Chapter 6

My Last One

Seseorang pernah berkata, dukungan dari orang-orang tersayang akan membuat mereka semangat dalam menjalani apapun. Terbukti benar, setalah 3 tahun masa rehabilitasi, Jongin dinyatakan bebas dari candunya terhadap narkoba. Ini benar, dengan support dari Soojung ia semakin semangat untuk sembuh. Hanya Soojung yang menemani waktunya, meskipun tidak setiap hari. Tidak peduli wartawan akan tau dan berapa banyak artikel yang muncul, Soojung tetap memberi semangat kepada Jongin.

Juga setelah Sooyeon pulang dari California, tak perlu Soojung menyembunyikan atau memberitaunya tentang ini, Sooyeon sudah memantau Soojung melalui internet. Dia tidak marah, hanya tersenyum ketika bertemu dengan Soojung, memberinya semangat juga nasihat.

Setelah Jongin bebas, Soojung merasa bebannya telah hilang. Ia bisa bernafas dengan bebas. Tak ada lagi orang yang menjadi tanggung jawabnya. Kini dia bisa bekerja sebagai dokter dengan tenang. Semua orang memberinya homat karena dia berhasil mengubah Jongin, membuatnya meninggalkan kebiasaan buruknya dulu. Orang-orang juga mengenal Soojung dengan baik karena ia sempat populer dikalangan media. Benar-benar seorang dokter muda yang mulia.

Begitu juga Sehun yang mulai menggali bakatnya di dunia modelling. Sekarang dia menjadi sampul di setiap majalah. Sedangkan Sunyoung meneruskan mengurus cafe milik orang tuanya. Hidup yang indah setelah melewati masalah yang begitu panjang.

Jongin merasa tidak peduli lagi dengan orang tuanya. Sekarang yang ada dipikirannya adalah bagaimana cara untuk membayar hutang. 3 tahun lalu dia merasa pasrah, bahkan jika dia harus dibunuh. Tapi sekarang tiba-tiba saja dia merasa ingin hidup lebih lama. Jongin harus mencari pekerjaan.

~ ~ ~

 

“Yeoboseyo, oh Sehun-ah? Aku baru saja selesai bekerja... Kau bercanda? Berapa lama kita tidak makan malam bersama, tentu saja aku akan datang! Ajak Sunyoung eonni juga, baiklah aku akan segera kesana.” klik. Soojung memasukkan ponselnya kedalam saku.

Ketika Soojung akan membuka pintu mobilnya, tiba-tiba....

“Akh! Mmmmm!!”

Seseorang menyekapnya dari belakang. Soojung dimasukkan ke dalam sebuah mobil hitam. Tangan dan kakinya diikat secara paksa, mulutnya ditutup dengan lakban. Matanya juga ditutupi dengan kain. Samar-samar Soojung melihat orang yang duduk di kursi kendara disampingnya menggunakan pakaian serba hitam, lengkap dengan penutup kepala sehingga wajahnya tidak terlihat. Soojung terus berontak, tapi percuma saja ia tidak bisa bergerak dan berteriak meminta pertolongan.

 

Soojung disekap di sebuah gudang tua. Tak banyak yang tau tempat ini karena jauh dari keramaian. Ini sangat jauh dari rumah sakit tempat Soojung bekerja. Bisa dipastikan ini bukan di Seoul.

Pria asing bertopeng itu mendudukkan Soojung di sebuah bangku. Mengikat tangan dan kakinya menyatu dengan kursi itu. Tanpi lakban dan kain penutup matanya sudah dibuka. Pria itu masih mengenakan topengnya, dan belum berbicara sama sekali.

“YA! Lepaskan aku! Apa yang kau inginkan dariku?! Uang? Kau boleh mengambil barang-barangku, atau mobilku jika kau mau. Tapi lepaskan aku!!!” bentak Soojung.

Pria itu masih diam berdiri di depannya. Kemudian ia mengambil ponselnya, menuliskan sesuatu kemudian memperlihatkannya pada Soojung, “Mudah saja, aku akan menghubungi kakakmu, katakan padanya untuk mengirim uang sebanyak 5 juta won. Jangan libatkan polisi dan aku akan membebaskanmu.” tulisnya.

“Kau butuh uang? Katakan saja tadi! Kau tidak perlu melakukan ini, aku akan memberimu jika kau meminta secara baik. Kau menculikku, kemudian memaksaku menghubungi keluargaku untuk meminta tebusan tanpa melibatkan polisi. Kau tau? Itu sangat basi!!!” marah Soojung penuh emosi.

