#4 Heartbeat

Heartbeat

Satelah aku selesai mandi dan mengganti pakaianku. Aku langsung duduk didepan meja riasku dan melihat betapa menyedihkannya wajahku hari ini. Wajah nampak layu, mata sembab, dan bibir yang sedikit terlihat pucat. Benar-benar menyedihkan.

Aku menebalkan sedikit alas bedakku diarea bawah mata untuk sedikit menyamarkan bengkak akibat menangis semalaman. Memakai lipstick warna peach juga untuk memberi kesan segar diwajahku agar tidak terlalu terlihat pucat. Satelah selesai berdandan aku memandangi bayangan wajahku di cermin sejenak.

“Park Hyerin. Mulai hari ini kau tidak lagi menyukai Oh Sehun. Arra!” tegasku pada siluet bayangan diriku dicermin.

Aku mengambil tasku yang ku letakkan diatas ranjang. Berbalik kecermin dan merapihkan pakaianku.

“Ingat itu Hyerin-a! Menjauhlah dari Oh Sehun.” kataku sambil menunjuk diriku sendiri.

QQQQQ

-AUTHOR POV-

Sejak saat itu Hyerin selalu berusaha sekuat mungkin untuk menghindari Sehun. Ia selalu datang kekampus lebih pagi dari hari-hari sebelumnya, mengisi jam kosong dengan membaca diperpustakaan, dan sebisa mungkin pulang lebih awal agar ia tidak melihat Sehun. Meskipun tetap saja pada ujungnya mereka pasti akan bertemu, namun sebisa mungkin Hyerin tidak memandangnya. Atau bahkan tidak menganggapnya ada.

Seperti yang sering terjadi akhir-akhir ini. Jika Hyerin melihat Sehun berjalan kearah yang berlawanan dengannya dan bisa diperkirakan mereka akan berpapasan, maka Hyerin akan langsung mengambil jalan lain agar ia tidak bertemu dengan Sehun. Seperti itulah suasana yang tergambar antara Hyerin dan Sehun sekarang.

Namun ternyata Sehun merasakan sikap aneh Hyerin itu. Ia merasa bahwa Hyerin sengaja menghindarinya. Tapi Sehun tidak tahu apa alasannya. Setiap Hyerin mencoba untuk menghindari Sehun, Sehun malah semakin penasaran apa sebenarnya yang terjadi pada gadis ini.

QQQQQ

Semakin lama Hyerin mencoba untuk menghindari Sehun semakin dekat pula ia dengan Luhan. Seperti hari ini dan seperti hari-hari sebelumnya, Hyerin selalu singgah ke Caffe sebelum pulang kerumahnya. Untuk apa? hanya untuk sekedar mengobrol. Entah mengapa Hyerin selalu merasa nyaman setiap berada didekat Luhan.

Mereka memang baru beberapa hari berkenalan tapi jika orang lain melihat mereka berdua pasti akan mengira kalau mereka sudah berteman sejak lama. Atau bahkan mungkin saja ada yang mengira kalau mereka berdua berpacaran. Bagaimana tidak, hampir setiap hari Hyerin datang ke Caffe ini. Memesan beberapa makanan dan selebihnya mengobrol dengan Luhan.

Hyerin selalu duduk dimeja yang sama. Didepan kaca. Sebelum memesan makanan pasti Hyerin akan selalu memandang keluar kaca dulu sebentar. Lalu ia akan mencari Luhan. Saat Hyerin menengokkan kepalanya mencari-cari sosok itu, tiba-tiba ada seseorang yang memberikan sepiring Berry ice waffle dan milkshake strawberry tepat dari belakang Hyerin. Saat Hyerin akan menengokkan kepalanya kebelakang betapa terkejutnya ia ternyata Luhan yang memberikannya.

Berry ice waffle dan milkshake strawberry kesukaanmu. Silakan.” Kata Luhan sambil menarik kursi dan duduk tepat berhadapan dengan Hyerin, memberinya senyuman dan mempersilakan Hyerin menikmati makanannya.

