#7 Heartbeat

Heartbeat

QQQQQ

-Hyerin POV-

Setelah cukup lama aku berdiri kini membuat kakiku mulai terasa sedikit sakit, apalagi highheel ini membuat kakiku semakin perih. Aku duduk disalah satu bangku tamu yang bersarungkan kain putih dengan hiasan pita keemasan sambil meminum minumanku yang berwarna kemerahan ini, plus mendengarkan lantunan musik klasik dari pesta ini. Setidaknya semua ini dapat membuatku melupakan sedikit rasa sakit dikakiku ini. Tiba-tiba saja kenyamananku itu lenyap saat seseorang menarik tanganku dan sedikit menyeretku untuk mengikutinya keluar dari pesta. Sehun. Ya, meskipun pria ini tidak menengok kearahku namun aku masih bisa mencireni tubuh atletisnya ini meskipun hanya melihatnya dari belakang. Ia membawaku keluar dari pesta atau lebih tepatnya kebelakang caffe.

“apa yang kau lakukan. Lepaskan!” kataku sambil melepaskan genggamannya secara paksa.

“apa maumu sehun-a?” “kenapa kau seolah tidak mengenalku tadi?” tanya sehun dengan nada suara yang agak tinggi dan tatapan yang tajam mengarah padaku. Aku yang mendengarnya hanya membalasnya dengan senyum meremehkan.

“bukankah kita memang tidak saling mengenal. Oh bukan, lebih tepatnya hanya kau yang tidak pernah mengenaliku. kau bahkan tidak pernah melihatku, bukankah begitu?” kataku

“apa maksudmu?” aku hanya mendengus dan memalingkan wajahku tidak tertarik.

“sepertinya kau salah paham. Aku mengenalimu, aku tahu siapa kau. Aku bahkan ingat kalau kau wanita yang diam-diam melihatku saat ditaman belakang hotel tempo hari.” Jelas sehun.

“kalau kau ingat dan tahu siapa aku, kenapa setiap kali bertemu kau selalu acuh padaku dan seakan tidak mau melihatku.” Tanyaku kesal.

“itu karena....emm... karena...” jawab sehun terbata-bata, terlihat sehun sedikit berpikir atas jawaban apa yang akan ia ucapkan. Mata tajamnya pun berubah sendu, tidak seperti tadi.

“sudahlah, lagipula kau kenal aku atau tidak,  itu sudah tidak penting lagi untukku.” Kataku seraya akan meninggalkan sehun. Belum ada jarak semeter aku melangkah, sehun tiba-tiba menahan tanganku. Aku sedikit kaget dan melihat kearah tangannya dan tanganku. Lalu melihat wajahnya yang memandangku ragu.

“apa kau menyukai luhan?” tanyanya hati-hati. Hatiku mencelos mendengar sehun bertanya seperti itu. Aku mencoba untuk mengambil nafas dalam, menghirup udaranya dengan sangat berat. entah mengapa dadaku terasa panas dan sangat sesak.

“aku menyukainya atau tidak, itu bukan urusanmu sehun-ssi.” Kataku sambil melepaskan tangannya dengan tanganku dan melenggangkan kakiku beranjak pergi meninggalkan sehun. Jika semakin lama aku berada disini, itu hanya akan membuatku sakit.

 

QQQQ

“luhan, sepertinya aku harus pulang.” Pintaku pada luhan

“ohh? Kenapa terburu-buru sekali.” Kata luhan sambil melihat arloji ditangannya yang baru menunjukkan jam delapan malam. Memang terbilang terlalu pagi untuk pulang dari pesta seperti ini. Tapi, apa boleh buat. Jika aku terlalu lama berada disini, mungkin hatiku akan menyesali perbuatanku untuk mencoba mengacuhkan sehun.

“ini sudah cukup malam dan hari ini aku benar-benar lelah.” Alasanku.

“kalau begitu biarkan aku mengantarmu pulang.” Pinta luhan

“tidak perlu, aku bisa pulang naik taxi. Lagi pula ini adalah pestamu, mana boleh tuan rumah meninggalkan pesta berserta tamu-tamunya.” Kataku

“baiklah kalau begitu, tapi izinkan aku mengantarmu sampai depan nona park.” Kata luhan sambil memberikan tangannya kearahku. *mau ala-ala pangeran ceritanya

“baiklah jika kau memaksa, tuan luhan yang terhormat.” Kataku sambil menyambut uluran tangan luhan seraya mengantarku menuju taxi.