“Lakukan saja apa yang aku perintahkan.” tulis pria itu lagi. Kemudian ia mengambil ponsel Soojung dan mendial sebuah nomor, lalu menempelkannya pada telinga Soojung.

Terdengar nada sambung, “Yeoboseyo?” suara Sooyeon disebrang sana.

“Eonni-ya....” tiba-tiba saja Soojung menangis, hingga membuat pria bertopeng dibelakangnya kaget. “SELAMATKAN AKU!! AKU DISEKAP DI SEBUAH GUDANG TUA. AKU TIDAK TAU INI DIMANA. SEORANG PRIA BERTOPENG MENYEKAPKU. DIA MEMINTA TEBUSAN. BERIKAN DIA 5 JUTA WON DAN AKU AKAN DIBEBASKAN, AKU TIDAK SEDANG BERCANDA. AKU SANGAT TAKUT, EONNI, SELAMATKAN AKU!!!” volume suara Soojung sungguh luar biasa. Tanpa mendengar jawaban dari Sooyeon, pria itu langsung memutuskan sambungan telepon.

Setelah puas, pria itu mengacak pelan rambut Soojung kemudian pergi meninggalkannya sendirian. Soojung menangis begitu keras. Memanggil-mabggil nama kakak dan sahabat-sahabatnya untuk menyelamatkannya. Tapi apa daya gudang ini sangat terpencil. Tak ada yang akan mendengarnya sekeras apapun dia berteriak.

~ ~ ~

Sehun menancap gas mobilnya. Begitu mendapat kabar dari Sooyeon, tidak peduli managernya akan marah, dia tetap akan mecari Soojung bersama Sunyoung. Mereka mencari ke seluruh wilayah di Seoul. Ponsel Soojung tidak aktif. Sehun akan menghubungi polisi tapi Sooyeon melarangnya.

Ini kedua kalinya Sehun merasa sangat bersalah kepada Soojung. Kejadian 3 tahun silam Sehun yang memaksa Soojung pergi ke apartemennya, yang akhirnya dia bertemu dengan Jongin. Sekarang, Sehun meminta Soojung untuk datang makan malam di bersamanya, dan seseorang menculiknya. Apa Sehun selalu sial untuk Soojung? Mungkin ia harus menjauh, tapi sungguh ia tak bisa melakukan itu karena ia terlalu mencintai Soojung.

Benar-benar nihil. Sooyeon sudah melacak keberadaan ponsel Soojung, tapi itu gagal dilakukan karena ponselnya mati. Dari suara Soojung tadi, benar-benar sepi. Hanya ada teriakan Soojung. Tak ada suara apapun selain itu. Tempat itu pasti jauh dari keramaian.

Tak ada yang bicara satupun selama perjalanan. Sibuk dengan kekhwatiran masing-masing.

“Kita harus mencari kemana lagi?” tanya Sehun setelah sekian lama hening. Sudah seharian mereka mencari, sekarang sudah pukul 11 malam. Sooyeon menangis sepanjang perjalanan. Sunyoung sibuk menenangkan Sooyeon.

“Sehun-ah, kau harus kembali ke studio. Bukankah iklan itu sangat penting bagimu?” tanya Sunyoung masih mengusap punggung Sooyeon.

“Sudah kubilang aku tidak peduli dengan iklan!” bentak Sehun membuat kedua yeoja di jok belakang mobilnya tersentak kaget. “Aku, hanya, mengkhawatirkan Soojung... Soojungie, ini salahku, lagi....”

Sooyeon menghapus air matanya, “Kita lanjutkan besok saja. Kalian pasti sangat lelah. Maaf telah menyusahkan dan membuat kalian khawatir. Ini bukan salahmu, Sehun-ah.”

“Kita harus menghubungi polisi.” ujar Sehun.

“Andwe! Soojung bilang kita tidak boleh menghubungi polisi, kumohon jangan.... Aku takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.” pinta Sooyeon, air matanya kembali mengalir.

Sunyoung mengusap air mata Sooyeon, “Baiklah, kita akan mencarinya sampai ketemu. Dan, jangan berikan 5 juta won itu degan mudah. Setelah ketemu kita baru bisa melaporkannya kepada polisi.” ujarnya menenagkan keadaan yang semakin menegang.