“Bagaimana kau bisa yakin kalau aku akan memesan makanan ini. Aku bahkan belum memesan apapun.”

“Bagaimana? Bukankah kau selalu memesan makanan yang sama setiap datang kesini.”

“Waa, bahkan kau benar-benar memperhatikan hal sekecil itu. Jangan-jangan kau menyukaiku.” Goda Hyerin

‘Kau benar Hyerin-a, aku memang menyukaimu.’ kata Luhan dalam hati

*Flashback on*

“Hey, kau harus meletakkan wine-wine itu sesuai dengan tahun dan merknya. Ya seperti itu.” Perintah Luhan pada bawahannya.

Setelah Luhan memerintahkan bawahannya ia pun duduk dikursi pantry dan tanpa sengaja pandangannya tertuju pada seorang gadis yang sedang duduk dimeja dekat kaca.

“Sudah berapa lama gadis itu berada disana?” tanya Luhan pada bawahannya tanpa mengalihkan pandangannya dari gadis itu.

“Nugu? Ahh~ gadis itu, ia memang sering datang kemari. Biasanya dengan seorang pria yang sangat tinggi, tapi akhir-akhir ini ia selalu datang sendiri. Mungkin gadis itu telah dicampakkan” Jelasnya sambil mengelap gelas kaca yang dipegangnya.

“Begitukah?”

“Wae? Apa kau tertarik padanya?”

“Kurasa begitu.”

*Flashback off*

“Luhan?” kata Hyerin sambil mengibaskan tangannya didepan wajah Luhan. Sontak panggilan Hyerin memecah lamunannya.

“Gwaenchanayo?” tanya Hyerin lagi untuk memastikan Luhan tidak apa-apa.

“Ohh? Ne. Oh iya kali ini apa yang terjadi? Apa ada masalah lagi?” tanya Luhan kembali ketujuan Hyerin datang kesini.

“Ani. Hanya saja... emm aku ada pertanyaan untukmu. Jika kau dijodohkan tapi kau sama sekali tidak pernah bertemu dengannya, apa yang akan kau lakukan?”

“Hah? Apa kau akan dijodohkan? Dengan siapa?”

“Haiss, jawab dulu pertanyaanku.”

“Sebelumnya aku akan bertanya. Apa ada seseorang yang kau sukai?” *kode

“Ada, tapi...”

“Kalau begitu jangan terima perjodohan itu.”

“Tapi masalahnya, aku sendiri tidak yakin dengan pria ini. Apa dia menyukaiku juga atau tidak.”

“Kau cantik, baik, dan pintar pria mana yang tidak akan menyukaimu.” *kode lagi

“Kau tidak tahu masalahnyA, pria ini jauh lebih sulit dari yang aku kira.”

“Sesulit apa?”

“Ahh, sudahlah jangan bicarakan dia. Aku kesini untuk meminta saranmu atas masalah perjodohanku ini. Bukan untuk membicarakan dia.” Luhan tersenyum getir mendengar jawaban dari Hyerin.

“Hei Luhan? Kau selalu menemamiku mengobrol jika aku datang. apa kau tidak dimarahi atasanmu?” mendengar pertanyaan polos yang dilontarkan oleh Hyerin membuat Luhan sedikit tertawa geli.

“Ada yang lucu? Kenapa kau tertawa?”

“Ani, hanya saja...” pembicaraan Luhan terpotong karena ada seseorang yang mendatanginya sambil membawa sebuah map coklat lalu memberikannya pada Luhan.

“Sajangnim, ini berkas-berkas yang harus kau tanda tangani karena Presdir Jang telah sepakat untuk berinvestasi di Caffe kita.” Kata pria berkacamata itu sambil memberikan map kepada Luhan.

“Ne, setelah ini kau atur jadwal kapan kami bisa bertemu untuk membicarakannya ya.” Pinta Luhan setelah menanda tangani berkas itu.

“Jadi kau pemilik Caffe ini?” tanya Hyerin dengan wajah yang nampak shock.

“Begitulah.”

“Daebak! kau tahu, selama ini aku mengira kalau kau pelayan disini.”

