Chapter 9
When you say love meMaaf typonya kebanyakan ^^
***
Berat, sulit, tidak mudah atau entah kata apa yang tepat untuk menggambarkan betapa repotnya merawat bayi. Tidak cukup hanya dengan, memandikannya, memberinya susu, menggendongnya, lalu menidurkannya, lalu selesai. Bahkan begitu saja terlihat sedikit menyusahkan atau lebih tepatnya melelahkan. Namun, kata-kata itu tidak akan terucap. Karena tidak ada rasa berat untuk si kecil, tidak ada rasa sulit untuk si kecil, pun lelah juga tidak terasa, semua terbayar lunas ketika melihat sang malaikat kecil tertidur pulas dengan dengkuran halusnya, melihat sang malaikat kecil belajar tersenyum memperlihatkan gusi merahnya, melihat sang malaikat kecil menggerakkan manik hitam legamnya belajar melihat ayah yang selalu mengajaknnya berbicara. Demi apapun itu hanya beberapa hal kecil yang mampu menciptakan kebahagian tak terkira.
Setelah hampir dua minggu dalam perawatan dirumah sakit kini Wooyoung tinggal dirumahnya. Ia dan Nichkhun tidak mungkin tinggal di aparteman kecilnya dulu yang hanya ada satu ruang kamar tidur. Orang tua Nichkhun sudah menyiapkan apartemen baru yang sedikit lebih besar namun belum siap ditempati, masih dalam tahap pengecatan sesuai dengan warna-warna yang diminta Wooyoung dan Nichkhun untuk kesehatan mata Bamie.
Orang tua Nichkhun harus kembali lagi ke thailand, pun dengan orang tua Wooyoung yang harus kembali lagi ke jepang mengurus bisnisnya yang berkembang pesat. Namun ibu Wooyoung masih tetap bolak-balik jepang korea, selain karena bisnis, ia sangat merindukan cucunya yang begitu menggemaskan.
*
Wooyoung kini tahu benar mengurus bayi tidak semudah dalam bayangannya dulu, tidak semudah dalam video merawat anak yang dulu ia sering lihat. Namun bukan berarti ia harus menggunakan jasa baby sister, ia masih mampu untuk melakukannya sendiri sesuai dengan pengarahan ibunya atau pelajaran yang ia dapat selama hamil dari dokter sunye, teman senam hamilnya, internet dan majalah. Sedangkan Nichkhun tidak dapat membantu merawat Bamie sepenuhnya. Nichkhun sudah di bulan akhir sekolahnya siap untuk menghadapi ujian baik dari sekolah ataupun ujian masuk ke universitas yang selalu berangkat pag dan pulang malam. Pun Minjun yang hanya bisa membantu sedikit-sedikit karena ia juga sibuk akan kuliahnya.
Dalam sehari Wooyoung dan Nichkhun hanya tidur dalam hitungan jam, bisa tiga jam atau empat jam. Bahkan hanya beberapa menit kalau Bamie sedikit rewel. Bamie harus minum susu setiap dua jam sekali, ia belum diperbolehkan mengonsumsi makanan lain. Tengah malam ketika mereka baru saja bisa tertidur, tangisan Bamie selalu siap membangunkan kapanpun. Entah karena lapar dan minta susu, entah karena tidak nyaman karena pampers yang sudah basah yang memang harus sering diganti, atau karena masalah sepele selimut yang tidak lagi menutupi kaki mungilnya karena ditendangnya sendiri atau alasan lain yang Wooyoung tidak mengerti.
*
Nichkhun memasuki rumah dengan menyeret tas beratnya. Dilihatnya jam dinding putih tulang yang jarum jamnya menunjukkan angka delapan, matanya bergulir ke bawahnya tepat pada sofa empuk merah maroon, Nichkhun ingin sekali menghempaskan tubuh lelahnya, tapi suara berisik menyambutnya dari arah dapur. Ia meletakkan tasnya disofa dan menghampiri sumber suara.
“Khun! Aish kau selalu saja mengagetkan.” Kata Wooyoung tengah menggoreng ayam fillet yang mendapatkan pelukan belakang dari Nichkhun.
“Apa Bamie sudah tidur?” Tanya Nichkhun dengan mata terpejam dan menyandarkan kepalanya di pundak Wooyoung.
“Baru saja. Bamie terus menangis hari ini, sepertinya Bamie tidak nyamam karena musim panas ini.”
“Kau lelah?” Tanya Nichkhun lirih.