Sehun hanya pasrah degan mereka berdua. Dia sudah kehilangan job iklan yang paling diinginkannya. Managernya pun marah besar. Tapi ia tidak peduli. Baginya, Soojung adalah yang terpentiig saat ini.

~ ~ ~

 

Badan Soojung terasa ngilu secara keseluruhan. Terang saja, semalaman ini ia tidur di kursi. Posisinya sungguh tidak nyaman, kaki dan tangannya tertekuk paksa. Biasanya ia tidur di kasurnya yang empuk dari bulu angsa. Tentu saja keadaan ini berbeda jauh hingga tulang-tulangnya serasa patah.

Ketika Soojung bagun, matanya bengkak dan menghitam karena menangis semalaman. Tapi sekarang tangannya sudah tidak diikat. Di sebelahnya terdepat sebuah meja lengkap degan sarapan. Sushi dan susu segar, bagaimana penculik itu bisa tau makanan favorit Soojung? Apa pedulinya, Soojung benar-benar lapar. Langsung saja ia menghabiskan sarapannya.

Ketika penculik itu masuk, dia masih menggunakan pakaian serba hitam dan penutup wajah. Soojung gemetar, ingin teriak tapi ia tau itu sudah pasti sia-sia. Penculik itu mendekat, jongkok di hadapan Soojung, memegang kedua tangannya. Soojung menepisnya kasar. Tapi penculik itu lebih gesit, sedetik berikutnya tangan Soojung sudah berada dalam genggamannya.

Pria itu mengeluarkan tali, berniat akan mengikat tangan Soojung lagi. “Lepaskan aku, kumohon... Aku akan memberimu uang, tapi lepaskan aku, kumohon.....” pinta Soojung, tulus sekali. Dia benar-benar memohon. Rintihannya sukses membuat pria itu membatalkan niatnya mengikat tangan Soojung. Tanpa pikir panjang dia langsung meninggalkan ruangan.

 

Selama masa penculikannya, rasa takut Soojung malah semakin berkurang. Entah mengapa walau ia tidak bisa melihat wajah penculiknya, bahkan hanya sekedar mendengar suaranya saja belum pernah, Soojung merasa nyaman dengan pria itu. Soojung merasa sudah mengenal pria itu sejak lama. Dia tidak pernah menyakiti Soojung sama sekali. Dia memberi makan Soojung tiga kali sehari, dan membiarkannya mandi. Sungguh penculik yang baik, bukan?

Soojung dibiarkan tidur di lantai. Ini lebih baik daripada harus tidur tertrukuk di kursi, sangat menyiksa. Tak ada bantal, alas tidur, dan selimut yang hangat. Hanya lantai. Tapi sungguh ini lebih baik. Jas kedokterannya bisa ia gunakan untuk menyelimuti kakinya. Beruntung musim dingin baru saja lewat.

Malam ini badan Soojung bergetar hebat. Dahinya panas. Jika ia benar-benar harus menetap seperti ini, ia butuh persiapan. Tubuhnya belum siap sempurna menghadapi kondisi seperti ini yang jauh beda dengan di apartemennya. Soojung demam tinggi. Apa penculik itu tau?

“Jongin-ah....” rintih Soojung sambil terus menggigil. “Jongin-ah....” rintihnya lebih keras.

Terdengar pintu dibuka. Pria itu memandangi Soojung dari kejauhan. Perlahan ia berjalan mendekat, memegang dahi Soojung, panasnya bukan main. Pria itu mulai khawatir. Diambilnya alas tidur miliknya, lalu ia mengangkat Soojung di atas alas tidurnya. Mengkompresnya dengan air dingin. Memberinnya bantal dan selimut. Baru Soojung sadari, pria ini juga tinggal disini. Tepatnya di ruang sebelah.

Seteah memastikan Soojung lebih baik, pria itu beranjak pergi. Tapi sebelum ia melangkah lebih jauh,

“Jongin-ah... Eodiga... Selamatkan aku, aku tersiksa disini... Jongin-ah....” rintihan Soojung sukses membuat pria itu mematung di tempatnya. Ini sudah berkali-kali gadis itu mengigau nama Jongin. Entah apa yang dirasakannya, dan mengapa ia terus menerus menyebut nama itu. Bukan nama kakak atau sahabat setianya. Melainkan Jongin, nama yang tidak terdengar asing.

Pria itu berjalan keluar. Tidak ingin berlama-lama di ruangan itu. Ia duduk di sebuah kursi, bersebelahan dengan ruangan Soojung. Pikirannya sibuk berjalan-jalan.

