“Soojung-aaaah! Ayah menelpon! Kau mau liburan bersamaku?” Hari masih sangat pagi. Sooyeon sudah sangat berisik karena orang tuanya menelpon.

“Eodiga....” gumam Soojung malas. Sungguh ia masih sangat mengantuk.

“California!” teriak Sooyeon excited.

Soojung langsung terbangun. “What? Are you serious?!” teriaknya tak kalah excited.

Sooyeon mengannguk senang. “Kita akan berangkat lusa. Ayah sudah mengirimkan tiket pesawat. Kita harus mulai packing hari ini.”

“Lusa?”

“Ne, wae?” Sooyeon balik tanya. Wajah Soojung terlihat sedikit sendu.

“Ani, aku akan segera berbenah. ”

“Aigoo, kau lucu sekali.” Sooyeon mengacak rambut Soojung sayang. Kemudian keluar dari kamarnya.

California, adalah tempat yang sangat ingin Soojung kunjungi. Terakhir dia pergi ke luar negri itu ke San Francisco. Ia sangat ingin mengunjungi California. Setiap kali liburan ia ‘hanya’ pergi ke Amerika, London, San Francisco, dan Paris. ‘Hanya’ itu. Ia sangat ‘bosan’ berkeliling di 4 tempat itu. California, ah.... membayangkannya saja sudah membuat Soojung melayang.

Soojung kembali menutupi tubuhnya dengan selimut. Rasa kantuk masih menyerangnya begitu dalam(?). Baru saja ia berselancar di dalam dunia mimpinya,

“SOOJUNG-AAAAH!” suara nyaring Sunyoung mengagetkannya. Yeoja ini, benar-benar, berapa oktaf suaranya? Entah sejak kapan Sunyoung dan Sehun masuk ke dalam apartemennya.

“Aishh, apa kalian semua tidak melihat jam? Ini masih pukul 8! Kalian merusak tidur liburanku.” ucap Soojung kembali menutupi kepalanya dengan bantal.

“Yah, bangun! Ayo liburan!” seru Sunyoung sambil membuka selimut Soojung.

Terpaksa Soojung bangun dengan wajah sebal, “Sehun-ah apa kau....” kemudian berhenti sejenak.

“Wae?” tanya Sehun polos.

“Mwoya? Rambutmu? Hahahahahahaha!” Soojung tak bisa menahan tawanya melihat rambut baru Sehun. Entah siapa yang menyuruh Sehun menata rambut seperti ini, dibelah 2, ini seperti di jaman 80an. Soojung tidak bisa berhenti tertawa. Sunyoung dan Sehun hanya berdiri menatapnya cengo, kemudian Sehun menata rambutnya kembali seperti dulu.

“Mwoya....” gumam Sehun sambil mempoutkan bibirnya.

Soojung masih mencoba menahan tawanya yang semakin menjadi-jadi. “Wait, ahahhaahahahah!” lalu ia berlari menuju kamar mandi. “Eonni, kau tunggu di ruang tamu saja! Ahahahahah!” teriak Soojung dari kamar mandi. Sepertinya ia masih berusaha menahan tawanya. Sehun menatap kamar mandi dengan mulut terbuka.

“Tutup mulutmu, nak.” ujar Sunyoung sambil menutup mulut Sehun, kemudian berlalu ke ruang tamu sambil tertawa kecil yang disusul Sehun di belakangnya.

~ ~ ~

Kembali ke sel. Jongin semakin merutuki nasibnya. Ia tinggal bersama 4 orang aneh di dalam selnya.

Park Chan Yeol, pria ini sedikit ini sedikit idiot. Selalu tertawa lebar dan melakukan hal aneh di dalam maupun di luar sel. Ia ditahan karena mencuri mainan di sebuah toko. Dia berisik sekali, tertawa karena hal yang tidak lucu sekalipun, benar-benar idiot.

Lee Jin Ki, pria ini sering tersenyum tapi terlihat misterius. Matanya sipit. Tak banyak yang Jongin tau tentangnya. Yang ia tau sebenarnya Jin Ki adalah pria yang ramah. Ia ditahan karena penggelapan uang restoran ayam milik ayahnya sendiri.

Shin Dong Hee, pria yang paling berisi diantara mereka. Dia sangat suka makan, mungkin itu adalah hobinya. Pria ini lucu sekali. Berteman dekat dengan Chan Yeol, mereka bisa disebut happy vrus di dalam sel nomor 59 itu. Dia ditahan karena pencemaran nama baik seorang tentara, ketika ia sedang mabuk berat.