“Ani. Kau yang lelah. Cepat mandi dan turunlah untuk makan.” Wooyoung menolehkan kepalanya mengecup bibir Nichkhun. Nichkhun membuka matanya, membalas kecupan Wooyoung. Ia melepas pelukannya pada pinggang Wooyoung dan bersiap untuk mandi.
Niat mandi Nichkhun terhenti ketika ia melihat Bamie tertidur pulas dengan mulut terbuka, dalam box bayinya yang terletak beberapa meter dari ranjangnya. Ia segera mengeluarkan ponsel dalam saku celananya, seperti biasanya ia selalu mengabadikan tingkah lucu Bamie dalam kamera ponselnya. Akhirnya Bamie membuka matanya ketika mendengar suara jepretan berkali-kali.
“Aahh! Maafkan Appa Khun membangunkanmu bammie...” Sebelum sampai menangis Nichkhun segera mengendong Bamie dan Nichkhun mulai mengayunkannya pelan.
“Hei, kenapa tidak tidur lagi? Apa bammie merindukan Appa khun?” Tanya Nichkhun lagi yang melihat manik hitam legam Bamie bergerak mencoba melihat dalam pandangan kaburnya membalas tatapan Nichkhun. Bamie lalu memainkan kepalan tangannya memukul-mukul kecil dada Nichkhun.
“Ya ya, aku tau Bamie merindukan Appa Khun dan ingin bermain dengan Appa Khun. Tapi ini sudah malam. Kita bermain besok dan bammie harus tidur lagi, yaa..” Celoteh Nichkhun. Seolah mengerti, Bamie membuka mulut kecilnya menguap dan memejamkan matanya lagi. Nichkhun menepuk-nepuk pelan bokong Bamie yang masih dalam gendongannya sampai Bamie tertidur lagi.
Nichkhun tersenyum kecil “Kenapa kau benar-benar tidur? Padahal Appa Khun masih ingin berbicara dengan bammie.” Gumam lirih Nichkhun.
*
Wooyoung membuka pintu, dilihatnya Nichkhun yang meletakkan Bamie ke dalam box bayinya lagi. “Kau belum mandi?”
Nichkhun mengangguk.
“Apa Bamie bangun?” Tanya lirih Wooyoung yang sudah di dekat Nichkhun.
Nichkhun mengangguk lagi.
“Cepat mandi lalu ke bawah. Makanan sudah siap.” Wooyoung membetulkan selimut Bamie. Setelah selesai tangannya ditarik pelan oleh Nichkhun.
“Temani aku mandi.” Bisik Nichkhun menggoda ditelinga Wooyoung.
“Khun! Cepat mandi. Aku akan menunggu dibawah, Minjun hyung baru saja tiba dan kita akan makan bersama.” Wooyoung tersenyum seraya menepuk nepuk pipi Nichkhun yang menggembung cemberut dan meninggalkan Nichkhun begitu saja yang mendesis kecewa. Yeah bisa dibilang Nichkhun sangat merindukan Wooyoung. Ia belum dapat menyentuh Wooyoung seutuhnya sejak Wooyoung hamil tua sampai sekarang Bamie sudah berumur satu bulan.
***
Minggu. Ya minggu adalah hari yang bisa dibilang sangat disukai oleh Wooyoung. Nichkhun libur sekolah, pun Minjun juga libur kuliah. Suasana rumah menjadi ramai, apalagi jika chansung junho dan taecyeon melakukan kunjungan ke rumah mereka. Pekerjaan Wooyoung juga terasa lebih ringan. Ia hanya perlu menyiapkan makanan ringan untuk mereka dan Bamie sang jagoan kecil dalam asuhan mereka.
“Khun, bisa kau mandikan Bamie sekarang? Aku akan membeli beberapa barang untuk masak hari ini dan mengisi kulkas yang sudah kosong.” Pinta Wooyoung di pagi hari pada Nichkhun yang baru saja membuka mata dari tidurnya.
Nichkhun menolehkan kepalanya melihat Bamie di box bayinya yang menggerak-gerakkan tangan dan kakinya seperti menendang-nendang. Nichkhun terdiam. Nichkhun ragu, apa iya bisa memandikan Bamie yang mulai aktif bergerak. Ia takut Bamie akan tenggelam dalam bak mandinya (oh ayolah bak mandi itu bukan kolam renang yang dapat menenggelamkan orang Khun). Tapi wajar Nichkhun ragu. Ia memang belum pernah memandikan Bamie. Selama ini bambam selalu di mandikan oleh keduanya ibunya, setelah kedua ibunya tidak ada dengan kondisi Wooyoung yang sudah sehat, maka Wooyounglah yang selalu memandikan bambam.
