#5 Heartbeat

Heartbeat

Setelah sampai kami langsung masuk kedalam restaurant dan memasuki lift untuk naik kelantai 3 restaurant ini. Terdengar suara dentingan lift yang menandakan kalau kami telah sampai ditempat tujuan. Entah mengapa aku merasa sangat gugup untuk menuju keruangan itu. Saat kami sampai di ruangan itu, keluarga Presdir Oh ternyata telah menunggu dan menyambut kami dengan memberikan hormat. Kami pun ikut memberikan hormat dengan cara membungkukkan badan. Saat aku menegakkan tubuhku betapa terkejutnya aku saat melihat pria yang akan menjadi calon jodohku.

‘Tidak mungkin’ kataku dalam hati

‘Luhan?’ Mataku membulat sempurna, aku menggelengkan kepalaku untuk menyadarkan diriku. Apa ini? Pria yang sekarang sedang berhadapan dan memamerkan senyuman ramahnya itu yang akan dijodohkan denganku? Dunia memang sangat sempit.

Aku duduk berhadapan dengan Luhan. Jika kau tahu apa yang kurasa sekarang, aku merasa ini gila. Tidak pernah terlintas dibenakku kalau Luhan adalah anak dari Presdir Oh. Karena yang aku tahu Luhan itu sejak kecil tinggal dan besar di China. Jadi sebenarnya ayahnya orang Korea?

Aku sedikit merasa aneh, canggung, dan kurang nyaman akan situasi ini. Aku juga tidak tahu kenapa. Mungkin karena kami belum lama saling mengenal dan aku masih menganggap kalau Luhan adalah teman baruku. Namun seakan berbanding terbalik dengan apa yang kurasakan sekarang, Luhan nampaknya cukup tenang menghadapi semua ini. Ketika mata kami saling bertemu, ia menatapku sendu sambil melemparkan senyum hangatnya.

“Ommo, sudah lama tidak bertemu denganmu, tenyata kau sudah tumbuh menjadi gadis yang semakin cantik Hyerin-a, benar kan yoebo?” puji eomma Luhan dan menanyakan pendapatnya itu kepada suaminya.

“Kau benar, kita beruntung mendapatkan menantu secantik ini.” Tambah Presdir Oh.

“Kamsahamnida ahjussi.” Jawabku atas pujian-pujian itu sambil membungkukkan sedikit badanku.

 “Kyaa, Hyerin-a. Mulai sekarang kau harus memanggil mereka eommonim dan abonim.” Kata eomma sambil sedikit menepuk tanganku. Aku hanya bisa menghela nafasku dengan berat.

“Aku senang kita akan menjadi satu keluarga Hyeong.” Kata appa

“Aku juga, sebentar lagi kedekatan kita tak hanya menyangkut bisnis tapi lebih mendalam.”

Suasana disini didominasi oleh perasaan suka cita dari orang-orang tua ini. Tapi mereka tidak tahu bagaimana dengan perasaan kedua anak mereka ini. Kacau! Disaat mereka tertawa lepas sambil berbincang-bincang, aku dan Luhan hanya bisa duduk terdiam dan sesekali menatap satu sama lain. Saat aku sudah merasa jatuh pada titik jenuhku, seakan tahu apa yang sedang kurasakan Luhan tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya.

“Eomma, appa. Boleh aku mengajak Hyerin keluar?” pinta Luhan yang tiba-tiba itu cukup membuat kaget orang-orang tua ini.

“Geurae.” Kata appa Luhan.

Luhan langsung keluar dari mejanya dan meraih tanganku, membawaku keluar dan membiarkan aku terperangah melihat tingkahnya ini.

“Kami akan segera kembali.” Kataku sebelum meninggalkan ruangan.

“Ani, bersenang-senanglah. Ouh...nampaknya anak-anak itu sudah akan memulainya, iya kan eonni?” kata eomma sambil menanyakan pendapatnya pada eomma Luhan.

QQQQQ

Aku memandangi tangannya yang sedang mengamit tanganku. Rasanya? Biasa saja. Aku tidak merasakan suatu perasaan senang ataupun sesuatu yang aneh saat Luhan menggandeng tanganku. Luhan ternyata membawaku ketaman belakang restaurant. Setelah sampai ditaman itu, Luhan lalu melepaskan genggaman tangannya dengan tanganku.