Yang terakhir, Choi Si Won. Pria ini sangat religius. Hampir setiap saat ia berdo’a. Tidak banyak bicara, namun cukup ramah jika mengobrol ringan dengan Jongin. Dia adalah yang paling baik dan paling dewasa dari yang lainnya. Wajahnya tampan cukup memukau beberapa polisi wanita disini. Jongin heran, mengapa pria yang hampir mendekati sempurna itu dapat terjebak disini. Menurut cerita Chan Yeol, penahanannya hanya karena salah paham. Kekasihnya memfitnah dia berselingkuh di sebuah bar, dan minum juga meniduri selingkuhannya. Entah mengapa polisi percaya dan memasukannya ke dalam pusat rehabilitasi pecandu narkoba ini.

Jongin serasa hidup  di dalam dunia yang aneh. Mereka adalah narapida, orang yang pernah melakukan kejahatan, juga pecandu narkoba. Tapi mereka tidak terlihat seperti itu. Mereka hidup seperti orang-orang biasanya. Seperti tanpa beban. Berbeda dengan Jongin yang kadang masih berpikir kriminal tentang bagaimana cara keluar dari sini dan menemui Jin Ri. Tapi pengamanan di sini sangat ketat. Chan Yeol dan Jin Ki sudah menetap disini selama kurang lebih satu tahun.

“Nikmati saja,” ujar Chanyeol yang melihat Jongin frustasi.

“Hey bocah. Jangan pernah bermimpi kau bisa keluar dari sini sebelum waktumu habis. Apa yang akan kau lakukan? Apa yag kau rindukan? Kekasihmu? Aku saja menemui istriku terakhir 8 bulan yang lalu. Sangat sulit,” cerita Shindong.

“Ada yang ingin soju?” sahut Jinki. Jongin langsung sumigrah ketika mendegar kata ‘soju’.

“He? Kau punya?!” teriak Chanyeol excited.

Jinki tersenyum kecut. “Polisi itu bodoh, meninggalkan barang ini di dekat gawang. Jadi aku mengambilnya.” lanjutnya sambil membuka botol soju.

“Siwon-ssi, ayo minum.” ajak Jinki.

“Tidak, terimakasih.” jawab Siwon kemudian melanjutkan acara bertapanya. Sementara Jinki, Shindong, Chanyeol, dan Jongin tengah menikmati acara minum soju mereka. Hanya satu botol, tapi cukup memuaskan rindu Jongin akan minuman itu.

“Mengapa dia suka sekali jual mahal,” kata Jongin.

“Dia merasa tidak bersalah dan ingin keluar dari sini. Tapi dia tidak memiliki bukti dan juga tidak mau menyalahi aturan hukum, menurutku begitu.” ujar Shindong. “Biarkan saja dia.”

Kemudian mereka melanjutkan minum.

“Ngomong-ngomong, mengapa kau bisa masuk kesini?” tanya Chanyeol.

Jongin meneguk gelas terakhirnya. “Aku juga tidak mengerti awalnya,” Mereka (Chanyeol, Jinki, dan Shindong) memasang telinga baik-baik untuk mendengarkan cerita Jongin. “Aku mabuk berat kemudian berjalan di trotoar dan bertemu dengan seorang gadis.”

“Kau menabraknya?” sela Shindong.

“Tidak,”

“Menggodanya?”

“Tidak,”

“Lalu?”

“Aku menidurinya,”

“MWO?!”

“Di jalanan umum.”

“KAU GILA?!” teriak mereka kompak. Bahkan Siwon juga mulai tertarik dengan cerita Jongin.

“Aku tidak sengaja, sungguh. Tapi aku menutup mulutnya dan seseorang menelpon polisi. Lalu terperangkap disini. Hanya itu.” ungkap Jongin.

“Ya, apa kau ‘menyentuhnya’?” selidik Shindong sambil tersenyum nakal.

“Mwoya?!”  sahut Jongin. “Aku hanya menutup mulutnya. Kemudian di pagi hari dia datang membawakanku sarapan. Begitu seterusnya. Kau tau, perjanjian aneh yang polisi buat adalah hanya dia yang boleh menemuiku disini. Tapi dia menghilang selama beberapa hari kemudian.” lanjutnya.