Tak terasa, air mata jatuh mengalir di pipinya.

~ ~ ~

 

 

 

Seoul, Agustus 2014.

2 bulan setelah penculikan Soojung. Sehun meninggalkan dunia modellingnya hanya untuk mencari Soojung. Orang tua Soojung juga sudah kembali ke ke Korea. Kini mereka lapor polisi. Tidak peduli sekejam apa penculik itu akan mengancamnya. Diantara mereka bertiga –Sooyeon, Sehun, Sunyoung- Sehun terlihat paling depresi, bahkan melebihi Sooyeon. Kantung matanya kian hari kian membesar, mungkin lebih cocok dikatakan zombie.

Pencrian sudah dilakukan di seluruh Korea, belum ada tanda-tanda keberadaan Soojung. Sebenarnya apa yang diinginkan penculik itu? Dia menginginkan 5 juta won, tapi tidak memberikan alamat dimana keluarga Soojung harus mengirimnya. Dia seperti menginkan Soojung, bukan uang. Terang saja, dia memutuskan kontak degan keluarga dan kerabat Soojung.

 

 

Keadaan yang dikhawatirkan keluarga Soojung, jauh berbeda dengan kenyataannya. Soojung tidak benar-benar tersiksa. Dia diberi makan enak setiap hari secara teratur. Alas, bantal, dan selimut untuk tidur. Diperbolehkan mandi dan diberi baju ganti. Termasuk pakaian dalam, dan pembalut bulanan, Soojung sangat malu ketika menerima itu. Penculik ini sangat mengerti kebutuhan wanita, pikirnya.

Tapi tetap saja dia seorang pria. Tidak ada pria yang tidak memilik hasrat kepada wanita. Selama masa penculikannya, mereka tidak pernah berbicara satu sama lain. Soojung selalu memulai pembicaraan lebih dulu, tapi pria itu tetap diam. Bahkan membuka topengnya saja enggan.

Soojung tidak peduli. Siapapun pria itu, dia merasa nyaman bersamanya. Meski dia sekarang sedang disekap, pria itu bisa saja melakukan apapun yang dia inginkan, menyakiti, menghamili, atau membunuh sekalipun. Tapi Soojung percaya dia tidak akan melakukan itu semua. Entah rasa percaya itu muncul sejak kapan.

Sebenarnya, Soojung tau siapa pria itu. Dia berharap tebakan dan ‘harapannya’ tidak salah. Jika dia adalah orang lain, mungkin Soojung sudah disiksa dengan sadisnya. Tidak diberi makan apalagi pakaian ganti dan alas tidur. Dia seperti lupa tentang tujuan pertamanya meculik Soojung untuk 5 juta won.

Soojung pasrah. Sampai kapan dia akan mendekam disini. Sampai kapan Sooyeon akan menemukannya? Apakah mereka benar-benar mencarinya? Harapan hidup Soojung bagai tinggal setitik kuku hitam.

Hey, bagaimana kabar Jongin? Apa dia tau Soojung diculik? Apa Sehun memberitaunya? Apa dia juga sedang mencarinya seperti mereka? Terakhir Soojung bertemu dengan Jongin adalah setelah dia bebas. Setelah itu mereka tidak pernah menghubungi satu sama lain.

Soojung sedang berandai-andai Jongin sedang mencarinya, lalu menemukannya disini. Berkelahi dengan penculik itu dan menyelamatkannya, seperti di film animasi superhero. Terkadang dia tertawa kecil mengingat waktunya bersama Jongin dulu. Bagaimana lucunya namja itu, bagaimana dia akan menyerah setelah Soojung menyerangnya dengan segudang aegyo dan pout andalannya.

Lucu memang, 3 tahun yang mereka habiskan semua itu hanya berjalan di penjara dan di pusat rehabilitasi. Tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar.

 

Badan Soojung menjadi tambah kurus. Kantung matanya kian menghitam. Rambutnya kusut tak terurus. Tulang pipinya kian terlihat. Kulitnya semakin kusam. Dia sering melamun sendirian di dekat jendela sambil menyebut nama ‘Kim Jong In’. Menyedihkan, mengapa malah namja itu yang selalu saja ia sebut? Setiap malam ia selalu menatap langit. Ketika penculik itu datang, Soojung akan memandanginya seperti singa yang kelaparan. Tatapannya sungguh tajam.