“baiklah nona park, kereta kencanamu sudah tiba.” Kata luhan sesaat setelah taxi datang. Aku yang mendengarnya sedikit tertawa geli akan tingkah luhan. aku lalu melepaskan kaitan tanganku pada tangannya dan masuk kedalam taxi.

Taxi ini sudah melajukan rodanya beranjak pergi dari caffe. Aku menghela nafasku berat, dan menyandarkan punggungku pada jok mobil ini. Aku kembali memikirkan semua kejadian barusan sambil melihat kearah jendela kaca taxi ini. Aku memikirkan semuanya dari awal. Dari awal sejak aku mulai menyukai Oh Sehun yang sampai saat ini tidak pernah berani untuk memberi tahunya, bertemu teman baru yang ternyata akan menjadi jodohku, sampai semua ini terjadi. Sebuah kenyataan baru yang mau tidak mau telah kudengar dan harus aku terima. Oh Sehun dan Luhan adalah saudara.

 “Saudara tiri? Oh Sehun? Luhan? Apakah ini lelucon? oghhh jinja!” gerutuku.

“Ya Tuhan, mengapa semua ini terjadi padaku? Sekarang apa yang harus aku lakukan? Oughh, aku bisa gila!” keluhku sambil memberturkan kepalaku pada sandaran jok mobil.

 

-Sehun POV-

Aku masuk kedalam kamarku, membuka jasku serta shawlku dan membuangnya kesembarang tempat. Aku lalu menghempaskan punggungku keatas ranjangku yang empuk ini dan memejamkan mataku. Sekilas aku teringat dengan kejadian di caffe tadi. Entah mengapa hyerin akhir-akhir ini benar-benar terlihat berbeda atau lebih tepatnya mungkin berubah. Ia selalu memalingkan wajahnya setiap kali kami bertemu, pindah ketempat lain jika aku ada disana, dan bahkan sekarang ia seakan tidak mau mengenalku lagi. Ada apa sebenarnya dengan gadis itu? *jangan tanya author-_-

Sebenarnya sudah sejak awal gadis itu telah mencuri perhatianku bahkan kini telah mencuri hatiku. Dan bukan maksudku untuk terlihat dingin ataupun acuh didepannya. Aku hanya tidak tahu bagaimana caranya untuk mengekspresikan perasaanku saat berhadapan dengan wanita yang aku sukai. Aku bukanlah tipe pria yang mudah untuk memperlihatkan rasa sukanya didepan wanita. Sebenarnya aku malu, sebab itulah aku lebih memilih diam saat berpapasan dengannya.

Aku tidak mengerti apa yang hyerin katakan saat di caffe. Dia bilang kami tidak saling mengenal? Hanya aku yang tidak mengenalnya? Aku rasa mungkin dia salah paham. Ya, seperti yang sudah kusebutkan barusan. Aku hanya tidak tahu bagaimana caranya untuk menunjukan perasaanku didepannya. Mungkin karena itulah hyerin berpikiran kalau aku mengacuhkannya. Padahal sama sekali tidak. Tapi kini, duniaku terasa mau runtuh saat aku tahu bahwa wanita yang akan dijodohkan dengan Luhan hyeong adalah Park Hyerin. Wanita yang sudah lama mencuri hatiku.

“Park Hyerin? Luhan hyeong? Apa-apaan ini! Kenapa semua ini bisa terjadi? aghh...aku bisa gila dengan semua ini!” rancauku sambil mengacak-acak rambutku sendiri.

QQQQQ

-Author POV-

Semenjak saat itu keadaan diantara mereka semua menjadi lebih buruk. Hyerin menjadi lebih acuh kepada sehun dan sehun menjadi lebih acuh kepada luhan. Sehun yang awalnya sangat dekat dengan luhan, kini berangsur-angsur menjauhi luhan. Luhan pun merasakan nuansa keganjilan diantara mereka semua. Tidak seperti biasanya, Hyerin jadi jarang sekali mengunjungi caffe luhan dan sikap Sehun yang tiba-tiba saja berubah menjadi lebih dingin membuat luhan menjadi bingung dan penasaran.