“Apa dia mengenalmu? Atau kalian saling mengenal?” tanya Siwon.

“Tidak.”

“Whoa... kau sangat beruntung!” ucap Chanyeol sambil tepuk tangan.

Jongin hanya tersenyum miris. “Gadis itu, mengunjungiku kemarin. Dia menyapaku tapi aku bertanya siapa dia. Lalu dia pergi, seperti kecewa. Hanya karena aku merasa dendam padanya telah membuatku terperangkap disini.”

Chanyeol berhenti. “Aku menarik kata-kataku, kau bodoh. Lupakan pacarmu yang gila uang itu.”

“Dari mana kau tau aku punya pacar?” selidik Jongin mengerutkan keningnya.

“Yah, siapa yang tidak tau Choi Jin Ri dan Kim Jong In?” sahut Jinki.

Jongin tersenyum miris sekali lagi. Jujur ia sangat merindukan gadis itu. Jin Ri, dia memang suka berfoya-foya, tapi terkadang sifat kekanaannya sangat lucu. Membuat Jongin ingin memiliki dia sepenuhnya.

~ ~ ~

Sedikit keributan terjadi di apartemen nomor 213 yang terletak di lantai 3 itu. Sooyeon menatap sebal adik semata wayangnya itu. Begitu juga Sehun dan Sunyoung yang hanya bisa diam tak berkutik melihat pertama kalinya Sooyeon membentak Soojung.

“Mianhae, Eonnie, aku hanya sedang tidak mood.” ujar Soojung yang kepalanya tertunduk.

“Kau mengabaikan permintaan Ayahmu hanya karena namja itu?!” murka Sooyeon.

“Bukan begitu, sungguh, bukan karena dia. Aku hanya sedang ingin menikmati liburan di Korea.” bela Soojung masih melawan kakaknya.

“Kau bilang sangat ingin pergi ke California, tidak apa kami berlibur sendiri ke Jeju.” sahut Sehun.

“Tidak, Sehun-ah. Aku lebih suka dia liburan dengan kalian daripada hanya mengurusi narapidana tidak jelas itu.” ucap Sooyeon kemudian duduk di sebelah Sunyoung.

Soojung menghela nafas panjang. “Eonni, kau belum pernah membentakku... apa kesalahanku begitu besar? Sungguh ini bukan karena Jongin. Aku tidak akan marah kepada Sehun yang memberitahumu tentang itu. Aku berterimakasih, karena kau tidak mengetahuinya sendiri, atau harus aku yang bercerita,”

Semua mata menatap Soojung yang masih tertunduk.

“Aku akan memikirkan ini sekali lagi,” Soojung mendongakkan kepalanya. Kemudian tersenyum manis sekali.

Sehun beranjak dari duduknya, “Aku tidak mengerti, tapi perasaan memang tidak bisa dipaksakan. Baiklah, rawat dengan baik Jongin mu itu.” ucapnya sambil mengacak rambut Soojung sayang, kemudian tersenyum pergi meninggalkan ruangan.

Sooyeon dan Sunyoung mendesah nafas frustasi. Sehun pasti cemburu, pikir mereka.

“Memangnya kenapa? Ini hanya liburan. Kita bisa pergi bersama saat liburan musim panas nanti. Lagipula aku harus bekerja. Mengapa mereka terlihat sangat marah?” batin Soojung bertanya. Sebenarnya ia juga tidak mengerti mengapa ia menolak liburan ke California, tempat yang sangat ingin ia kunjungi. Karena Jongin? Mengapa harus karna Jongin? Dia bahkan lupa siapa Soojung. Sebenarnya Soojung masih memikirkan alasan yang sebenarnya dan logis.

 

 

Sebenernya, bukan begitu.

Jongin tidak mungkin bisa lupa degan orang yang telah memaksanya mendekam di tempat itu. Sekarang hatinya gundah. Mengapa tiba-tiba ia merindukannya, melebihi rindunya pada Jin Ri. Aneh memang, baru sebulan yang lalu, dia hanya mengantarkan makanan. Jongin tengah memikirkan alasan yang sebenarnya mengapa ia bisa berharap gadis itu akan mengunjunginya lagi.

Tapi apa boleh buat, hari-harinya tetap suram. Meskipun ia banyak tertawa karena tingkah Chanyeol dan Shindong, tetap aja ia menyebut itu ‘suram’. Sampai suatu hari ia menerima sebuah kiriman berupa kotak kecil berwarna biru.