Pintu terbuka, tapi Soojung tidak mendengarnya. Ia sedang meringkuk di kursi dekat jendela. Makan malamnya tidak disentuhnya sama sekali. Dengan hati-hati, pria bertopeng itu berjalan mendekati Soojung.

Samar-samar terdengar suara isakan. Pria itu semakin ragu untuk melangkah, tepat setelah ia berhenti di belakang Soojung, baru dia sadari Soojung sedang menangis, sesekali menyebut nama Kim Jong In.

 Berniat untuk membuatnya tenang, tapi Soojung terlalu cepat mendapatinya berdiri di situ. Mata mereka bertemu, Soojung membalikkan kursinya hingga berhadapan dengan penculiknya.

“Ahjussi, apa kau pernah merasakan jatuh cinta?” tanya Soojung sambil mengusap air matanya. Pria itu hanya diam menatapnya.

“Apa kau punya pacar?”

“Apa kau sudah menikah?”

Pria itu gemas dibuatnya. Berapa kali Soojung menghapus air matanya, tapi yang ada air matanya semakin deras mengalir. Sungguh ia tidak tahan melihatnya menangis, maka ia  putuskan untuk pergi saja.

Belum sempat dia melangkahkan kakinya, “Jongin-ah....hiks....” lagi-lagi nama namja yang selalu Soojung sebut itu menganggu pikirannya.

“Apa kau tau aku disekap disini? Dimaka kau? Jongin-ah, selamatkan aku.... Aku tidak tahan, aku tidak disiksa tapi aku merasa tersiksa. Jongin-ah....” tangis Soojung semakin menjadi. Tangan pria itu mengepal. ia berbalik kemudian mengambil tali dan mengikat tangan Soojung.

Soojung hanya pasrah dengan apa yang dilakukan pria itu. Tanpa ada perlawanan sedikitpun, tangannya kembali tertali sempurna.

“Jongin-ah, bogoshipeo.”

1 kalimat lagi, langkah pria itu menjadi beku dibuatnya. Setelah itu tak terdengar lagi suara dari Soojung, bahkan hanya 1 isakan kecil. Dia diam, matanya terpejam. Kemudian pria itu berbalik, berlutut di hadapan Soojung.

Dan untuk pertama kalinya, pria itu melepaskan topengnya.

“Soojung-ah,” diusapnya pipi gadis di depannya itu, mengahpus sisa-sisa air mata yang masih mengalir.

Soojung membuka matanya, lalu tersenyum manis sekali.

Pria itu melepaskan ikatan tangan Soojung,  “Apa aku bermimpi?” Soojung memegang pipi pria yang berjongkok di depannya, “Apa aku sudah mati? Dimana penculik itu?! Kita harus segera pergi dari sini!” Soojung berdiri, ketika hendak melangkah, ia meliat topeng hitam persis di sebelah namja itu. Lalu ia memandangi pria di depannya sambil kembali duduk.

“Kau masih hidup... Kau tidak sedang bermimpi... Soojung-ah, ini aku....”

Soojung diam sejenak. Lalu,

PLAK.

1 tamparan mendarat sempurna di pipi pria itu. Air mata Soojung semakin terurai deras. Begitu juga pria itu yang mulai menitikkan air matanya.

Soojung tersenyum tipis. “Paboya.” PLAK. 1 tamparan lagi di pipi yang berbeda.

PLAK. “Seharusnya aku sudah tau itu dirimu.”

Pria itu tersenyum miris, “Mianhae....”

PLAK. Pria di depan Soojung hanya pasrah ketika gadis itu menamparnya puluhan kali hingga pipnya memerah.

 

 

 

“Mengapa kau selalu menyebut namaku? Mengapa bukan kakakmu? Bukan Oh Se Hun?”

Soojung menempelkan handuk yang telah dibasahi dengan air hangat ke pipi namja di depannya dalam diam. Tak satupun kata yang keluar dari mulutnya.

“Seharusnya kau menyebutkan nama Oh Se Hun, dan dia akan segera menyelamatkanmu.”

Soojung menghentikan aktifitasnya, “Aku menyebutkan nama Kim Jong In, dia selalu berada di sampingku. Tapi dia tidak pernah berniat menyelamatkanku. Bagaimana menurutmu?”

Pertanyaan Soojung sukses membuat pria itu beku. “Bukankan dia bodoh? Dia masih menjadi pecundang.”

Soojung kembali melanjutkan aktifitasnya.

“Apa kau... akan melapor kepada polisi?” tanya pria itu hati-hati.