“Aku tahu kau pasti akan sangat bosan jika lama-lama berada disana.” Kata Luhan sambil berjalan disampingku.

“Oh? Ne.”

Kami berjalan menyusuri taman ini dengan diam. Suasana terasa sangat sunyi karena tidak ada yang memulai pembicaraan. aku benar-benar tidak tahan dengan suasana seperti ini, sehingga aku pun mengambil inisiatif untuk berbicara padanya untuk memecah keheningan diantara kami.

“Apa kau sudah tahu kalau kau akan dijodohkan?”

“Iya, aku tahu.”

“Berarti dari awal kau sudah tahu kalau kita akan dijodohkan?”

“Tidak juga. Aku tahu kalau aku akan dijodohkan, tapi awalnya aku juga tidak menyangka kalau kau yang akan dijodohkan denganku.”

“Sebelum sampai disini eomma memperlihatkan foto calonku dan aku benar-benar terkejut mengetahui kalau wanita itu adalah kau. Apa kau tidak merasakannya?” tambahnya

“Tentu saja. Oh iya, aku tidak tahu kalau ternyata ayahmu orang Korea. Kau bilang kau besar di China.”

“Ahh~itu. Appa memang orang Korea, sedangkan eommaku orang China.”

“Oh? Tapi kenapa tidak ada marga Oh didepan namamu?”

“Itu karen dia adalah suami kedua eomma. Kedua orangtuaku berpisah saat aku masih kecil. Aku tinggal bersama appa dan eomma baruku Di China, sedangkan eomma menikah lagi.”

“Oh? mian. Aku benar benar tidak bermaksud.”

“Gwaenchana. Meski begitu, aku tetap senang karena appa dan eomma masih saling berkomunikasi dengan baik. Setidaknya aku tidak merasa seperti Cinderella.”

Suasana yang awalnya sedikit canggung dan tidak nyaman, sekarang berubah menjadi gelak tawa kami ditengah malam gelap berawan ini.

“Kau, kenapa kau menerima perjodohan ini?” tanyaku disela-sela gelak tawa kami

“Oh? itu.... sepertinya kita sudah terlalu lama berada diluar. Sebaiknya kita segera masuk. Mereka mungkin sedang mengkhawatirkan kita.”

“Oh? Geurae.”

QQQQQ

Matahari seakan tahu kalau aku akan terlambat pergi ke kampus jika tidak dibangunkan oleh sinarnya yang terang itu. Aku menggeliat kecil ditempat tidurku, memandang langit-langit kamarku yang bercatkan biru muda. Aku membayangkan kejadian tadi malam. Bertemu dengan Luhan, makan malam dengan keluarganya, Mengobrol banyak dengannya, dan akan dijodohkan dengannya. Aku terduduk diatas ranjangku.

“Luhan? aku rasa dia lumayan.” Kataku sambil tersenyum-senyum sendiri.

“Tidak seperti.... hah, andai saja dia sehangat Luhan. Tapi itu tidak akan mungkin, pria kaku tanpa senyuman. Cih~”

Aku menuruni anak tangga menuju keruang makan. Aku mengambil sepotong roti yang sudah diolesi selai oleh eomma.

“Makanlah dengan perlahan.” Kata eomma

“Tidak ada waktu eomma, aku bisa terlambat.”

“Aigoo, salahmu sendiri selalu bangun siang. Dasar pemalas.” Ledek Chanyeol oppa. Tapi aku tidak menghiraukan kata-katanya. Aku langsung mengambil segelas susu milik Chanyeol oppa.

“Kyaa! Itu milikku.”

“Hanya minta sedikit. Kau pelit sekali.”

“Hahh..jinja!”

 “Aku pergi dulu.”

Hari ini aku berangkat ke kampus dengan hati yang tenang, senang dan damai. Setelah ini aku sudah berencana untuk bertemu dengan Luhan. Seperti biasa.