“Lihat siapa yang dapat paket,” ucap Chanyeol.

Jongin memandangi kotak kecil ditangannya. Berusaha menebak-nebak apa isinya, kotak ini terasa ringan untuk ukuran sebuah paket makanan. Setelah dibuka,

Mereka tediam. Cukup lama.

“Kau tidak mau? Biar aku yang....” sebelum Shindong merebut kotak itu Jongin sudah melahapnya lebih dulu. Kemudian Shindong menatapnya malas. Tiba-tiba Jongin tersedak sesuatu.

“Uhuk, uhuk... aish!” umpat Jongin. Lalu ia mengeluarkan sebuah kertas dari mulutnya. Ya, dari mulutnya. “GADIS BOD—“

“Annyeong Jongin-ah! Bagaimana keadaanmu? Kuharap kau baik-baik saja, Aku ragu kau mengingatku.... Kau lupa? Aku satu-satunya orang yang boleh mengunjungimu. Sejak saat itu aku tidak yakin apa kau akan menerimaku dengan baik ketika aku mengunjungimu seperti dulu. Ah, bagaimana sushinya? Aku sengaja memasukkan kertas ini kedalamnya kekeke~ kau memakannya? Habiskan, kau tidak boleh bilang ini tidak enak. Sampai jumpa minggu depan! ^^”

Yi Fan berkata pengirimnya adalah seorang gadis berambut panjang, menggunakan kaca mata coklat dan celana pendek. Mengingat seminggu lalu juga ‘dia’ menggunakan itu semua. Secercah harapan muncul dalam benak Jongin. Minggu depan, mungkin akan menjadi waktu yang sangat lama.

~ ~ ~

Satu hari terasa panjang. Jongin melihat satu narapidana yang terus dibentak polisi karena terlalu lambat menyingkirkan salju-salju di halaman.. Selama Jongin disini ia selalu melakukan semua perintah dengan baik, ia terlalu malas dengan omelan polisi yang dianggapnya seperti sampah. Mungkin saja dengan dia berlaku baik akan membuatnya cepat keluar dari sini.

Terlalu bermimpi.

Sama seperti yang lain, Jongin juga menyingkirkan sisa-sisa salju yang masih tertinggal di halaman. Yi Fan sangat baik padanya, bahkan mereka sering minum bersama. Sungguh, Jongin membuat tahanan lainnya sangat iri. Bagaimana bisa gangster, buronan licik seperti dia dapat dengan mudah mengambil hati polisi? Bahkan ia belum ada 3 bulan disini. Entah Jongin yang pandai mengambil hati seseorang, atau Yi Fan yang terlalu gampang baik kepada Jongin.

Atau karena keadaan Jongin yang akhir-akhir ini sedikit mengkhawatirkan. 3 hari yang lalu Yi Fan membawanya ke dokter karena Jongin terus terbatuk ketika sedang menyingkirkan salju di halaman. Belum ada keputusan dari dokter, tapi setelah itu ia menjadi lebih baik.

Tapi sepertinya Yi Fan mempunya maksud lain berbuat baik pada Jongin. Polisi lain juga tidak berani mengingatkan atau menegur Yi Fan yang berbuat ‘berbeda’ pada Jongin.

“Jongin-ah~ ppali!” teriak Chanyeol yang melihat Jongin masih duduk bersandar pada gawang.

Terlalu lama menunggu, Chanyeol tau Jongin sengaja tidak mendengar penggilannya. Sebuah botol soju masih tergenggam dalam tangannya. Dia baru saja minum bersama Yi Fan, lagi.

“Ya! Kim Jong In!” bentak Chanyeol sesampainya di depan Jongin.

Jongin menoleh tanpa perasaan bersalah, ‘Wae?”

“Kau, pekerjaanmu belum selesai. Kau mau diberi hukuman karena ini?!”

“Yi Fan membebau tentang ini. Pergilah.” ucap Jongin lalu meneguk sojunya lagi.

“Mwo?! Ini tidak—“

“Tinggalkan dia. Ani, bisakah kau tinggalkan kami sebentar?”

Chanyeol dan Jongin menoleh bersamaan. Seketika mulut Chanyeol langsung menganga lebar, matanya membulat sempurna. “Nu-nuguseyo?! Mengapa ada gadis masuk kesini?! bagaimana bisa?! Nona, kau, harus, tidak, kau—“

“Sudah kubilang untuk pergi, aku akan menemuimu nanti.” ujar Jongin.