“Mworago? Haihh, gadis ini.”

“Haha, jinjayo. Awalnya aku mengira kau bekerja paruh waktu disini.”

“Ya! Apa wajah tampanku ini terlihat cocok menjadi seorang pelayan, huh? Oh iya hyerin-a, minggu depan aku akan mengadakan pasta disini untuk merayakan hari jadi Caffe ini. Kau bisa datang? Ini hanya acara kecil, tidak banyak tamu yang kuundang. Hanya beberapa teman dekat.”

“Minggu depan? Bagaimana ya?”

“Wae? Kau tidak bisa. Arrareo arraseo, aku tahu kau sibuk. Jangan kau paksakan. Ouh jinja!”

“Yaa, annieyo. Jangan khawatir aku akan datang.”

QQQQQ

-HYERIN POV-

 “Aku pulang!” Baru aku akan menutup pintu rumah tapi aku sudah dikagetkan oleh teriakan eomma.

“Kyaa, Hyerin-a! Dari mana saja kau, sudah sore begini kau baru pulang.”

“Eomma! Tidak perlu berteriak seperti itu, aku tidak tuli. Waeyo? bukankah biasanya aku memang pulang sore.”

“Ommo! Hyerin-a, kau lupa, hari ini kita akan makan malam bersama keluarga Presdir Oh sekaligus akan membicarakan masalah perjodohanmu dengan anaknya. Bukankah eomma sudah pernah memberitahumu.”

“Malam ini? Sekarang? Eomma...”

“Iya, malam ini. Wae?”

“Eomma, bisa tidak perjodohan ini dibatalkan saja. Aku bahkan tidak mengenalnya, bertemu dengannya saja belum pernah.”

“Mana bisa seperti itu. Perjodohanmu ini bukan hanya menyangkut masalah keluarga kita dengan Presdir Oh, tapi juga menyangkut kerjasama bisnis antara appamu dengannya.”

“Kenapa tidak Chanyeol oppa saja yang dijodohkan. Kenapa harus aku?”

“Apa kau sudah gila, semua anak-anak Presdir Oh adalah laki-laki. Kau mau oppamu menikah dengan seorang pria, hah?”

“Tapi eomma...”

“Ani, tidak ada bantahan, sanggahan atau alasan apapun. Cepat kau naik, mandi dan berdandan lah yang cantik, arraseo?” eomma sedikit mendorong tubuhku untuk berjalan.

“Ye. Haihh eomma, jangan mendorongku seperti itu. Aku bisa jalan sendiri.” Aku berjalan dengan malas untuk naik keatas. Berjalan dan masuk kekamar sambil menggerutu.

QQQQQ

-19:00 p.m (Sunrise Restaurant)-

Sepanjang perjalanan menuju restaurant aku hanya bisa diam dan menerima nasibku. Menyukai seseorang tapi tidak pernah direspon, sampai akhirnya aku harus dijodohkan. Sebegitu tidak beruntungnya kah aku dalam hal percintaan sampai aku harus dijodohkan seperti ini?

Setelah sampai kami langsung masuk kedalam restaurant dan memasuki lift untuk naik kelantai 3 restaurant ini. Terdengar suara dentingan lift yang menandakan kalau kami telah sampai ditempat tujuan. Entah mengapa aku merasa sangat gugup untuk menuju keruangan itu. Saat kami sampai di ruangan itu, keluarga Presdir Oh ternyata telah menunggu dan menyambut kami dengan memberikan hormat. Kami pun ikut memberikan hormat dengan cara membungkukkan badan. Saat aku menegakkan tubuhku betapa terkejutnya aku saat melihat pria yang akan menjadi calon jodohku.

‘Tidak mungkin’

 

To be continue...



 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Seo_hankyu
#1
Chapter 7: next chapter :)

# ganbatte '.')b
chokyungsuga
#2
Chapter 6: I'm so sorry. because my school activities, I almost forgot to continue this fiction. but I'll write it soon. don't worry^^ hee hhe
delevaprilla #3
Chapter 6: Update soon ^^d