-Seoul University-

Hari ini sudah hampir seharian hyerin berada di perpustakaan kampus. Ada apa? Tentunya sebagai mahasiswi hyerin tidak bisa bersantai santai ria. Dia juga tetap memiliki tugas-tugas dari dosen yang harus ia selesaikan. Kali ini hyerin harus membuat makalah hasil penelitiannya dan harus mempresentasikannya kepada dosen. Hyerin benar-benar serius, sampai ia sendiri tidak tahu sudah berapa lama ia berada disini. Itu bisa terlihat dari semua buku-buku yang diambil hyerin, tumpukan buku-buku itu sudah seperti susunan gunung yang berjajar hampir menutupi wajah hyerin.

Hyerin merebahkan punggungnya pada sandaran bangku yang tepat berada dibelakangnya sambil sedikit merenggangkan otot-ototnya yang kaku karena seharian ia hanya duduk, membaca, dan mengetik. Hyerin mengucek matanya yang sedikit agak perih karena teralu lama berada didepan layar computernya. Sesaat setelah itu, penjaga perpustakaan itu datang menghampiri hyerin.

“permisi nona, bukan maksud saya untuk mengusir tapi apakah anda masih lama? Masalahnya saya harus pulang dan perpustakaan ini tidak bisa buka 24 jam.” Kata penjaga perpustakaan itu dengan mencoba memberikan hyerin pengertian.

“Ohh ye? Memangnya ini sudah jam berapa?” tanya hyerin

“ini sudah jam 6 sore nona.” Jawab penjaga itu

Ia mencoba memastikannya dengan melihat jam yang tertera pada layar computernya, betapa terkejutnya hyerin mengetahui kalau sekarang hari sudah sangat sore. Bahkan menjelang malam. Ia pun mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Sangat sepi. Sepertinya hanya tinggal hyerin seorang diri yang belum pulang. Langit pun sudah mulai terlihat gelap. Untung saja penjaga perpustakaan ini menyadarkan hyerin. Jika tidak, mungkin hyerin akan sendirian dan menangis karena ketakutan. Apalagi musuh terbesar hyerin adalah kegelapan. Hyerin sangat benci gelap, atau lebih tepatnya ia takut kegelapan.

“ohh cheosongeyo, kamsahabnida.” Kata hyerin sedikit menundukkan kepalanya dan segera membereskan semua barang-barangnya untuk bergegas pulang.

Hari sudah benar-benar terlihat gelap, apalagi suasana kampus yang sangat sepi tanpa siapa pun ditambah pepohonan yang cukup rimbun di kampus ini membuat suasana semakin mencekam. Suara yang ditimbulkan akibat gesekan angin dengan ranting pohon menimbulkan suara yang cukup aneh jika sedang dalam keadaan seperti ini. Hyerin tidak mau menggubris apapun yang ada disini, yang ia mau hanya lah cepat pulang dengan selamat. Hyerin benar-benar merasa ketakutan, angin musim gugur yang berhembus cukup dingin membuat bulu kuduk hyerin berdiri. Hyerin tidak mau memikirkan apapun, kini ia hanya terus berjalan dengan cepat menuju lapangan parkir dimana mobilnya berada.

Samar-samar, hyerin mendengar derap langkah kaki seseorang dari belakangnya. Tapi karena takut, hyerin tidak berani untuk menengokkan kepalanya kebelakang. Bagaimana jika dia pembunuh? Atau hantu kampus yang bergentayangan? Itulah yang ada dipikiran hyerin. Semakin hyerin mempercepat langkahnya, semakin cepat pula langkah kaki yang ada dibelakangnya mengikuti hyerin. Hal ini jelas menbuat hyerin semakin takut, ia pun memilih untuk mengambi langkah seribu alias lari dengan cepat demi menghindari seseorang atau sesuatu dibelakangnya itu.

Hyerin terus berlari sambil sesekali memejamkan matanya. Betapa bodohnya hyerin sampai ia tersandung pot bunga yang ada di pinggiran lantai. Hyerin pun terjatuh an menjatuhkan semua buku-buku yang tadinya ada didekapannya.