“Khun! Minjun hyung akan membantumu.” Wooyoung sepertinya mengerti nichkhun ragu.
“Hmm baiklah.” Nichkhun mengangguk senang. Lalu ia mengambil Bamie dalam boxnya dan menggendongnya serta mengantar Wooyoung sampai depan pintu.
**
“Jun hyung, siapkan baju Bamie ya. Aku akan melepas bajunya dulu.” Perintah Nichkhun pada Minjun disampingnya. Minjun pun menuju lemari dan mulai memilih warna baju, menimbang-nimbang dan mencocokkan dengan puluhan pasang kaos kaki kecil Bamie.
“Bamie sayang, hari ini Appa Khun akan memandikanmu sampai harum. Apa Bamie senang?” Tutur Nichkhun serasa membuka kancing baju Bamie.
Bamie membuka mulutnya memperlihatkan gusi merahnya seperti tersenyum senang. Baju Bamie kini sudah terlepas.
“Hyung, bawa bedak dan minyak hangatnya kesini?” Perintah Nichkhun lagi. Seraya membuka pampers Bamie
“Jun hyung, handuk bersih juga ya?”
“Hyung.. Hueeeeekkkk.”
“Kau kenapa Khun?”
‘Hueeeeekkkk’
“Khun!”
“Bamie hyung, dia pup.... Huueeekk..” Nichkhun membekap mulut dan hidungnya.
“Bodoh, kau lipat pampers itu dan segera buang.”
“Aku sudah mencobanya tapi, hueeekkk”
“Aish. Ayah macam apa kau ini?”
Iks.. Iks... Tangis Bamie mulai terdengar. Minjun segera mengambil alih dan membersihkannya dengan tisu basah. “Singkirkan pampers ini dan cepat siapkan air hangat dalam bak.”
Nichkhun merasa bersalah ia segera melakukan perintah Minjun. Minjun menggendong Bamie, menghentikan tangisnya.
*
“Astaga Khun. Kau ingin membuat kulit Bamie melepuh. Ini terlalu panas. Tambahkan air dingin.” Omel Minjun lagi.
“Jangan terlalu banyak. Nanti anakmu kedinginan.”
“Ya cukup seperti ini. Ambil sabun dan shampoonya.” Nichkhun mengambilnya dalam jangkauan tangan yang terletak tak jauh dari dirinya berjongkok didepan bak mandi Bamie berbentuk bebek kuning.
“Hyung, biarkan aku saja yang memandikan Bamie.” Nichkhun mencoba meminta Bamie dalam gendongan Minjun.
“Kau yakin?”
Nichkhun mengangguk mantap. Minjunpun menyerahkan pelan Bamie pada Nichkhun.
“Khun tanganmu harus kau angkat lebih tinggi. Jika tidak bambam bisa meminum air.”
“Khun, kau harus menyabunnya sambil memijat dengan gerakan memutar.”
“Hati-hati, matanya jangan sampai kena busa.” Minjun mengusap busa yang turun di kening Bamie.
Iks.. Iks.. Iks.. Bamie menangis lagi. Kakinya menendang-dendang air.
“Khun, itu –“
“Arra. Arra... Aku tahu hyung.” Nichkhun mulai kesal. Hei, Nichkhun sudah pernah melihat Bamie saat dimandikan oleh kedua ibunya dan Wooyoung. Jadi dia cukup mengerti. Tapi kenapa Minjun berubah cerewet sekali seperti ibunya? Apa Minjun tidak percaya pada Nichkhun yang jelas ayah kandung Bamie? Oh ayolah, Nichkhun tidak mungkin sengaja membuat bambam menangis dengan membiarkan matanya perih oleh busa, meminum air, kedinginan atau apalah itu yang membuat bayi selalu menangis saat dimandikan.
*
Bamie semakin menangis kencang. Mata kecilnya terpejam dengan air mata yang terus mengalir. Nichkhun secepat mungkin memakaikan baju dan Minjun memakaikan kaos kaki. Didekapnya Bamie dalam gendongan Nichkhun, diayunkan pelan agar tangisnya berhenti. “Hyung, tolong buatkan susu?” Perintah Nichkhun. Minjun segera turun menuju dapur membuatkannya.
“Cup Bamie.. Diam ya sayang. Jagoan Appa Khun tidak boleh cengeng seperti ini.” Nichkhun terus mencoba menghentikan tangis Bamie.
“Aah Bamie sayang, Cup... Cup... Cup...” Nichkhun menggendong Bamie seraya mondar-mandir, lalu i
Comments