Baru saja aku sedang merasakan suasana hati yang sangat tenang, tiba-tiba saja kemunculan wajah itu seakan merusak semuanya. Hanya dengan melihat wajahnya saja rasanya hatiku terkoyak-koyak. Merasakan sesak yang tiba-tiba. Tapi disisi lain aku juga sedikit merasakan senang. Sudah beberapa minggu ini aku berusaha menghindari Sehun, tapi sekarang kami bertemu lagi.

Seperti biasa, aku berusaha menampilkan ekspresi seolah tidak kenal, tidak peduli, acuh atau sebagainya. Saat kami berpapasan, kami seolah tidak saling mengenal satu sama lain.

“Pandanganmu sangat lurus, sampai-sampai kau tidak pernah menengok sekitarmu.” Omelku saat kurasa jarakku dengan Sehun sudah agak jauh.

QQQQQ

Aku membalikkan halaman demi halaman buku ini sambil sesekali menyeruput ice capucino milikku. Selalu membaca buku diperpustakaan membuatku pengap. Jadi aku memcari tempat lain yang bisa memberikanku pasokan oksigen lebih. Seperti tempat ini. Taman yang berada ditengah-tengah kampus yang sering digunakan mahasiswa untuk bersantai, membaca, ataupun lainnya. Tapi kurasa hari ini taman jauh lebih sepi dari pada biasanya. Mungkin karena aku berada diwaktu jam kelas banyak berlangsung.

“Boleh aku duduk disini?”

“Oh? Ne, silakan.” Kataku sambil mempersilakan namja itu duduk disampingku. Pria ini adalah kakak tingkatku semester 4. Bisa dibilang ia satu angkatan dengan Sehun. Namanya Kim Jongin, tapi teman-temannya sering memanggilnya Kai.

“Apa kau sedang sibuk?” aku menoleh kearahnya.

“Anieyo. Wae? Ada yang ingin kau sampaikan?”

“Aku tahu kau menyukai Sehun. Tapi menurutku dia tidak cocok denganmu.”

“Apa maksudmu?”

“Yaa, dia memang tidak pantas buatmu. Kau harusnya mendapatkan pria lain yang lebih baik.”

“Aku tidak mengerti?”

“Apakah kau tidak menyadari kalau selama ini ada pria lain yang sudah lama menyukaimu?”

“Siapa?” tiba-tiba Kai menggenggam tanganku, dan mendekatkan sedikit wajahnya padaku.  Itu sontak membuatku merasa risih dan tidak nyaman atas perbuatannya.

“Aku. Aku menyukaimu Hyerin-a. Sudah lama, tapi kau tidak pernah menyadarinya. Kau malah mengejar-ngejar Sehun yang jelas-jelas tidak melihatmu.”

“Mwo? Ada apa sebenarnya denganmu?”

“Wae? Apa kau takut denganku, hem? Sudah ku bilang Sehun itu tidak pantas untukmu. Akulah! Akulah yang pantas buatmu Hyerin-a.” Kata Kai sambil menyentuh pipi kananku. Aku menepisnya dengan melengoskan kepalaku.

“Apa kau sudah gila?!”

“Yaa! Aku memang sudah gila karenamu. Aku sudah benar-benar gila, dan kau harus bertanggung jawab atas semua itu.”

“Apa maumu?”

“Mauku? Kau menjadi milikku Hyerin-a.” kata Kai sambil mendekatkan wajahnya kepadaku.

Semakin dekat, aku menjauhkan wajahku darinya. Tapi semakin aku mencoba, semakin ia mencengkram tanganku lebih kuat. Saat aku merasa jarak kami hanya beberapa senti lagi, aku menangis. Bulir-bulir air mataku keluar. Aku benar-benar takut menghadapi pria gila ini. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku menutup mataku menahan tangis.

‘Aku mohon, siapa saja. Tolong bantu aku!’ pintaku lirih dalam hati

Bukk...Bukk

 

To be continue...



 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Seo_hankyu
#1
Chapter 7: next chapter :)

# ganbatte '.')b
chokyungsuga
#2
Chapter 6: I'm so sorry. because my school activities, I almost forgot to continue this fiction. but I'll write it soon. don't worry^^ hee hhe
delevaprilla #3
Chapter 6: Update soon ^^d