“Aww!” rintih hyerin sambil memegangi pergelangan kakinya yang sedikit memar akibat berhantaman dengan pot bunga itu.

Sesaat setelah hyerin terjatuh deru langkah kaki itupun semakin cepat. Hyerin yang mendengarnya hanya diam dan tidak berani untuk menengokkan kepalanya kebelakang. Hyerin hanya bisa berdoa dalam hatinya, berharap bahwa ia masih bisa hidup. Ia belum mau mati, ia masih muda, dan masih banyak mimpi yang belum ia capai. Tidak lucu jika hyerin mati sia-sia karena ketakutan dan menggentayangi orang yang telah membunuhnya.

Deru langkah itupun berhenti, tapi hyerin merasakan sepertinya orang itu sudah berada tepat dibelakangnya. Hyerin benar-benar mengutuk orang ini jika ia sampai mati terbunuh olehnya. Dan hyerin akan lebih mengutuk dirinya sendiri kerena sekarang ia benar-benar ketakutan dan tidak memiliki ide apapun untuk menyelamatkan dirinya atau bahkan sekedar melarikan diri. Orang itu semakin mendekati hyerin dan terasa sepertinya orang ini sedang berjongkok menghadap hyerin yang sedang tergolek tak berdaya akibat kecerobohannya sendiri.

“Si..siapa kau? Mau apa kau dariku? Apa kau mau membunuhku? Jika kau sampai membunuhku, ak..aku..aku akan...” hyerin memberanikan dirnya untuk membuka mulutnya walaupun dengan suara yang bergetar dan tanpa menoleh ataupun melirik kebelakang.

“kau akan apa?” jawab seseorang itu yang ternyata seorang pria

“aku akan... aku akan menggentayangimu! Aku akan pastikan kau tidak akan bisa hidup dengan tenang!” kata hyerin dengan sedikit menaikkan pita suaranya meskipun tetap terdengar bergetar.

“hahh, dari dulu sampai sekarang pun kau memang selalu membuatku tidak tenang, Park Hyerin.” Kata pria itu sambil menghela nafasnya pelan. Suara suara pria ini sedikit  serak namun sekaligus dapat menghangatkan orang yang mendengarnya. Hyerin yang mendengar jawaban pria ini sedikit terkejut. Hyerin curiga jika pria ini semacam orang gila seperti kai. Dengar saja ucapannya barusan, jawaban pria ini seperti seseorang yang telah menunggunya sejak lama.

“mwo? Apa maksudmu dengan...?” tanya hyerin geram karena merasa dipermainkan.

Hyerin pun memberanikan diri untuk menengok kebelakang untuk melihat wajah pria itu. Setidaknya jika ia mati, ia akan tahu wajah pembunuhnya. Betapa terkejutnya hyerin mendapati bahwa ternyata pria yang sedari tadi membuntutinya adalah Oh Sehun.

“Oh Sehun?” tanya hyerin memastikan penglihatannya itu.

“geurae, ini aku. Gwenchana?” tanya sehun dengan sedikit memberikan senyumanya kepada hyerin.

“oughh neo jinja! Yaa, apakah kau tidak tahu betapa takutnya aku?! Aku mengira kau pembunuh atau semacam psycho seperti kai.” Gerutu Hyerin kesal.

Hyerin sangat kesal. Ia benar-benar mengira kalau ia dibuntuti oleh pembunuh bayaran atau psycho. Hyerin benar-benar tidak tahu harus bagaimana jika sampai ada orang yang ingin berniat jahat padanya apalagi sampai mau membunuhnya. Tapi hyerin bersyukur bahwa pria ini adalah Oh Sehun. Setidaknya kini ia bisa bernafas lagi dengan tenang.

 

To be continue...



it's the chapter of seventh "Heartbeat". Readers, i'm sorry for my delayed. may be you all bored. yeah~ because of my school activities, I almost forgot to continue this fiction. hehe~ so i must start it again from the beginning to get the feeling. Enjoy it^^

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Seo_hankyu
#1
Chapter 7: next chapter :)

# ganbatte '.')b
chokyungsuga
#2
Chapter 6: I'm so sorry. because my school activities, I almost forgot to continue this fiction. but I'll write it soon. don't worry^^ hee hhe
delevaprilla #3
Chapter 6: Update soon ^^d