Soojung berhenti sejenak, “Tentu saja. Wae? Kau mau membunuku? Bunuh saja.”

Pria itu jenuh, mungkin terusik dengan ucapan Soojung barusan. Tanpa berkata-kata dia langsung meninggalkan Soojung.

“Kau tidak perlu mengaku. Tidak perlu menangis di depanku. Tidak perlu takut aku akan lapor polisi. Kau hanya perlu menyesal, karena aku menuntut maaf darimu.”

Pria itu tetap meneruskan langkahnya.

“Semakin hari aku semakin gila, kurasa. Apa kau tau betapa aku mengharap kau menyelamatkanku seperti di flm superhero? kau pernah bilang kau sangat menyukai animasi itu dulu. Apa kau mau menjadi superhero untukku?”

1 langkah lagi dan pintu akan terbuka,

“Jongin-ah, aku sangat merindukanmu.”

BRAKK!

Langkah Jongin terjebak begitu membuka pintu ruangan tempat Soojung di sekap. Terlihat puluhan polisi menodongkan pistol kepadanya. Perlahan Jongin mundur, tangannya bergerak perlahan ke belakang saku celananya. Dan dengan gesit ia langsung menyandra Soojung dengan pisau di lehernya.

“Kalian berani menembak?” tanya Jongin.

“SOOJUNG-AAAH!!!” teriak Sooyeon di belakang para polisi itu. Terlihat Sehun dengan tangan mengepal dan wajah menahan amarahnya. Sepertinya emosinya benar-benar akan meledak. 1 langkah jika Sunyoung tidak menahannya, mungkin ia sudah berlari ke arah Soojung.

Disana, di sebelah Sooyeon, terlihat seorang pria dewasa bersama wanita paruh baya. Mereka, orang yang sangat Soojung rindukan. Orang tuanya. Tetesan air mata kembali membasahi pipi kurusnya.

“Bunuh aku.” ujar Soojung membuat semua orang tercekat. “Kubilang bunuh aku.” ulangnya.

“BUNUH, Aku.”

Polisi masih menodongkan pistolnya. Jika Jongin benar akan menggoreskan pisaunya pada leher Soojung, mungkin sekitar 50 tembakan akan bersarang di tubuh Jongin.

Tapi pisau itu terjatuh. Jongin mengangkat tangannya. Kemudian Soojung terpuruk di lantai.

Setelah memastikan Jongin tidak akan mengambil pisaunya lagi, polisi bergerak cepat menangkapnya. Tangan Jongin diborgol, tidak ada perlawanan darinya. Lalu ia digiring ke mobil polisi.

Sooyeon langsung berlari memeluk adik tercintanya itu, lalu menuntunnya ke mobil. Ketika melewati Jongin, Sooyeon meliriknya sadis. Tapi Soojung sama sekali tidak menoleh padanya sedikitpun meski Jongin terus memandang ke arahnya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
hyeeunkim13
please leave a comment after read :) thank you ^^

Comments

You must be logged in to comment
BintangAnandaa
#1
Chapter 8: hufttt mau kali jd soojung:"
BintangAnandaa
#2
Chapter 5: huhhh blm trlalu klihatan.ni sukasukaannya:" to aku,bakal bc lagi^^ annyeong^^
jungsister #3
Chapter 6: hwaaaaa daebak, tp menurutku ini agak mirip sama kdrama that winter the wind blows, iya gak sih?
vevewu #4
Chapter 8: whoooo daebak!!! dari ushername aff sama kaya ushername twitter gak? kalo iya kita saling kenal loh, dek. wkwk
ghinanne #5
Chapter 8: Aaaa aku suka banget ceritanya thor :))
Sequel please... :D
jungjojung
#6
Chapter 8: Aaaahhhh sweet bgt finalnya. Untunglah semuanya bahagia walo agak kaget sehun mau nikah. Jongin gak neko neko langsung nglamar lol pacarannya pas kawin ajaa wkwkkk
Citraysm #7
Chapter 8: Iam pretty swear this is very damn cool D:
u wrote with beautiful way.. Love it.
dwigitanoramalia #8
Chapter 8: satu kata untuk ff ini
D
A
E
B
A
K
Valklight
#9
Chapter 8: Ini daebak banget!!! Akhirnya happy ending :") ini ada sequelnya kah? Tentang kehidupan married life kaistal, pasti so sweet bgttt :))
Citraysm #10
Chapter 7: Aaa english version pls/?
This is sweet. Tp kasian sehun-,