Chanyeol kembali menatap Jongin, “Dia... yang mengirimu makanan?! Jongin-ah?!!” Jongin semakin malas dengan tingkah idiot Chanyeol, hanya membalasnya dengan anggukan kemudian ayunan tangannya yang berisyarat dia agar segera pergi. Masih memandang gadis di depannya, Chanyeol berjalan mundur tanpa mengedipkan mata, lalu meninggalkan mereka berdua.

Gadis itu berjalan mendekati Jongin, kemudian berjongkok tepat di depannya, membuat Jongin yang masih duduk kaget karena wajah mereka begitu dekat.

“M-mwoya....” ucap Jongin terbata.

“Rememmber me?”

“Jung... Soo Jung?” Jongin mengerlipkan matanya lucu.

Gadis tu, Soojung, menjauhkan wajahnya lalu duduk. Ia terkekeh sebentar.

“Mwoya... apanya yang lucu,” Jongin menundukkan wajahnya yang malu.

“Kau,” ujar Soojung sambil memandangi Jongin.

“Apa?”

“Kau yang lucu.” Soojung tersenyum. Jongin semakin menundukkan wajahnya, lalu mengalihkan pandangannya ke lain arah.

Senyum Soojung semakin cerah, “Annyeong hasseyo, Kim Jong In?” sapa Soojung  sambil mengikuti kemana arah Jongin memandang.

“An-anyeong?” balas Jongin sambil melambaikan tangannya pelan.

“Kau benar-benar mengingatku? Atau hanya mengingat namaku?”

Jongin menatap lurus mata Soojung, cukup lama. “Bagaimana aku bisa lupa dengan orang yang telah membuatku berada di tempat ini? Bagiku, sangat sulit memaafkan orang seperti itu.” ucap Jongin dingin, tanpa mengalihkan pandangannya.

Soojung sedikit horor dengan tatapan Jongin. Tapi ia berusaha biasa saja dengan itu. “Ehm, kemarin Yi Fan menghubungiku.” Soojung mengeluarkan sesuatu dari tasnya. “Maaf aku lancang membacanya, tapi kurasa aku harus tau,” Soojung memberikan sebuah berkas kepada Jongin. “Karena aku satu-satunya orang yang bisa membantumu.”

Jongin menatap sebuah amplop coklat dengan logo asing ditangannya. Perasaannya sedikit khawatir, khawatir tentang dirinya sendiri. Sebelum membuka isinya, Jongin melihat lagi logo yang terdapat pada amplop itu. Dan rasa khawatirnya berubah menjadi rasa takut.

 

“Soojung-ah, entah mengapa aku berpikir hanya kaulah harapanku, sekarang.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
hyeeunkim13
please leave a comment after read :) thank you ^^

Comments

You must be logged in to comment
BintangAnandaa
#1
Chapter 8: hufttt mau kali jd soojung:"
BintangAnandaa
#2
Chapter 5: huhhh blm trlalu klihatan.ni sukasukaannya:" to aku,bakal bc lagi^^ annyeong^^
jungsister #3
Chapter 6: hwaaaaa daebak, tp menurutku ini agak mirip sama kdrama that winter the wind blows, iya gak sih?
vevewu #4
Chapter 8: whoooo daebak!!! dari ushername aff sama kaya ushername twitter gak? kalo iya kita saling kenal loh, dek. wkwk
ghinanne #5
Chapter 8: Aaaa aku suka banget ceritanya thor :))
Sequel please... :D
jungjojung
#6
Chapter 8: Aaaahhhh sweet bgt finalnya. Untunglah semuanya bahagia walo agak kaget sehun mau nikah. Jongin gak neko neko langsung nglamar lol pacarannya pas kawin ajaa wkwkkk
Citraysm #7
Chapter 8: Iam pretty swear this is very damn cool D:
u wrote with beautiful way.. Love it.
dwigitanoramalia #8
Chapter 8: satu kata untuk ff ini
D
A
E
B
A
K
Valklight
#9
Chapter 8: Ini daebak banget!!! Akhirnya happy ending :") ini ada sequelnya kah? Tentang kehidupan married life kaistal, pasti so sweet bgttt :))
Citraysm #10
Chapter 7: Aaa english version pls/?
This is sweet. Tp kasian sehun-,